STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI DI KABUPATEN NATUNA R I S W A N D I SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI DI KABUPATEN NATUNA R I S W A N D I SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013"

Transkripsi

1 1 STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI DI KABUPATEN NATUNA R I S W A N D I SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul Strategi dan Program Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Riswandi NIM H

3 3 RINGKASAN RISWANDI. Strategi dan Program Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT dan ROKHMIN DAHURI. Kabupaten Natuna berada di wilayah Propinsi Kepulauan Riau memiliki potensi pariwisata alam dan pariwisata bahari yang cukup besar untuk dikembangkan. Saat ini potensi di sektor ini belum memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan daerah. Penerimaan terbesar APBD Kabupaten Natuna berasal dana perimbangan sebesar 90,53 persen dimana dana perimbangan yang diperoleh terbesar adalah dari bagi hasil minyak dan gas. Ketergantungan Kabupaten Natuna terhadap SDA Migas ini sangat rentan dan tidak bisa terus menerus diandalkan, karena sumber daya alam minyak dan gas ini memiliki jangka waktu tertentu dan merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga sumber daya alam pariwisata bisa menjadi alternatif sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menjadi sektor yang dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, pengurangan kemiskinan yang selanjutnya menjadi prioritas pembangunan Kabupaten Natuna pada masa yang akan datang. Saat ini pembangunan sektor pariwisata di Kabupaten Natuna belum berkembang, belum terfokus pada satu lokasi dan belum ada strategi dan program pengembangan pariwisata bahari yang tepat untuk dilaksanakan. Namun, Natuna mempunyai potensi daerah wisata bahari yang cukup baik untuk dikembangkan dimana ada delapan lokasi wisata bahari potensial untuk dikembangkan. Tujuan kajian ini adalah : 1) Mengidentifikasi lokasi objek wisata bahari yang menjadi prioritas untuk dikembangkan; 2) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna; 3) Merumuskan alternatif-alternatif strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna; 4) Menentukan strategi dan program yang dapat dilaksanakan pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Indeks Persepsi Responden terhadap empat faktor yaitu Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas dan Ancilliary, Analisis Internal dan Eksternal (IFE-EFE), Analisis SWOT dan Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil pengolahan data kuesioner menunjukkan bahwa lokasi objek wisata bahari yang menjadi prioritas pertama untuk dikembangkan adalah Pantai Teluk Selahang karena memiliki faktor atraksi wisata yang cukup baik serta aksesibilitas yang paling baik dibandingkan lokasi yang lain. Kemudian prioritas kedua adalah Pulau Senoa karena Pulau Senoa juga memiliki faktor atraksi wisata yang baik tetapi akses transportasi ke lokasi dan sarana penunjang pariwisata di lokasi ini belum tersedia. Kemudian dari analisis faktor-faktor internal yang memiliki kekuatan terbesar adalah potensi wisata alam dan wisata bahari yang menarik dimana potensi tersebut dapat dikembangkan sehingga bisa memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Natuna, sedangkan kelemahan terbesarnya adalah sarana dan prasarana pendukung pariwisata terbatas sehingga perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana pariwisata bahari di lokasi yang diprioritaskan. Selanjutnya faktor kunci eksternal yang merupakan peluang terbesar adalah kebijakan pemerintah yang mendorong pariwisata daerah yang diharapkan bisa mendorong pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna, sedangkan ancaman terbesar bagi

4 pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna adalah akses ke Kabupaten Natuna yang masih sulit. Hasil analisis faktor-faktor internal dan eksternal melalui matriks IFE-EFE dan analisis matriks SWOT, dirumuskan enam alternatif strategi. Selanjutnya dari hasil analisis QSPM diperoleh urutan prioritas strategi yaitu : 1) Memperlancar aksesibilitas dan membangun prasarana sarana pariwisata; 2) Mengembangkan wisata bahari di lahan dan kawasan konservasi laut yang tersedia; 3) Meningkatkan kerjasama dengan daerah di sekitar yang sudah berkembang untuk membuka jalur wisata ke Natuna; 4) Meningkatkan kualitas SDM pengelola pariwisata khususnya pariwisata bahari; 5) Mengefektifkan anggaran untuk membangun pariwisata bahari yang berbasis pada masyarakat (community base development); 6) Meningkatkan kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat untuk kesinambungan pariwisata bahari. 4

5 5.SUMMARY RISWANDI. Strategy and Development Program of Marine Tourism in Natuna Regency. Supervised by YUSMAN SYAUKAT and ROKHMIN DAHURI. Natuna Regency, located in the province of Riau Islands, has a great potential for the development of nature tourism and marine tourism. Currently the potential in this sector has not contributed significantly to the region development. The largest revenue of Natuna s is from the fund balance of percent, which is mostly obtained from the shared profits of oil and gas. Natuna s dependence on oil and gas is very vulnerable and can not continuously be maintained because these natural resources of oil and gas has a certain period of time and can not be renewed, so the natural resources for tourism can be an alternative source of regional revenue (PAD) and a sector that can contribute to economic growth, job creation, and poverty reduction and then become the development priorities in Natuna regency in the future. At present, the tourism sector in Natuna is undeveloped, not yet focused on one location and there is no appropriate strategy and development program of marine tourism to be implemented. However, Natuna has a great potential for the development of marine tourism, i.e., there are eight potential locations for the development of marine tourism. The objectives of this study were 1) to identify the location of marine tourism objects to be prioritized for development, 2) to examine the internal and external factors of development marine tourism in Natuna regency, 3) to formulate alternative strategies in the development of marine tourism in Natuna, 4) to determine the strategies and programs that can be implemented by the local government to develop marine tourism in Natuna regency. The study used the analysis of Respondents Perceptions Index on four factors: Attractions, Amenity, Accessibility and Ancillary; Internal and External Analysis (IFE - EFE), SWOT Analysis; and QSPM Analysis (Quantitative Strategic Planning Matrix). The results of the questionnaire data processing showed that the location of the marine attraction to be the first priority for development is the Gulf Coast of Selahang because it has quite good tourist attraction and the best accessibility compared to other locations. The second priority is Senoa Island because it has a good tourist attraction but the transportation accessing to the site and tourism supporting facilities at this location are not yet available. Further, the analysis of internal factors indicated that the greatest strength is the potential of attractive nature tourism and marine tourism that can be developed to provide economic benefits for the people of Natuna Regency, while the greatest weakness is the limited supporting tourism infrastructure and facilities, thus requiring some improvement in the prioritized locations. Next, the external key factor as the biggest opportunity is a government policy that motivates the regional tourism programs expected to encourage the development of marine tourism in Natuna regency, while the greatest threat to the development of marine tourism is the access to the Natuna Regency, which is still difficult.

6 From the resulted analysis of internal and external factors through the IFE- EFE and SWOT matrix, six alternative strategies were formulated. Then, from the results of QSPM analysis, a sequence of priorities was obtained, namely: 1) to facilitate accessibility and building tourism infrastructure and facilities, 2) to develop a marine tourism on land and marine conservation areas available, 3) to enhance cooperation with the surrounding regions that have grown to open tourism track to Natuna, 4) to improve the quality of human resources that manage tourism especially marine tourism, 5) to make effective budget to build a community-based marine tourism, 6) to enhance cooperation between the government, private sectors and communities for sustainable marine tourism... 6

7 Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

8 8 STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI DI KABUPATEN NATUNA R I S W A N D I Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

9 Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tugas Akhir : Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS 9

10 10 Judul Nama NIM : Strategi dan Program Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna : Riswandi : H Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Ketua Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Manajemen Pembangunan Daerah Dr. Ir. Ma mun Sarma, MS. M.Ec Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :

11 11 PRAKATA Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga Kajian Pembangunan Daerah ini dengan judul Strategi dan Program Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna dapat di selesaikan. Kajian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Saya menyampaikan penghargaan yang tulus dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan, arahan dan saran-saran yang diberikan, semenjak penyusunan proposal sampai selesainya kajian ini. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada. : 1. Ibunda Hj. Maimon dan Ayahanda H. Syamsuddin Ali yang selalu memberikan dorongan, do a dan semangat. 2. Istri saya, Maya Supa Indah Prasti yang telah memberikan dorongan moril dan juga anak-anak kami yang tersayang : Zelfya Healthy Debella dan Zelhinsky Alfaro Mellodio. 3. Bapak Drs. H. Ilyas Sabli, MSi selaku Bupati Natuna beserta seluruh jajaran pemerintah Kabupaten Natuna atas kesempatan dan dukungan sehingga saya dapat mengikuti pendidikan ini. 4. Bapak Dr. Ir. Ma mun Sarma, MS, M.Ec selaku Ketua Program Studi beserta seluruh civitas akademika Program Magister Profesional Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 5. Bapak Amdat, SEi dan Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah yang telah memberikan sumbangsih pemikiran, semangat dan motivasi sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Saya menyadari dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita, Amin. Bogor, Desember 2013 RISWANDI

12 12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii I. PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kajian Kegunaan Kajian 5 II. STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Pariwisata Empat Aspek dalam Penawaran Destinasi Pariwisata Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas Perkembangan Wisata Bahari Konsep Wisata Bahari Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Metode Indeks Persepsi Responden Manajemen Strategis Peluang Eksternal dan Peluang Internal Analisis SWOT Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Penentuan Sampel Metode Analisis Data Analisis Indeks Persepsi Responden Penentuan Indikator Faktor-Faktor Internal dan Faktor-Faktor Eksternal Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (Eksternal Factor Evaluation) Analisis Matriks IE Analisis Matriks SWOT Analisis Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM) 35 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kondisi Demografis Kondisi Ekonomi 38

13 4.4 Kondisi Pariwisata dan Perhotelan Program Pengembangan Pariwisata Visi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna Misi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna Tujuan dan Sasaran Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna Strategi dan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna Program Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna 50 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Objek Wisata Bahari Prioritas Persepsi Responden Terhadap Atraksi Daya Tarik Wisata Persepsi Responden Terhadap Aksesibilitas Persepsi Responden Terhadap Amenitas Persepsi Responden Terhadap Ancilliary Persepsi Responden Terhadap Faktor Empat A Faktor Internal dan Eksternal Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Eksternal Matriks IFE - EFE Hasil Evaluasi Faktor Internal Hasil Evaluasi Faktor Eksternal Matriks Internal Eksternal (IE) Matriks SWOT Strategi S-O (Strengths Opportunities) Strategi S-T (Strengths Threats) Strategi W-O (Weaknesses Opportunities) Strategi W-T (Weaknesses Threats) Matriks QSPM 81 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 6.1 Visi dan Misi Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna Rancangan Strategi Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna Rancangan Program dan Kegiatan Pengembangan Pariwisata Bahari Kabupaten Natuna 87 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran 91 DAFTAR PUSTAKA 92 LAMPIRAN 96

14 14 DAFTAR TABEL 2.1 Pengembangan Pariwisata yang Sustainable versus Non Sustainable Matrik SWOT Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif Data yang Diperlukan dalam Penelitian Analisis Indeks Persepsi Responden Untuk Menentukan Lokasi Wisata Bahari Prioritas Indeks Atraksi Daya Tarik Wisata Indeks Aksesibilitas Indeks Amenitas Indeks Ancilliary Penentuan Nilai Bobot Faktor Strategis Internal Penentuan Nilai Bobot Faktor Strategis Eksternal Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna Jumlah Penduduk Menurut Struktur Mata Pencaharian Kabupaten Natuna Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun (Persen) PDRB Kabupaten Natuna Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) Distribusi PDRB Kabupaten Natuna Atas Dasar Harga Berlaku (persen) Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota Tahun PDRB Perkapita Kabupaten Natuna (Rupiah) PDRB Regional Perkapita Kabupaten Natuna (Rupiah) PDRB Perkapita Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten/Kota di Propinsi Kepulauan Riau (Rupiah) Realisasi Penerimaan Keuangan Kabupaten Natuna (Rupiah) Realisasi Pengeluaran APBD Kabupaten Natuna (Rupiah) Sarana Hotel/Penginapan di Kabupaten Natuna Jumlah Objek Wisata Kabupaten Natuna Objek Wisata Bahari Daerah Kabupaten Natuna Lokasi Terumbu Karang untuk Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna Indeks Persepsi Responden Terhadap Atraksi Daya Tarik Wisata Indeks Persepsi Responden Terhadap Aksesibilitas Indeks Persepsi Responden Terhadap Amenitas Indeks Persepsi Responden Terhadap Ancilliary Indeks Persepsi Responden Terhadap Faktor Empat A Nilai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Dibandingkan dengan Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna 69

15 5.9 Matriks Hasil Perhitungan Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks Hasil Perhitungan External Factor Evaluation (EFE) Matriks SWOT Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna Hasil Analisis QSPM Rancangan Program dan Kegiatan Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna Tahun

16 16 DAFTAR GAMBAR 2.1 Pariwisata Berkelanjutan Menurut WTO Skema Konsep Ekowisata Bahari Manajemen Strategis Kerangka Pemikiran Penelitian Strategi Pengembangan Pariwisata Bahari Kabupaten Natuna Indikator Faktor-Faktor Internal dan Eksternal dalam Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna Matriks Internal - Eksternal Peta Administratif Kabupaten Natuna Peta Lokasi Objek Wisata Daerah Kabupaten Natuna Kondisi Pantai Teluk Selahang Kondisi Pulau Senoa Dermaga di Pulau Senoa Pembangkit Listrik Hybrid Tenaga Surya dan Angin di Pulau Senoa Kondisi Pantai dan Pemandangan di Pulau Senoa Gua Sarang Burung Walet di Pulau Senoa Kondisi Pantai Sengiap Kondisi Pantai Teluk Buton Kondisi Pantai Sisi di Serasan Kondisi Pantai Batu Kasah Cemaga Kondisi Pantai Teluk Depeh Kondisi Pulau Kembang Keindahan Pantai Teluk Selahang Kondisi Pantai Berbatu di Pantai Teluk Selahang Kesenian Rakyat Permainan Alu di Pantai Teluk Selahang Makanan Khas Kernas dan Lempar yang Dijual di Pantai Teluk Selahang Fasilitas Transportasi Menuju Natuna Peta Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Natuna Matrik Internal Eksternal (IE) 78

17 17 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk 96 2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Propinsi Kepulauan Riau Tahun Kuesioner Penentuan Lokasi Pariwisata Bahari Prioritas 99 4 Kuesioner Penentuan Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal Kuesioner Penentuan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi Perhitungan Nilai Bobot Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Perhitungan Nilai Rating/Peringkat Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Penentuan Prioritas Strategi Berdasarkan Total Attractiveness Score (TAS) 110

18 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri, maju, adil dan makmur. Selain itu pembangunan pariwisata juga sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya dalam hal peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. (Kemenparekraf, 2011) Potensi alam dan budaya yang besar dapat dijadikan modal untuk mengembangkan industri pariwisata baik di tingkat nasional ataupun daerah. Potensi yang dimiliki dapat dikembangkan sebagai potensi pengembangan kegiatan perekonomian yang cepat menghasilkan devisa (quick yielding). Untuk menggalakkan pembangunan perekonomian dengan suatu pertumbuhan yang berimbang, kepariwisataan diharapkan dapat memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan katalisator untuk mengembangkan sektor-sektor lain secara bertahap (Spillane, 1989). Pembangunan pariwisata ini berdampak multi sektor dan berperan penting untuk peningkatan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha, mendorong pemerataan pembangunan nasional dan memberikan kontribusi dalam penerimaan negara yang dihasilkan dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara di dalam negeri yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan rasa cinta tanah air serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Lebih lanjut pembangunan kepariwisataan ini juga berperan dalam upaya untuk meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaan budaya bangsa. Selain itu pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk pelestarian sumber daya alam dengan menawarkan produk produk pariwata berkelanjutan seperti ekowisata, wisata bahari dan wisata-wisata lainnya. Kecenderungan pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia cukup signifikan, dimana kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tumbuh 9,62% dari 6,5 juta menjadi 7,2 juta pada tahun 2011, sementara perolehan devisa tahun 2011 US$ 8,5 milyar atau tumbuh 11,8% dibanding tahun 2010 sebesar US$ 7,6 milyar. Tingginya perolehan devisa pariwisata seiring dengan meningkatnya pengeluaran wisman yang tahun 2010 US$ 1.085,75/orang menjadi US$ 1.118,26/orang perkunjungan pada tahun Sementara pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) meningkat dari 150,49 trilyun pada tahun 2010 menjadi 158,88 trilyun pada triwulan keempat tahun 2011 (Pusdatin Kemanparekraf, 2011). Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dapat dilihat pada lampiran 1. Dari total kunjungan wisatawan mancanegara negara tahun 2011 yang berjumlah 7,2 juta jiwa, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara untuk di Propinsi Kepulauan Riau menempati urutan ketiga terbesar setelah Propinsi Bali yang berjumlah 2,7 juta jiwa atau 38,68% dan DKI Jakarta

19 yang berjumlah 1,9 juta jiwa atau 27,72%. Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Propinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 1,7 juta jiwa pada tahun 2011, dimana wisatawan mancanegara masuk melalui empat pintu masuk yaitu pintu masuk Batam lewat jalur udara dan laut, pintu masuk Tanjungpinang lewat jalur laut, pintu masuk Tanjung Uban lewat jalur laut dan pintu masuk Tanjung Balai Karimun juga lewat jalur laut. Untuk melihat jumlah wisatawan mancanegara ke Propinsi Kepulauan Riau berdasarkan asal wisatawan dan pintu masuk dapat dilihat pada lampiran 2. Sebagian besar wisatawan yang masuk ke Propinsi Kepulauan Riau adalah melalui Batam yaitu berjumlah 1,1 juta atau 68% dari total kunjungan ke Propinsi Kepulauan Riau dan berkontribusi sebesar 12,68% dari total kunjungan secara nasional. Asal wisatawan yang paling banyak masuk ke Propinsi Kepulauan Riau adalah wisatawan dari Singapura yang berjumlah 0,9 juta atau 53%. Hal ini dikarenakan jarak yang sangat dekat antara Singapura dan Batam, transportasi dan aksesibilitas yang mudah serta sudah tersedianya atraksi wisata dan fasilitas penunjang pariwisata di Batam. Saat ini semenjak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah, masing masing pemerintah daerah berupaya mengoptimalkan potensi, aset dan sumber daya yang dimiliki agar bisa memberikan kontribusi bagi perkembangan pembangunan dan perekonomian. Setiap daerah harus mencermati sektor-sektor strategis dan potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik daerah (kondisi geografis, sumber daya alam dan sosial budaya masyarakat) sehingga produktif dan dapat membantu menopang pembangunan daerah, memberikan nilai manfaat serta menghasilkan produktifitas yang tinggi bagi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan. Untuk menentukan arah pembangunan perekonomian daerah (ingin memperoleh satu poin dalam pelaksanaan otonomi daerah) maka tidak ada pilihan lain kecuali membangun perekonomian berbasiskan karakteristik dan sumber daya lokal. Kabupaten Natuna yang berada di wilayah Propinsi Kepulauan Riau, memiliki potensi yang sangat besar di sektor pariwisata. Hanya saja potensi pariwisata di sini belum dikelola secara maksimal oleh pemerintah dan semua stake holder sehingga sektor ini belum bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (RIPPDA Natuna, 2010). Sektor andalan Kabupaten Natuna saat ini adalah sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (migas) tetapi harus disadari bahwa pemanfaatan sumber daya alam migas itu tidak bisa terus menerus diandalkan. Sumber daya alam migas akan habis pada batas waktu tertentu dan tidak dapat diperbaharui, maka diharapkan sumber daya alam pariwisata menjadi alternatif, menjadi sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menjadi sektor yang dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, pengurangan kemiskinan, dan media dalam menciptakan keharmonisan sosial dan kecintaan terhadap budaya dan lingkungan, yang selanjutnya dijadikan prioritas pembangunan daerah pada masa yang akan datang. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna yang diperoleh melalui perhitungan langsung ke lokasi wisata, jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat tempat wisata yang ada di Kabupaten Natuna sebanyak jiwa/tahun pada tahun 2010, jiwa/tahun pada tahun 2011 dan 19

20 jiwa/tahun pada tahun Pengunjung yang berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Natuna ini sebagian besar adalah wisatawan lokal atau wisatawan asal Natuna yang berada dekat dengan lokasi wisata yang ada di Kabupaten Natuna. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, Kabupaten Natuna belum memberikan konstribusi yang signifikan, karena beberapa hambatan yang dihadapi seperti terbatasnya infrastruktur, masih kurangnya prasarana dan sarana pendukung yang tersedia, sulitnya akses dan transportasi ke lokasi wisata meskipun potensi alam dan potensi wisata baharinya cukup besar. Saat ini wilayah Kabupaten Natuna belum masuk kedalam kategori pintu masuk wisatawan mancanegara di Propinsi Kepulauan Riau. Dengan melihat kekhasan dan keunikan wilayah Kabupaten Natuna, potensi potensi pariwisata yang tersedia di Kabupaten Natuna dan juga dengan memperhatikan kelanjutan pembangunan pariwisata jangka panjang maka jenis pariwisata yang potensial dan perlu dikembangkan di Kabupaten Natuna adalah pariwisata alam yang berupa alam pantai dan pesisir serta pariwisata bahari yang berupa laut, terumbu karang, berbagai jenis ikan dan habitat lainnya. Tetapi saat ini potensi pariwisata alam dan pariwisata bahari yang ada di Kabupaten Natuna ini belum bisa secara maksimal memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Sektor ini belum bisa memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (BPS,2010). Perlu adanya suatu perencanaan yang terpadu, lebih terfokus, strategistrategi dan program-program yang tepat sasaran dalam mengembangkan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Untuk itu penulis ingin memberikan konstribusi terhadap pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna melalui penelitian dengan topik Strategi dan Program Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna. Diharapkan kegiatan pengembangan pariwisata bahari dapat meningkatkan pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Natuna. 1.2 Perumusan Masalah Kabupaten Natuna memiliki banyak potensi pariwisata baik wisata alam, wisata budaya maupun wisata minat khusus terutama wisata bahari. Potensi wisata budayanya adalah banyaknya Benda Cagar Budaya (BCB) terutama barang barang antik yang berasal dari Tiongkok, adat istiadatnya yang unik, keseniankesenian Melayu seperti Mendu dan tarian Melayu, permainan-permainan rakyat seperti Gasing, Kolek, Jung Kate dan lain lain. Sedangkan potensi wisata alam dan wisata baharinya adalah keindahan panorama alam pantai, pantai yang berbatu, potensi terumbu karang, budi daya penyu, gua sarang burung walet sehingga sangat banyak atraksi wisata yang bisa dikembangkan seperti menikmati alam pantai, berjemur, berenang, diving, snorkeling, memancing, olahraga air dan atraksi pariwisata bahari lainnya. Salah satu pantai di Kabupaten Natuna yaitu Pantai Sisi yang berada di Kecamatan Serasan Timur pernah disebutkan sebagai salah satu dari 30 pantai terbaik di dunia versi Island Magazine edisi september Lokasi objek wisata yang memiliki atraksi daya tarik wisata di Kabupaten Natuna sangat banyak, tetapi ada 10 lokasi wisata yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai objek wisata daerah yaitu Pulau Senoa, Pantai Sengiap, Pantai Teluk Selahang, Pantai Teluk Depeh, Pantai Teluk Buton, Pantai 20

