BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 1998). a. Struktur Makroskopis (Verralls, 1997)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 1998). a. Struktur Makroskopis (Verralls, 1997)"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Anatomi Payudara Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 1998). a. Struktur Makroskopis (Verralls, 1997) Cauda Axilaris Papilla Areola Gambar 2.1 : Struktur Makroskopis Payudara 1). Cauda Axillaris Cauda axillaris adalah jaringan payudara yang meluas ke axilla 2). Areola Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris 6

2 tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada waktu hamil. Di daerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan disebut tuberculum montgomery. 3). Papilla Mammae Papilla mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer. b. Struktur Mikroskopis Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional dan tersusun atas bangun sebagai berikut (Verralls, 1997): 7

3 Gambar 2.2 : Struktur Mikroskopis Payudara 1). Alveoli Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstrasi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Disetiap keliling alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang. Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer. 2). Tubulus Lactifer Tubulus lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli. 3). Ductus Lactifer Ductus lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer. 8

4 4). Ampulla Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola. 2. Fisiologi Laktasi Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu (ducts milk) menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara (Saleha, 2009). Untuk memasyarakatkan pemberian ASI sejak dini dengan tujuan mencegah terjadinya engorgement diperlukan faktor-faktor pendukung yang terus-menerus mengupayakan keberhasilan menyusui, yang antara lain bergantung pada peran yang dilakukan oleh : peran petugas kesehatan, peran rumah sakit dan pemerintah, peran fisik dan psikis ibu, faktor keluarga, faktor masyarakat dan faktor bayi (Saleha, 2009). a. Produksi Air Susu Ibu Prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitaria anterior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama 9

5 kehamilan, kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai tingkat pada dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin (Verralls, 1997). b. Pengeluaran Air Susu (Sarwono, 2005) 1) Reflek Produksi Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormon prolaktin yang akan menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli untuk memproduksi susu yang akan disiapkan dalam lumen. Pembendungan ASI yang terjadi dalam alveolus akan menyebabkan adanya penekanan pada pembuluh darah, sehingga akan menyebabkan penurunan prolaktin dalam darah sehingga sekresi ASI juga berkurang (Mommies, 2006). Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai patokan jumlah ASI cukup atau tidak adalah : ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting, sebelum disusukan payudara terasa tegang, jika ASI cukup setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama 3 sampai 4 jam dan bayi akan sering berkemih sekitar 8 kali sehari (Saleha, 2009). Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari kurang seringnya menyusui atau memerah payudara, bayi tidak bisa menghisap secara efektif, dan kurangnya gizi ibu. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah frekuensi pemberian 10

6 susu, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat melahirkan, usia ibu dan paritas, stres dan penyakit akut, merokok, mengonsumsi alkohol, dan penggunaan pil kontrasepsi (Saleha, 2009). 2) Reflek Let Down Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang akan menyebabkan kontraksi sel yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif terhadap faktor kejiwaan ibu dan proses produksinya dapat terhambat apabila ibu lelah, merasa malu, atau tidak pasti. Produksi ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan kemampuannya menyusui. Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down antara lain : melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi (Saleha, 2009). 3. Masalah Yang Sering Timbul Dalam Masa Laktasi Masalah-masalah yang biasanya terjadi dalam pemberian ASI yang disebabkan karena masalah pada payudara antara lain : puting susu rata, puting susu lecet, bendungan payudara (engorgement), saluran ASI tersumbat, mastitis dan abses payudara. Dan masalah yang sering timbul dari faktor bayi antara lain : bayi bingung puting dan bayi enggan menyusu. Sedangkan masalah lain yang sering timbul adalah adanya sindrom ASI kurang dan ibu bekerja (Sarwono, 2005). 11

7 Untuk dapat mencegah dan menangani masalah engorgement maka ibu memerlukan pengetahuan tentang bendungan ASI sehingga ibu mempunyai kesadaran dalam bersikap untuk melakukan pencegahan masalah engorgement. Sebagian perempuan menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkan adalah masa-masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Gangguan-gangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi penerimaan ibu terhadap bayi baru lahir, yaitu dalam hal perawatan anak. Sikap ibu terhadap bayi akan lebih menyenangkan jika pengalaman melahirkan relatif lebih mudah daripada pengalaman melahirkan yang lama, sulit, dan disertai dengan komplikasi fisik, dan semakin cepat kesehatan ibu pulih setelah melahirkan semakin menyenangkan sikapnya terhadap bayi dan semakin ia yakin pada kemampuannya untuk melaksanakan peran ibu secara memuaskan. Robert A. Hinde (1974) dalam Saleha (2009) menyatakan bahwa semakin baik perawatan yang diterima ibu selama kehamilan, akan semakin baik pula perlakuan ibu tersebut kepada bayinya. 4. Engorgement a. Pengertian Engorgement yang biasa disebut dengan payudara bengkak (Breast engorgement) disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar karena bayi 12

