MASALAH MASA NIFAS Disusun Oleh : MUHAMMAD JAMAL MISHBAH NIM : 6143027 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS 2015/2016 i
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat terwujud. Paparan materi yang kami sajikan dalam makalah ini berjudul Kelainan Payudara. Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya agar dapat dimengerti oleh seluruh pembacanya. Namun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran pembaca sangat kami harapkan untuk pembuatan makalah berikutnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Harapan kami kiranya makalah ini bermanfaat serta dapat meningkatkan mutu dan daya saing pendidikan kesehatan. Kudus, 5 Oktober 2015 Penulis ii
DAFTAR ISI Halaman Judul... Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii iii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 1 1.3 Tujuan... 1 Bab II Pembahasan 2.1 Kelainan Payudara dalam Masa Nifas... 2 Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan... 14 3.2 Saran... 14 Daftar Pustaka... 15 iii
BAB I PEMBAHASAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin. Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama ditunggutunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau penyulit. Kelainan payudara juga bisa terjadi didalam masa nifas. Di dalam makalah ini akan dibahas apa saja kelainan payudara yang terjadi pada masa nifas. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja kelainan payudara yang terjadi dalam masa nifas? 2. Apa saja yang menyebabkan kelainan tersebut? 3. Bagaimana penanganan terhadap kelainan tersebut? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui kelainan payudara yang terjadi pada masa nifas 2. Untuk mengetahui penyebab pada kelainan tersebut 3. Untuk mengetahui bagaimanan penanganan terhadap kelainan tersebut 4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kelainan Payudara dalam Masa Nifas 1. Mastitis a. Definisi Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara. Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan. Penyebab infeksi adalah staphilococcus aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses. b. Penyebab Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadidalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu. Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi. 1) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat. 2) Bra yang terlalu ketat. 3) Puting susu lecet yang menyebabkan infeksi. 4) Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi anemia. 5
c. Gejala 1) Bengkak dan nyeri. 2) Payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat tertentu. 3) Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol. 4) Ada demam dan rasa sakit umum. d. Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan menjadi : 1) Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae. 2) Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu. 3) Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya. e. Pencegahan Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan putting susu dengan minyak baby oil sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya harus bebas infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada putting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat dikeluarkan dengan pijitan. f. Pengobatan Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan pengobatan sebagai berikut : 1) Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. 2) Sangga payudara 3) Kompres dingin 4) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. 5) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit mungkin pada abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah abses, agar nanah bisa keluar. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus. Atau jika terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit yang kemerahan : 6
1) Berikan antibiotic kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali selama 10 hari. 2) Drain abses : a. Anestesi umum dianjurkan b. Lakukan insisi radial dari batas puting ke lateral untuk menghindari cidera atau duktus c. Gunakan sarung tangan steril d. Tampon longgar dengan kasa e. Lepaskan tampon 24 jam ganti dengan tampon kecil f. Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya g. Yakinkan ibu tetap menggunakan kutang h. Berikan paracetamol 500 mg bila perlu i. Evaluasi 3 hari g. Penangan dan Peran Bidan 1) Payudara dikompres dengan air hangat. 2) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika. 3) Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika. 4) Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan. 5) Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya 6) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup. 7) Konseling suportif Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya. 8) Pengeluaran Asi dengan Efektif 7
Dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara, mendorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat dimulai lagi. 2. Bendungan ASI a. Definisi Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996). Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit. b. Patologi Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain : 1) Faktor hormon 2) Hisapan bayi 3) Pengosongan payudara 4) Cara menyusui 5) Faktor gizi 6) Kelainan pada puting susu c. Patofisiologi 1) Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan 2) ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. 3) ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998). 8
d. Penatalaksanaan dan Peran Bidan 1) Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah : a. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan. b. Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand. c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi. d. Perawatan payudara pasca persalinan 2) Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah : a. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek. b. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi. c. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI. d. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin. e. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004). 3. Abses Payudara a. Definisi Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi. b. Gejala 1) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah. 2) Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah. 3) Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. 4) Payudara yang tegang dan padat kemerahan. 5) Pembengkakan dengan adanya fluktuasi. 6) Adanya pus/nanah. c. Penanganan dan Peran Bidan 9
1) Teknik menyusui yang benar. 2) Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian. 3) Meskipun dalam keadaan abses, harus sering menyusui bayinya. 4) Mulailah menyusui pada payudara yang sehat. 5) Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan. 6) Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik. 7) Rujuk apabila keadaan tidak membaik. 4. Saluran Susu Tersumbat Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus antara 24 hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin saja rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan yang menekan saluran lain. Teruskan menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan : 1) Sedapat mungkin melakukan pelekatan yang baik 2) Menggunakan tekanan pada payudara untuk menjaga ASI tetap mengalir. Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika tidak terlalu sakit, tekan saat bayi sedang menyusui. 3) Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi mengarah pada saluran yang tersumbat. Jadi, bila saluran tersumbat ada pada bagian luar bawah payudara (arah jam 7), maka menyusui bayi dengan posisi football dapat sangat membantu. 4) Hangatkan area yang terinfeksi. Anda bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi air panas, tetapi hati-hati untuk tidak membakar kulit dengan menempelkan yang terlalu panas untuk waktu yang terlalu lama. 5) Coba untuk beristrirahat. 10
Tentu saja, dengan kehadiran seorang bayi baru tidaklah mudah untuk beristirahat. Cobalah untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat tidur dan susui dia di sana. 5. Putting Susu Lecet Sebanyak 57% ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putting. a. Penyebab Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusui pada putting susu, maka bayi akan mendapatkan ASI sedikit, karena gusi bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya akan menjadi nyeri/kelecetan pada putting susu. Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci putting susu. Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingual), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada putting susu saja. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang berhati hati. b. Penatalaksanaan Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menmghindari tekanan local pad puting maka posisi menyusu harus sering diubah, untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui yang diguanakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet. Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi dianginanginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti-infeksi. Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan payudara. 11
Pada puting suus bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus. Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin. c. Pencegahan 1) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat iritan lainnya. 2) Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi. 3) Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara dan menggunakan kedua payudara. 6. Payudara Bengkak a. Penyebab Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. b. Gejala 12
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusui. c. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah sebagai berikut: 1) Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui. 2) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bila dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah. 3) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara. d. Pencegahan Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan pada payudara adalah sebagai berikut: 1) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir. 2) Susukan bayi tanpa jadwal. 3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi. 4) Melakukan perawatan pasca persalinan secara teratur. BAB III 13
PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1) Kelainan payudara pada masa nifas antara lain mastitis, bendungan asi, abses payudara, saluran susu tersumbat, putting susu lecet dan payudara bengkak. 2) Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi ibu dan tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi. Petugas kesehatan wajib berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa nifas, karena masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang berakibat pada kematian. 3.2 Saran Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah komplikasikomplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara nyata. 14
15