21 Sisi, Pantai Batu Kasah Cemaga, Pulau Kembang, Batu Senduyung dan Batu Catur (RIPPDA Kabupaten Natuna, 2010). Sesuai dengan potensi pariwisata dan karakteristik lokasi wisata yang tersedia di Kabupaten Natuna bahwa pariwisata bahari merupakan pariwisata yang tepat untuk dikembangkan dengan ciri khas yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Natuna dengan kondisi geografisnya, topografisnya yang unik, pemandangan alam dan keindahan terumbu karangnya yang menarik sehingga bila dikembangkan melalui program pengembangan yang tepat, sektor pariwisata akan bisa berkembang dan memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Natuna. Saat ini pengembangan lokasi wisata bahari di Kabupaten Natuna masih belum terfokus di satu lokasi wisata sehingga hal ini akan menyulitkan karena keterbatasannya anggaran pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna. Untuk itu perlu ditentukan suatu lokasi wisata yang prioritas untuk dikembangkan terlebih dahulu agar anggaran yang digunakan untuk pengembangan sektor ini tepat sasaran dan terukur. Selain itu keterbatasan sumber daya manusia juga menjadi permasalahan bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna sehingga pengembangan sumber daya manusia yang tepat di suatu lokasi wisata yang prioritas dikembangkan akan mengefektifkan anggaran bagi pengembangan sumber daya manusia pariwisata. Untuk itu yang menjadi permasalahan pertama dalam penelitian ini adalah lokasi objek wisata bahari mana yang menjadi prioritas untuk dikembangkan? Wilayah Kabupaten Natuna terdiri atas 12 kecamatan dimana 5 kecamatan berada di pulau Bunguran Besar sedangkan 7 kecamatan berada di pulau-pulau yang terpisah oleh laut. Objek pariwisata bahari tersebar hampir disemua kecamatan di wilayah Kabupaten Natuna. Aksesibilitas ke lokasi wisata bahari di Kabupaten Natuna masih terbatas, akses transportasi antar kecamatan menuju kelokasi wisata bahari yang terpisah oleh laut sangat terbatas. Saat ini transportasi antar kecamatan mengunakan kapal Bukit Raya yang jadwal keberangkatannya satu minggu sekali dari Tanjung Pinang dengan rute Tanjung Pinang-Letung- Tarempa-Selat Lampa, dan dari Pontianak dengan rute Pontianak-Serasan-Midai- Selat Lampa. Selain itu ada juga kapal perintis yang jadwal keberangkatannya setiap 10 hari sekali. Untuk transportasi udara ke Kabupaten Natuna dan dari Kabupaten Natuna sudah ada setiap hari yaitu ke Batam (setiap hari), ke Tanjungpinang (setiap Selasa dan Sabtu), ke Pontianak (setiap Rabu dan Jum at). Walaupun transportasi udara ada setiap hari, tetapi ada beberapa masalah yang menjadi hambatan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna ini yaitu harga tiket yang mahal serta sulitnya mendapatkan tiket ke Kabupaten Natuna ataupun dari Kabupaten Natuna karena keterbatasan seat peasawat. Fasilitas hotel dan penginapan di Kabupaten Natuna berjumlah 34 buah, sebagian besar berada di ibukota kabupaten yaitu Ranai dan sebagian kecil lainnya tersebar di beberapa kecamatan. Sedangkan fasilitas hotel/penginapan yang khusus berada di suatu lokasi wisata atau resort belum tersedia. Fasilitas pendukung pariwisata lainnya seperti sarana penyewaan peralatan diving dan snorkling belum tersedia. Selain itu keterbatasan sumber daya manusia pariwisata seperti guide/pemandu wisata, strategi pemasaran yang belum tepat, kelembagaan yang profesional dan regulasi yang mendukung pariwisata bahari di level daerah belum ada sehingga pariwisata 21

22 bahari di Kabupaten belum berkembang. Dengan melihat kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna sebagai mana telah disebutkan di atas, perlu di identifikasi faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan pariwisata bahari, dan faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata bahari. Jadi permasalahan yang dirumuskan selanjutnya adalah apa saja faktorfaktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas Kabupaten Natuna? Untuk pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas di Kabupaten Natuna perlu adanya suatu strategi pengembangan yang tepat bagi pemerintah agar program pembangunan kepariwisataan ini bisa berjalan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Dengan kondisi wilayah Kabupaten Natuna yang jauh, sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang kurang, kondisi geografis dimana pulaunya yang terpisah-pisah, pariwisata bahari harus dibangun dan dikembangkan secara terencana, terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan agar memberikan kontribusi bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Perlu adanya suatu strategi yang tepat dalam pengembangan sektor pariwisata ini agar program pembangunan pengembangan pariwisata yang dilaksanakan pemerintah daerah bisa efektif dan efisien. Maka masalah yang perlu dirumuskan selanjutnya adalah bagaimana strategi-strategi dan apa strategi terbaik serta program yang seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Natuna dalam pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas? 1.3 Tujuan Kajian Berdasarkan latar belakang dan perumuan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi lokasi objek wisata bahari yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas Kabupaten Natuna. 3. Mengidentifikasi alternatif-alternatif strategi pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas Kabupaten Natuna. 4. Menentukan strategi alternatif terbaik serta program yang dapat dilaksanakan pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata bahari di lokasi wisata bahari prioritas Kabupaten Natuna. 1.4 Kegunaan Kajian Kegunaan yang diharapkan dari kajian ini adalah : 1. Pemerintah Kabupaten Natuna, sebagai bahan acuan dan informasi dalam menyusun suatu rumusan yang tepat mengenai strategi pengembangan pariwisata bahari Kabupaten Natuna. 2. Pihak Swasta, sebagai acuan dan informasi dalam mengembangkan investasi di sektor pariwisata. 3. Pembaca, sebagai bahan informasi dan bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 22

23 23 II. STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Pariwisata Secara etimologis, kata pariwisata diidentikkan dengan kata travel dalam bahasa inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkalikali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Wardiyanto, 2010). Selain itu ada bermacam pengertian lain mengenai pariwisata yaitu Mcintosh (1984) menyatakan bahwa pariwisata adalah : A composite of activities, services and industries that delivers a travel experience, transportation, activity and other hospitality service available for individuals or group that are away from home. Dari definisi tersebut menyatakan bahwa pariwisata adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan wisatawan baik individu maupun berkelompok dengan menikmati jasa dan insustri pariwisata, transportasi, akomodasi, restoran, hiburan dan sebagainya (Mulyadi dan Nurhayati, 2002). Hunzieker dan Kraft (Yoeti, 2001) mengemukakan definisi pariwisata dengan batasan yang lebih bersifat teknis yang diterima secara offisial oleh The Association Experts Scientific Internationale des Experts Scientifique du Tourisme (AIEST), batasan yang diberikan sebagai berikut : Tourism is the sum of the phenomenom and relationships arising from the travel and stay of non resident, in so far as they do not lead to permanent residence and are not connected with any earning activity (pariwisata adalah gabungan dari gejala dan hubunganhubungan yang muncul dari adanya perjalanan dan tinggal sementara dari orangorang yang bukan penduduk setempat, sejauh mereka tidak menunjukkan keinginan untuk menetap dan sejauh mereka tidak berhubungan dengan kegiatan yang menghasilkan uang). Wahab (1975) merumuskan pengertian pariwisata sebagai berikut : A Propeseful human activity that serves as a link between people either within one some country or beyond the geographical limits the states. It involves the temporary displacement of people to another region, country or continent for the satisfaction of varied needs other than exercising a renumerated function (Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri/diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap). Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan pengertian pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah biasanya karena ingin sekedar untuk refreshing dan sekedar untuk berjalan-jalan. Selain itu, ada juga yang melakukan perjalanan wisata karena ada urusan bisnis ke suatu daerah. Ada berbagai jenis pariwisata yang dikelompokkan berdasarkan tujuan atau motif seseorang atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata. Berikut jenis-jenis Pariwisata menurut Spillane (1987) :

24 1) Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, atau bahkan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota. 2) Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya. 3) Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah lain selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain. 4) Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism) Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori : a. Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya peristiwaperistiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, World Cup, dan lainlain. b. Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, dan lain-lain. 5) Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism) Perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan. 6) Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism) Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara. Munculnya pariwisata tidak terlepas dari adanya dorongan naluri manusia yang selalu ini mengetahui dan mencari hal, hal yang baru, bagus, menarik, mengagumkan dan menantang. Orang-orang yang ingin mencari hal-hal tersebut diatas biasanya melakukan perjalanan ke luar daerah atau keluar dari kebiasaannya sehari-hari dalam kurun waktu tertentu. Seringkali perjalanan seperti ini dilakukan pada saat mereka mempunyai waktu luang (leisure) atau sengaja dilakukan untuk menghabiskan waktu luangnya mengunjungi dan menikmati sesuatu yang menarik seperti ; keindahan alam, hiburan, budaya, adat istiadat, mengunjungi tempat-tempat suci dll. 24

25 Pariwisata sebagai sesuatu fenomena sosial, terbentuk oleh berbagai faktor sekaligus berpengaruh terhadap banyak aspek kehidupan manusia. Soeriaatmaja (1997) mengatakan bahwa pariwisata melibatkan tiga unsur penting, yakni unsur dinamik, menyangkut urusan perjalanan atau gerakan menuju suatu daerah tujuan wisata; unsur statik, merupakan tempat terjadinya kegiatan wisata; dan unsur interaksi, yakni yang merupakan akibat dari keberadaan dua unsur penting sebelumnya. Kegiatan pariwisata, merupakan hasil interaksi antara wisatawan dengan masyarakat sekitar pada saat wisatawan mengunjungi objek wisata atau daya tarik wisata. Pariwisata dapat pula dipandang sebagai suatu fenomena geografis, kegiatan pariwisata akan senantiasa terpengaruh atau bahkan tergantung pada ciri khas yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, baik mengenai masyarakatnya, maupun kondisi topografisnya. Setiap wilayah geografis mempunyai ciri khasnya masing-masing, pengembang pariwisata perlu memahami masalah ini supaya mereka dapat memasarkan kekhasan daerah tujuan wisata yang akan dijualnya kepada calon wisatawan secara tepat. Misalnya, ada daerah tertentu yang menarik karena : pemandangan alamnya yang sejuk, topografinya yang unik, keadaan lautnya yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat disaksikan dengan jelas, atraksi budayanya yang unik, dinamika sosial ekonomi masyarakatnya, dll. Pariwisata merupakan kegiatan bersenang-senang yang melibatkan banyak orang, ditandai dengan adanya perpindahan (mobilisasi) dari satu tempat yang merupakan tempat tinggalnya ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya, dimana perpindahan ini tidak bertujuan untuk menetap atau mencari nafkah. Fenomena ini menimbulkan berbagai macam unit usaha (kegiatan bisnis) yang menimbulkan berbagai dampak positif maupun dampak negatif bagi pembangunan daerah. Dalam kegiatan pariwisata banyak komponen yang terlibat, masing-masing saling berkaitan pengaruh mempengaruhi sehingga membentuk sebuah sistem. Komponen yang dimaksud adalah : jasa pelayanan pariwisata, sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan dan lingkungan. Aktifitas pariwisata secara tidak langsung melibatkan kehidupan sosial, baik itu masyarakat sebagai wisatawan maupun sebagai penyedia objek pariwisata dan penerima wisatawan. Hubungan sosial masyarakat ini sangat berpengaruh pada perkembangan kepariwisataan. Semakin erat dan harmonis hubungan antara wisatawan dengan masyarakat penerima didaerah tujuan wisatawan, semakin cepat perkembangan pariwisatanya. Dengan kegiatan pariwisata ini masyarakat bisa berinteraksi dan bertransaksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam dunia pariwisata misalnya sebagai karyawan sementara atau karyawan tetap di industri penyedia jasa pelayanan pariwisata seperti ; biro perjalanan wisata (travel agency), hotel, villa, bungalow, restoran, transportasi dan lain sebagainya. Secara konseptual pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan oleh perorangan maupun kelompok sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dalam lingkungan hidup untuk mencapai kebahagiaan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Guyer Freuler (1963) yang telah mempublikasikan sebuah studi Contributions to Tourism Statistics, menyatakan bahwa pariwisata merupakan gejala jaman 25

26 sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan sebagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan untuk sementara waktu dalam rangka menambah wawasan bidang sosial kemasyarakatan, sistem perilaku dari manusia itu sendiri dengan berbagai dorongan kepentingan sesuai dengan budaya yang berbeda-beda yang berhubungan dengan upaya untuk mencari kesenangan, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Pada dasarnya hakikat pariwisata adalah mengandalkan adanya keunikan, kekhasan dan keindahan alam dan budaya yang tumbuh dalam suatu masyarakat. Hakikat ini merupakan kerangka dasar konsepsi pariwisata yang kemudian berkembang menjadi iklim pariwisata nasional. Dan diketahui juga tujuan pembangunan pariwisata indonesia adalah mewujudkan indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai dan berdaya saing tinggi. 2.2 Empat Aspek Dalam Penawaran Destinasi Pariwisata Inti dari produk pariwisata adalah destinasi wisata dan inilah yang menjadi daya tarik utama berkembangnya industri pariwisata. Destinasi berkaitan dengan sebuah tempat atau wilayah yang mempunyai keunggulan dan ciri khas, baik secara geografi maupun budaya, sehingga dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi dan menikmatinya. Semua produk yang berkaitan dengan perjalanan sebelum, selama, dan sesudah mengunjungi suatu destinasi, adalah produk-produk pendukung industri pariwisata. Produk-produk tersebut menyatu dan tidak bisa dipisahkan untuk menciptakan pengalaman yang memuaskan bagi wisatawan. Jika salah satu produk membuat wisatawan kecewa, maka secara keseluruhan wisatawan akan kecewa terhadap destinasi tersebut. Untuk membuat sebuah destinasi wisata yang unggul, menurut Cooper (1993) dalam buku yang berjudul Tourism : Principle and Practise, juga pernah dikutip oleh Prof. Dr. I Gede Pitana dalam sambutannya di seminar Cooperation in the Development of Education and Tourism in Global Era pada 31 Mei 2012 di Surabaya, sebelum sebuah destinasi diperkenalkan dan dijual, terlebih dahulu harus mengkaji empat aspek utama (4A) yang harus dimiliki, yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas dan ancilliary. 1) Atraksi Atraksi adalah produk utama dari sebuah destinasi, atraksi berkaitan dengan apa yang bisa dilihat (what to see), apa yang bisa dilakukan (what to do), apa yang bisa dibeli (what to buy) di suatu destinasi wisata sehingga bisa menjadi unsur daya tarik dan magnet bagi kedatangan wisatawan di suatu lokasi wisata. Atraksi ini bisa berupa objek alamiah karunia tuhan YME seperti keindahan panorama alam dan keunikan alam, selain itu dapat berupa akar budi manusia seperti seni dan budaya masyarakat setempat, peninggalan bangunan bersejarah, serta atraksi buatan seperti sarana permainan dan hiburan. Untuk menikmati atraksi wisata ini ada yang tidak perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu seperti 26

27 menikmati pemandangan alam, suasana pantai, danau, bangunan dan lain lain, selain itu ada yang perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu dan disajikan sebagai suatu pertunjukan seperti seni budaya daerah, pertandingan olahraga dan lain lain. 2) Aksesibilitas Aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi wisata. Akses jalan raya dan ketersediaan sarana transportasi yang baik merupakan aspek penting bagi sebuah destinasi wisata. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan dan dijual, tak banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik yang tersedia ke lokasi wisata. 3) Amenitas Amenitas adalah segala fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi. Amenitas berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap serta restoran atau warung untuk makan dan minum dan fasilitas pendukung lainnya yang mungkin juga diinginkan dan diperlukan oleh wisatawan, seperti toilet umum, rest area, tempat parkir, klinik kesehatan, dan sarana ibadah. Tentu saja fasilitasfasilitas tersebut juga perlu melihat dan mengkaji situasi dan kondisi dari destinasi sendiri dan kebutuhan wisatawan. Tidak semua amenitas harus berdekatan dan berada di daerah utama destinasi, contohnya untuk destinasi alam dan peninggalan bersejarah sebaiknya agak berjauhan dari amenitas yang bersifat komersial, seperti hotel, restoran, rest area dan lain lain. 4) Ancilliary Ancilliary berkaitan dengan ketersediaan sebuah organisasi atau orangorang yang mengurus destinasi tersebut. Ini menjadi penting karena walaupun destinasi sudah mempunyai atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang baik, tapi jika tidak ada yang mengatur dan mengurus maka destinasi tersebut akan terbengkalai dan tidak bisa memberikan nilai jual bagi wisatawan. Organisasi bisa merupakan sebuah perusahaan atau organisasi masyarakat dimana akan melakukan tugasnya seperti sebuah perusahaan. Organisasi ini mengelola destinasi sehingga bisa memberikan keuntungan kepada pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat sekitar, wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya. 2.3 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut The World Conservation Union (WCU) adalah proses pembangunan suatu tempat atau daerah tanpa mengurangi nilai guna dari sumber daya yang sudah ada. Secara umum hal ini dapat dicapai dengan pengawasan dan pemeliharaan terhadap sumber-sumber daya yang sekarang ada, agar dapat dinikmati untuk masa yang akan datang. Pembangunan kepariwisataan bertahan lama menghubungkan wisatawan sebagai penyokong dana terhadap fasilitas pariwisata dengan pemeliharaan lingkungan. Menurut World Commicion on Environment and Development 27

28 konsep pariwisata berkelanjutan adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan kebutuhan saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan (hidup) generasi penerus di waktu yang akan datang. Arti lebih jauh, dalam pembangunan hendaknya jangan menghabiskan atau menguras sumber daya pariwisata untuk jangka pendek, tetapi harus memperhatikan kelanjutan pembangunan pariwisata jangka panjang di waktu yang akan datang. Tourism Stream, action strategy yang diambil dari Globe 90 conference Vancouver, Canada (J. Swarbroke, 1998) menyatakan bahwa, kepariwisataan berkelanjutan (sustainable tourism) didefinisikan sebagai bentuk dari pengembangan ekonomi yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat sekitar, memberikan image yang positif bagi wisatawan, pemeliharaan kualitas lingkungan hidup yang tergantung dari masyarakat sekitar dan wisatawan itu sendiri. Daya dukung (carring capacity) adalah kunci bagi pengembangan kepariwisataan bertahan lama (sustainable tourism). Konsep ini mengacu pada penggunaan secara maksimal dari suatu daya tarik wisata tanpa mengakibatkan kerusakan sumber-sumber yang ada, yang dapat mengurangi kepuasan turis atau menambah masalah sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Prinsip lain dari sustainable tourism yang juga kurang lebih sama dengan konsep-konsep yang sudah ditulis sebelumnya antara lain : 1. Lingkungan hidup mempunyai nilai yang tersirat sebagai asset dari pariwisata, yang keberadaannya harus dipertimbangkan untuk jangka panjang. 2. Kepariwisataan harus dapat dikenalkan sebagai aktivitas yang positif yang dapat memberikan keuntungan yang potensial kepada masyarakat di tempat-tempat lain disekitarnya. 3. Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga lingkungan hidup dapat bertahan untuk jangka panjang dan kegiatan pariwisata tidak boleh membawa dampak yang tidak diharapkan. 4. Kegiatan kepariwisataan dan pengembangan-pengembangannya harus mempertimbangkan derajat kealamian dan karakter dari tempat dimana mereka berlokasi. 5. Keserasian antara kebutuhan wisatawan, tempat, dan penduduk sekitar harus dicari dan dipertemukan. McIntyre (1993) dalam buku yang berjudul Sustainable Tourism Development Guide for Local Planner dinyatakan bahwa ada tiga komponen penting yang saling terkait dalam pengembangan sustainable tourism dan apabila ketiga komponen ini dilibatkan maka akan terjadi peningkatan kualitas hidup. Ketiga komponen yang dimaksud adalah: 1. Industri pariwisata Industri pariwisata adalah dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan, mendorong penanaman modal, meningkatkan kesempatan 28

29 untuk mengembangkan bisnis. Dalam industri pariwisata yang dimaksud dengan penawaran adalah terdiri dari transportasi, atraksi wisata, fasilitas wisatawan, pelayanan dan semua yang berhubungan dengan infrastruktur, serta informasi dan promosi, industri pariwisata mencari lingkungan bisnis yang sehat dengan tersedianya jaminan keamanan, keuangan, tenaga kerja yang terlatih dan bertanggung jawab, atraksi yang berkualitas sehingga dapat mendatangkan wisatawan yang terus menerus. 2. Lingkungan Agar kepariwisataan dapat bertahan lama maka tipe dan tingkat aktivitas kepariwisataan harus diseimbangkan dengan kapasitas tersedianya sumber daya, baik alam maupun buatan. Carrying capacity adalah hal yang mendasar dalam perlindungan dan pengembangan kepariwisataan bertahan lama. Konsep ini mengacu pada penggunaan secara maksimal terhadap sumber daya yang tersedia tanpa menyebabkan dampak negatif terhadap sumber-sumber daya tersebut, tanpa mengurangi kepuasan wisatawan, atau tanpa menambah masalah sosial, ekonomi, dan budaya di area obyek wisata tersebut. Tiga aspek dari lingkungan kepariwisataan, adalah : (a) Ecological, yaitu berhubungan dengan lingkungan alam, (b) Sociocultural, yang berhubungan dengan dampak terhadap kehidupan masyarakat dan kebudayaannya, (c) Facility, yang berhubungan dengan pengalaman pengunjung. Dalam mengembangkan kepariwisataan bertahan lama, sangat penting mempertimbangkan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup dan kepuasan pengunjung seperti yang ditekankan sebelumnya, jika produk kepariwisataan merosot dalam kualitas, maka secara pasti akan terjadi kemerosotan ekonomi pariwisata. 3. Masyarakat Pengembangan kepariwisataan memerlukan perubahan yang berhubungan dengan pemeliharaan, maka perlu bagi masyarakat sekitarnya untuk memperoleh keuntungan dan kepariwisataan yang dapat memuaskan mereka sehingga mereka mempunyai motivasi untuk mengadakan perubahan tersebut. Peningkatan taraf hidup masyarakat adalah faktor pokok. Keinginan masyarakat untuk terlibat adalah merupakan kunci untuk mengadakan perubahan yang akan meningkatkan kualitas hidup. Jika masyarakat terlibat dalam berbagai tahap maka masyarakat akan merasa termotivasi dan bertanggung jawab. Sejak awal masyarakat diberikan pengertian mengenai kepariwisataan dan dampak-dampak yang mungkin terjadi, sehingga nantinya tidak akan terjadi kesalahpahaman. Keuntungan yang dapat dicapai oleh masyarakat adalah tersedianya lapangan pekerjaan baru dan pendapatan tambahan, menciptakan kesempatan penanaman modal baru, memperbaiki fasilitas untuk pelayanan termasuk perairan, jalan, balai kesehatan, keamanan, serta infrastruktur yang lainnya, meningkatkan pangsa pasar untuk memasarkan produk lokal, memperbaiki kesempatan 29

