PENGGUNAAN ALAT BANTU GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU PADA JALAN LICIN

dokumen-dokumen yang mirip
Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sona Suhartana & Sukadaryati

Pengaruh Selip Terhadap Kerusakan Tanah Pada Kegiatan Pengangkutan Kayu Pinus Merkusi

ALAT BANTU LOGGING UNTUK MENGURANGI SELIP PADA JALAN YANG LICIN Oleh : Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sukadaryati dan Sona Suhartana

PENGGUNAAN RANTAI SEBAGAI ALAT BANTU MENGURANGI SELIP DALAM PENGANGKUTAN KAYU (The Use of Chain to Reduce Tire Slip During Log Hauling)

Pengurangan Selip pada Jalan Tanah Angkutan Kayu Acacia Mangium

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu,

Jarak pandang berguna untuk :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

Cara menguasai kopling saat mengemudi mobil transmisi manual

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor)

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer

PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1

MENGEMUDI PADA JALAN LOGGING

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

BAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian

Disusun Oleh : Nama : HERDI HARYADI NIM :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan.

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

FINAL KNKT

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika.

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya


Analisis Pengaruh Beban Dan Sudut Kemiringan Jalan Terhadap Jarak Pengereman Pada Mobil Prototype Gasoline

ANALISA KINERJA KENDARAAN BERAT PADA TURUNAN RUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN SEMARANG

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keamanan, kenyamanan, kestabilitas kendaraan terhadap jalan dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. operasiakan, baik komponen utama maupun komponen pendukung. Dari. beberapa komponen yang melekat pada kendaraan salah satu komponen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

bidang utama keahlian Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. 2) Peneliti yunior pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

EFFECT OF A CLIMBING LANE ON SPEED, FLOW AND VEHICLE OPERATING COST

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012.

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP

BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam

TUGAS PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM GESEKAN STATIS DAN KINETIS

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM. GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016

Sistem bahan bakar Sistem pelumasan

BAB II STUDI PUSTAKA

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

PENINGKATAN UNJUK KERJA MEKANISME ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BOBOT KENDARAAN DI PERLINTASAN PORTAL AREA PARKIR

Pilihlah jawaban yang paling benar!

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN

ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODEL POMPA AIR DENGAN TENAGA ANGIN UNTUK PEMANFAATAN IRIGASI SAWAH

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR

KODE SOAL B (NO ABSEN GENAP) SOAL ULANGAN FORMATIF II Nama : MATA PELAJARAN : FISIKA Kelas / No Absen :.../...

Oleh/By: Dulsalam 1 & Agustinus Tampubolon 1. Diterima, 9 April 2010; disetujui, 9 September 2010 ABSTRACT

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

TEKNIK PENYARADAN KAYU

Gaya dan Tekanan. A. Gaya B. Gerak Dipercepat. Bab 8 Gaya dan Tekanan 213. Sumber:

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

BAB V PEMBAHASAN. 5.2 Hubungan Tahanan Kemiringan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar

Gambar 12.2 a. Melukis Penjumlahan Gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia otomotif yang tidak bisa dipisahkan, ban digunakan untuk. jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan dalam menahan

BAB IV ANALISA BEBAN MUATAN TRUK DAN TKPH

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 2. GAYA DAN HUKUM NEWTONLatihan Soal 2.5

ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG

PERFORMANSI TRAKTOR TANGAN RODA DUA MODIFIKASI MENJADI RODA EMPAT MULTIFUNGSI (PENGOLAHAN DAN PENYIANGAN) UNTUK KACANG TANAH DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah .

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab.

KRITERIA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Transkripsi:

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3 November 2014 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992 PENGGUNAAN ALAT BANTU GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU PADA JALAN LICIN Using of auxiliary tools for increasing productivity of hauling on slipper road Yuniawati & Dulsalam Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, JL. Gunung Batu No. 5 BOGOR 16610. ABSTRACT. Hauling have purpose issued wood from the forest to the industry or directly to consumers. Because of these purpose, the activities of hauling is expected to distribute the wood quickly and smoothly. But the reality on the field, hauling will be constrained the slip, especially on slippery roads. In addition to slippery roads, road conditions have a certain slope is a distinct problem for truck drivers to control the pace of his truck. As a result of the slip could cause a decline in the productivity of timber transportation and the high cost of production of timber transport. Therefore, auxiliary tools are needed to reduce slippage. This paper aims to determine the productivity and cost of production of timber transport by using a auxiliary tool to reduce the occurrence of slip on truck tires. The research method is the measurement of slip that occurs, the measurement of the volume of timber transported, mileage, and transportation times. The experiment was conducted in 2013, in KPH Sukabumi Perhutani Unit III West Java and Banten. The results showed that the average slip that occurred on slopes 18% higher than the slope of 8% and 12%. With high slip, then the average productivity of the slope 18% lower than the slope of 8% and 12% is 24.638 m3km/jam. The low average productivity of hauling on slope 18% followed by a higher average cost of production hauling is Rp 9.578,43/m3.km. Keywords: hauling, slip, produktivity, cost ABSTRAK. Kegiatan pengangkutan kayu memiliki tujuan utama yaitu mengeluarkan kayu dari dalam hutan menuju industri atau langsung ke konsumen. Karena tujuan tersebut, maka kegiatan pengangkutan kayu diharapkan dapat mendistribusikan kayunya dengan cepat dan lancar. Tetapi kenyataan di lapangan, kegiatan pengangkutan kayu akan mengalami kendala terjadinya selip terutama pada jalan yang licin. Selain jalan yang licin, kondisi jalan yang memiliki kelerengan tertentu merupakan kendala tersendiri bagi supir truk untuk mengendalikan laju truknya. Akibat selip tersebut dapat menyebabkan turunnya produktivitas pengangkutan kayu dan tingginya biaya produksi pengangkutan kayu. Oleh karena itu dibutuhkan alat bantu yang dapat mengurangi selip. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan biaya produksi pengangkutan kayu dengan menggunakan alat bantu untuk mengurangi terjadinya selip pada ban truk. Metode penelitian yaitu pengukuran selip yang terjadi, pengukuran volume kayu yang diangkut, jarak tempuh, dan waktu pengangkutan. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013, di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ratarata slip yang terjadi pada kelerengan 18% lebih tinggi daripada kelerengan 8% dan 12%. Dengan slip yang tinggi, maka rata-rata produktivitas pada kelerengan 18% menjadi lebih rendah daripada kelerengan 8% dan 12% yaitu 24,638 m 3 km/jam. Rendahnya rata-rata produktivitas pengangkutan kayu pada kelerengan 18% diikuti oleh tingginya rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu yaitu Rp 9.578,43/m 3.km. Kata kunci : pengangkutan kayu, selip, produktivitas, biaya Penulis untuk korespondensi, surel: yunia_las@yahoo.co.id 213