8 tidak sering menyusu atau terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan adanya gangguan let down reflex (Sarwono, 2005). b. Gejala Gejala yang biasa muncul bila engorgement terjadi antara lain payudara terasa penuh, panas, berat dan keras, tidak terlihat mengkilat, edema atau merah. ASI biasanya mengalir lancar dan kadang-kadang menetes keluar secara spontan, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Ibu kadang-kadang menjadi demam, namun biasanya akan hilang dalam 24 jam (Tanaya, 2006). c. Penyebab 1). Faktor Hormon Proses pembentukan ASI dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan hormon prolaktin. Ketika payudara mulai digunakan untuk menyusui, dibawah areola terdapat saluran yang melebar yang disebut sinus laktiferus yang berfungsi untuk menampung air susu (Rianto, 2009). Setelah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam dua sampai tiga hari. Dengan ini fungsi dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk megeluarkannya dibutuhkan reflek yang 13

9 menyebabkan kontraksi sel-sel mioepiteal yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut (Sarwono, 2005). 2). Hisapan Bayi Proses menyusui tergantung 2 reflek (Sarwono, 2005), yaitu : a) Reflek Produksi Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormon prolaktin yang akan menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli untuk memproduksi susu yang akan disiapkan dalam lumen. b) Reflek Let Down Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang akan menyebabkan kontraksi sel yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif terhadap faktor kejiwaan ibu dan proses reproduksinya dapat terhambat apabila ibu lelah, merasa malu, atau tidak pasti. Produksi ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan kemampuannya menyusui. 3). Pengosongan Payudara Ketika susu mulai masuk menggantikan kolostrum pada hari setelah persalinan, payudara akan menjadi lebih besar, lebih berat dan lebih empuk karena bertambahnya getah bening dan suplai darah. Pada saat ini akan terjadi bendungan ASI apabila ibu tidak cukup sering menyusui bayinya dalam jarak waktu yang lama dan jika 14

10 menghentikan penyusuan secara mendadak atau payudara tidak dikosongkan secara memadai (Nellson,1995). Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui diusahakan ASI dikeluarkan terlebih dahulu, untuk menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan cara : Pengeluaran ASI dengan tangan dan pengeluaran ASI dengan pompa. 4). Cara Menyusui Menyusui merupakan proses ilmiah dan kadang terlihat amat sangat sederhana, namun bila dilakukan dengan cara yang salah akan menyebabkan terjadinya puting susu lecet, air susu tidak keluar dengan sempurna sehingga akan terjadi pembendungan air susu (Inggrid, 2006). Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti caranya menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, hisapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri, dan masih banyak lagi masalah yang lain. Terlebih pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau orang yang disegani, 15

11 seperti suami, keluarga/ kerabat terdekat atau kelompok-kelompok ibu pendukung ASI dan dokter/ tenaga kesehatan (Christine, 2005). Saat kembali bekerja, usahakan memerah ASI dari kedua belah payudara minimal empat jam sekali sebanyak tiga kali selama jam kerja (Saleha, 2009). a). Posisi Menyusui Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan kondisi tidak normal dalam menyusui, tetapi penyebab lecet yang paling umum adalah posisi dan perlekatan yang tidak benar pada payudara (Varney, 2007). (1). Posisi Madona (atau menggendong ) Bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher, punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan. (2). Posisi Menggendong-Menyilang Bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan. 16

12 (3). Posisi football (atau mengempit ) Bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan. (4). Posisi Berbaring Miring Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyambuhan setelah melahirkan melalui operasi (Murkoff, 2002). b). Lama dan Frekuensi Menyusui Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8 sampai 12 kali setiap hari. Meskipun mudah untuk membagi 24 jam menjadi 8 hingga 12 kali menyusui dan menghasilkan perkiraan jadwal, cara ini bukan merupakan cara makan sebagian besar bayi (Varney, 2007). Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhanya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb.) atau ibu sudah merasa ingin menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Inggrid, 2006). 17