30 untuk tenaga kerja terlatih, memperbaiki fasilitas dan aktivitas rekreasi dan budaya yang juga bisa dinikmati oleh penduduk, dan peningkatan penghargaan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Pihak yang merencanakan pengembangan harus mengikutsertakan masyarakat sejak awal tahap perencanaan. Penjelasan tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut : 30 stri wisata Lingkungan wisata kelanjutan Gambar 2.1 Pariwisata Berkelanjutan menurut WTO Masyarakat Dari berbagai konsep yang sudah dijelaskan mengenai konsep sustainable tourism, maka dapat diketahui klasifikasi pengembangan pariwisata yang sustainable atau yang non sustainable dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Pengembangan Pariwisata yang Sustainable versus Non Sustainable Sustainable sep Umum 1. Perkembangan lambat 2. Perkembangan terkontrol 3. Skalanya tepat 4. Untuk jangka panjang 5. Kualitas 6. Dikontrol dari dekat tegi Pengembangan 1. Perencanaan baru pengembangan 2. Rencana memberikan pola 3. Memperhatikan pemandangan secara keseluruhan 4. Tekanan dan keuntungan yang disebarkan 5. Developer (pengembang) lokal 6. Tenaga kerja lokal 7. Arsitektur asli laku Turis/Wisatawan 1. Bernilai tinggi 2. Maturity 3. Ada beberapa pengetahuan mengenai bahasa lokal 4. Bijaksana dan peka 5. Tenang/tidak ramai 6. Perkunjungan yang berulang-ulang Sumber : Swarbrooke (1998) Non Sustainable sep Umum 1. Perkembangan cepat 2. Perkembangan tidak terkontrol 3. Skala yang tidak sesuai 4. Untuk jangka pendek 5. Kuantitas 6. Dikontrol dari jauh tegi Pengembangan 1. Pengembangan baru perencanaan 2. Proyek memberikan pola 3. Memusatkan pola pada obyek tertentu 4. Menambah kapasitor 5. Developer dari luar 6. Tenaga kerja dari luar 7. Arsitektur tidak asli (non vernacular) laku Turis/Wisatawan 1. Bernilai rendah 2. Tidak ada persiapan mental 3. Tidak ada pengetahuan akan bahasa lokal 4. Intensive dan tidak peka 5. Menyolok 6. Tidak ingin kembali

31 2.4 Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas Komunitas (community) merupakan sekelompok orang yang hidup bersama pada lokasi yang sama, sehingga mereka berkembang menjadi sebuah kelompok hidup (group lives) yang diikat oleh kesamaan kepentingan (common interests). Dalam sosiologi, secara harfiah makna komunitas adalah masyarakat setempat (Soekanto, 1999). Komunitas dapat diartikan juga sebagai sekumpulan anggota masyarakat yang hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka dapat merasakan kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Artinya, ada social relationship yang kuat di antara mereka, pada satu batasan geografis tertentu. Elemen dasar yang membentuk adalah adanya interaksi yang intensif di antara anggotanya, dibandingkan dengan orang-orang diluar batas wilayah. Ukuran derajat hubungan sosial, terkait kesamaan tujuan adalah pemenuhan kebutuhan utama individu dan anggota pembentuk kelompok dalam masyarakat. Komunitas dapat dibedakan atas berbagai pola, atas dasar ukuran (besar dan kecil), atas dasar level (lokal, nasional, internasional), riel atau tidak real (virtual), bersifat kooperatif atau kompetitif, serta formal atau informal. Pada perkembangannya konsep komunitas dipakai secara lebih luas, untuk kesatuan hidup yang berada pada suatu wilayah tertentu disebut community of places, misalnya sekelompok masyarakat yang tinggal pada suatu lokasi wisata dan membentuk kelompok pencinta pariwisata dan sebagainya sedangkan hubungan yang diikat karena kesamaan kepentingan namun tidak tinggal dalam satu wilayah geografis tertentu (borderless) disebut dengan community of interest, misalnya sekelompok orang yang berada pada suatu pemasaran perhotelan dan agen perjalanan. Paradigma pembangunan saat ini telah bergeser dari pendekatan pembangunan yang cenderung top down menjadi pembangunan dari bawah (bottom up) yang lebih menuju aktifitas dengan komunitas. Secara umum ada tiga bentuk aktifitas dengan komunitas (community practice) ini yaitu social action, social planning dan community development (Adi, 2003). Konsep pembangunan saat ini lebih berbasis pada community development dan community based management yang dilakukan melalui capacity building dan empowernment. Community Development (CD) adalah suatu konsep yang luas mencakup berbagai bentuk upaya dengan mengaplikasikan teori dan praktek berupa kepemimpinan lokal, para aktivis, melibatkan warga dan kalangan profesional untuk meningkatkan berbagai sisi kehidupan bagi komunitas lokal melalui partisipasi aktif dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat. Dalam prakteknya para pelaksana community development melakukan identifikasi masalah, mengidentifikasi sumber daya setempat, menganalisa struktur kekuasaan lokal dan berbagai hal lain di dalam masyarakat. Kemudian ada juga konsep Community-Based Management (CBM) yang juga mengandalkan kepada komunitas dimana komunitas sebagai pelaku utama pembangunan. Semua yang datang dari luar hanyalah pendukung untuk membantu komunitas. Komunitas didukung melalui berbagai hal mulai dari penelitian, pengembangan kebijakan, pendidikan dan capacity building, serta 31

32 mengembangkan networks and linkages. CBM dapat dilakukan pada komunitas manapun baik perikanan, kehutanan maupun pariwisata. Pengembangan dari konsep CBM ini adalah Community-Based Resource Management (CBRM) dan Community-Based Natural Resource Management (CBNRM) yang lebih menekankan pada manajemen sumber daya alam dan lingkungan oleh, untuk dan dengan komunitas lokal (Gibbs dan Bromley, 1989). Keberlanjutan CBNRM sangat tergantung pada partisipasi komunitas lokal. Mereka akan aktif jika mereka mampu melihat keuntungan dengan keterlibatannya dan memiliki akses (property right) terhadap sumber daya. Untuk itu, penting untuk memahami pengetahuan lokal masyarakat setempat, membangkitkan motivasi untuk melakukan konservasi serta memilih organisasi lokal yang kuat. Ada tiga tujuan utama CBNRM yaitu : (1) peningkatan kesejahteraan dan keterjaminan hidup masyarakat lokal, (2) peningkatan konservasi sumber daya alam, dan (3) pemberdayaan masyarakat lokal. Masyarakat akan terlibat bila mereka melihat ada keuntungan (tangible benefit) secara kasat mata dari sisi produk yang dihasilkan, jasa yang diberikan ataupun pendapatan yang bisa mereka peroleh. Dalam hal pariwisata ada istilah ekowisata dimana ekowisata dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah, budaya di suatu daerah dimana pola wisatanya membantu masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam dan konservasi lingkuan. Aspek kunci dalam ekowisata adalah jumlah pengunjung ke lokasi wisata dibatasi dan diatur agar sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat, pola wisata ramah lingkungan dan ramah budaya atau adat setempat, membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal, serta modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak terlalu besar. Ekowisata berbasis masyarakat ini menitikberatkan peran aktif komunitas, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan mengurangi kemiskinan, dimana penghasilan dari ekowisata ini adalah jasa-jasa wisata untuk turis, fee pemandu, ongkos transportasi, penyediaan penginapan (home stay), menjual kerajinan, dll. Pola ekowisata berbasis masyarakat ini bukan berarti bahwa masyarakat menjalankan usaha ekowisata sendiri tetapi harus ada tataran implementasi ekowisata yang dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan suatu daerah. Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam perencanaan ekowisata berbasis komunitas ini adalah adanya partisipasi masyarakat dan edukasi seperti pembentukan panitia atau organisasi masyarakat pengelola kegiatan wisata di daerahnya yang didukung oleh pemerintah, menggunakan prinsip-prinsip local ownership (pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat) diterapkan terhadap sarana dan prasarana di lokasi wisata, adanya nilai ekonomi dan 32

33 edukasi bagi masyarakat seperti sarana akomodasi yang ramah lingkungan, adanya pemandu yang merupakan orang setempat, dirintis, dikelola dan dipelihara oleh masyarakat setempat sampai penentuan biaya (fee) untuk wisatawan ditentukan oleh masyarakat setempat. Pola pengembangan wisata seperti ini harus menciptakan kondisi dimana masyarakat diberi kewenangan untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah wisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk masa depan. 2.5 Perkembangan Wisata Bahari Pengembangan berasal dari kata kembang yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) berarti mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Perkembangan adalah suatu keadaan yang berubahnya suatu wilayah, keadaan, maupun sistem kepercayaan. Perkembangan merupakan proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development). Perkembangan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh keadaan tertentu yang dialami olah suatu wilayah atau tempat yang memiliki kegiatan di dalamnya dan dapat menciptakan perubahan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan tradisi dalam suatu lingkup yang berskala besar maupun kecil. Sedangkan wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kesenangan, tantangan, pengalaman baru, kesehatan yang hanya dapat dilakukan di wilayah perairan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung di antaranya berperahu, berenang, snorkeling (menyelam dipermukaan), diving (menyelam), memancing, dan lain-lain. Kegiatan tidak langsung seperti olahraga pantai, piknik, menikmati atmosfer laut, dan lain-lain (Siti Nurisyah, 2001). Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat (1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1995) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. Pengertian wisata bahari atau tirta menurut Pendit (2003) adalah jenis pariwisata yang terkait dengan kegiatan olah raga air lebih-lebih di danau, 33

34 bengawan, pantai, teluk atau lautan lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi selancar, mendayung dan sebagainya. Aktivitas bahari ini dapat dijumpai di daerah Bunaken Sulawesi Utara, Wakatobi, Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan di Lombok, Pulau Rajaampat di Papua serta beberapa kawasan pesisir pulau Bali, termasuk salah satunya berada di pesisir pantai Sanur. Wisata bahari menurut Ardika (2000) adalah wisata dan lingkungan yang berdasarkan daya tarik wisata kawasan yang didominasi perairan dan kelautan. Keraf (2000) wisata bahari adalah kegiatan untuk menikmati keindahan dan keunikan daya tarik wisata alam di wilayah pesisir dan laut dekat pantai serta kegiatan rekreasi lain yang menunjang. Sarwono (2000) wisata bahari adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan diatas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata bahari adalah segala aktivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta segala potensinya sebagai suatu daya tarik yang unik untuk dinikmati. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pariwisata bahari adalah segala bentuk aktivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta potensinya sebagai suatu daya tarik wisata dalam batasan dimulai dari jalan setapak pedestrian sampai 100 meter setelah reef. Perlunya mengetahui batasan wilayah pesisir (coastal zone) lebih jelas karena belum adanya definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian adanya kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu : batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore) (Dahuri, 2008). Menurut Soegiarto (1976) definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun kegiatan yang disebabkan oleh manusia (Dahuri, 2008). 2.6 Konsep Wisata Bahari Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di dalam kegiatan clean industry. Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila 34

35 memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya. (Siti Nurisyah, 2001). Prinsip utama ekowisata dapat juga di aplikasikan karena wisata bahari termasuk bagian dari ekowisata ini dapat dilihat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah pada pasal I dan pada pasal II. Maka dari itu ada lima prinsip utama dari ekowisata yang di rumuskan oleh Choy dan Heillbronn (1996), yaitu : 1. Lingkungan : ekowisata harus bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu. 2. Masyarakat : ekowisata harus memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi langsung kepada masyarakat. 3. Pendidikan dan pengalaman : ekowisata harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki. 4. Berkelanjutan : ekowisata harus dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Manajemen ; ekowisata harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang. Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan ecotourism yang berkelanjutan. Skema konsep wisata bahari terlihat pada Gambar Output Tak Langsung Alam Input Konservasi alam Output langsung Manusia Input Wisata Bahari Output langsung Hiburan, Pengalaman & Pengetahuan Gambar. 2.2 Skema Konsep Ekowisata Bahari Gambar 2.2. menunjukkan bahwa output langsung yang diperoleh berupa hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni adanya

36 insentif yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konsevasi alam. Output tidak langsung yaitu berupa tumbuhnya kesadaran dalam diri setiap orang (wisatawan) untuk memperhatikan sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada alam. Kesadaran ini tumbuh sebagai akibat dari kesan yang mendalam yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi secara langsung dengan lingkungan bahari. 2.7 Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Tregoe dan Zemmerman (1980) mendefinisikan strategi sebagai suatu kerangka yang membimbing serta mengendalikan pilihan-pilihan yang menetapkan sifat dan arah suatu organisasi. Menurut Stephanie K. Marrus (1984) mendefinisikan strategi merupakan suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, yang disertai penyusunan suatu cara atau tujuan yang dapat dicapai. Menurut Chandler (1962) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Christensen (1965) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk mencapai keunggulan bersaing. Begitu pula halnya Porter (1985) mendifinisikan strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna (Suwantoro, 1997). Suwantoro (1997) menyebutkan beberapa bentuk produk pariwisata alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu: Pariwisata budaya (cultural tourism), ekowisata (ecotourism), pariwisata bahari (marine tourism), pariwisata petualangan (adventure tourism), pariwisata agro (agrotourism), pariwisata pedesaan (village tourism), gastronomi culinary tourism), pariwisata spiritual (spiritual tourism) dan lainnya. Menurut Yoeti (1997), pengembangan pariwisata perlu memperhatikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Wisatawan (Tourist) Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana mereka datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan. 2. Transportasi Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju. 3. Atraksi/obyek wisata Atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat seperti: a) Apa yang dapat dilihat (something to see), b) Apa yang dapat dilakukan (something to do), c) Apa yang dapat dibeli (something to buy). 4. Fasilitas pelayanan Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum seperti Bank/money changers, kantor pos, akses komunikasi dan telepon yang ada di DTW tersebut Informasi dan promosi

37 Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan wisatawan cepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya: a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya. b. Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata. c. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu industri. d. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran di waktu yang akan datang. 6. Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah. Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan strategi pengembangan pariwisata bahari dalam penelitian ini adalah usaha-usaha terencana yang disusun secara sistimatis yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam usaha meningkatkan dan memperbaiki pariwisata bahari sehingga keberadaan pariwisata bahari itu lebih diminati oleh wisatawan. 2.8 Metode Indeks Persepsi Responden Indeks ataupun skala adalah ukuran gabungan buat suatu variabel. Perbedaan pokoknya terletak pada penentuan skor. Skala disusun atas dasar penunjukan skor pada pola pola atribut, artinya penyusunan skala diperhatikan intensitas struktur dari atribut-atribut yang hendak diukur, sedangkan indeks adalah akumulasi skor untuk tiap pertanyaan ke responden sesuai dengan variabelvariabel yang akan diukur (Singarimbun, 1989). Metode Indeks Persepsi Responden digunakan untuk menentukan ukuran persepsi responden terhadap beberapa pilihan alternatif untuk penentuan dalam pengambilan keputusan. Metote ini digunakan untuk membantu perencana dalam pengambilan keputusan dan mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang terakumulasi menggambarkan urutan prioritas paling besar mengakibatkan urutan prioritas alternatif menjadi lebih nyata dan jelas. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penyusunan indeks adalah sebagai berikut : 1. Menyeleksi pertanyaan Indeks adalah ukuran gabungan yang disusun untuk mengukur suatu variable tertentu. Salah satu kriteria untuk menentukan pertanyaan seperti apa yang bisa dimasukkan ke dalam sebuah indeks adalah validitas muka (face validity). Misalnya kalau sesorang ingin mengukur nilai ekonomi pada sektor 37

38 pariwisata maka pertanyaan yang hendak dimasukkan harus menunjukkan tingkat ketergantungan ekonomi responden pada sektor pariwisata ini. Sehubungan dengan kriteria diatas, maka ketunggalan dimensi juga harus dipertahankan. Ukuran gabungan harus mengacu satu variable saja. Pertanyaan yang menunjukkan nilai sosial pariwisata tidak dapat dimasukkan dalam indeks nilai ekonomi pariwisata, walaupun hubungan keduanya erat. 2. Hubungan antar pertanyaan Langkah kedua dalam penyusunan indeks adalah melihat hubungan bivariat maupun multivariate dari pertanyaan-pertanyaan yang hendak dimasukkan. Secara teoritis, pertanyaan-pertanyaan yang mengukur suatu variable harus berhubungan satu sama lain. Pada indeks nilai ekonomi pariwisata, pertanyaan-pertanyaan harus mempunyai korelasi yang cukup tinggi satu sama lain (bivariat) maupun secara keseluruhan (multivariate), karena semuanya mengukur derajat ketergantungan responden terhadap pariwisata secara ekonomis. 3. Menentukan skor Setelah pertanyaan-pertanyaan untuk suatu indeks ditentukan, maka langka selanjutnya adalah menentukan skor untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut. Skor ini kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor gabungan. Pada tahap ini ada keputusan yang dibuat peneliti, yaitu harus membuat keputusan tentang jenjang (range) skor untuk indeks yang disusunnya. Biasanya peneliti menginginkan range yang cukup besar sehingga informasi yang dikumpulkan lebih lengkap. Range yang digunakan bisa berupa jenjang 3 (0,1,2), jenjang 5 (1,2,3,4,5) atau jenjang 7 (1,2,3,4,5,6,7). Jenjang mana yang cocok digunakan tergantung dari populasi penelitian. 2.9 Manajemen Strategis Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai objektivittas. Delapan istilah kunci dalam manajemen strategis yaitu : perencanaan strategi, pernyataan visi dan misi, peluang dan ancaman, kekuatan dan kelemahan, tujuan jangka panjang, strategi, sasaran dan kebijakan (David, 2004). Konsep strategis berkembang mulai dari sekedar alat untuk mencapai tujuan, kemudian berkembang menjadi alat menciptakan keunggulan bersaing dan selanjutnya menjadi landasan untuk memberi respon terhadap kekuatankekuatan internal dan eksternal. Sehingga menjadi alat untuk memberikan kekuatan, motivasi kepada stakeholder agar perusahaan tersebut dapat memberikan kontribusi secara optimal (Rangkuti, 2004). Tugas utama dari manajemen strategis adalah memberikan secara menyeluruh misi dari suatu bisnis, artinya mengajukan pertanyaan apa bisnis kita? pertanyaan ini mengiring pada penetapan objektif, pengembangan strategi dan membuat keputusan sekarang untuk hasil dimasa depan, lebih lanjut mengemukakan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap : perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi (David, 2004). 38

39 Perumusan strategi termasuk mengembangkan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan objektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. Implementasi strategi menuntut perusahaan untuk menetapkan objektif tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan untuk dilaksanakan. Hal ini termasuk mengembangkan budaya mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan kompensasi dengan prestasi organisasi, implementasi strategi tersebut sering disebut tahap tindakan manajemen strategis. Evaluasi strategis adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Semua strategi dapat dimodifikasi dimasa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah. Ada tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu : (1) meninjau faktor-faktor ekternal dan internal yang menjadi dasar strategi (2) mengukur prestasi, dan (3) mengambil tindakan korektif. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan. Mengenai misi, sasaran dan strategi organisasi yang sudah ada merupakan titik awan yang logis untuk manajemen strategis karena situasi dan kondisi perusahaan saat ini mungkin menghalangi strategi tertentu dan mungkin bahkan mendikte tindakan tertentu. Proses manajemen strategis bersifat dinamis dan berkelanjutan. Apapun yang akan terjadi, keputusan strategis mempunyai konsekuensi berbagai fungsi utama dan pengaruh jangka panjang. Pada suatu organisasi, proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu : perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Sasaran jangka panjang berarti lebih dari satu tahun, dapat ditentukan sebagai hasil spesifik yang ingin dicapai sebuah organisasi dengan melaksanakan misi dasarnya. Sasaran perlu untuk keberhasilan organisasi karena menyatakan arah, mambantu dalam evaluasi, menciptakan sinergi, mengungkapkan prioritas, memfokuskan koordinasi dan menyediakan dasar untuk perencanaan, pengorganisasian, memotivasi dan mengendalikan aktivitas secara efektif. Sasaran tahunan adalah patokan jangka pendek yang harus dicapai oleh organisasi dalam rangka mencapai sasaran jangka panjang, harus dapat diukur, kuantitatif, menantang, realistik, konsisten dan mempunyai prioritas. Peluang eksternal dan ancaman eksternal merujuk pada keadaan ekonomi, sosial, budaya, demografi lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi dan kecenderungan persaingan serta peristiwa yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara signifikan dimasa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar diluar kendali organisasi yang disebut dengan eksternal. Ajaran mendasar dari manajemen strategi adalah bahwa perusahaan perlu merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman ekternal untuk sukses merupakan hal yang penting dilaksanakan dengan pengumpulan serta 39

40 memahami informasi eksternal yang disebut dengan mengamati lingkungan (environmental scanning) atau evaluasi industri. Kekuatan internal dan kelemahan internal adalah aktivitas dalam kendali organisasi yang prestasinya luar biasa baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi komputer serta bisnis, mengenali dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam berbagai bidang fungsional dari bisnis adalah aktivitas manajemen strategis. Diagram manajemen strategis dapat dilihat pada Gambar Umpan Balik Melakukan Analisa Eksternal Penetapan Visi dan Misi enetapan uan Jangka panjang emilihan dan enetapan Strategi enetapan Kebijakan an Tujuan Tahunan ngalokasian mber Daya mplementasi Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja Melakukan Analisa Eksternal Gambar 2.3 Manajemen Strategis Peluang Eksternal dan Peluang Internal David (2004), menyatakan bahwa manajemen strategis menawarkan manfaat berikut ini : 1. Memungkinkan mengenali, menetapkan prioritas dan memanfaatkan berbagai peluang. 2. Menyediakan pandangan objektif mengenai masalah manajemen. 3. Menjadi kerangka kerja untuk memperbaiki koordinasi dan pengendalian aktivitas. 4. Meminimalkan pengaruh kondisi dan perubahan yang merugikan. 5. Memungkinkan keputusan utama yang lebih baik mendukung sasaran yang telah ditetapkan. 6. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk mengenali peluang. 7. Memungkinkan sumber daya yang lebih kecil dan waktu lebih sedikit dicurahkan untuk mengoreksi kesalahan atau keputusan. 8. Menciptakan kerangka kerja untuk berkomunikasi internal diantara staf. 9. Membantu memadukan tingkah laku individual menjadi total 10. Menyediakan dasar untuk penjelasan tanggung jawab individu.