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 PENDAHULUAN Agar kayu dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomis sangat dibutuhkan kegiatan pengangkutan kayu. Pengangkutan kayu sebagai salah satu rangkaian kegiatan pemanenan kayu memiliki peranan sangat penting. Tujuan pengangkutan kayu adalah agar kayu dapat sampai di tempat tujuan dengan waktu yang tepat secara kontinyu dengan biaya minimal. Kayu akan turun kualitasnya jika terlalu lama dibiarkan di dalam hutan. Teknik dan jarak pengangkutan kayu dari tempat panen sampai tiba ke tempat pengolahan sangat menentukan kualitas kayu. Pengangkutan kayu di hutan tanaman lahan kering menggunakan truk. Truk adalah alat khusus yang digunakan sebagai alat angkut karena kemampuannya, dapat bergerak cepat, kapasitas besar, luwes dalam jarak angkut dekat dan mudah mengemudikannya. Tetapi karena truk menggunakan ban karet seringkali memiliki kendala selip terutama jika dioperasionalkan di jalan tanah yang licin. Jalan pengangkutan kayu untuk truk di Perhutani Jawa umumnya masih merupakan jalan dengan permukaan berupa tanah, terutama dari areal TPn (dipetak tebang) dimana kayu akan segera diangkut menuju keluar hutan. Jalan tanah tersebut berpotensi terjadinya selip pada roda truk. Menurut Elias (2008) tipe jalan diperkeras penuh pada umumnya merupakan jalan utama, sedangkan jalan tapak roda dan jalan tanah di hutan jati merupakan jalan cabang dan jalan ranting yang juga berfungsi sebagai alur pembatas kompartemen hutan dalam penataan hutan jati. Adhi, et al., (2013) menyebutkan bahwa salah satu performa yang penting adalah kemampuan kendaraan untuk melakukan percepatan, melawan gaya tanjakan dan kemampuan untuk menarik suatu beban (truk yang bermuatan). Gaya yang timbul pada roda penggerak merupakan gaya traksi. Gaya traksi yang terjadi pada bidang kontak roda penggerak dan jalan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya karakteristik kontak roda dengan jalan. Kondisi jalan tanjakan harus menjadi perhatian serius dalam menentukan kelayakan suatu truk angkutan bisa beroperasi. Ada dua jenis kontak yang terjadi antara ban dan permukaan jalan, yaitu static contact dan dynamic contact. Static contact artinya bahwa ban dan permukaan jalan tidak mengalami selip relatif satu dengan yang lainnya. Dimana koefisien gesek dari static contact adalah lebih tinggi daripada dynamic contact, sehingga static contact di sini berfungsi untuk mempersiapkan traksi yang lebih baik. Sedangkan dynamic contact artinya ban mengalami selip relatif terhadap permukaaan jalan. Koefisien geseknya lebih rendah, sehingga memiliki traksi yang lebih tidak mencukupi (Siahaan, 2013). Selip yang terjadi pada kegiatan pengangkutan kayu dapat menghambat pekerjaan. Akibatnya produktivitas pengangkutan dapat menurun dengan biaya produksi yang meningkat. Tidak jarang kecelakaan kerja sering terjadi akibat selip. Banyak truk yang bermuatan kayu terguling karena selip. Bahkan keselamatan supir dan kernet truk juga dapat terancam. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan biaya produksi pengangkutan kayu dengan menggunakan alat bantu untuk mengurangi terjadinya slip pada ban truk. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013, di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kondisi topografi di KPH Sukabumi cukup variasi khususnya pada kelas perusahaan pinus yang cenderung berada pada daerah dataran rendah dan tinggi. Secara keseluruhan kondisi topografi lapangan terdiri dari hutan dataran rendah dan hutan pegunungan. Pada umumnya bentuk lapangan bergelombang dan berbukit-bukit dengan kelerengan curam, miring sampai landai berkisar antara 500-775 mdpl. Plot ukur penelitian dilakukan pada kelerengan 8%, 12% dan 18% dengan tekstur tanah lempung berliat. Kondisi jalan angkutan berupa tanah yang basah. 214

Yuniawati & Dulsalam: Penggunaan Alat Bantu...(2): 213-219 Bahan yang digunakan adalah truk pengangkut kayu, alat yang digunakan adalah alat bantu rangkaian besi siku, meteran, stopwatch dan alat tulis. Metode penelitian yaitu :menetapkan petak ukur terpilih dilakukan dengan cara purposif,yang mewakili kondisi tanah licin, menetapkan perlakuan pada tiga kelerengan yaitu pada jalan angkut dengan kelerengan 8%, 12% dan 18%, masing-masing perlakuan dengan 5 ulangan pada kondisi truk bermuatan dan tidak bermuatan. Yang diamati terdiri dari panjang plot ukur (m), waktu pengangkutan pada plot ukur tersebut (detik) dan jarak 5 perputaran roda truk, melaksanakan pengamatan dan pengukuran selip pada roda truk dengan cara memberi tanda pada roda truk menggunakan cat putih, pada saat truk berjalan dan tanda tersebut menyentuh tanah dihitung jumlah putaran rodanya, melaksanakan pengukuran selip pada roda truk dengan cara mengukur selisih jarak tempuh truk tanpa muatan kayu dengan truk bermuatan kayu pada 5 putaran roda yang sama, dan melaksanakan pencatatan jarak tempuh, volume kayu, waktu tempuh dan 5 perputaran roda. HASIL DAN PEMBAHASAN Selip (%) Pada Penggunaan Alat Bantu Rangkaian Besi Siku selip yang terjadi pada penggunaan alat bantu rangkaian besi siku disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata selip yang paling besar terjadi pada kelerengan 18% yaitu sebesar 7,99%. Pada saat truk mendaki jalan pada kelerengan 18% membutuhkan daya tarik atau traksi maksimal untuk menjaga keseimbangan antara gerakan maju truk dengan kelerengan. Truk merupakan kendaraan yang berat dan terkadang membawa muatan di dalam bak truknya. Kondisi muatan yang penuh dengan kelerengan 18% menyebabkan kecepatan truk akan berkurang. Sedangkan pada kelerengan kurang dari 18% kendala terhadap gerak maju truk tidak begitu nyata untuk terjadinya selip. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kelerengan 18% dan tekstur tanah lempung berliat yang basah dapat menyebabkan selip yang besar. Tabel 1. selip pada penggunaan alat bantu rangkaian besi siku Table 1. Average slip to use auxiliary tools of angle Lereng (slope) (%) 8 12 18 iron series / kosong (contain/ empty) Jarak tempuh (milage) (m) 3,98 2,76 2,99 3,47 2,13 /kosong (contain/ empty) Jarak tempuh (milage) (m) Selip 4,04 1,49 2,82 2,12 3,08 2,92 3,61 3,88 2,22 4,05 3,07 3,15 2,89 4,19 3,89 3,22 4,78 3,89 4,39 4,55 4,12 5,58 3,34 3,59 4,93 3,04 4,15 6,27 3,99 4,19 4,61 4,26 4,05 4,33 4,29 4,12 4,61 7,59 4,35 6,89 4,66 7,08 4,69 8,53 4,57 9,85 4,21 4,58 7,99 (slip) (%) Menurut Lan et al., (2003) Kemampuan kendaraan pada kondisi jalan yang landai umumnya ditentukan oleh kekuatan mesin dan bagianbagian mekanis kendaraan yang lainnya. Untuk mobil penumpang dilengkapai dengan mesin yang memiliki tenaga yang cukup besar, sehingga dalam keadaan normal mobil tersebut mampu mendaki sampai kelandaian 10% tanpa mengalami selip. Berbeda halnya dengan truk. Truk memiliki berat relatif besar yang berpengaruh terhadap kekuatan 215