13 Untuk menjaga keseimbangan kedua payudara diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan BH yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat. 5). Kelainan Puting Susu d. Pencegahan dan Penatalaksanaan Engorgement Sekitar hari ketiga setelah melahirkan, seringkali payudara terasa penuh, tegang dan nyeri. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya bendungan pada pembuluh getah bening. Ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Jika keadaan ini berlanjut, maka kulit payudara akan tampak lebih mengkilat dan sering ibu sampai mengalami demam (Suradi, 2008). 1). Pencegahan Untuk mencegah terjadinya engorgement apabila memungkinkan, susukan ASI pada bayi segera setelah lahir dengan posisi yang benar, menyusui bayi tanpa dijadwal, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi, melakukan perawatan payudara pasca melahirkan (postpartum) secara teratur, ibu merasa yakin akan kemampuannya menyusui bayinya dan hanya memberikan ASI pada bayinya. 18

14 2). Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang mengalami engorgement antara lain adalah : keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi, bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir/ sendok, menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang mengalami bendungan ASI untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres dingin, kompres panas untuk melancarkan aliran aliran darah payudara dan bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit. Apabila bayi belum menyusu dengan baik atau kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna maka akan terjadi engorgement (Hamilton, 1999). Sesuai dengan pendapat Macklin (1988) dalam Subekti (2005) mengatakan bahwa pasangan yang bekerja cenderung melakukan pembagian tugas-tugas kewanitaan tradisional daripada melakukan pembagian tugastugas keluarga dimana salah satu pasangan atau keduanya bekerja, khususnya dalam bidang perawatan anak. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kesibukan keluarga dalam pekerjaan akan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian dalam keluarga, maka dengan adanya kesibukan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan 19

15 perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian kasus engorgement. Kebutuhan yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas (menyusui) antara lain : yang pertama adalah kebutuhan fisik. Ibu yang menyusui harus cukup istirahat, memakan makanan yang bergizi, sering meghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih. Yang kedua adalah kebutuhan psikologi, stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dari dukungan keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu. Kebutuhan yang ketiga adalah kebutuhan sosial, seringkali ibu yang berpengalaman dapat memberikan informasi konkret yang sangat berharga kepada ibu-ibu yang lain dan ibu yang kurang atau bahkan tidak berpengalaman mungkin akan meniru tindakan ibu yang lain yang dianggap baik, dan kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan psikososial (Saleha, 2009). 5. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu : a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance) Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan apabila sakit. 20

16 b. Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. c. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya. Dengan perkataan lain, bilamana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakat. Perilaku seseorang menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor). Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Faktor pemungkin mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : puskesmas, poliklinik, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Sedangkan faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. 21

17 6. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap subyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003). Untuk dapat mencegah dan menangani masalah engorgement maka ibu memerlukan pengetahuan tentang payudara bengkak sehingga ibu mempunyai kesadaran dalam bersikap untuk melakukan pencegahan masalah engorgement. Pengetahuan responden yang baik tentu akan mempengaruhi sikap yang semakin positif, tetapi perlu diketahui juga bahwa pembentukan sikap seseorang sangat ditentukan oleh kepribadian intelegensia, bakat, minat, perasaan serta kebutuhan dan motivasi seseorang (Widayatun, 1999). Responden yang memiliki sikap negatif dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh media massa, orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, pengaruh pendidikan, pengaruh agama dan kepercayaan, serta pengaruh emosional (Azwar, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Menurut Taksonomi Bloon, terdiri dari tiga katagori yaitu dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotorik. Pengetahuan dalam domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 22

18 1). Tahu (know) Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari. 2). Memahami (comprehetion) Memahami adalah merupakan kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3). Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi dan situasi riil atau sebenarnya. 4). Analisis Kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen tetapi masih tetap berkaitan satu sama lainnya. Dengan analisis seseorang dapat mempunyai pemahaman yang komprehensif. 5). Sintesis (synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6). Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi atau obyek (Notoatmodjo, 1997). 23

19 b. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1). Faktor internal Meliputi : a) Jasmani Faktor jasmani diantaranya adalah keadaan indera seseorang. b) Rohani Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi efektif dan kognitif individu. 2). Faktor Eksternal Meliputi : a). Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. b). Paparan media massa Melalui bermacam-macam media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima, sehingga seseorang yang 24

20 lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibanding dengan orang yang tidak terpapar informasi media massa. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. c). Status ekonomi Tingkat status ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan. Dimana dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini juga berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan sekunder. d). Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan dapat lebih biasa mendapatkan informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. e). Pengalaman Pengalaman individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari tingkat kehidupan dalam proses perkembangannya. Misal sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti seminar. 25