41 11. Memberikan dorongan untuk pemikiran ke depan. 12. Menyediakan pendekatan kerjasama terpadu dan antusias dalam menangani berbagai masalah dan peluang. 13. Mendorong tingkat disiplin dan formalitas yang tepat pada manajemen dari suatu bisnis Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan kendala (ancaman) yang dimiliki oleh objek wisata yang diteliti di Kabupaten Natuna. Rangkuti (1997) menyatakan bahwa matrik SWOT dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman dengan faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Adapun matriks SWOT disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Matriks SWOT 41 or Eksternal Faktor Internal Stengths S ukan faktor-faktor atan internal Weakness W ukan faktor-faktor kelemahan internal Opportunities O ukan faktor-faktor ng eksternal Strategi S O kan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi W O kan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats T ukan faktor-faktor man eksternal Strategis S T kan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi W O kan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti (2000) Dalam analisis SWOT, Rangkuti (2000) menggunakan matriks yang akan menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu : 1. Strategi SO : strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST : strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang mungkin timbul. 3. Strategi WO : strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT : strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

42 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix) merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan. Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan intuisi yang baik dalam penilaian. Metode ini adalah alat yang dirokemandasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor kunci kesuksesan internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual, tujuan metode ini adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategistrategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang paling baik untuk diimplementasikan. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif Alternatif-alternatif Strategi aktor-faktor Kunci Bobot AS Strategi 1) TAS Strategi 1) AS Strategi 2) ang TAS Strategi 2) aman uatan mahan Jumlah Total rangan : AS (Attract Score) TAS (Total Attract Score) Sumber : David (2004)

43 43 III. STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Pariwisata Secara etimologis, kata pariwisata diidentikkan dengan kata travel dalam bahasa inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkalikali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Wardiyanto, 2010). Selain itu ada bermacam pengertian lain mengenai pariwisata yaitu Mcintosh (1984) menyatakan bahwa pariwisata adalah : A composite of activities, services and industries that delivers a travel experience, transportation, activity and other hospitality service available for individuals or group that are away from home. Dari definisi tersebut menyatakan bahwa pariwisata adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan wisatawan baik individu maupun berkelompok dengan menikmati jasa dan insustri pariwisata, transportasi, akomodasi, restoran, hiburan dan sebagainya (Mulyadi dan Nurhayati, 2002). Hunzieker dan Kraft (Yoeti, 2001) mengemukakan definisi pariwisata dengan batasan yang lebih bersifat teknis yang diterima secara offisial oleh The Association Experts Scientific Internationale des Experts Scientifique du Tourisme (AIEST), batasan yang diberikan sebagai berikut : Tourism is the sum of the phenomenom and relationships arising from the travel and stay of non resident, in so far as they do not lead to permanent residence and are not connected with any earning activity (pariwisata adalah gabungan dari gejala dan hubunganhubungan yang muncul dari adanya perjalanan dan tinggal sementara dari orangorang yang bukan penduduk setempat, sejauh mereka tidak menunjukkan keinginan untuk menetap dan sejauh mereka tidak berhubungan dengan kegiatan yang menghasilkan uang). Wahab (1975) merumuskan pengertian pariwisata sebagai berikut : A Propeseful human activity that serves as a link between people either within one some country or beyond the geographical limits the states. It involves the temporary displacement of people to another region, country or continent for the satisfaction of varied needs other than exercising a renumerated function (Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri/diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap). Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan pengertian pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah biasanya karena ingin sekedar untuk refreshing dan sekedar untuk berjalan-jalan. Selain itu, ada juga yang melakukan perjalanan wisata karena ada urusan bisnis ke suatu daerah. Ada berbagai jenis pariwisata yang dikelompokkan berdasarkan tujuan atau motif seseorang atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata. Berikut jenis-jenis Pariwisata menurut Spillane (1987) :

44 5) Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, atau bahkan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota. 6) Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya. 7) Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah lain selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain. 8) Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism) Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori : a. Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya peristiwaperistiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, World Cup, dan lainlain. b. Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, dan lain-lain. 5) Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism) Perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan. 7) Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism) Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara. Munculnya pariwisata tidak terlepas dari adanya dorongan naluri manusia yang selalu ini mengetahui dan mencari hal, hal yang baru, bagus, menarik, mengagumkan dan menantang. Orang-orang yang ingin mencari hal-hal tersebut diatas biasanya melakukan perjalanan ke luar daerah atau keluar dari kebiasaannya sehari-hari dalam kurun waktu tertentu. Seringkali perjalanan seperti ini dilakukan pada saat mereka mempunyai waktu luang (leisure) atau sengaja dilakukan untuk menghabiskan waktu luangnya mengunjungi dan menikmati sesuatu yang menarik seperti ; keindahan alam, hiburan, budaya, adat istiadat, mengunjungi tempat-tempat suci dll. 44

45 Pariwisata sebagai sesuatu fenomena sosial, terbentuk oleh berbagai faktor sekaligus berpengaruh terhadap banyak aspek kehidupan manusia. Soeriaatmaja (1997) mengatakan bahwa pariwisata melibatkan tiga unsur penting, yakni unsur dinamik, menyangkut urusan perjalanan atau gerakan menuju suatu daerah tujuan wisata; unsur statik, merupakan tempat terjadinya kegiatan wisata; dan unsur interaksi, yakni yang merupakan akibat dari keberadaan dua unsur penting sebelumnya. Kegiatan pariwisata, merupakan hasil interaksi antara wisatawan dengan masyarakat sekitar pada saat wisatawan mengunjungi objek wisata atau daya tarik wisata. Pariwisata dapat pula dipandang sebagai suatu fenomena geografis, kegiatan pariwisata akan senantiasa terpengaruh atau bahkan tergantung pada ciri khas yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, baik mengenai masyarakatnya, maupun kondisi topografisnya. Setiap wilayah geografis mempunyai ciri khasnya masing-masing, pengembang pariwisata perlu memahami masalah ini supaya mereka dapat memasarkan kekhasan daerah tujuan wisata yang akan dijualnya kepada calon wisatawan secara tepat. Misalnya, ada daerah tertentu yang menarik karena : pemandangan alamnya yang sejuk, topografinya yang unik, keadaan lautnya yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat disaksikan dengan jelas, atraksi budayanya yang unik, dinamika sosial ekonomi masyarakatnya, dll. Pariwisata merupakan kegiatan bersenang-senang yang melibatkan banyak orang, ditandai dengan adanya perpindahan (mobilisasi) dari satu tempat yang merupakan tempat tinggalnya ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya, dimana perpindahan ini tidak bertujuan untuk menetap atau mencari nafkah. Fenomena ini menimbulkan berbagai macam unit usaha (kegiatan bisnis) yang menimbulkan berbagai dampak positif maupun dampak negatif bagi pembangunan daerah. Dalam kegiatan pariwisata banyak komponen yang terlibat, masing-masing saling berkaitan pengaruh mempengaruhi sehingga membentuk sebuah sistem. Komponen yang dimaksud adalah : jasa pelayanan pariwisata, sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan dan lingkungan. Aktifitas pariwisata secara tidak langsung melibatkan kehidupan sosial, baik itu masyarakat sebagai wisatawan maupun sebagai penyedia objek pariwisata dan penerima wisatawan. Hubungan sosial masyarakat ini sangat berpengaruh pada perkembangan kepariwisataan. Semakin erat dan harmonis hubungan antara wisatawan dengan masyarakat penerima didaerah tujuan wisatawan, semakin cepat perkembangan pariwisatanya. Dengan kegiatan pariwisata ini masyarakat bisa berinteraksi dan bertransaksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam dunia pariwisata misalnya sebagai karyawan sementara atau karyawan tetap di industri penyedia jasa pelayanan pariwisata seperti ; biro perjalanan wisata (travel agency), hotel, villa, bungalow, restoran, transportasi dan lain sebagainya. Secara konseptual pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan oleh perorangan maupun kelompok sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dalam lingkungan hidup untuk mencapai kebahagiaan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Guyer Freuler (1963) yang telah mempublikasikan sebuah studi Contributions to Tourism Statistics, menyatakan bahwa pariwisata merupakan gejala jaman 45

46 sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan sebagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan untuk sementara waktu dalam rangka menambah wawasan bidang sosial kemasyarakatan, sistem perilaku dari manusia itu sendiri dengan berbagai dorongan kepentingan sesuai dengan budaya yang berbeda-beda yang berhubungan dengan upaya untuk mencari kesenangan, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Pada dasarnya hakikat pariwisata adalah mengandalkan adanya keunikan, kekhasan dan keindahan alam dan budaya yang tumbuh dalam suatu masyarakat. Hakikat ini merupakan kerangka dasar konsepsi pariwisata yang kemudian berkembang menjadi iklim pariwisata nasional. Dan diketahui juga tujuan pembangunan pariwisata indonesia adalah mewujudkan indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai dan berdaya saing tinggi. 2.2 Empat Aspek Dalam Penawaran Destinasi Pariwisata Inti dari produk pariwisata adalah destinasi wisata dan inilah yang menjadi daya tarik utama berkembangnya industri pariwisata. Destinasi berkaitan dengan sebuah tempat atau wilayah yang mempunyai keunggulan dan ciri khas, baik secara geografi maupun budaya, sehingga dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi dan menikmatinya. Semua produk yang berkaitan dengan perjalanan sebelum, selama, dan sesudah mengunjungi suatu destinasi, adalah produk-produk pendukung industri pariwisata. Produk-produk tersebut menyatu dan tidak bisa dipisahkan untuk menciptakan pengalaman yang memuaskan bagi wisatawan. Jika salah satu produk membuat wisatawan kecewa, maka secara keseluruhan wisatawan akan kecewa terhadap destinasi tersebut. Untuk membuat sebuah destinasi wisata yang unggul, menurut Cooper (1993) dalam buku yang berjudul Tourism : Principle and Practise, juga pernah dikutip oleh Prof. Dr. I Gede Pitana dalam sambutannya di seminar Cooperation in the Development of Education and Tourism in Global Era pada 31 Mei 2012 di Surabaya, sebelum sebuah destinasi diperkenalkan dan dijual, terlebih dahulu harus mengkaji empat aspek utama (4A) yang harus dimiliki, yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas dan ancilliary. 5) Atraksi Atraksi adalah produk utama dari sebuah destinasi, atraksi berkaitan dengan apa yang bisa dilihat (what to see), apa yang bisa dilakukan (what to do), apa yang bisa dibeli (what to buy) di suatu destinasi wisata sehingga bisa menjadi unsur daya tarik dan magnet bagi kedatangan wisatawan di suatu lokasi wisata. Atraksi ini bisa berupa objek alamiah karunia tuhan YME seperti keindahan panorama alam dan keunikan alam, selain itu dapat berupa akar budi manusia seperti seni dan budaya masyarakat setempat, peninggalan bangunan bersejarah, serta atraksi buatan seperti sarana permainan dan hiburan. Untuk menikmati atraksi wisata ini ada yang tidak perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu seperti 46

47 menikmati pemandangan alam, suasana pantai, danau, bangunan dan lain lain, selain itu ada yang perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu dan disajikan sebagai suatu pertunjukan seperti seni budaya daerah, pertandingan olahraga dan lain lain. 6) Aksesibilitas Aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi wisata. Akses jalan raya dan ketersediaan sarana transportasi yang baik merupakan aspek penting bagi sebuah destinasi wisata. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan dan dijual, tak banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik yang tersedia ke lokasi wisata. 7) Amenitas Amenitas adalah segala fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi. Amenitas berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap serta restoran atau warung untuk makan dan minum dan fasilitas pendukung lainnya yang mungkin juga diinginkan dan diperlukan oleh wisatawan, seperti toilet umum, rest area, tempat parkir, klinik kesehatan, dan sarana ibadah. Tentu saja fasilitasfasilitas tersebut juga perlu melihat dan mengkaji situasi dan kondisi dari destinasi sendiri dan kebutuhan wisatawan. Tidak semua amenitas harus berdekatan dan berada di daerah utama destinasi, contohnya untuk destinasi alam dan peninggalan bersejarah sebaiknya agak berjauhan dari amenitas yang bersifat komersial, seperti hotel, restoran, rest area dan lain lain. 8) Ancilliary Ancilliary berkaitan dengan ketersediaan sebuah organisasi atau orangorang yang mengurus destinasi tersebut. Ini menjadi penting karena walaupun destinasi sudah mempunyai atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang baik, tapi jika tidak ada yang mengatur dan mengurus maka destinasi tersebut akan terbengkalai dan tidak bisa memberikan nilai jual bagi wisatawan. Organisasi bisa merupakan sebuah perusahaan atau organisasi masyarakat dimana akan melakukan tugasnya seperti sebuah perusahaan. Organisasi ini mengelola destinasi sehingga bisa memberikan keuntungan kepada pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat sekitar, wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya. 2.5 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut The World Conservation Union (WCU) adalah proses pembangunan suatu tempat atau daerah tanpa mengurangi nilai guna dari sumber daya yang sudah ada. Secara umum hal ini dapat dicapai dengan pengawasan dan pemeliharaan terhadap sumber-sumber daya yang sekarang ada, agar dapat dinikmati untuk masa yang akan datang. Pembangunan kepariwisataan bertahan lama menghubungkan wisatawan sebagai penyokong dana terhadap fasilitas pariwisata dengan pemeliharaan lingkungan. Menurut World Commicion on Environment and Development 47

48 konsep pariwisata berkelanjutan adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan kebutuhan saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan (hidup) generasi penerus di waktu yang akan datang. Arti lebih jauh, dalam pembangunan hendaknya jangan menghabiskan atau menguras sumber daya pariwisata untuk jangka pendek, tetapi harus memperhatikan kelanjutan pembangunan pariwisata jangka panjang di waktu yang akan datang. Tourism Stream, action strategy yang diambil dari Globe 90 conference Vancouver, Canada (J. Swarbroke, 1998) menyatakan bahwa, kepariwisataan berkelanjutan (sustainable tourism) didefinisikan sebagai bentuk dari pengembangan ekonomi yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat sekitar, memberikan image yang positif bagi wisatawan, pemeliharaan kualitas lingkungan hidup yang tergantung dari masyarakat sekitar dan wisatawan itu sendiri. Daya dukung (carring capacity) adalah kunci bagi pengembangan kepariwisataan bertahan lama (sustainable tourism). Konsep ini mengacu pada penggunaan secara maksimal dari suatu daya tarik wisata tanpa mengakibatkan kerusakan sumber-sumber yang ada, yang dapat mengurangi kepuasan turis atau menambah masalah sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Prinsip lain dari sustainable tourism yang juga kurang lebih sama dengan konsep-konsep yang sudah ditulis sebelumnya antara lain : 6. Lingkungan hidup mempunyai nilai yang tersirat sebagai asset dari pariwisata, yang keberadaannya harus dipertimbangkan untuk jangka panjang. 7. Kepariwisataan harus dapat dikenalkan sebagai aktivitas yang positif yang dapat memberikan keuntungan yang potensial kepada masyarakat di tempat-tempat lain disekitarnya. 8. Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga lingkungan hidup dapat bertahan untuk jangka panjang dan kegiatan pariwisata tidak boleh membawa dampak yang tidak diharapkan. 9. Kegiatan kepariwisataan dan pengembangan-pengembangannya harus mempertimbangkan derajat kealamian dan karakter dari tempat dimana mereka berlokasi. 10. Keserasian antara kebutuhan wisatawan, tempat, dan penduduk sekitar harus dicari dan dipertemukan. McIntyre (1993) dalam buku yang berjudul Sustainable Tourism Development Guide for Local Planner dinyatakan bahwa ada tiga komponen penting yang saling terkait dalam pengembangan sustainable tourism dan apabila ketiga komponen ini dilibatkan maka akan terjadi peningkatan kualitas hidup. Ketiga komponen yang dimaksud adalah: 4. Industri pariwisata Industri pariwisata adalah dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan, mendorong penanaman modal, meningkatkan kesempatan 48

49 untuk mengembangkan bisnis. Dalam industri pariwisata yang dimaksud dengan penawaran adalah terdiri dari transportasi, atraksi wisata, fasilitas wisatawan, pelayanan dan semua yang berhubungan dengan infrastruktur, serta informasi dan promosi, industri pariwisata mencari lingkungan bisnis yang sehat dengan tersedianya jaminan keamanan, keuangan, tenaga kerja yang terlatih dan bertanggung jawab, atraksi yang berkualitas sehingga dapat mendatangkan wisatawan yang terus menerus. 5. Lingkungan Agar kepariwisataan dapat bertahan lama maka tipe dan tingkat aktivitas kepariwisataan harus diseimbangkan dengan kapasitas tersedianya sumber daya, baik alam maupun buatan. Carrying capacity adalah hal yang mendasar dalam perlindungan dan pengembangan kepariwisataan bertahan lama. Konsep ini mengacu pada penggunaan secara maksimal terhadap sumber daya yang tersedia tanpa menyebabkan dampak negatif terhadap sumber-sumber daya tersebut, tanpa mengurangi kepuasan wisatawan, atau tanpa menambah masalah sosial, ekonomi, dan budaya di area obyek wisata tersebut. Tiga aspek dari lingkungan kepariwisataan, adalah : (a) Ecological, yaitu berhubungan dengan lingkungan alam, (b) Sociocultural, yang berhubungan dengan dampak terhadap kehidupan masyarakat dan kebudayaannya, (c) Facility, yang berhubungan dengan pengalaman pengunjung. Dalam mengembangkan kepariwisataan bertahan lama, sangat penting mempertimbangkan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup dan kepuasan pengunjung seperti yang ditekankan sebelumnya, jika produk kepariwisataan merosot dalam kualitas, maka secara pasti akan terjadi kemerosotan ekonomi pariwisata. 6. Masyarakat Pengembangan kepariwisataan memerlukan perubahan yang berhubungan dengan pemeliharaan, maka perlu bagi masyarakat sekitarnya untuk memperoleh keuntungan dan kepariwisataan yang dapat memuaskan mereka sehingga mereka mempunyai motivasi untuk mengadakan perubahan tersebut. Peningkatan taraf hidup masyarakat adalah faktor pokok. Keinginan masyarakat untuk terlibat adalah merupakan kunci untuk mengadakan perubahan yang akan meningkatkan kualitas hidup. Jika masyarakat terlibat dalam berbagai tahap maka masyarakat akan merasa termotivasi dan bertanggung jawab. Sejak awal masyarakat diberikan pengertian mengenai kepariwisataan dan dampak-dampak yang mungkin terjadi, sehingga nantinya tidak akan terjadi kesalahpahaman. Keuntungan yang dapat dicapai oleh masyarakat adalah tersedianya lapangan pekerjaan baru dan pendapatan tambahan, menciptakan kesempatan penanaman modal baru, memperbaiki fasilitas untuk pelayanan termasuk perairan, jalan, balai kesehatan, keamanan, serta infrastruktur yang lainnya, meningkatkan pangsa pasar untuk memasarkan produk lokal, memperbaiki kesempatan 49

50 untuk tenaga kerja terlatih, memperbaiki fasilitas dan aktivitas rekreasi dan budaya yang juga bisa dinikmati oleh penduduk, dan peningkatan penghargaan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Pihak yang merencanakan pengembangan harus mengikutsertakan masyarakat sejak awal tahap perencanaan. Penjelasan tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut : stri Lingkungan wisata 50 wisata kelanjutan Gambar 2.1 Pariwisata Berkelanjutan menurut WTO Dari berbagai konsep yang sudah dijelaskan mengenai konsep sustainable tourism, maka dapat diketahui klasifikasi pengembangan pariwisata yang sustainable atau yang non sustainable dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Pengembangan Pariwisata yang Sustainable versus Non Sustainable Sustainable sep Umum 7. Perkembangan lambat 8. Perkembangan terkontrol 9. Skalanya tepat 10. Untuk jangka panjang 11. Kualitas 12. Dikontrol dari dekat tegi Pengembangan 8. Perencanaan baru pengembangan 9. Rencana memberikan pola 10. Memperhatikan pemandangan secara keseluruhan 11. Tekanan dan keuntungan yang disebarkan 12. Developer (pengembang) lokal 13. Tenaga kerja lokal 14. Arsitektur asli laku Turis/Wisatawan 7. Bernilai tinggi 8. Maturity 9. Ada beberapa pengetahuan mengenai bahasa lokal 10. Bijaksana dan peka 11. Tenang/tidak ramai 12. Perkunjungan yang berulang-ulang Sumber : Swarbrooke (1998) Masyarakat Non Sustainable sep Umum 7. Perkembangan cepat 8. Perkembangan tidak terkontrol 9. Skala yang tidak sesuai 10. Untuk jangka pendek 11. Kuantitas 12. Dikontrol dari jauh tegi Pengembangan 8. Pengembangan baru perencanaan 9. Proyek memberikan pola 10. Memusatkan pola pada obyek tertentu 11. Menambah kapasitor 12. Developer dari luar 13. Tenaga kerja dari luar 14. Arsitektur tidak asli (non vernacular) laku Turis/Wisatawan 7. Bernilai rendah 8. Tidak ada persiapan mental 9. Tidak ada pengetahuan akan bahasa lokal 10. Intensive dan tidak peka 11. Menyolok 12. Tidak ingin kembali

51 2.6 Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas Komunitas (community) merupakan sekelompok orang yang hidup bersama pada lokasi yang sama, sehingga mereka berkembang menjadi sebuah kelompok hidup (group lives) yang diikat oleh kesamaan kepentingan (common interests). Dalam sosiologi, secara harfiah makna komunitas adalah masyarakat setempat (Soekanto, 1999). Komunitas dapat diartikan juga sebagai sekumpulan anggota masyarakat yang hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka dapat merasakan kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Artinya, ada social relationship yang kuat di antara mereka, pada satu batasan geografis tertentu. Elemen dasar yang membentuk adalah adanya interaksi yang intensif di antara anggotanya, dibandingkan dengan orang-orang diluar batas wilayah. Ukuran derajat hubungan sosial, terkait kesamaan tujuan adalah pemenuhan kebutuhan utama individu dan anggota pembentuk kelompok dalam masyarakat. Komunitas dapat dibedakan atas berbagai pola, atas dasar ukuran (besar dan kecil), atas dasar level (lokal, nasional, internasional), riel atau tidak real (virtual), bersifat kooperatif atau kompetitif, serta formal atau informal. Pada perkembangannya konsep komunitas dipakai secara lebih luas, untuk kesatuan hidup yang berada pada suatu wilayah tertentu disebut community of places, misalnya sekelompok masyarakat yang tinggal pada suatu lokasi wisata dan membentuk kelompok pencinta pariwisata dan sebagainya sedangkan hubungan yang diikat karena kesamaan kepentingan namun tidak tinggal dalam satu wilayah geografis tertentu (borderless) disebut dengan community of interest, misalnya sekelompok orang yang berada pada suatu pemasaran perhotelan dan agen perjalanan. Paradigma pembangunan saat ini telah bergeser dari pendekatan pembangunan yang cenderung top down menjadi pembangunan dari bawah (bottom up) yang lebih menuju aktifitas dengan komunitas. Secara umum ada tiga bentuk aktifitas dengan komunitas (community practice) ini yaitu social action, social planning dan community development (Adi, 2003). Konsep pembangunan saat ini lebih berbasis pada community development dan community based management yang dilakukan melalui capacity building dan empowernment. Community Development (CD) adalah suatu konsep yang luas mencakup berbagai bentuk upaya dengan mengaplikasikan teori dan praktek berupa kepemimpinan lokal, para aktivis, melibatkan warga dan kalangan profesional untuk meningkatkan berbagai sisi kehidupan bagi komunitas lokal melalui partisipasi aktif dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat. Dalam prakteknya para pelaksana community development melakukan identifikasi masalah, mengidentifikasi sumber daya setempat, menganalisa struktur kekuasaan lokal dan berbagai hal lain di dalam masyarakat. Kemudian ada juga konsep Community-Based Management (CBM) yang juga mengandalkan kepada komunitas dimana komunitas sebagai pelaku utama pembangunan. Semua yang datang dari luar hanyalah pendukung untuk membantu komunitas. Komunitas didukung melalui berbagai hal mulai dari penelitian, pengembangan kebijakan, pendidikan dan capacity building, serta 51

