18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri, maju, adil dan makmur. Selain itu pembangunan pariwisata juga sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya dalam hal peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. (Kemenparekraf, 2011) Potensi alam dan budaya yang besar dapat dijadikan modal untuk mengembangkan industri pariwisata baik di tingkat nasional ataupun daerah. Potensi yang dimiliki dapat dikembangkan sebagai potensi pengembangan kegiatan perekonomian yang cepat menghasilkan devisa (quick yielding). Untuk menggalakkan pembangunan perekonomian dengan suatu pertumbuhan yang berimbang, kepariwisataan diharapkan dapat memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan katalisator untuk mengembangkan sektor-sektor lain secara bertahap (Spillane, 1989). Pembangunan pariwisata ini berdampak multi sektor dan berperan penting untuk peningkatan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha, mendorong pemerataan pembangunan nasional dan memberikan kontribusi dalam penerimaan negara yang dihasilkan dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara di dalam negeri yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan rasa cinta tanah air serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Lebih lanjut pembangunan kepariwisataan ini juga berperan dalam upaya untuk meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaan budaya bangsa. Selain itu pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk pelestarian sumber daya alam dengan menawarkan produk produk pariwata berkelanjutan seperti ekowisata, wisata bahari dan wisata-wisata lainnya. Kecenderungan pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia cukup signifikan, dimana kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tumbuh 9,62% dari 6,5 juta menjadi 7,2 juta pada tahun 2011, sementara perolehan devisa tahun 2011 US$ 8,5 milyar atau tumbuh 11,8% dibanding tahun 2010 sebesar US$ 7,6 milyar. Tingginya perolehan devisa pariwisata seiring dengan meningkatnya pengeluaran wisman yang tahun 2010 US$ 1.085,75/orang menjadi US$ 1.118,26/orang perkunjungan pada tahun 2011. Sementara pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) meningkat dari 150,49 trilyun pada tahun 2010 menjadi 158,88 trilyun pada triwulan keempat tahun 2011 (Pusdatin Kemanparekraf, 2011). Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dapat dilihat pada lampiran 1. Dari total kunjungan wisatawan mancanegara negara tahun 2011 yang berjumlah 7,2 juta jiwa, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara untuk di Propinsi Kepulauan Riau menempati urutan ketiga terbesar setelah Propinsi Bali yang berjumlah 2,7 juta jiwa atau 38,68% dan DKI Jakarta
yang berjumlah 1,9 juta jiwa atau 27,72%. Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Propinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 1,7 juta jiwa pada tahun 2011, dimana wisatawan mancanegara masuk melalui empat pintu masuk yaitu pintu masuk Batam lewat jalur udara dan laut, pintu masuk Tanjungpinang lewat jalur laut, pintu masuk Tanjung Uban lewat jalur laut dan pintu masuk Tanjung Balai Karimun juga lewat jalur laut. Untuk melihat jumlah wisatawan mancanegara ke Propinsi Kepulauan Riau berdasarkan asal wisatawan dan pintu masuk dapat dilihat pada lampiran 2. Sebagian besar wisatawan yang masuk ke Propinsi Kepulauan Riau adalah melalui Batam yaitu berjumlah 1,1 juta atau 68% dari total kunjungan ke Propinsi Kepulauan Riau dan berkontribusi sebesar 12,68% dari total kunjungan secara nasional. Asal wisatawan yang paling banyak masuk ke Propinsi Kepulauan Riau adalah wisatawan dari Singapura yang berjumlah 0,9 juta atau 53%. Hal ini dikarenakan jarak yang sangat dekat antara Singapura dan Batam, transportasi dan aksesibilitas yang mudah serta sudah tersedianya atraksi wisata dan fasilitas penunjang pariwisata di Batam. Saat ini semenjak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah, masing masing pemerintah daerah berupaya mengoptimalkan potensi, aset dan sumber daya yang dimiliki agar bisa memberikan kontribusi bagi perkembangan pembangunan dan perekonomian. Setiap daerah harus mencermati sektor-sektor strategis dan potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik daerah (kondisi geografis, sumber daya alam dan sosial budaya masyarakat) sehingga produktif dan dapat membantu menopang pembangunan daerah, memberikan nilai manfaat serta menghasilkan produktifitas yang tinggi bagi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan. Untuk menentukan arah pembangunan perekonomian daerah (ingin memperoleh satu poin dalam pelaksanaan otonomi daerah) maka tidak ada pilihan lain kecuali membangun perekonomian berbasiskan karakteristik dan sumber daya lokal. Kabupaten Natuna yang berada di wilayah Propinsi Kepulauan Riau, memiliki potensi yang sangat besar di sektor pariwisata. Hanya saja potensi pariwisata di sini belum dikelola secara maksimal oleh pemerintah dan semua stake holder sehingga sektor ini belum bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (RIPPDA Natuna, 2010). Sektor andalan Kabupaten Natuna saat ini adalah sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (migas) tetapi harus disadari bahwa pemanfaatan sumber daya alam migas itu tidak bisa terus menerus diandalkan. Sumber daya alam migas akan habis pada batas waktu tertentu dan tidak dapat diperbaharui, maka diharapkan sumber daya alam pariwisata menjadi alternatif, menjadi sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menjadi sektor yang dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, pengurangan kemiskinan, dan media dalam menciptakan keharmonisan sosial dan kecintaan terhadap budaya dan lingkungan, yang selanjutnya dijadikan prioritas pembangunan daerah pada masa yang akan datang. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna yang diperoleh melalui perhitungan langsung ke lokasi wisata, jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat tempat wisata yang ada di Kabupaten Natuna sebanyak 115.322 jiwa/tahun pada tahun 2010, 135.466 jiwa/tahun pada tahun 2011 dan 19
213.588 jiwa/tahun pada tahun 2012. Pengunjung yang berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Natuna ini sebagian besar adalah wisatawan lokal atau wisatawan asal Natuna yang berada dekat dengan lokasi wisata yang ada di Kabupaten Natuna. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, Kabupaten Natuna belum memberikan konstribusi yang signifikan, karena beberapa hambatan yang dihadapi seperti terbatasnya infrastruktur, masih kurangnya prasarana dan sarana pendukung yang tersedia, sulitnya akses dan transportasi ke lokasi wisata meskipun potensi alam dan potensi wisata baharinya cukup besar. Saat ini wilayah Kabupaten Natuna belum masuk kedalam kategori pintu masuk wisatawan mancanegara di Propinsi Kepulauan Riau. Dengan melihat kekhasan dan keunikan wilayah Kabupaten Natuna, potensi potensi pariwisata yang tersedia di Kabupaten Natuna dan juga dengan memperhatikan kelanjutan pembangunan pariwisata jangka panjang maka jenis pariwisata yang potensial dan perlu dikembangkan di Kabupaten Natuna adalah pariwisata alam yang berupa alam pantai dan pesisir serta pariwisata bahari yang berupa laut, terumbu karang, berbagai jenis ikan dan habitat lainnya. Tetapi saat ini potensi pariwisata alam dan pariwisata bahari yang ada di Kabupaten Natuna ini belum bisa secara maksimal memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Sektor ini belum bisa memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (BPS,2010). Perlu adanya suatu perencanaan yang terpadu, lebih terfokus, strategistrategi dan program-program yang tepat sasaran dalam mengembangkan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Untuk itu penulis ingin memberikan konstribusi terhadap pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna melalui penelitian dengan topik Strategi dan Program Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna. Diharapkan kegiatan pengembangan pariwisata bahari dapat meningkatkan pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Natuna. 1.2 Perumusan Masalah Kabupaten Natuna memiliki banyak potensi pariwisata baik wisata alam, wisata budaya maupun wisata minat khusus terutama wisata bahari. Potensi wisata budayanya adalah banyaknya Benda Cagar Budaya (BCB) terutama barang barang antik yang berasal dari Tiongkok, adat istiadatnya yang unik, keseniankesenian Melayu seperti Mendu dan tarian Melayu, permainan-permainan rakyat seperti Gasing, Kolek, Jung Kate dan lain lain. Sedangkan potensi wisata alam dan wisata baharinya adalah keindahan panorama alam pantai, pantai yang berbatu, potensi terumbu karang, budi daya penyu, gua sarang burung walet sehingga sangat banyak atraksi wisata yang bisa dikembangkan seperti menikmati alam pantai, berjemur, berenang, diving, snorkeling, memancing, olahraga air dan atraksi pariwisata bahari lainnya. Salah satu pantai di Kabupaten Natuna yaitu Pantai Sisi yang berada di Kecamatan Serasan Timur pernah disebutkan sebagai salah satu dari 30 pantai terbaik di dunia versi Island Magazine edisi september 2006. Lokasi objek wisata yang memiliki atraksi daya tarik wisata di Kabupaten Natuna sangat banyak, tetapi ada 10 lokasi wisata yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai objek wisata daerah yaitu Pulau Senoa, Pantai Sengiap, Pantai Teluk Selahang, Pantai Teluk Depeh, Pantai Teluk Buton, Pantai 20
Sisi, Pantai Batu Kasah Cemaga, Pulau Kembang, Batu Senduyung dan Batu Catur (RIPPDA Kabupaten Natuna, 2010). Sesuai dengan potensi pariwisata dan karakteristik lokasi wisata yang tersedia di Kabupaten Natuna bahwa pariwisata bahari merupakan pariwisata yang tepat untuk dikembangkan dengan ciri khas yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Natuna dengan kondisi geografisnya, topografisnya yang unik, pemandangan alam dan keindahan terumbu karangnya yang menarik sehingga bila dikembangkan melalui program pengembangan yang tepat, sektor pariwisata akan bisa berkembang dan memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Natuna. Saat ini pengembangan lokasi wisata bahari di Kabupaten Natuna masih belum terfokus di satu lokasi wisata sehingga hal ini akan menyulitkan karena keterbatasannya anggaran pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna. Untuk itu perlu ditentukan suatu lokasi wisata yang prioritas untuk dikembangkan terlebih dahulu agar anggaran yang digunakan untuk pengembangan sektor ini tepat sasaran dan terukur. Selain itu keterbatasan sumber daya manusia juga menjadi permasalahan bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna sehingga pengembangan sumber daya manusia yang tepat di suatu lokasi wisata yang prioritas dikembangkan akan mengefektifkan anggaran bagi pengembangan sumber daya manusia pariwisata. Untuk itu yang menjadi permasalahan pertama dalam penelitian ini adalah lokasi objek wisata bahari mana yang menjadi prioritas untuk dikembangkan? Wilayah Kabupaten Natuna terdiri atas 12 kecamatan dimana 5 kecamatan berada di pulau Bunguran Besar sedangkan 7 kecamatan berada di pulau-pulau yang terpisah oleh laut. Objek pariwisata bahari tersebar hampir disemua kecamatan di wilayah Kabupaten Natuna. Aksesibilitas ke lokasi wisata bahari di Kabupaten Natuna masih terbatas, akses transportasi antar kecamatan menuju kelokasi wisata bahari yang terpisah oleh laut sangat terbatas. Saat ini transportasi antar kecamatan mengunakan kapal Bukit Raya yang jadwal keberangkatannya satu minggu sekali dari Tanjung Pinang dengan rute Tanjung Pinang-Letung- Tarempa-Selat Lampa, dan dari Pontianak dengan rute Pontianak-Serasan-Midai- Selat Lampa. Selain itu ada juga kapal perintis yang jadwal keberangkatannya setiap 10 hari sekali. Untuk transportasi udara ke Kabupaten Natuna dan dari Kabupaten Natuna sudah ada setiap hari yaitu ke Batam (setiap hari), ke Tanjungpinang (setiap Selasa dan Sabtu), ke Pontianak (setiap Rabu dan Jum at). Walaupun transportasi udara ada setiap hari, tetapi ada beberapa masalah yang menjadi hambatan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna ini yaitu harga tiket yang mahal serta sulitnya mendapatkan tiket ke Kabupaten Natuna ataupun dari Kabupaten Natuna karena keterbatasan seat peasawat. Fasilitas hotel dan penginapan di Kabupaten Natuna berjumlah 34 buah, sebagian besar berada di ibukota kabupaten yaitu Ranai dan sebagian kecil lainnya tersebar di beberapa kecamatan. Sedangkan fasilitas hotel/penginapan yang khusus berada di suatu lokasi wisata atau resort belum tersedia. Fasilitas pendukung pariwisata lainnya seperti sarana penyewaan peralatan diving dan snorkling belum tersedia. Selain itu keterbatasan sumber daya manusia pariwisata seperti guide/pemandu wisata, strategi pemasaran yang belum tepat, kelembagaan yang profesional dan regulasi yang mendukung pariwisata bahari di level daerah belum ada sehingga pariwisata 21
bahari di Kabupaten belum berkembang. Dengan melihat kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna sebagai mana telah disebutkan di atas, perlu di identifikasi faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan pariwisata bahari, dan faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata bahari. Jadi permasalahan yang dirumuskan selanjutnya adalah apa saja faktorfaktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas Kabupaten Natuna? Untuk pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas di Kabupaten Natuna perlu adanya suatu strategi pengembangan yang tepat bagi pemerintah agar program pembangunan kepariwisataan ini bisa berjalan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Dengan kondisi wilayah Kabupaten Natuna yang jauh, sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang kurang, kondisi geografis dimana pulaunya yang terpisah-pisah, pariwisata bahari harus dibangun dan dikembangkan secara terencana, terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan agar memberikan kontribusi bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Perlu adanya suatu strategi yang tepat dalam pengembangan sektor pariwisata ini agar program pembangunan pengembangan pariwisata yang dilaksanakan pemerintah daerah bisa efektif dan efisien. Maka masalah yang perlu dirumuskan selanjutnya adalah bagaimana strategi-strategi dan apa strategi terbaik serta program yang seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Natuna dalam pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas? 1.3 Tujuan Kajian Berdasarkan latar belakang dan perumuan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi lokasi objek wisata bahari yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas Kabupaten Natuna. 3. Mengidentifikasi alternatif-alternatif strategi pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas Kabupaten Natuna. 4. Menentukan strategi alternatif terbaik serta program yang dapat dilaksanakan pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas Kabupaten Natuna. 1.4 Kegunaan Kajian Kegunaan yang diharapkan dari kajian ini adalah : 1. Pemerintah Kabupaten Natuna, sebagai bahan acuan dan informasi dalam menyusun suatu rumusan yang tepat mengenai strategi pengembangan pariwisata bahari Kabupaten Natuna. 2. Pihak Swasta, sebagai acuan dan informasi dalam mengembangkan investasi di sektor pariwisata. 3. Pembaca, sebagai bahan informasi dan bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 22