21 f). Akses layanan kesehatan Mudah atau sulitnya mengakses layanan kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan dalam hal kesehatan. c. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003). Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan merupakan sebagian bentuk operasional dari perilaku seseorang yakni bersifat positif. Adanya pengetahuan yang tinggi mengenai menyusui khususnya pada awal menyusui, selanjutnya dengan timbulnya sikap positif akan menimbulkan perilaku menyusui yang baik pula. Diharapkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang dimungkinkan akan memberikan perilaku ke arah perubahan perilaku positif, dengan kata lain bahwa semakin ibu mengetahui tentang pengertian, gejala, penyebab, pencegahan dan penatalaksanaan bendungan ASI akan dapat meminimalkan terjadinya kemungkinan kejadian bendungan ASI. Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. 26

22 B. Kerangka Teori Predisposing Factor : a. Pengetahuan b. Pendidikan c. Sikap d. Kondisi Fisik e. Psikologis Enabling Factor : a. Pekerjaan b. Hubungan sosial c. Akses layanan kesehatan d. Paritas Kejadian bendungan ASI pada ibu menyusui Reinforcing Factor : Perilaku (dari orang lain, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, keluarga), media massa Gambar 2.1: Faktor yang mempengaruhi kejadian engorgement.sumber : Modifikasi Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) 27

23 C. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Bendungan ASI Kejadian Bendungan ASI Status Kerja Ibu Menyusui Gambar 2.2 : Skema kerangka konsep D. Hipotesis Penelitian Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang bendungan ASI dengan kejadian bendungan ASI. Ada hubungan status kerja ibu menyusui dengan kejadian bendungan ASI. 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Nifas Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinyamelahirkan atau berari masa setelah melahirkan. Masa nifas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa disebut masa puerperineum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS MASALAH MASA NIFAS Disusun Oleh : MUHAMMAD JAMAL MISHBAH NIM : 6143027 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS 2015/2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994). Pembentukan dan Persiapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawatan Payudara Masa Antenatal 1. Anatomi Fisiologi Payudara Payudara terletak secara vertikal diantara kosta II dan IV secara horizontal mulai sternum sampai linea aksilaris

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE- DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN Andri Tri Kusumaningrum Program Studi D Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Ibu post

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet, payudara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. NIFAS 1. Definisi Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal, masa nifas berlangsung selama 6 minggu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Anatomi Payudara Payudara terletak memanjang secara transversal dari batas lateral sternum ke garis midaxilla dan secara vertikal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Konsep Dasar Nifas a. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Masa nifas berlangsung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawatan Post Partum Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2004). Periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pengetahuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi dari proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERAWATAN PAYUDARA 1. Definisi perawatan payudara Berdasarkan dari permasalah perawatan payudara itu disebabkan ibu tidak menyusui, dikarenakan air susu tidak keluar dan akhirnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa pascapartum (nifas) merupakan suatu masa antara melahirkan sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini dimulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi. Kandungan gizi yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya membuat ASI tidak tergantikan oleh susu formula yang paling

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2016 Husnul Muthoharoh* *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 43 BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas mengenai pengaruh pijat punggung atau pijat oksitosin menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.asi eksklusif atau lebih tepat pemberian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teknik Menyusui yang Benar a. Pengertian Beberapa pengertian menyusui dari beberapa sumber, antara lain: 1) Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Air Susu Ibu Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama alami untuk bayi yang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Payudara 7 Berdasarkan letaknya,secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan IV, secara horizontal, mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Menyusui

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Menyusui GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Menyusui By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Pentingnya: Kebutuhan gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL Aprilia Megawati *),Shinta Ayu Nani **) *) Mahasiswa Akbid Uniska Kendal **)Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi neonatus, yang bersifat alamiah dan mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokan menjadi 4 bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui. 1. Anatomi Payudara Payudara

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Masa Nifas Masa nifas disebut juga masa postpartum yaitu waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kehamilan. 2.1.1. Pengertian Kehamilan Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prakti prientasi pasien baru 1. Pengertian Orientasi Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu (Purwadarminta, 1999). Dalam konteks keperawatan orientasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Nur Sholichah ABSTRAK Perawatan payudara adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI dan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaanterjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih rendah. Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Payudara 8 Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, organ payudara menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau 30 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masa Nifas Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas mengenai aplikasi pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S di Ruang

Lebih terperinci

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS DI SUSUN OLEH: KELOMPOK : 10 1. REVIA MONALIKA 2. RIA PRANSISKA 3. RENI 4. RIKA DOSEN PEMBIMBING : VERA YUANITA, SST SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Teori Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode post partum merupakan masa lahirnya plasenta, selaput janin, dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita yang hamil akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS

PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS Ely Tjahjani* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id Pendahuluan:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelepasan air susu ibu (selanjutnya disingkat ASI) berada di bawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara (ketika bayi menghisap) akan merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air susu ibu sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Menyusui banyak manfaatnya

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 PROPOSAL SKRIPSI DISUSUN OLEH : DARSINA NIM : 07C10104026

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Perilaku merupakan respon dari makhluk hidup terhadap suatu rangsangan yang bisa diamati secara langsung atau tidak langsung, (Notoatmodjo, 2007).