52 mengembangkan networks and linkages. CBM dapat dilakukan pada komunitas manapun baik perikanan, kehutanan maupun pariwisata. Pengembangan dari konsep CBM ini adalah Community-Based Resource Management (CBRM) dan Community-Based Natural Resource Management (CBNRM) yang lebih menekankan pada manajemen sumber daya alam dan lingkungan oleh, untuk dan dengan komunitas lokal (Gibbs dan Bromley, 1989). Keberlanjutan CBNRM sangat tergantung pada partisipasi komunitas lokal. Mereka akan aktif jika mereka mampu melihat keuntungan dengan keterlibatannya dan memiliki akses (property right) terhadap sumber daya. Untuk itu, penting untuk memahami pengetahuan lokal masyarakat setempat, membangkitkan motivasi untuk melakukan konservasi serta memilih organisasi lokal yang kuat. Ada tiga tujuan utama CBNRM yaitu : (1) peningkatan kesejahteraan dan keterjaminan hidup masyarakat lokal, (2) peningkatan konservasi sumber daya alam, dan (3) pemberdayaan masyarakat lokal. Masyarakat akan terlibat bila mereka melihat ada keuntungan (tangible benefit) secara kasat mata dari sisi produk yang dihasilkan, jasa yang diberikan ataupun pendapatan yang bisa mereka peroleh. Dalam hal pariwisata ada istilah ekowisata dimana ekowisata dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah, budaya di suatu daerah dimana pola wisatanya membantu masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam dan konservasi lingkuan. Aspek kunci dalam ekowisata adalah jumlah pengunjung ke lokasi wisata dibatasi dan diatur agar sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat, pola wisata ramah lingkungan dan ramah budaya atau adat setempat, membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal, serta modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak terlalu besar. Ekowisata berbasis masyarakat ini menitikberatkan peran aktif komunitas, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan mengurangi kemiskinan, dimana penghasilan dari ekowisata ini adalah jasa-jasa wisata untuk turis, fee pemandu, ongkos transportasi, penyediaan penginapan (home stay), menjual kerajinan, dll. Pola ekowisata berbasis masyarakat ini bukan berarti bahwa masyarakat menjalankan usaha ekowisata sendiri tetapi harus ada tataran implementasi ekowisata yang dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan suatu daerah. Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam perencanaan ekowisata berbasis komunitas ini adalah adanya partisipasi masyarakat dan edukasi seperti pembentukan panitia atau organisasi masyarakat pengelola kegiatan wisata di daerahnya yang didukung oleh pemerintah, menggunakan prinsip-prinsip local ownership (pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat) diterapkan terhadap sarana dan prasarana di lokasi wisata, adanya nilai ekonomi dan 52

53 edukasi bagi masyarakat seperti sarana akomodasi yang ramah lingkungan, adanya pemandu yang merupakan orang setempat, dirintis, dikelola dan dipelihara oleh masyarakat setempat sampai penentuan biaya (fee) untuk wisatawan ditentukan oleh masyarakat setempat. Pola pengembangan wisata seperti ini harus menciptakan kondisi dimana masyarakat diberi kewenangan untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah wisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk masa depan. 2.5 Perkembangan Wisata Bahari Pengembangan berasal dari kata kembang yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) berarti mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Perkembangan adalah suatu keadaan yang berubahnya suatu wilayah, keadaan, maupun sistem kepercayaan. Perkembangan merupakan proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development). Perkembangan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh keadaan tertentu yang dialami olah suatu wilayah atau tempat yang memiliki kegiatan di dalamnya dan dapat menciptakan perubahan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan tradisi dalam suatu lingkup yang berskala besar maupun kecil. Sedangkan wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kesenangan, tantangan, pengalaman baru, kesehatan yang hanya dapat dilakukan di wilayah perairan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung di antaranya berperahu, berenang, snorkeling (menyelam dipermukaan), diving (menyelam), memancing, dan lain-lain. Kegiatan tidak langsung seperti olahraga pantai, piknik, menikmati atmosfer laut, dan lain-lain (Siti Nurisyah, 2001). Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat (1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1995) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. Pengertian wisata bahari atau tirta menurut Pendit (2003) adalah jenis pariwisata yang terkait dengan kegiatan olah raga air lebih-lebih di danau, 53

54 bengawan, pantai, teluk atau lautan lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi selancar, mendayung dan sebagainya. Aktivitas bahari ini dapat dijumpai di daerah Bunaken Sulawesi Utara, Wakatobi, Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan di Lombok, Pulau Rajaampat di Papua serta beberapa kawasan pesisir pulau Bali, termasuk salah satunya berada di pesisir pantai Sanur. Wisata bahari menurut Ardika (2000) adalah wisata dan lingkungan yang berdasarkan daya tarik wisata kawasan yang didominasi perairan dan kelautan. Keraf (2000) wisata bahari adalah kegiatan untuk menikmati keindahan dan keunikan daya tarik wisata alam di wilayah pesisir dan laut dekat pantai serta kegiatan rekreasi lain yang menunjang. Sarwono (2000) wisata bahari adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan diatas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata bahari adalah segala aktivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta segala potensinya sebagai suatu daya tarik yang unik untuk dinikmati. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pariwisata bahari adalah segala bentuk aktivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta potensinya sebagai suatu daya tarik wisata dalam batasan dimulai dari jalan setapak pedestrian sampai 100 meter setelah reef. Perlunya mengetahui batasan wilayah pesisir (coastal zone) lebih jelas karena belum adanya definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian adanya kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu : batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore) (Dahuri, 2008). Menurut Soegiarto (1976) definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun kegiatan yang disebabkan oleh manusia (Dahuri, 2008). 2.6 Konsep Wisata Bahari Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di dalam kegiatan clean industry. Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila 54

55 memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya. (Siti Nurisyah, 2001). Prinsip utama ekowisata dapat juga di aplikasikan karena wisata bahari termasuk bagian dari ekowisata ini dapat dilihat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah pada pasal I dan pada pasal II. Maka dari itu ada lima prinsip utama dari ekowisata yang di rumuskan oleh Choy dan Heillbronn (1996), yaitu : 1. Lingkungan : ekowisata harus bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu. 2. Masyarakat : ekowisata harus memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi langsung kepada masyarakat. 3. Pendidikan dan pengalaman : ekowisata harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki. 4. Berkelanjutan : ekowisata harus dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Manajemen ; ekowisata harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang. Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan ecotourism yang berkelanjutan. Skema konsep wisata bahari terlihat pada Gambar Output Tak Langsung Alam Input Konservasi alam Output langsung Manusia Input Wisata Bahari Output langsung Hiburan, Pengalaman & Pengetahuan Gambar. 2.2 Skema Konsep Ekowisata Bahari Gambar 2.2. menunjukkan bahwa output langsung yang diperoleh berupa hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni adanya

56 insentif yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konsevasi alam. Output tidak langsung yaitu berupa tumbuhnya kesadaran dalam diri setiap orang (wisatawan) untuk memperhatikan sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada alam. Kesadaran ini tumbuh sebagai akibat dari kesan yang mendalam yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi secara langsung dengan lingkungan bahari. 2.7 Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Tregoe dan Zemmerman (1980) mendefinisikan strategi sebagai suatu kerangka yang membimbing serta mengendalikan pilihan-pilihan yang menetapkan sifat dan arah suatu organisasi. Menurut Stephanie K. Marrus (1984) mendefinisikan strategi merupakan suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, yang disertai penyusunan suatu cara atau tujuan yang dapat dicapai. Menurut Chandler (1962) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Christensen (1965) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk mencapai keunggulan bersaing. Begitu pula halnya Porter (1985) mendifinisikan strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna (Suwantoro, 1997). Suwantoro (1997) menyebutkan beberapa bentuk produk pariwisata alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu: Pariwisata budaya (cultural tourism), ekowisata (ecotourism), pariwisata bahari (marine tourism), pariwisata petualangan (adventure tourism), pariwisata agro (agrotourism), pariwisata pedesaan (village tourism), gastronomi culinary tourism), pariwisata spiritual (spiritual tourism) dan lainnya. Menurut Yoeti (1997), pengembangan pariwisata perlu memperhatikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Wisatawan (Tourist) Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana mereka datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan. 2. Transportasi Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju. 3. Atraksi/obyek wisata Atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat seperti: a) Apa yang dapat dilihat (something to see), b) Apa yang dapat dilakukan (something to do), c) Apa yang dapat dibeli (something to buy). 4. Fasilitas pelayanan Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum seperti Bank/money changers, kantor pos, akses komunikasi dan telepon yang ada di DTW tersebut. 5. Informasi dan promosi Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap 56

57 paket wisata dan wisatawan cepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya: a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya. b. Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata. c. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu industri. d. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran di waktu yang akan datang. 6. Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah. Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan strategi pengembangan pariwisata bahari dalam penelitian ini adalah usaha-usaha terencana yang disusun secara sistimatis yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam usaha meningkatkan dan memperbaiki pariwisata bahari sehingga keberadaan pariwisata bahari itu lebih diminati oleh wisatawan. 2.8 Metode Indeks Persepsi Responden Indeks ataupun skala adalah ukuran gabungan buat suatu variabel. Perbedaan pokoknya terletak pada penentuan skor. Skala disusun atas dasar penunjukan skor pada pola pola atribut, artinya penyusunan skala diperhatikan intensitas struktur dari atribut-atribut yang hendak diukur, sedangkan indeks adalah akumulasi skor untuk tiap pertanyaan ke responden sesuai dengan variabelvariabel yang akan diukur (Singarimbun, 1989). Metode Indeks Persepsi Responden digunakan untuk menentukan ukuran persepsi responden terhadap beberapa pilihan alternatif untuk penentuan dalam pengambilan keputusan. Metote ini digunakan untuk membantu perencana dalam pengambilan keputusan dan mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang terakumulasi menggambarkan urutan prioritas paling besar mengakibatkan urutan prioritas alternatif menjadi lebih nyata dan jelas. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penyusunan indeks adalah sebagai berikut : 4. Menyeleksi pertanyaan Indeks adalah ukuran gabungan yang disusun untuk mengukur suatu variable tertentu. Salah satu kriteria untuk menentukan pertanyaan seperti apa yang bisa dimasukkan ke dalam sebuah indeks adalah validitas muka (face validity). Misalnya kalau sesorang ingin mengukur nilai ekonomi pada sektor pariwisata maka pertanyaan yang hendak dimasukkan harus menunjukkan tingkat ketergantungan ekonomi responden pada sektor pariwisata ini. Sehubungan 57

58 dengan kriteria diatas, maka ketunggalan dimensi juga harus dipertahankan. Ukuran gabungan harus mengacu satu variable saja. Pertanyaan yang menunjukkan nilai sosial pariwisata tidak dapat dimasukkan dalam indeks nilai ekonomi pariwisata, walaupun hubungan keduanya erat. 5. Hubungan antar pertanyaan Langkah kedua dalam penyusunan indeks adalah melihat hubungan bivariat maupun multivariate dari pertanyaan-pertanyaan yang hendak dimasukkan. Secara teoritis, pertanyaan-pertanyaan yang mengukur suatu variable harus berhubungan satu sama lain. Pada indeks nilai ekonomi pariwisata, pertanyaan-pertanyaan harus mempunyai korelasi yang cukup tinggi satu sama lain (bivariat) maupun secara keseluruhan (multivariate), karena semuanya mengukur derajat ketergantungan responden terhadap pariwisata secara ekonomis. 6. Menentukan skor Setelah pertanyaan-pertanyaan untuk suatu indeks ditentukan, maka langka selanjutnya adalah menentukan skor untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut. Skor ini kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor gabungan. Pada tahap ini ada keputusan yang dibuat peneliti, yaitu harus membuat keputusan tentang jenjang (range) skor untuk indeks yang disusunnya. Biasanya peneliti menginginkan range yang cukup besar sehingga informasi yang dikumpulkan lebih lengkap. Range yang digunakan bisa berupa jenjang 3 (0,1,2), jenjang 5 (1,2,3,4,5) atau jenjang 7 (1,2,3,4,5,6,7). Jenjang mana yang cocok digunakan tergantung dari populasi penelitian. 2.9 Manajemen Strategis Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai objektivittas. Delapan istilah kunci dalam manajemen strategis yaitu : perencanaan strategi, pernyataan visi dan misi, peluang dan ancaman, kekuatan dan kelemahan, tujuan jangka panjang, strategi, sasaran dan kebijakan (David, 2004). Konsep strategis berkembang mulai dari sekedar alat untuk mencapai tujuan, kemudian berkembang menjadi alat menciptakan keunggulan bersaing dan selanjutnya menjadi landasan untuk memberi respon terhadap kekuatankekuatan internal dan eksternal. Sehingga menjadi alat untuk memberikan kekuatan, motivasi kepada stakeholder agar perusahaan tersebut dapat memberikan kontribusi secara optimal (Rangkuti, 2004). Tugas utama dari manajemen strategis adalah memberikan secara menyeluruh misi dari suatu bisnis, artinya mengajukan pertanyaan apa bisnis kita? pertanyaan ini mengiring pada penetapan objektif, pengembangan strategi dan membuat keputusan sekarang untuk hasil dimasa depan, lebih lanjut mengemukakan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap : perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi (David, 2004). Perumusan strategi termasuk mengembangkan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan 58

59 kelemahan internal, menetapkan objektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. Implementasi strategi menuntut perusahaan untuk menetapkan objektif tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan untuk dilaksanakan. Hal ini termasuk mengembangkan budaya mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan kompensasi dengan prestasi organisasi, implementasi strategi tersebut sering disebut tahap tindakan manajemen strategis. Evaluasi strategis adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Semua strategi dapat dimodifikasi dimasa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah. Ada tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu : (1) meninjau faktor-faktor ekternal dan internal yang menjadi dasar strategi (2) mengukur prestasi, dan (3) mengambil tindakan korektif. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan. Mengenai misi, sasaran dan strategi organisasi yang sudah ada merupakan titik awan yang logis untuk manajemen strategis karena situasi dan kondisi perusahaan saat ini mungkin menghalangi strategi tertentu dan mungkin bahkan mendikte tindakan tertentu. Proses manajemen strategis bersifat dinamis dan berkelanjutan. Apapun yang akan terjadi, keputusan strategis mempunyai konsekuensi berbagai fungsi utama dan pengaruh jangka panjang. Pada suatu organisasi, proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu : perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Sasaran jangka panjang berarti lebih dari satu tahun, dapat ditentukan sebagai hasil spesifik yang ingin dicapai sebuah organisasi dengan melaksanakan misi dasarnya. Sasaran perlu untuk keberhasilan organisasi karena menyatakan arah, mambantu dalam evaluasi, menciptakan sinergi, mengungkapkan prioritas, memfokuskan koordinasi dan menyediakan dasar untuk perencanaan, pengorganisasian, memotivasi dan mengendalikan aktivitas secara efektif. Sasaran tahunan adalah patokan jangka pendek yang harus dicapai oleh organisasi dalam rangka mencapai sasaran jangka panjang, harus dapat diukur, kuantitatif, menantang, realistik, konsisten dan mempunyai prioritas. Peluang eksternal dan ancaman eksternal merujuk pada keadaan ekonomi, sosial, budaya, demografi lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi dan kecenderungan persaingan serta peristiwa yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara signifikan dimasa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar diluar kendali organisasi yang disebut dengan eksternal. Ajaran mendasar dari manajemen strategi adalah bahwa perusahaan perlu merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman ekternal untuk sukses merupakan hal yang penting dilaksanakan dengan pengumpulan serta memahami informasi eksternal yang disebut dengan mengamati lingkungan (environmental scanning) atau evaluasi industri. 59

60 Kekuatan internal dan kelemahan internal adalah aktivitas dalam kendali organisasi yang prestasinya luar biasa baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi komputer serta bisnis, mengenali dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam berbagai bidang fungsional dari bisnis adalah aktivitas manajemen strategis. Diagram manajemen strategis dapat dilihat pada Gambar Umpan Balik Melakukan Analisa Eksternal Penetapan Visi dan Misi enetapan uan Jangka panjang emilihan dan enetapan Strategi enetapan Kebijakan an Tujuan Tahunan ngalokasian mber Daya mplementasi Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja Melakukan Analisa Eksternal Gambar 2.3 Manajemen Strategis Peluang Eksternal dan Peluang Internal David (2004), menyatakan bahwa manajemen strategis menawarkan manfaat berikut ini : 14. Memungkinkan mengenali, menetapkan prioritas dan memanfaatkan berbagai peluang. 15. Menyediakan pandangan objektif mengenai masalah manajemen. 16. Menjadi kerangka kerja untuk memperbaiki koordinasi dan pengendalian aktivitas. 17. Meminimalkan pengaruh kondisi dan perubahan yang merugikan. 18. Memungkinkan keputusan utama yang lebih baik mendukung sasaran yang telah ditetapkan. 19. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk mengenali peluang. 20. Memungkinkan sumber daya yang lebih kecil dan waktu lebih sedikit dicurahkan untuk mengoreksi kesalahan atau keputusan. 21. Menciptakan kerangka kerja untuk berkomunikasi internal diantara staf. 22. Membantu memadukan tingkah laku individual menjadi total 23. Menyediakan dasar untuk penjelasan tanggung jawab individu. 24. Memberikan dorongan untuk pemikiran ke depan. 25. Menyediakan pendekatan kerjasama terpadu dan antusias dalam menangani berbagai masalah dan peluang.

61 26. Mendorong tingkat disiplin dan formalitas yang tepat pada manajemen dari suatu bisnis Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan kendala (ancaman) yang dimiliki oleh objek wisata yang diteliti di Kabupaten Natuna. Rangkuti (1997) menyatakan bahwa matrik SWOT dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman dengan faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Adapun matriks SWOT disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Matriks SWOT 61 or Eksternal Faktor Internal Stengths S ukan faktor-faktor atan internal Weakness W ukan faktor-faktor kelemahan internal Opportunities O ukan faktor-faktor ng eksternal Strategi S O kan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi W O kan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats T ukan faktor-faktor man eksternal Strategis S T kan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi W O kan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti (2000) Dalam analisis SWOT, Rangkuti (2000) menggunakan matriks yang akan menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu : 5. Strategi SO : strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. 6. Strategi ST : strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang mungkin timbul. 7. Strategi WO : strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. 8. Strategi WT : strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix) merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan. Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan intuisi yang baik dalam penilaian. Metode ini adalah

62 62 alat yang dirokemandasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor kunci kesuksesan internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual, tujuan metode ini adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategistrategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang paling baik untuk diimplementasikan. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif Alternatif-alternatif Strategi aktor-faktor Kunci Bobot AS Strategi 1) TAS Strategi 1) AS Strategi 2) ang TAS Strategi 2) aman uatan mahan Jumlah Total rangan : AS (Attract Score) TAS (Total Attract Score) Sumber : David (2004)

63 63 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif Secara administrasi Kabupaten Natuna merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten Natuna memiliki luas wilayah administratif seluas ,37 Km 2 yang terdiri dari luas daratan 2.001,30 Km 2 dan luas lautan ,07 Km 2. Ibukota Kabupaten Natuna adalah Kota Ranai. Secara geografis batas-batas wilayah Kabupaten Natuna sebelah utara berbatasan dengan Negara Vietnam dan Kamboja, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bintan, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Anambas, sebelah timur berbatasan dengan Negara Malaysia Timur (Serawak) dan Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Natuna merupakan daerah kepulauan dan terdiri dari 12 kecamatan. Jumlah pulau yang ada di Kabupaten Natuna 154 pulau dengan 27 pulau yang berpenghuni dan 127 buah pulau belum berpenghuni. Gambar 4.1 Peta Administratif Kabupaten Natuna

64 4.2 Kondisi Demografis Diketahui berdasarkan data base statistik terakhir Natuna Dalam Angka Tahun 2012 bahwa jumlah penduduk Kabupaten Natuna adalah sebesar jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut dilihat menurut jenis kelaminnya terbagi menjadi jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Dilihat dari segi penyebaran penduduknya dapat dikatakan belum merata, Kecamatan Bunguran Timur memiliki jumlah penduduk yang tertinggi di Kabupaten Natuna yaitu sebesar jiwa atau 33,42% dan yang terendah di Kecamatan Pulau Laut sebesar atau 3,10%. Jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.1. o. Nama Kecamatan Luas (km 2 ) Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna enduduk Penduduk Laki-laki Perempuan (jiwa) (Jiwa) Jumlah Penduduk (jiwa) 1 ai 26, guran Barat 448, guran Utara 404, u Laut 37, u Tiga 67, guran Timur 146, guran Timur Laut 235, guran Tengah 172, guran Selatan 233, san 43, i 160, san Timur 23, Jumlah 001, , Sumber: Natuna Dalam Angka Tahun 2012 Secara keseluruhan kepadatan penduduk Kabupaten Natuna tahun 2012 sebesar 36 jiwa per km 2. Ini artinya dalam wilayah seluas 1 km 2 terdapat penduduk sekitar 36 jiwa. Menurut struktur mata pencaharian diketahui penduduk Kabupaten Natuna umumnya bekerja dalam bidang pertanian (pertanian tanaman pangan, peternakan, kehutanan dan perikanan) keadaan ini sesuai dengan karakteristik daerahnya yang merupakan daerah kepulauan dan pertanian. Selain bidang usaha pertanian, mata pencaharian yang banyak dilakukan oleh penduduk Kabupaten Natuna adalah dibidang jasa dan perdagangan. Secara rinci jumlah penduduk menurut struktur mata pencaharian dapat dilihat pada Table 4.2. % 64 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Mata Pencaharian Kabupaten Natuna

65 65 Jenis Mata Pencaharian Penduduk (Jiwa) % anian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ,09 ambangan dan Penggalian 751 1,67 stri Pengolahan ,22 rik, Gas dan Air Bersih 115 0,26 gunan/konstruksi ,57 dagangan, Hotel dan Restoran ,46 gangkutan dan Komunikasi ,24 angan, Persewaan, Jasa Perusahaan 54 0,12 -jasa ,72 nya 743 1,65 Kabupaten Natuna ,00 Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun 2012 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Natuna adalah sebesar jiwa, dengan jumlah yang terbesar adalah Tamat Sekolah Dasar (SD) sebesar jiwa atau 35,59%. Uraian mengenai struktur pendidikan penduduk dapat di lihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan No. Pendidikan Yang Ditamatkan nduduk (Jiwa) % 1 ak/belum Tamat SD ,42 2 at Sekolah Dasar (SD) ,60 3 TP (Umum) ,00 4 TA (Umum dan Kejuruan) ,43 5 oma I/II ,35 6 demi/diploma III ,88 7 oma IV/S1/S2/S ,31 Jumlah ,00 Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun Kondisi Ekonomi Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan perekonomian daerah. Tinggi rendahnya nilai PDRB yang dihasilkan suatu daerah menggambarkan tinggi rendahnya tingkat perekonomian daerah tersebut. Kinerja ekonomi Kabupaten Natuna sepanjang tahun 2011 menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu sebesar 6,41%. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 0,16%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi selama tahun 2011 terjadi di sektor konstruksi/bangunan yaitu sebesar 19,01%, hal tersebut disebabkan oleh pesatnya pembangunan sarana dan prasarana jalan dan jembatan serta banyaknya permintaan bangunan bangunan tempat tinggal oleh masyarakat. Sedangkan pertumbuhan terendah disektor listrik,

66 gas dan air bersih yaitu sebesar 3,27%. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun (persen) No Lapangan Usaha Tahun anian, Peternakan, Kehutanan dan 5,11 5,12 4,90 4,70 4,71 Perikanan 2 ambangan dan Penggalian 2,05 9,72 9,79 9,23 9,28 3 stri Pengolahan 4,98 5,25 4,50 5,39 5,52 4 rik, Gas dan Air Bersih 3,52 3,68 3,55 3,53 3,27 5 gunan 6,69 0,79 2,02 8,14 9,01 6 agangan, Hotel dan Restoran 7,18 7,4 9,11 9,40 9,45 7 gangkutan dan Komunikasi 9,08 9,19 9,77 9,74 9,80 8 angan, Persewaan dan Jasa 4,95 4,99 5,19 5,63 5,75 Perusahaan 9 -jasa 8,54 5,23 5,43 5,47 5,49 Jumlah 6,04 6,05 6,38 6,25 6,41 Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun 2012 Angka PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011 yaitu sebesar 1.191,14 juta rupiah, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 sebesar 1.076,95 juta rupiah. Keadaan ini disebabkan oleh kenaikan laju pertumbuhan dari semua sektor ekonomi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 4.5. Tabel 4.5 PDRB Kabupaten Natuna Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) No Lapangan Usaha Tahun anian, Peternakan, 986,25 569,20 606,59 653,76 707,63 Kehutanan, Perikanan 2 ambangan 5,26 3,78 4,22 4,74 5,35 3 stri Pengolahan 25,91 20,29 21,41 23,33 25,69 4 rik dan Air Minum 1,19 857,00 942,00 1,04 1,12 5 gunan 46,05 39,72 50,46 62,03 75,87 6 agangan, Hotel dan 227,21 135,99 157,75 182,11 209,77 Restoran 7 kutan dan Komunikasi 58,92 36,67 41,198 46,21 52,42 8 angan, Persewaan dan 45,54 25,76 28,21 31,23 34,08 Jasa 9 -jasa 97,27 62,46 66,96 72,49 79,20 lah 1.493,61 894,73 977, , ,14 Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun

67 Dilihat dari distribusi PDRB, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Natuna masih dominan. Kontribusi sektor ini tahun 2011 sebesar 59,41%, padahal di tahun 2010 sebesar 60,70%. Sektor perdagangan, hotel dan restoran selama tahun 2011 juga mampu memberi kontribusi sebesar 17,61% meningkat dari tahun sebelumnya. Untuk kontribusi sektor-sektor ekonomi lainnya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi PDRB Kabupaten Natuna Atas Dasar Harga Berlaku (persen) Tahun No Lapangan Usaha anian, Peternakan, Kehutanan dan 6,03 Perikanan 3,62 2,04 0,70 9,41 2 ambangan dan Penggalian 0,39 0,42,43 0,44 0,45 3 stri Pengolahan 1,73 2,27,19 2,17 2,16 4 rik dan Air Minum 0,08 0,10,10 0,10 0,09 5 gunan 3,08 4,44,16 5,76 6,37 6 agangan, Hotel dan Restoran 5,21 5,20 6,13 6,91 7,61 7 kutan dan Komunikasi 3,95 4,10,21 4,29 4,40 8 angan, Persewaan dan Jasa 3,05 2,88,89 2,90 2,86 9 -jasa 6,51 6,98,85 6,73 6,65 lah Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun 2012 Untuk pertumbuhan ekonomi regional sepanjang tahun , Kabupaten Natuna memiliki pertumbuhan ekonomi masih dibawah pertumbuhan propinsi. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,38, tahun 2010 mengalamai penurunan pertumbuhan ekonomi menjadi 6,25 dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi 6,41. Laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota Tahun dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 No Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota Tahun Kabupaten/Kota Tahun mun 6,30 6,56 7,05 2 an 5,11 6,56 6,18 3 una 6,38 6,25 6,41 4 gga 6,93 6,60 6,64 5 ulauan Anambas 6,63 7,16 7,39 6 m 4,65 7,77 7,22 7 ungpinang 6,97 7,08 7,06 Kepulauan Riau 6,65 7,51 6,94 Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Riau 67

68 Pendapatan regional perkapita memberikan gambaran mengenai pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai balas jasa keikutsertaannya dalam proses produksi. Nilai PDRB perkapita merupakan gambaran nilai tambah bruto yang diciptakan oleh setiap penduduk disuatu daerah sebagai akibat adanya proses produksi dalam rangkaian kegiatan ekonomi. Besaran ini diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Indikator tersebut digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Dengan melihat pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat peningkatan dalam pendistribusian PDRB per kapita maupun pendapatan regional per kapita. Salah satu cara untuk meningkatkan kemakmuran dalam pencapaian pembangunan nasional dan regional adalah meningkatkan pendapatan masyarakat yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat yang disertai dengan pengurangan tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan dan juga perbaikan derajat kesehatan, sehingga dapat tercapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. PDRB dan pendapatan regional perkapita menjadi salah satu tolak ukur dalam pencapaian tingkat kemakmuran walau keadaan ini belum dapat digunakan langsung sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan. DPRB perkapita kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 PDRB Perkapita Kabupaten Natuna (Rupiah) PDRB Perkapita Tahun Atas dasar Harga Berlaku Atas dasar Harga Konstan Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun 2012 Tabel 4.8 menunjukkan bahwa PDRB perkapita atas dasar harga berlaku selama kurun waktu secara agregat mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 1,07 persen tetapi ditahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 5,24 persen atau dari Rp menjadi Rp Hal ini merupakan suatu peningkatan yang diciptakan oleh masingmasing penduduk akibat adanya aktivitas produksi. Bila ditinjau atas dasar harga konstan, PDRB per kapita tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 1,25 persen yaitu dari Rp tahun 2010 menjadi Rp tahun Pendapatan regional perkapita penduduk Kabupaten Natuna atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan meningkat. Adapun jumlah penduduk pertengahan tahun 2011 adalah jiwa, sehingga pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp tahun 2010 meningkat menjadi Rp tahun 2011, sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2010 sebesar Rp meningkat menjadi Rp Angka ini menggambarkan 68

69 besarnya pendapatan rata-rata penduduk di Kabupaten Natuna pertahunnya. PDRB Regional kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 PDRB Regional Perkapita Kabupaten Natuna (Rupiah) PDRB Perkapita Tahun Atas dasar Harga Berlaku Atas dasar Harga Konstan Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun 2012 Untuk pendapatan perkapita tanpa migas atas dasar harga berlaku kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Riau sepanjang tahun , Kabupaten Natuna memiliki pendapatan perkapita yang cukup rendah dibandingkan kabupaten/kota yang lain di wilayah Propinsi Kepulauan Riau. Tingkat kesejahteraan penduduk dapat ditunjukkan dari PDRB perkapita, meskipun angka ini tidak menjelaskan tingkat distribusi pendapatan penduduk. Perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Natuna tahun berfluktuasi dimana PDRB perkapita Kabupaten Natuna adalah sebesar 15,78 juta rupiah pada tahun 2009 menurun menjadi 15,52 juta rupiah pada tahun 2010 kemudian meningkat lagi menjadi 16,47 juta rupiah pada tahun PDRB perkapita kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Riau menunjukkan ada perbedaan tingkat kesejahteraan yang cukup besar antara kabupaten/kota yang ada di Propinsi Kepulauan Riau. PDRB perkapita tanpa migas atas dasar harga berlaku kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Riau tahun dapat dilihat pada Tabel No Tabel 4.10 PDRB Perkapita Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten/Kota di Propinsi Kepulauan Riau (Juta Rupiah) Kabupaten/Kota Tahun mun 16,49 20,17 21,55 2 an 31,79 31,10 32,59 3 una 15,78 15,52 16,47 4 gga 10,10 11,85 12,53 5 ulauan Anambas 16,89 17,66 18,31 6 m 52,34 53,03 53,03 7 ungpinang 24,32 27,63 29,25 Kepulauan Riau 36,75 39,60 42,50 Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Riau 69

70 70 Penerimaan keuangan Kabupaten Natuna tahun anggaran 2011 berjumlah 1,15 trilyun rupiah, sedangkan realisasi pengeluaran pada tahun anggaran 2011 berjumlah 1,31 trilyun rupiah yang terdiri dari pengeluaran belanja tidak langsung sebesar 719,43 milliar rupiah atau 55% dan pengeluaran belanja langsung sebesar 591,81 milliar rupiah atau 45%. Peranan PAD terhadap pendapatan daerah baru mencapai 3,66 %. Penerimaan dari pajak daerah tahun 2011 berjumlah 1,47 milyar rupiah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Tabel Tabel 4.11 Realisasi Penerimaan Keuangan Kabupaten Natuna (Rupiah) o. JENIS PENERIMAAN JUMLAH I. NDAPATAN ASLI DAERAH k Daerah ibusi Daerah l Pengelolaan Kekayaan Daerah lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah I. NA PERIMBANGAN a Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak a Alokasi Umum a Alokasi Khusus II. NERIMAAN LAINNYA YANG SAH ah 0 a Darurat 0 a Bagi Hasil Pajak dari Propinsi atau Pemda Lainnya a Penyesuaian dan Otonomi Khusus tuan Keuangan dari Propinsi atau Pemda Lainnya Jumlah Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun 2012 Tabel 4.12 Realisasi Pengeluaran APBD Kabupaten Natuna (Rupiah) o. JENIS PENGELUARAN JUMLAH I. LANJA LANGSUNG nja Pegawai nja Barang dan Jasa nja Modal I. LANJA TIDAK LANGSUNG nja Pegawai nja Subsidi nja Hibah nja Bantuan Sosial nja Bantuan Keuangan

71 71 nja Tidak Terduga 0 Jumlah Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun Kondisi Pariwisata dan Perhotelan Kondisi pariwisata di Kabupaten Natuna sangat potensial, pulau-pulau yang ada di kawasan Kabupaten Natuna sangat banyak dengan berbagai objek wisata yang potensial, tetapi prasarana dan sarana yang diperlukan untuk memperkenalkan pariwisata di daerah ini kepada para wisatawan belum cukup memadai. Letak geografis yang cukup jauh juga merupakan salah satu faktor penyebab kurang berkembangnya sektor pariwisata di Kabupaten Natuna. Karena itu upaya untuk membenahi berbagai objek dan melengkapi fasilitas dengan mengembangkan jaringan transportasi perlu terus ditingkatkan. Mengingat Natuna adalah sebuah kabupaten yang memiliki banyak pantai yang menarik maka sebagian besar pengunjung wisata adalah wisatawan bahari dan wisata alam. Pada tahun 2011 pengunjung yang mengunjungi lokasi wisata di Kabupaten Natuna mencapai sekitar orang yang sebagian besar masih merupakan wisatawan/pengunjung lokal. Tahun 2011 terdapat 34 unit hotel/penginapan yang tersebar di tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Midai, Bunguran Barat, Bunguran Timur, Serasan, Bunguran Utara, Pulau Tiga dan Subi. Hotel-hotel tersebut menyediakan 451 kamar dengan 544 tempat tidur. Sampai saat ini belum ada peningkatan yang cukup berarti mengenai kuantitas hotel dan fasilitas yang disediakan hotel-hotel yang ada dibandingkan tahun-tahun yang sebelumnya. Data sarana hotel/penginapan di Kabupaten Natuna dan Data objek wisata di Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Tabel Tabel 4.13 Sarana Hotel/Penginapan di Kabupaten Natuna No Kecamatan Hotel Kamar mpat Tidur Karyawan 1 guran Timur guran Barat san guran Utara ai u Tiga Jumlah Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun 2012

72 72 Tabel 4.14 Jumlah Objek Wisata Kabupaten Natuna No Kecamatan ek Pulau Objek ek Pantai Objek Objek ek Batu Pantai Berbatu Sungai Gunung 1 ai guran Barat gura Utara u Laut u Tiga guran Timur guran Timur Laut guran Tengah guran Selatan san san Timur Jumlah Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun Program Pengembangan Pariwisata Dalam menyusun program-program pengembangan pariwisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna telah menetapkan visi dan misi pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna yang tentunya mengacu serta selaras dengan visi dan misi pembangunan Kabupaten Natuna yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Beberapa kebijakan pemerintah serta isu-isu strategis utama pembangunan Kabupaten Natuna menjadi landasan pertimbangan dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna. Kebijakan dan Isu-isu strategis utama pembangunan Kabupaten Natuna tersebut adalah: 1) Kualitas hidup masyarakat dan peningkatan kesejahteraan 2) Pemerataan pembangunan wilayah 3) Daya saing Kabupaten Natuna dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau 4) Penerapan pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan. 5) Pemanfaatan cadangan sumber daya alam seperti minyak dan gas bumi di Kabupaten Natuna. 6) Posisi geografis Kabupaten Natuna yang berada di wilayah Alur Laur Kepulauan Indonesia (ALKI) 7) Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Natuna Ketujuh isu utama ini merupakan isu yang saling terkait dan harus dipecahkan bersama. Kualitas dan kesejahteraan masyarakat tidak cukup terjadi di beberapa tempat saja, namun harus merata di seluruh wilayah Kabupaten Natuna. Peningkatan kualitas dalam segala aspek secara merata diharapkan akan meningkatkan juga produktivitas dan kualitas masyarakat Kabupaten Natuna dalam mengembangkan dan mengelola sumber daya yang ada. Dengan jumlah dan kualitas produksi yang tinggi diharapkan daya saing Kabupaten Natuna-pun

73 semakin meningkat hingga ke tingkat yang paling tinggi. Kesejahteraan yang merata diharapkan dapat berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan. Untuk itu, penerapan pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan harus dilakukan secara disiplin dan dengan penuh kesadaran Visi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna Pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna diharapkan memberi kontribusi dalam pencapaian visi pembangunan Kabupaten Natuna secara umum. Oleh karena itu, rumusan visi pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut: Menjadikan Kabupaten Natuna Sebagai Pintu Gerbang Pariwisata di Ujung Utara Indonesia yang dapat mengangkat harkat dan martabat, serta meningkatkan kesejahteraan sosial budaya dan ekonomi masyarakat dalam lingkungan yang berkelanjutan Misi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna Misi merupakan turunan, penerjemahan atau perincian secara lebih terfokus dari visi yang ada. Dengan demikian misi harus berhubungan dan tidak bias keluar dari lingkup atau pernyataan visi. Dalam proses perumusan misi ada beberapa langkah yang dilakukan untuk merealisasikan visi antara lain adalah : 1) Spesifikasi wilayah yang potensial dan strategis untuk pengembangan pariwisata. 2) Spesifikasi stakeholder yang terkait dengan pengembangan pariwisata. 3) Spesifikasi potensial atraksi, amenitas dan aksesibilitas sebagai bagian dari produk pariwisata yang akan dikembangkan. 4) Spesifikasi kelembagaan, SDM dan jaringan atau para pihak yang terlibat dalam pengembangan pariwisata. 5) Spesifikasi kondisi perekonomian Kabupaten Natuna. 6) Spesifikasi komponen pasar pariwisata. Dari penetapan dan perumusan visi maka dijabarkan menjadi misi pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna sebagai berikut : 1) Menyebarluaskan penerapan pendekatan pengembangan dan pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 2) Meningkatkan daya saing pariwisata Kabupaten Natuna di tingkat provinsi, nasional dan internasional melalui pengelolaan daya tarik wisata dan pelayanan wisata yang berkualitas tinggi, serta pemasaran pariwisata yang tepat sasaran. 3) Mengurangi ketimpangan pembangunan melalui penyebaran kegiatan pariwisata yang mencakup daerah-daerah yang belum maju. 4) Menjalin kelembagaan kepariwisataan yang berasaskan kerjasama yang saling menguntungkan antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat. 5) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Kabupaten Natuna dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat Kabupaten Natuna dalam pengembangan kegiatan pariwisata. 6) Meningkatkan usaha masyarakat di bidang pendukung pariwisata untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. 73

74 7) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup Kabupaten Natuna dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. 8) Meningkatkan upaya konservasi, preservasi dan rehabilitasi sumber daya alam dan budaya Tujuan dan Sasaran Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna. Tujuan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut : 1) Menciptakan destinasi pariwisata baru di Kabupaten Natuna yang berdaya saing. 2) Memunculkan identitas dan unsur-unsur budaya Kabupaten Natuna yang terkait. 3) Meningkatkan kualitas dan kandungan pengetahuan dalam produk-produk pariwisata Kabupaten Natuna 4) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata antara lain dengan menyediakan lapangan pekerjaan, menyediakan kesempatan investasi bagi masyarakat umum, dan sebagainya. 5) Meningkatkan keterlibatan komunitas lokal dalam penyediaan prasarana dan sarana pariwisata. 6) Meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas koordinasi antara instansi dan sektor-sektor Pariwisata 7) Meningkatkan arus perjalanan wisata di dalam Kabupaten Natuna dan ke dalam Kabupaten Natuna baik dari wilayah-wilayah sekitar Provinsi Kepri, nasional, maupun internasional. 8) Meningkatkan penyediaan data dan informasi bagi wisatawan serta pemasaran dan promosi pariwisata Kabupaten Natuna ke segmen pasar wisatawan yang tepat dan terarah. 9) Mempertimbangkan daya dukung lingkungan hidup dalam pengelolaan sumber daya alam dan budaya untuk pariwisata dalam rangka menciptakan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. 10) Mewujudkan iklim investasi yang harmonis dan menguntungkan bagi masyarakat Kabupaten Natuna. Sasaran Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut : 1) Teridentifikasinya sumber daya alam, seni, budaya, dan tradisi sebagai ciri khas dan keunikan Kabupaten Natuna yang memiliki nilai tinggi secara regional, nasional, dan internasional, serta mengembangkan dan mengelolanya secara berkelanjutan. 2) Terbentuknya skala pengembangan pariwisata yang jelas baik bagi perencana, pengembang, maupun pengelola pariwisata. 3) Terbukanya peluang keterlibatan (investasi, lapangan pekerjaan) masyarakat Kabupaten Natuna dalam kegiatan pariwisata yang meningkatkan kualitas kehidupannya. 4) Terjalinnya kerjasama kelembagaan yang baik antara sektor-sektor pemerintahan, swasta, dan masyarakat. 5) Terbentuknya kawasan wisata unggulan yang berfungsi sebagai gerbang pariwisata Kabupaten Natuna 74

75 6) Tercapainya pariwisata Kabupaten Natuna yang berkualitas tinggi yang menjadi salah satu terbaik di Indonesia. 7) Tercapainya kesadaran berwisata masyarakat Kabupaten Natuna yang meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. 8) Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal, dan pembelanjaan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara di Kabupaten Natuna. 9) Terciptanya koordinasi yang seimbang antara sektor publik dan swasta yang terkait dalam pengembangan pariwisata, serta dengan masyarakat lokal, lembaga swadaya masyarakat dan akademisi. 10) Terjaganya kelestarian sumber daya alam dan budaya yang menjadi daya tarik pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna. 11) Terwujudnya basis data dan informasi akurat, selalu terbaharui, dan dapat diakses baik oleh pengembangan pariwisata maupun wisatawan. 12) Tersedianya fasilitas, sarana, dan prasarana pariwisata unggul yang memenuhi standar terkait, yang meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan pengetahuan wisatawan akan alam dan budaya Kabupaten Natuna. 13) Meningkatnya kualitas SDM masyarakat Kabupaten Natuna yang dapat diandalkan untuk pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna yang berkualitas tertinggi. 14) Meningkatkan kualitas pemasaran dan promosi sehingga terarah dan tepat sasaran. 15) Terciptanya apresiasi wisatawan terhadap alam dan budaya Kabupaten Natuna Strategi dan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna Strategi dan kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna didasarkan pada pertimbangan : Potensi dan permasalahan kepariwisataan Kabupaten Natuna dari berbagai aspek khususnya produk wisata dan pasar wisatawan, SDM dan kelembagaan. Kebijaksanaan dan isu-isu strategis pembangunan wilayah Kabupaten Natuna terkait dengan pengembangan pariwisata daerah. Konsep pengembangan, visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna. Pengembangan pariwisata mencakup rencana pengembangan perwilayahan, pengembangan produk wisata, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan SDM dan kelembagaan untuk lingkup Kabupaten Natuna. 1) Strategi Pengembangan Produk Wisata Pengertian dari produk wisata disini adalah segala fasilitas/kegiatan yang dapat dinikmati oleh wisatawan selama melakukan perjalanan wisatanya. Produk wisata tersebut, antara lain meliputi objek dan daya tarik wisata, akomodasi, restoran/rumah makan, transportasi, cinderamata. Strategi pengembangan produk wisata, meliputi : 1. Menata dan mengembangkan produk wisata secara teratur sesuai dengan pasar wisatawan, terutama wisatawan nusantara yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Jakarta, dan daerah-daerah lainnya. 75

76 2. Mengoptimalkan produk wisata yang mempunyai selling point secara khusus, untuk pasar wisatawan mancanegara terutama berasal dari negara-negara seperti ASEAN, Jepang, Eropa Barat, dan lainnya. 3. Menata event-event pariwisata secara teratur untuk ditingkatkan menjadi event regional dan nasional. 4. Menata dan mengembangkan produk wisata yang berwawasan lingkungan. 5. Menjaga kelokalan dan keaslian, mengatur dan menetapkan agar setiap objek wisata mempunyai kekhasan sendiri. 6. Menggabungkan objek wisata menjadi satu kesatuan kawasan dan menyatukan kawasan menjadi satu kesatuan daerah tujuan. 76

77 2) Strategi Pemasaran dan Promosi Strategi pemasaran dan promosi pariwisata, meliputi: 1. Meningkatkan dan mengembangkan sistem informasi dan kualitas promosi yang efektif dan kemudahan wisatawan untuk memperoleh tentang semua produk wisata yang ada dan siap jual. 2. Meningkatkan citra produk wisata Kabupaten Natuna agar mampu bersaing dengan daerah-daerah wisata lainnya yang sudah berkembang di Kepulauan Riau. 3. Meningkatkan peran serta biro perjalanan di Pontianak dan Batam untuk menjual produk wisata daerah Kabupaten Natuna. 4. Meningkatkan sadar wisata dan sapta pesona dikalangan para pejabat, pengusaha dan masyarakat, agar tumbuh kegiatan wisata yang berwawasan lingkungan. 3) Strategi Pengembangan Aksesibilitas Aksesibilitas didefinisikan sebagai kemudahan daya jangkau menuju objek dan daya tarik wisata. Adapun strategi pengembangan aksesibilitas, meliputi: 1. Meningkatkan akses antara daerah-daerah yang memiliki potensi wisatawan, khususnya jalur Malaysia-Singapura-Batam-Natuna-Pontianak. 2. Menata sistem penunjuk jalan/rambu-rambu lalu lintas yang mempermudah para wisatawan untuk mencapai objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Natuna. 3. Terintegrasi dengan sektor yang lain. 4) Strategi Pengembangan Prasarana Strategi pengembangan prasarana untuk menunjang kegiatan pariwisata, meliputi: 1. Perencanaan kebutuhan prasarana pariwisata yang meliputi: jalan, jembatan, air bersih, listrik, telepon disesuaikan dengan arah perkembangan objek dan daya tarik wisata. 2. Pemenuhan kebutuhan prasarana pariwisata secara bertahap diusahakan pada objek-objek dan daya tarik wisata unggulan atau yang sudah berkembang yang seterusnya menyebar ke setiap objek dan daya tarik wisata lainnya. 3. Penetapan legalitas kewenangan dan pungutan. 5) Strategi Pengembangan Usaha Strategi pengembangan usaha, meliputi: 1. Mewujudkan iklim yang menguntungkan bagi dunia usaha kepariwisataan dan memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengusaha yang akan menanamkan modalnya dalam bidang pariwisata. 2. Membina pengusaha pariwisata menengah dan kecil dalam upaya peningkatan kualitas jasa usaha pariwisata. 3. Menumbuhkan dan mengembangkan profesionalisme. 4. Bertahap dan konsisten (tahap eksplorasi, tahap pengembangan, tahap konsolidasi) 5. Pola pariwisata inti rakyat dan kemitraan. 77