Lebih terperinci

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis BAB XIV Kelenjar Hipofisis A. Struktur Kelenjar Hipofisis Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary adalah suatu struktur kecil sebesar kacang ercis yang terletak di dasar otak. Kelenjar ini berada dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009).

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009). digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pijat Oksitosin a. Pengertian Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan pada ibu menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Niken Andalasari Periode Post Partum Periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Payudara 5,10 Organ payudara menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN Endang Rusdjianti, Iga Puput Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: ASI merupakan makanan terbaik

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program

Lebih terperinci

ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGIS PAYUDARA PADA PROSES LAKTASI

ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGIS PAYUDARA PADA PROSES LAKTASI ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGIS PAYUDARA PADA PROSES LAKTASI PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI : Anatomi dan fisiologis laktasi, Manfaat ASI Lengkap, Komposisi ASI A. Pengertian laktasi Laktasi adalah keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010; h.357). Selama masa nifas

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN Andriyani Puji Hastuti, Rofik Rismawati Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar belakang : Menyusui

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN 2014 1 Sondang, 2* Hardiana 1,2 STIKes Prima Jambi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Seting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang A. Sejarah RS. Panti wilasa Citarum Semarang RS. Panti Wilasa Citarum adalah rumah

Lebih terperinci

BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN

BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wanita pasti menginginkan bentuk payudara yang ideal dan menarik, maka tak jarang kita mendengar beberapa wanita memilih untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur dan teori. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih tingginya angka kematian bayi dan rendahnya status gizi bayi sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Payudara 4,10 Payudara merupakan bagian yang cukup penting karena menghasilkan ASI yang menjadi sumber utama dari kehidupan. Secara vertikal, payudara terletak di antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusu Dini 2.1.1 Definisi IMD Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KOMBINASI STIMULASI OKSITOSIN DAN ENDORFIN MASSAGE TERHADAP KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA

EFEKTIFITAS KOMBINASI STIMULASI OKSITOSIN DAN ENDORFIN MASSAGE TERHADAP KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA EFEKTIFITAS KOMBINASI STIMULASI OKSITOSIN DAN ENDORFIN MASSAGE TERHADAP KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA Andri Tri Kusumaningrum*, Arifal Aris** Dosen Program Studi D Kebidanan STIKES

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS RATNA NEVYDA ARDYAN

HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS RATNA NEVYDA ARDYAN HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS RATNA NEVYDA ARDYAN 11002215 Subject : Frekuensi, durasi pemberian ASI, bendungan ASI, ibu nifas DESCRIPTION Bendungan

Lebih terperinci

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF ASI EKSKLUSIF A. PENGERTIAN Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain. ( www.tabloid- nakita.com, 2005 )

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami 1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). Peran

Lebih terperinci

PEMBERIAN JAMU UYUP UYUP TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS

PEMBERIAN JAMU UYUP UYUP TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS PEMBERIAN JAMU UYUP UYUP TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS Retno Kumalasari, Diah Arimbi, Aziez Ismunandar Akademi Kebidanan Perwira Husada Purwokerto ABSTRAK Jamu uyup

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini** HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati., BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI 1. Defenisi ASI Air susu ibu (ASI) adalah suatu lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan dan menjadi seorang ibu merupakan sebuah peristiwa yang dinantikan oleh banyak kaum wanita. Namun dalam kenyataannya, seringkali timbul masalahmasalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM Surya Mustika Sari Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto surya.mustikasari@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Kolostrum 2.1.1 Pengertian Kolostrum merupakan air susu yang keluar pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, berwarna agak kekuningan lebih kuning dari ASI biasa,

Lebih terperinci

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta Email: sarwinantisyamsudin@yahoo.com Abstract: The purpose of this study was to know the effect

Lebih terperinci

SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI

SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI Sikap Positif Ibu dalam Perawatan Payudara Mendukung Kelancaran Produksi ASI SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI POSITIVE ATTITUDE IN THE TREATMENT OF BREAST SUPPORT

Lebih terperinci