78 4.5.5 Program Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna Pengembangan kepariwisataan tidak hanya tergantung pada potensi dari obyek dan daya tarik saja, tetapi menyangkut pasar wisata dari pengembangan usaha pariwisata tersebut. Minat pasar wisatawan bagi Kabupaten Natuna sampai saat ini masih sangat tergantung pada wisata budaya seperti ziarah. Sementara minat pasar terhadap potensi alami kepariwisataan tidak terlalu besar, atau dengan kata lain obyek wisata alami di Kabupaten Natuna belum menjadi tujuan utama kunjungan wisatawan nusantara juga internasional. Tantangan terbesar dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna adalah bagaimana menciptakan ketertarikan pasar terhadap obyek wisata yang ada. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat potensi alami Kabupaten Natuna yang cukup besar dalam pengembangan pariwisata. Prioritas penanganan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna adalah lebih pada pengoptimalan potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Natuna. Prioritas pertama yang perlu segera dilakukan adalah berupa kajian holistik (menyeluruh) dari obyek dan daya tarik wisata. Secara makro kajian tersebut ditujukan bagi penciptaan keterkaitan obyek dan daya tarik wisata lokal dengan kawasan lainnya. Secara mikro kajian ini ditujukan lebih pada perumusan rencana teknis pengembangan dari setiap obyek wisata yang ada dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup. Prioritas pertama lainnya adalah dalam hal sistem promosi yang mendukung rencana pengembangan wisata Kabupaten Natuna. Promosi ini dapat dilakukan melaluii penciptaan sistem informasi kepariwisataan Kabupaten Natuna dengan sasaran pasarnya tidak terbatas pada pasar lokal saja, tetapi pasar regional dan internasional. Upaya pengembangan sistem promosi ini perlu pula didukung oleh pembangunan sarana prasarana yang menunjang kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Natuna. Secara skematis, prioritas program pengembangan wisata di Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Gambar AS MA HOLISTIK Pengembangan romosi gunan Sarana ana AS atan SDM an Kelembagaan Gambar 4.2 Prioritas Penanganan Program Pengembangan Wisata Kabupaten Natuna

79 79 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Objek Wisata Bahari Prioritas Kabupaten Natuna memiliki banyak objek wisata alam dan wisata bahari yang menarik karena kondisi alamnya yang berbentuk kepulauan serta bentuk pantainya yang landai bahkan ada beberapa pantai yang yang memiliki batu batuan besar yang tersebar di pantai sehingga menambah keindahan panorama pantainya. Selain itu keindahan alam bawah laut berupa terumbu karang, ikan dengan jenis yang banyak serta habitat laut yang beragam menjadi daya tarik dan magnet bagi wisatawan berkunjung ke Natuna. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis persepsi responden terhadap delapan lokasi-lokasi wisata unggulan yang berhubungan dengan pariwisata bahari yang ada di Kabupaten Natuna berdasarkan Surat Keputusan Bupati Natuna Nomor 158 Tahun 2010 tentang Penetapan Objek Wisata Daerah. Berdasarkan observasi peneliti, masih banyak objek wisata bahari potensial yang belum masuk dalam surat keputusan tersebut seperti Pulau Kemudi, Senubing, Pantai Batu Alif, Pantai Kukup, Selat Lampa, Pulau Selentang, Pulau Sahi, Pulau Setanau, Pantai Marus, Pulau Pasir, Pulau Panjang, Tanjung Sekatung, Pulau Bunga dan lainnya yang memiliki keindahan dan potensi dan daya tarik wisata bahari. Objek wisata bahari daerah berdasarkan Surat Keputusan Bupati Natuna dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan peta lokasi objek wisata bahari daerah Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Gambar 5.1. Tabel 5.1 Objek Wisata Bahari Daerah Kabupaten Natuna No Nama Objek Lokasi 1 ai Teluk Selahang Bunguran Timur Laut 2 u Senoa Bunguran Timur 3 ai Sengiap Bunguran Timur Laut 4 ai Teluk Buton Bunguran Utara 5 ai Sisi Serasan Timur 6 ai Batu Kasah Cemaga Bunguran Selatan 7 ai Teluk Depeh Bunguran Selatan 8 u Kembang Bunguran Barat Sumber : Lampiran Surat Keputusan Bupati Natuna No. 158 Tahun 2010

80 80 Gambar 5.1 Peta Lokasi Objek Wisata Bahari Daerah Kabupaten Natuna Selain itu juga ada data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna tentang lokasi terumbu karang yang sesuai bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna yang akan menjadi pertimbangan peneliti dalam penentuan lokasi wisata bahari yang prioritas. Lokasi terumbu karang untuk pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Lokasi Terumbu Karang Untuk Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna o Lokasi Koordinat ncerahan Life is Ikan patan Arus airan (%) Form Karang (cm/dr) u Senoa Lampa k Buton u Sahi N: ,32 : ,91 N: ,70 : ,99 N: ,61 : ,47 N: ,85 : ,81 Tutupan Komunitas Karang (%) Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna edalaman Terumbu Karang (m) Berikut adalah kondisi delapan objek wisata bahari prioritas yang akan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna.

81 1) Pantai Teluk Selahang Pantai Teluk Selahang biasanya dikenal masyarakat dengan nama Pantai Tanjung merupakan pantai yang terdapat disebelah utara kota Ranai yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua atau roda empat dengan waktu tempuh lebih kurang 20 menit. Pantai ini berada di wilayah Desa Tanjung Kecamatan Bunguran Timur Laut. Pantai ini cukup luas dengan pasir yang putih dan konturnya yang landai sehingga kegiatan berenang, berjemur, menikmati suasana sangat cocok dilakukan oleh pengunjung. Diujung pantai ini banyak terdapat batu batuan yang terhampar di pesisir pantai sehingga menambah daya tarik pantai ini. Sedangkan didepan pantai ini terdapat lokasi wisata Pulau Senoa dimana selat antara Pantai Teluk Selahang dan Pulau Senoa terdapat kawasan konservasi laut dan memiliki spot lokasi yang sangat bagus untuk atraksi snorkling dan diving. Hari minggu atau hari libur pantai ini cukup ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar untuk rekreasi, dan biasanya pada hari libur masyarakat yang tinggal di sekitar pantai memanfaatkan dengan membuka warung dan menjual makanan khas seperti lempar, kernas, ketabal serta minuman air kelapa dan lain-lain. Dilokasi ini belum tersedia sarana hotel/penginapan, sarana pendukung lainnya seperti penyewaan peralatan menyelam/olahraga air dan pemandu belum tersedia. Akses menuju kepantai ini bisa menggunakan bis umum regular dengan frekuensi perjalanan 3-4 kali sehari atau menggunakan jasa ojek. Kondisi jalan dan jembatan menuju lokasi ini cukup bagus dan infrastuktur pendukung lainnya seperti jaringan listrik, air bersih dan jaringan telepon seluler sudah tersedia. Kondisi Pantai Teluk Selahang dapat dilihat pada Gambar Gambar 5.2 Kondisi Pantai Teluk Selahang

82 2) Pulau Senoa Pulau Senoa berada di depan pulau Bunguran, pulau ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang ada di Kabupaten Natuna dengan luas pulau 27 Ha yang berlokasi di wilayah Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur. Pulau ini memiliki pantai dan pemandangan Gunung Ranai dan Batu Sindu yang sangat indah. Pantainya memiliki pasir yang sangat putih, air yang jernih serta gua sarang burung Walet yang berada diujung pulau. Potensi lainnya yang dimiliki pulau ini adalah potensi terumbu karangnya yang menarik dengan ikan yang banyak dan bermacam jenis karena pulau ini termasuk dalam kawasan konservasi laut. Akses menuju ke pulau ini melalui jalur laut, dari kota ranai menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat menuju ke pelabuhan Teluk Baruk Desa Sepempang dengan waktu tempuh 15 menit. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pompong carteran milik nelayan dengan biaya sewa ± Rp (pulang-pergi), transportasi regular menuju ke pulau ini belum tersedia. Sarana penunjang di Pulau Senoa seperti hotel/penginapan, toilet gazebo, dan rumah makan saat ini belum tersedia dan pulau ini merupakan pulau yang masih kosong, tidak berpenghuni tetapi pulau ini sering menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat sekitar pada hari libur. Dermaga wisata di pulau ini sudah ada, jaringan listrik yang terdapat di pulau ini adalah pembangkit listrik hybrid tenaga surya dengan kapasitas 10kWP dan angin dengan kapasitas 4kW yang dibangun oleh pemerintah pusat. Data Dinas Kelautan dan Perikanan menunjukkan lokasi Pulau Senoa memiliki potensi terumbu karang yang sangat potensial untuk kegiatan atraksi wisata diving dan snorkling. 82 Gambar 5.3 Kondisi Pulau Senoa Gambar 5.4 Dermaga di Pulau Senoa

83 83 Gambar 5.5 Pembangkit Listrik Hybrid Tenaga Surya dan Angin di Pulau Senoa Gambar 5.6 Kondisi Pantai dan Pemandangan di Pulau Senoa Gambar 5.7 Gua Sarang Burung Walet di Pulau Senoa 3) Pantai Sengiap Pantai Sengiap berada di wilayah Kecamatan Bunguran Timur Laut, pantai ini cukup bagus karena berada di sebuah pulau yang bernama Pulau Kambing dan lokasinya terpisah oleh sungai dengan lebar sekitar 50 meter. Untuk menuju ke pantai ini harus melewati jembatan kayu yang dibangun oleh masyarakat setempat. Potensi pantai ini yaitu memiliki pasir putih yang panjang dan area pantai yang sangat luas. Pada musim tertentu gulungan gelombang di pantai ini sangat bagus dan cocok untuk olagraga surfing. Didepan pantai ini juga banyak terdapat terumbu karang yang bagus serta ikan yang banyak untuk atraksi wisata memancing dan menyelam. Akses menuju ke pantai ini belum bagus karena belum ada jalan aspal masih berupa jalan pasir yang dibangun oleh masyarakat setempat. Transportasi reguler menuju ke lokasi belum tersedia. Sarana lainnya seperti penginapan, toilet, lapangan parkir, tempat mandi/bilas belum tersedia. Kondisi Pantai Sengiap dapatdilihat pada Gambar 5.8.

84 84 Gambar 5.8 Kondisi Pantai Sengiap 4) Pantai Teluk Buton Pantai teluk buton berada di ujung pulau bunguran dan masuk ke wilayah Kecamatan Bunguran Utara. Pantai ini cukup unik karena selain memiliki pantai dengan pasir yang putih, pantai nya juga memiliki batu batu karang yang terhampar di sepanjang pantai. Di depan pantai ini banyak terdapat terumbu karang dan ikan yang besar dan banyak sehingga masyarakat sekitar suka memancing di lokasi ini. Berdasarkan data potensi terumbu karang lokasi teluk buton merupakan lokasi yang memiliki potensi terbaik untuk kegiatan atraksi snorkling dan diving. Pemandangan dari jalan raya melihat ke pantai ini sangat eksotis, karena pantai ini berada di bawah jurang yang cukup tinggi. Akses ke pantai ini cukup baik karena sudah ada jalan raya yang lebar dan beraspal. Transportasi ke lokasi ini bisa menggunakan bis umum yang melewati pantai ini dengan frekuensi perjalan 3-4 kali sehari. Selain itu bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat carteran dengan waktu tempuh ± 2 jam. Sarana penunjang pariwisata seperti penginapan, rumah makan, sarana penyewaan peralatan olahraga di lokasi ini belum tersedia. Pantai Teluk Buton dapat dilihat pada Gambar 5.9. Gambar 5.9 Kondisi Pantai Teluk Buton

85 5) Pantai Sisi Pantai Sisi terletak di Pulau Serasan Kecamatan Serasan Timur. Objek wisata ini memiliki pantai yang sangat panjang yaitu sekitar 8 kilometer. Pasir di pantai ini sangat halus dan putih dengan gelombang yang cukup besar pada musim-musim tertentu. Pantai Sisi pernah disebutkan sebagai salah satu dari 30 pantai terbaik di dunia versi Island Magazine edisi September Lokasi ini berbeda pulau dan terpisah oleh laut dengan kota Ranai yang berada di Pulau Bunguran. Untuk menuju ke lokasi ini dengan menggunakan kapal Pelni KM.Bukit Raya yang frekuensinya dua minggu sekali dengan waktu tempuh kurang lebih 12 jam dan menggunakan kapal perintis yang frekuensi nya setiap sepuluh hari sekali dengan waktu tempuh 16 jam. Lokasi objek wisata ini ini menjadi lokasi yang favorit bagi masyarakat sekitar untuk berekreasi. Fasilitas penunjang seperti hotel/penginapan, rumah makan, toilet belum tersedia. Kondisi Pantai Sisi dapat dilihat pada Gambar Gambar 5.10 Kondisi Pantai Sisi di Serasan 6) Pantai Batu Kasah Cemaga Pantai Batu Kasah masuk dalam wilayah Kecamatan Bunguran Selatan, pantai ini memiliki karakteristik berpasir dan berbatu. Pantai sangat bagus dengan batu batuan nya yang besar yang ada di sekitar pantai dengan lautnya yang jernih dan tenang sehingga menjadi suatu atraksi wisata yang sangat menarik. Terumbu karang yang ada di pantai ini cukup bagus dengan potensi ikannya yang banyak, sehingga lokasi ini menjadi lokasi yang disukai oleh masyarakat untuk memancing. Untuk mencapai ke Pantai Batu Kasah dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat dengan waktu tempuh dekitar 45 menit dari kota Ranai. Saat ini lokasi wisata ini belum dikembangkan, jalan menuju ke lokasi ini belum memadai karena masih berupa jalan pasir. Sarana penunjang pariwisata lainnya pun belum tersedia.

86 86 Gambar 5.11 Kondisi Pantai Batu Kasah Cemaga 7) Pantai Teluk Depeh Pantai ini terletak di Kecamatan Bunguran Selatan, potensi yang dimiliki pantai ini adalah pantainya yang berpasir putih dan indah, memiliki lokasi untuk panjat tebing dan outbond walaupun kondisi eksisting infrastruktur pariwisata, fasilitas penunjang masih sangat minim, belum ada fasilitas umum seperti toilet, lapangan parkir dan lain sebagainya. Untuk menuju ke lokasi ini bisa menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat dengan waktu tempuh sekitar dua jam dari kota Ranai. Kondisi jalan masih berupa jalan tanah belum ada pengerasan atau aspal, selain itu belum ada angkutan umum yang menuju ke lokasi ini, sehingga harus menyewa motor atau mobil. Kondisi objek wisata Pantai Teluk Depeh dapat dilihat pada Gambar Gambar 5.12 Kondisi Pantai Teluk Depeh

87 8) Pulau Kembang Pulau kembang adalah sebuah pulau yang terpisah dengan pulau Bunguran dan kota Ranai, pulau ini masuk dalam wilayah Kecamatan Bunguran Barat. Potensi yang dimiliki pulau ini adalah terumbu karang yang sangat bagus yang berada di sekitar pulau sangat cocok untuk wisata menyelam dan memancing, pulau ini merupakan pulau yang masih kosong tidak berpenghuni, keindahan lainnya yang dimiliki pulau ini adalah banyak terdapat burung yang bagus dan tergolong jinak. Pantai yang ada dipulau ini adalah pantai pasir yang berbatu. Untuk menuju ke pulau ini belum ada transportasi reguler, pengunjung bisa mencarter pompong nelayan untuk menuju ke sini, sarana penunjang pariwisata lainnya seperti penginapan, toilet, kamar mandi/bilas belum tersedia. 87 Gambar 5.13 Pulau Kembang Selanjutnya dari delapan lokasi wisata daerah prioritas Kabupaten Natuna, perlu dilakukan penentuan lokasi mana yang terlebih dahulu fokus untuk dikembangkan. Hal ini untuk mengatasi permasalahan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna, yaitu keterbatasan dana yang ada, penentuan lokasi prioritas bukan berarti lokasi yang tidak mendapat prioritas pertama tidak perlu dikembangkan tetapi difokuskan dulu ke lokasi pertama setelah berkembang dilanjutkan lagi ke lokasi yang prioritas kedua dan seterusnya. Indikator yang digunakan dalam menentukan lokasi objek wisata bahari prioritas adalah empat faktor yang berpengaruh terhadap aspek penawaran destinasi wisata yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas dan ancilliary Persepsi Responden Terhadap Atraksi Daya Tarik Wisata Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pendapat responden terhadap faktor atraksi daya tarik wisata dari beberapa lokasi wisata yang ditentukan. Atraksi wisata merupakan sesuatu yang bisa dilihat/dinikmati (something to see), sesuatu yang bisa dilakukan (something to do) dan sesuatu yang bisa dibeli (something to buy) di suatu lokasi wisata. Dalam penelitian ini peneliti membagi indeks atraksi daya tarik wisata ini dalam 3 komponen yaitu keindahan dan keunikan, budaya masyarakat setempat dan kuliner khas.

88 1. Keindahan dan keunikan Berupa pemandangan alam yang indah dan ketersediaan wisata bahari yang ada dan bisa dinikmati wisatawan yang ada di suatu lokasi wisata. 2. Budaya Merupakan pola kehidupan dan tradisi, adat istiadat, kesenian tradisional, pakaian daerah, upacara dan kepercayaan yang memiliki daya tarik yang ada di lokasi wisata. 3. Kuliner lokal Merupakan makanan lokal khas daerah yang bisa dibeli/dinikmati oleh wisatawan yang tersedia di lokasi wisata. Penelitian ini mengukur persepsi individu, sehingga penulis menggunakan tingkat pengukuran ordinal dengan tiga tingkatan yaitu jika Ada dan Baik diberi nilai 2, jika Ada tapi Tidak Baik diberi nilai 1, jika Tidak Ada diberi nilai 0. Berikut ini persepsi responden terhadap atraksi wisata di delapan lokasi wisata yang sudah ditentukan. Tabel 5.3 Indeks Persepsi Responden Terhadap Atraksi Daya Tarik Wisata Atraksi Daya Tarik Wisata No Lokasi Wisata dahan dan Budaya Rata-rata iner Lokal Keunikan Setempat 1 ai Teluk Selahang 2,00 0,89 1,67 1,52 2 u Senoa 2,00 0,00 0,11 0,70 3 ai Sengiap 2,00 0,11 0,00 0,70 4 ai Teluk Buton 1,78 1,00 0,11 0,96 5 ai Sisi 1,67 0,89 0,67 1,07 6 ai Batu Kasah Cemaga 2,00 0,67 0,78 1,15 7 ai Teluk Depeh 1,89 0,78 0,11 0,93 8 u Kembang 1,78 0,00 0,11 0,63 Sumber : Data Primer (diolah) Tabel 5.3 menyatakan pendapat responden mengenai atraksi daya tarik wisata berupa keindahan dan keunikan, budaya setempat dan kuliner lokal di beberapa lokasi wisata. Dari tabel tersebut diketahui ternyata lokasi wisata yang memiliki nilai rata-rata yang tertinggi yaitu lokasi Pantai Teluk Selahang dengan nilai rata-rata 1,52. Hal ini berarti bahwa responden menyatakan bahwa atraksi daya tarik wisata untuk lokasi Pantai Teluk Selahang ada dan baik. Dari hasil survey yang dilakukan, lokasi Pantai Teluk Selahang memiliki pantai yang sangat bagus, berpasir putih dengan panjang hampir mencapai 2 km, di pantai ini sering diadakan kegiatan-kegiatan hiburan rakyat dan atraksi budaya oleh pemerintah daerah dan oleh masyarakat setempat seperti pagelaran permainan alu, tarian topeng, silat melayu dan hiburan lainnya, tidak jauh dari lokasi ini terdapat pembudidayaan penyu oleh masyarakat. Setiap hari minggu atau hari libur, masyarakat yang tinggal di sekitar pantai Teluk Selahang menjual makanan dan minuman khas seperti kernas, lempar, ketabal dan minuman air kelapa dan juga menyewakan ban untuk pelampung dan perahu karet dan menjual souvenir dari kerang, sehingga pada setiap hari minggu atau pun hari libur, masyarakat banyak yang berkunjung ke pantai ini. 88

89 89 Gambar 5.14 Keindahan Pantai Teluk Selahang Gambar 5.15 Kondisi Pantai Berbatu di Pantai Teluk Selahang Gambar 5.16 Kesenian Rakyat Permainan Alu di Pantai Teluk Selahang Gambar 5.17 Makanan Khas Kenas dan Lempar Yang Dijual di Pantai Teluk Selahang Persepsi Responden Terhadap Aksesibilitas Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata bahari adalah adanya aksesibilitas ke lokasi wisata, sehingga memungkinkan dan memudahkan wisatawan mengunjungi lokasi wisata tersebut. Selanjutnya adalah analisis persepsi responden terhadap aksesibilitas, analisis ini bertujuan untuk

90 mengetahui lokasi wisata yang paling baik aksesibilitasnya dari beberapa lokasi wisata yang telah ditentukan. Komponen yang ditentukan dalam aksesibilitas ini ada tiga yaitu jalan ke lokasi, transportasi ke lokasi dan jarak tempuh ke lokasi. Tingkat pengukuran untuk jalan kelokasi dan transportasi ke lokasi dengan tiga tingkatan yaitu Ada dan Baik diberi nilai 2, Ada tapi Tidak Baik diberi nilai 1 dan Tidak Ada diberi nilai 0. Tingkat pengukuran untuk komponen jarah tempuh dengan tiga tingkatan yaitu Tidak Lama diberi nilai 2, Lama diberi nilai 1 dan Sangat Lama diberi nilai 0. Berikut adalah indeks persepsi terhadap aksesibilitas dari delapan lokasi yang sudah ditentukan. Tabel 5.4 Indeks Persepsi Responden Terhadap Aksesibilitas Aksesibilitas No Lokasi Wisata alan ke ansportasi ke -rata k Tempuh Lokasi Lokasi 1 ai Teluk Selahang 2,00 1,33 2,00 1,78 2 u Senoa 1,67 1,56 1,89 1,70 3 ai Sengiap 1,56 0,44 1,22 1,07 4 ai Teluk Buton 1,22 0,56 0,89 0,89 5 ai Sisi 1,00 0,00 0,22 0,41 6 ai Batu Kasah Cemaga 1,22 0,00 0,89 0,70 7 ai Teluk Depeh 1,00 0,00 1,00 0,67 8 u Kembang 1,00 0,56 0,67 0,74 Sumber : Data Primer (diolah) Tabel 5.4 menerangkan pendapat responden mengenai jalan ke lokasi, transportasi ke lokasi dan jarak tempuh. Dari tabel diketahui bahwa lokasi yang memiliki rata-rata aksesibilitas yang paling tinggi adalah Pantai Teluk Selahang dengan indeks sebesar 1,78. Hal ini berarti bahwa responden menyatakan aksesibilitas di pantai teluk selahang ada dan baik. Lokasi Pantai Teluk Selahang merupakan lokasi yang sangat dekat dengan ibukota yaitu Ranai, untuk mencapai ke lokasi ini apabila berada dari luar Kabupaten Natuna, bisa menggunakan pesawat komersial dari bandara Hang Nadim Batam ke Natuna dengan frekuensi setiap hari pulang pergi atau bisa juga menggunakan kapal Pelni KM. Bukit Raya dari pelabuhan Kijang Tanjung Pinang ke Pelabuhan Selat Lampa, kemudian selanjutnya bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat melalui jalan darat dengan jalan yang sudah cukup bagus dan beraspal dengan jarak tempuh dari bandara sekitar 30 menit dan bila dari pelabuhan Selat Lampa sekitar 2,5 jam. Dari kota Ranai untuk berkunjung ke lokasi ini bisa menggunakan bis umum yang biasa melewati lokasi ini 3-4 kali dalam sehari dan juga pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat carteran atau dengan mengunakan ojek. 90

91 91 Gambar 5.18 Fasilitas Transportasi Menuju Natuna Persepsi Responden Terhadap Amenitas Faktor lain yang berpengaruh terhadap pengembangan wisata bahari adalah faktor amenitas. Amenitas adalah fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan di suatu lokasi wisata. Analisis persepsi responden terhadap faktor ini bertujuan untuk mengetahui pendapat responden tentang lokasi yang memiliki amenitas yang paling baik. Dalam penelitian ini peneliti membagi kedalam 5 fasilitas yaitu tersedianya hotel/penginapan, rumah makan, fasilitas kamar mandi/kamar bilas, fasilitas parkir kendaraan dan sarana ibadah. Tingkat pengukuran yang digunakan ada tiga tingkatan yaitu Ada dan Baik diberi nilai 2, Ada tapi Tidak Baik diberi nilai 1, Tidak Ada diberi nilai 0. Indeks persepsi responden terhadap amenitas dapat di lihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Indeks Persepsi Responden Terhadap Amenitas Amenitas No okasi Wisata Hotel/ enginapan Rumah Makan Kamar Mandi/Bilas empat Pakir arana Ibadah a-rata 1 ai Teluk Selahang 0,22 1,11 1,44 1,22 0,44 1,48 2 u Senoa 0,11 0,00 0,78 0,11 0,11 0,37 3 ai Sengiap 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00 0,04 4 ai Teluk Buton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,04 5 ai Sisi 0,00 0,67 0,22 0,56 0,00 0,48 6 ai Batu Kasah Cemaga 0,00 0,22 0,78 0,56 0,00 0,52 7 ai Teluk Depeh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 u Kembang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber : Data Primer (diolah) Tabel 5.5 menunjukkan pendapat responden mengenai amenitas dari delapan lokasi wisata yang sudah ditentukan. Tabel 5.5 diatas menjelaskan bahwa responden menyatakan lokasi yang memiliki nilai rata-rata amenitas yang paling tinggi adalah Pantai Teluk Selahang dengan nilai rata-rata 1,48, angka ini berarti rata-rata semua responden menyatakan bahwa amenitas di lokasi Pantai Teluk Selahang ada tapi tidak baik. Hal ini dikarenakan pantai Teluk Selahang ini sudah tersedia rumah makan dan warung meskipun hanya buka pada hari-hari

92 tertentu saja seperti saat weekend (hari sabtu dan minggu) ataupun hari libur karena pada hari tersebut pengunjung sangat banyak. Sedangkan resort atau hotel/penginapan yang berada di lokasi ini belum tersedia, hotel/penginapan yang terdekat dari lokasi ini ada di Kota Ranai dengan jarak sekitar 10 km, fasilitas kamar mandi/bilas umum di lokasi ini masih terlihat kotor dan tidak terawat dengan baik, lokasi parkir sudah tersedia tetapi belum teratur dan belum terawat dengan baik. Kurangnya amenitas di Pantai Teluk Selahang ini akan menjadi menghambat bagi kenyamanan pengunjung dan juga kelancaran wisata bahari di Pantai Teluk Selahang Persepsi Responden Terhadap Ancilliary Faktor yang lainnya yang berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata bahari adalah faktor ancilliary. Ancilliary adalah ketersediaan organisasi yang mengelola lokasi wisata baik dari pemerintah, perusahaan maupun individu/perorangan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persepsi responden terhadap faktor ancilliary dari beberapa lokasi wisata yang sudah ditentukan. Tingkat pengukuran yang digunakan ada tiga yaitu Ada dan Baik diberi nilai 2, Ada tapi Tidak Baik diberi nilai 1, dan Tidak ada diberi nilai 0. Berikut ini adalah persepsi responden terhadap faktor Ancilliary. Tabel 5.6 Indeks Persepsi Responden Terhadap Ancilliary Ancilliary No Lokasi Wisata Kelompok Individu/ ata-rata erusahaan Masyarakat erorangan 1 ai Teluk Selahang 0,00 1,67 1,56 1,07 2 u Senoa 0,00 1,44 1,11 0,85 3 ai Sengiap 0,00 0,22 1,00 0,41 4 ai Teluk Buton 0,00 0,33 0,56 0,30 5 ai Sisi 0,00 1,00 1,11 0,70 6 ai Batu Kasah Cemaga 0,00 1,11 1,00 0,70 7 ai Teluk Depeh 0,00 0,22 0,44 0,22 8 u Kembang 0,00 0,22 0,78 0,33 Sumber : Data Primer (diolah) Data yang ada pada Tabel 5.6, menerangkan pendapat responden mengenai faktor ancilliary. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden menyatakan rata-rata ancillary yang paling besar ada di lokasi Pantai Teluk Selahang dengan nilai rata-rata adalah 1,07 artinya ada tapi tidak baik. Saat ini organisasi yang mengelola lokasi Pantai Teluk Selahang ini adalah Organisasi Masyarakat Pencinta Pantai Teluk Selahang yang dibentuk oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, belum ada perusahaan pariwisata yang khusus mengelola potensi wisata di pantai ini, selain itu individu/perorangan yang merupakan masyarakat yang tinggal di lokasi ini atau yang memiliki lahan juga mengelola lokasi masing-masing. Organisasi Masyarakat Pencinta Pantai Teluk Selahang dibentuk pada tahun 2011 dimana fungsi organisasi ini adalah mengelola, menjaga dan memanfaatkan fasilitas wisata baik yang dibangun oleh pemerintah daerah seperti fasilitas kamar mandi umum, parkir, bangunan gazibu dan tempat duduk di lokasi ini serta menjaga kebersihan pantai meskipun dalam pelaksanaannya belum 92

93 berjalan sebagaimana mestinya sebagai contoh masih banyak sampah yang berserakan di sekitar pantai dan kamar mandi yang tidak terawat sehingga hal ini akan menjadi kendala bagi pengembangan pariwisata bahari di lokasi ini Persepsi Responden Terhadap Faktor Empat A Empat A merupakan empat aspek atau faktor yang berpengaruh terhadap penawaran lokasi wisata yang meliputi atraksi daya tarik wisata, aksesibilitas, amenitas dan ancilliary. Untuk mengembangkan pariwisata, empat faktor ini harus dimiliki oleh suatu destinasi pariwisata. Tabel indeks persepsi responden didapat dari tabel-tabel analisis yang sebelumnya. Berikut adalah tabel indeks persepsi responden terhadap faktor empat A. Tabel 5.7 Indeks Persepsi Responden Terhadap Faktor Empat A Faktor 4 A raksi Daya No Lokasi Wisata ksesibilitas Wisata a-rata angking Tarik 1 ai Teluk Selahang 1,52 1,78 1,48 1,07,46 I 2 u Senoa 0,70 1,70 0,37 0,85,91 II 3 ai Sengiap 0,70 1,07 0,04 0,41,56 V 4 ai Teluk Buton 0,96 0,89 0,04 0,30,55 VI 5 ai Sisi 1,07 0,41 0,48 0,70,67 IV 6 ai Batu Kasah Cemaga 1,15 0,70 0,52 0,70,77 III 7 ai Teluk Depeh 0,93 0,67 0,00 0,22,45 VII 8 u Kembang 0,63 0,74 0,00 0,33,43 VIII Sumber : Data Primer (diolah) Data yang ada pada Tabel 5.7 diatas, menunjukkan pendapat responden terhadap faktor empat A yaitu faktor atraksi daya tarik wisata, faktor aksesibilitas, faktor amenitas dan faktor ancilliary. Berdasarkan data tersebut tersebut diatas nilai rata-rata pendapat responden terhadap faktor empat A yang paling tinggi adalah lokasi Pantai Teluk Selahang dengan nilai rata-rata 1,46 dan mendapat rangking ke-i, angka ini menunjukkan bahwa responden berpendapat lokasi Pantai Teluk Selahang memiliki faktor 4 A dengan tingkat Ada tapi Tidak Baik dan lokasi ini merupakan lokasi yang paling prioritas untuk dikembangkan. Pantai Teluk Selahang memiliki pantai yang berpasir panjang hampir mencapai 2 km dengan bentuk pantai landai dan berbatu, memiliki panorama yang sangat indah dengan batu-batuan yang besar, di lokasi ini sering diadakan pagelaran budaya berupa permainan alu, tarian topeng dan silat melayu, pada harihari tertentu seperti hari minggu ataupun hari libur, lokasi ini paling banyak di kunjungi sehingga masyarakat yang tinggal di sini memanfaatkan dengan menjual makanan dan minuman khas seperti kernas, lempar, katabal dan minuman air kelapa. Akses menuju ke Pantai Teluk Selahang, terlebih dahulu harus ke Natuna dengan menggunakan pesawat wings air berkapasitas 40 orang dengan frekuensi penerbangan setiap hari pulang pergi dan menggunakan pesawat Sky Aviation 93

94 berkapasitas 100 orang frekeuensi penerbangan dua kali seminggu pulang pergi dari Bandara Hang Nadim Batam, perjalanan pesawat kurang lebih 1,5 jam atau dapat juga menggunakan jalur pelayaran dengan kapal Pelni KM. Bukit Raya dari pelabuhan Kijang, Tanjung Pinang, perjalanan dengan kapal memakan waktu sekitar 30 jam. Setelah sampai di Kota Ranai Natuna wisatawan bisa langsung menuju lokasi wisata ini dengan memgunakan kendaraan roda dua atau roda empat dengan lama tempuh lebih kurang 30 menit. Kondisi jalan yang menghubungkan pantai ini dengan kota Ranai cukup baik karena merupakan jalan aspal, kondisi jembatan yang dilewati juga cukup baik sehingga akses dari kota Ranai ke pantai ini sangat lancar. Transportasi untuk menuju ke lokasi ini bisa menggunakan bis umum tetapi frekuensi nya tidak sering hanya 3-4 kali dalam sehari. Selain itu pengunjung dapat juga mencarter kendaraan roda dua/kendaraan roda empat atau menggunakan ojek untuk menuju ke lokasi ini. Disekitar pantai ada pemukiman penduduk dan juga ada beberapa rumah makan dan warung kecil yang menjual makanan dan minuman akan tetapi rumah makan atau warung itu dibuka pada hari tertentu seperti pada hari minggu atau hari libur saja karena pada hari-hari itu pengunjung banyak. Menurut data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, jumlah pengunjung di Pantai Teluk Selahang paling banyak dibandingkan dengan lokasi wisata lainnya di Kabupaten Natuna, setiap hari minggu atau hari libur pengunjung yang berekreasi di pantai ini berjumlah orang, dan lebih banyak lagi bila ada hiburan rakyat dan atraksi kesenian tradisional dan budaya lokal yang dilaksanakan di lokasi ini. Saat ini Pantai Teluk Selahang dikelola oleh sebuah organisasi yaitu Organisasi Masyarakat Pencinta Pantai Teluk Selahang yang dibentuk oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, anggota organisasi ini telah diberi pelatihanpelatihan mengenai kepariwisataan, selain itu mereka di latih untuk membuat souvenir/kerajinan dari kerang, mereka bertugas untuk menjaga dan mengelola bangunan-bangunan yang di bangun oleh Pemerintah Daerah seperti kamar mandi umum, parkir, gazibu, tempat duduk dan menjaga kebersihan pantai meskipun dalam pelaksanaanya belum berjalan sebagaimana mestinya, ini bisa dilihat dengan banyak sampah di sekitar pantai dan kamar mandi/kamar bilas dan sarana parkir yang tidak terawat dan kotor. Selanjutnya persepsi responden terhadap faktor empat A ini yang mendapat rangking ke-ii adalah Pulau Senoa dengan nilai 0,91, artinya responden berpendapat bahwa lokasi Pulau Senoa merupakan prioritas yang kedua untuk dikembangkan dan lokasi Pulau Senoa memiliki faktor empat A dengan tingkat Ada tapi Tidak Baik. Pulau Senoa merupakan sebuah pulau yang berada di depan pulau Bunguran dan merupakan pulau terluar Indonesia. Pulau ini memiliki panorama alam yang sangat indah dengan pemandangan gunung ranai dan Batu Sindu, pantai di Pulau Senoa sangat alami dengan air yang jernih, berpasir putih, dan terdapat goa sarang walet di ujung pulau, potensi lain yang dimiliki pulau ini adalah terumbu karangnya yang indah dan menarik serta perairannya yang banyak terdapat ikan untuk atraksi memancing, diving dan snorkling. Akses menuju ke Pulau Senoa dari kota Ranai dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat menuju pelabuhan Teluk Baruk Desa Sepempang dengan waktu tempuh sekitar 15 menit, kondisi jalan sudah cukup bagus karena sudah beraspal, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pompong carteran milik nelayan setempat dengan biaya sekitar Rp ,- 94

95 (pulang-pergi) karena transportasi reguler ke Pulau Senoa belum ada. Sarana amenitas di Pulau Senoa seperti hotel/penginapan, kamar mandi/bilas serta rumah makan belum tersedia. 5.2 Faktor Internal dan Eksternal Yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna Untuk mengetahui faktor-faktor strategi yang berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna digunakan analisis faktor internal eksternal. Tahap awal analisis ini adalah mengidentifikasi terlebih dahulu indikator faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan dan indikator faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor internal dan eksternal ditentukan oleh peneliti melalui studi pustaka, wawancara dengan pihak dinas/instansi yang terkait, anggota legislatif, pengusaha hotel/rumah makan, maskapai penerbangan, LSM pariwisata, wisatawan dan juga dengan pengalaman penulis sebagai bagian dari instansi pariwisata di Kabupaten Natuna Faktor Strategis Internal Berdasarkan pengumpulan data primer dan sekunder, ditentukan beberapa faktor strategis internal pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor strategis internal tersebut terdiri atas faktor kekuatan dan faktor kelemahan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna, faktor-faktor strategis internal tersebut adalah sebagai berikut : A. Kekuatan (Strengths) Setelah faktor-faktor strategi internal di identifikasi dan dimasukkan ke dalam suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) maka selanjutnya dirumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut ke dalam kerangka strength and weakness yang sangat mempengaruhi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor kekuatan harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktorfaktor kekuatan tersebut terdiri dari : 1) Potensi Wisata Alam dan Wisata Bahari yang Menarik Potensi wisata alam dan wisata bahari di Kabupaten Natuna sangat banyak dan sangat menarik dengan kondisi geografisnya yang berbentuk kepulauan dengan pantai yang landai sehingga sebagian besar pulau-pulau yang ada di Kabupaten Natuna memiliki pantai yang berpasir putih. Alam yang dimaksudkan disini adalah alam pantai, pesisir pantai, laut serta isinya seperti terumbu karang, ikan dan habitat lainnya. Potensi wisata alam dan wisata bahari di Kabupaten Natuna berupa panorama alam pantai yang indah, terumbu karang yang luas dan bagus dengan kejernihan dan arus yang cukup baik, panorama pantai yang berbatu dan unik, tersedianya budi daya penyu di beberapa lokasi dan dan goa sarang walet yang indah di Pulau Senoa. Dengan potensi yang dimiliki sehingga banyak atraksi wisata seperti menikmati panorama pantai, berjemur, berenang, diving, snorkeling, memancing, olahraga air dan atraksi wisata bahari lainnya yang bisa dikembangkan di Kabupaten Natuna. 95

96 96 2) Ketersediaan Lahan Untuk Pengembangan Pariwisata Bahari Ketersediaan dan daya dukung lahan untuk pengembangan pariwisata bahari sangat prospektif dan sangat menunjang pengembangan sektor ini. Masih banyak lahan kosong milik masyarakat yang bersedia untuk di jadikan lahan pengembangan kawasan wisata bahari di Kabupaten Natuna. Masyarakat juga sangat mendukung pengembangan wisata bahari di wilayah nya karena sadar akan keuntungan dan manfaat yang bisa mereka peroleh selain membuka peluang pekerjaan juga akan memberikan manfaat ekonomi bagi mereka. 3) Masyarakat Yang Ramah Masyarakat Natuna yang merupakan masyarakat melayu sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya islam. Banyak tradisi masyarakat, atraksi budaya masyarakat, kesenian tradisionalnya yang dipengaruhi oleh budaya islam seperti acara penyambutan tepung tawar, silat melayu, gendang melayu, kompang dan qasidah. Masyarakat melayu mempunyai sikap keterbukaan dan menerima siapa saja sebagai saudara, asalkan antara mereka dapat saling bekerja sama, saling menghargai dan saling menghormati. Menurut masyarakat melayu ada pepatah Adat melayu bersendikan syara, dan syara bersedikan kitabullah. Keterbukaan dan keramahtamahan masyarakat dapat menjadi kekuatan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. 4) Ketersediaan kawasan konservasi laut untuk pariwisata Kawasan konservasi sangat penting keberadaannya dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Kawasan konservasi ini bertujuan untuk melindungi habitat dan populasi ikan seperti perlindungan dan rehabilitasi terumbu karang sehingga kelestarian sumber daya alam hayati laut bisa terwujud sehingga akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan tersedianya kawasan konservasi laut ini akan mendukung pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Kawasan konservasi laut di Kabupaten Natuna terdapat tiga kawasan yaitu Kawasan I dengan luas ha meliputi kawasan Pulau Tiga Sedanau dan laut disekitarnya di prioritaskan untuk mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan, Kawasan II dengan luas ha meliputi Kawasan Bunguran Utara dan laut disekitarnya di prioritaskan untuk suaka perikanan, dan Kawasan III dengan luas ha meliputi Kawasan Pesisir Timur Bunguran dan laut disekitarnya diprioritaskan untuk mendukung kegiatan pariwisata bahari. Peta kawasan konservasi laut dapat dilihat pada Gambar 5.19.

97 97 Gambar 5.19 Peta Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Natuna 5) Dukungan pendanaan oleh pemerintah daerah Kabupaten Natuna sebagai daerah yang memiliki sumber daya alam minyak dan gas mendapat pembagian dana bagi hasil dari pemerintah pusat yang cukup besar sehingga memperbesar peluang untuk mengembangkan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Nilai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Natuna dibandingkan dengan jumlah penduduk Natuna dapat dilihat pada table 5.8. Tabel 5.8 Nilai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Dibandingkan Dengan Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna Nilai APBD Jumlah Penduduk Tahun (Rupiah) (Jiwa) 2010 Rp 0,95 Trilyun Rp 1,15 Trilyun Rp 1,73 Trilyun B. Kelemahan (Weaknesses) Faktor kelemahan merupakan faktor internal yang dapat menghambat dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor kelemahan ini harus dicermati secara baik, karena akan menghambat perkembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor kelemahan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut :

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk

Lampiran 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk 96 Lampiran 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk Pintu Masuk Wisatawan Mancanegara (U=Udara, L=Laut, D=Darat) 2010 2011 Pertumbuhan (%) 1 Ngurah Rai, Bali (U) 2.546.023

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota budaya dan juga pariwisata. Salah satu sektor yang berperan penting dalam pendapatan daerah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN Iswandi U Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang iswandi_u@yahoo.com Abstract The tourism industry

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS Wildan Rayadi 1 1 PT. Semen Jawa (Siam Cement Group) Jl. Pelabuhan 2 Km 11 Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN

ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN Yudithia SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini,

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS INDIKATOR DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH VALENTINO PANJAITAN

SKRIPSI ANALISIS INDIKATOR DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH VALENTINO PANJAITAN SKRIPSI ANALISIS INDIKATOR DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH VALENTINO PANJAITAN 10050142 PROGRAM STUDI STRATA 1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara pada saat ini lebih fokus berorientasi kepada industri non migas seperti industri jasa yang didalamnya termasuk industri pariwisata,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR Disusun Oleh : SYAIFUL HABIB A 14105713 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. MUNTADHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi DIBIAYAI PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian World Tourist Destination mencatat bahwa Eropa merupakan daerah tujuan wisata nomor satu di dunia sehingga banyak dikunjungi wisatawan global. Namun, krisis

Lebih terperinci

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata saat ini telah menjadi sektor industri yang sangat besar di dunia. Pertumbuhuan pariwisata saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI LOSARI DI KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN NURHIDAYAH

ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI LOSARI DI KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN NURHIDAYAH ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI LOSARI DI KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN NURHIDAYAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tak

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tak terpisahkan dari aspek kehidupan sosial, psikologis, ekologisdan ekonomi masyarakat.hal ini

Lebih terperinci

ABSTRAK STRATEGI PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA GUNA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

ABSTRAK STRATEGI PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA GUNA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG KABUPATEN BANDUNG BARAT ABSTRAK STRATEGI PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA GUNA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh : Sisca Novianti 0900400 Di dalam suatu proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui

BAB I PENDAHULUAN. seperti PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pariwisata merupakan aspek yang menjanjikan bagi sebuah negara secara umum dan khususnya bagi daerah lokasi wisata berada. Pariwisata menjadi aset penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia (WTO, 2000), melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan US $ 455 Milyar penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata dewasa ini adalah sebuah Negara bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAJU IMPOR BANGKOK (STUDI PADA TOKO BAJU DSCARPASHOP JL. SEI PADANG DALAM 1 NO. 24 MEDAN) SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAJU IMPOR BANGKOK (STUDI PADA TOKO BAJU DSCARPASHOP JL. SEI PADANG DALAM 1 NO. 24 MEDAN) SKRIPSI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAJU IMPOR BANGKOK (STUDI PADA TOKO BAJU DSCARPASHOP JL. SEI PADANG DALAM 1 NO. 24 MEDAN) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA ALAM AIR TERJUN SILIMALIMA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA ALAM AIR TERJUN SILIMALIMA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA ALAM AIR TERJUN SILIMALIMA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN SKRIPSI Oleh: Mhd. Rizky Azhari Nasution 111201089 Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT 100302084 Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau kecil yang biasanya menunjukkan karakteristik keterbatasan sumber daya dan tidak merata yang membatasi kapasitas mereka untuk merangkul pembangunan. Hal ini terutama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekternal yang berupa peluang dan ancaman yang dapat digunakan berdasarkan penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR Oleh : ISNURANI ANASTAZIAH L2D 001 437 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 79 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Objek Wisata Bahari Prioritas Kabupaten Natuna memiliki banyak objek wisata alam dan wisata bahari yang menarik karena kondisi alamnya yang berbentuk kepulauan serta

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA DANAU SIAIS DALAM MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA DANAU SIAIS DALAM MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA DANAU SIAIS DALAM MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN (Studi kasus pada Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kab.Tapanuli Selatan) GELADIKARYA Oleh:

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH ACKORY NATALIA MALAU

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH ACKORY NATALIA MALAU SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH ACKORY NATALIA MALAU 120501148 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI STRATEGI PROMOTIONAL MIX DALAM MENINGKATKAN PENJUALAN PADA PT. POLGABE PALTRIA SEJAHTERA PEKANBARU RIAU OLEH : AGOESD P. LUMBAN GAOL

SKRIPSI STRATEGI PROMOTIONAL MIX DALAM MENINGKATKAN PENJUALAN PADA PT. POLGABE PALTRIA SEJAHTERA PEKANBARU RIAU OLEH : AGOESD P. LUMBAN GAOL SKRIPSI STRATEGI PROMOTIONAL MIX DALAM MENINGKATKAN PENJUALAN PADA PT. POLGABE PALTRIA SEJAHTERA PEKANBARU RIAU OLEH : AGOESD P. LUMBAN GAOL 060502064 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia wisata di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tempat wisata yang berdiri dimasing-masing

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara tidak diragukan lagi. Banyak negara sejak beberapa tahun terakhir menggarap pariwisata dengan

Lebih terperinci