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 mesinnya, sehingga sering pengurangan kecepatan pada saat mendaki. Sedangkan hasil penelitian Pinanyungan (2009) menyebutkan bahwa untuk mengatasi kelandaian jalan, supir truk akan mempercepat laju truknya sebesar-besarnya, keadaan dimana sering menimbulkan bahaya keselamatan jiwa. Dalam menghadapi jalan landai tersebut truk akan kehabisan momentum yang dimiliki truk. Akibatnya truk akan berjalan dengan kecepatan rendah. Kemampuan kendaraan truk pada jalan mendaki tergantung dari perbandingan antara berat dan tenaga truk yang bersangkutan. Truk dapat bergerak maju kedepan karena adanya gaya gesek yang diberika oleh tanah dan tanah memberikan gaya reaksi pada roda truk (gaya normal yang memberikan traksi tersebut bekerja sepanjang jalan yang dilewati oleh truk). Ketika roda memberikan gaya aksi pada jalan maka gaya akan mempengaruhi jalan (Akbar et al., 2012). Kondisi tanah dan kelerengan merupakan faktor luar yang menyebabkan terjadinya slip pada truk. Beberapa tekstur tanah memiliki sifat fisik tersendiri yang turut memperbesar slip. Tanah yang bertekstur pasir memiliki luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara. Lain halnya dengan tanah yang bertekstur liat, luas permukaan lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus akan lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Produktivitas Pengangkutan Kayu produktivitas pengangkutan dengan menggunakan alat bantu rangkaian besi siku untuk setiap kelerengan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. produktivitas pengangkutan kayu Table 2. The average productivity of hauling Lereng (Slope), % Volume kayu, (Volume of wood) m 3 Waktu tempuh (Travel time) jam 8 0,114 0,007257 0,114 0,006978 0,114 0,007235 0,114 0,007469 0,114 0,007399 0,114 0,007267 12 0,114 0,01027 0,114 0,01019 0,114 0,01029 0,114 0,01028 0,114 0,01027 0,114 0,01026 18 0,114 0,01521 0,114 0,01374 0,114 0,01523 0,114 0,01495 0,114 0,01511 0,114 0,01482 Jarak tempuh (Milage) Jarak total (Total distance) km Produktivitas (Productivity) m 3 km/jam 5 putaran roda (5 wheel Ke TPK km rotation) m 3,98 2,5 2,50309 2,76 2,5 2,50276 2,99 2,5 2,50299 3,47 2,5 2,50347 2,13 2,5 2,50213 3,06 2,5 2,53066 4,19 2,9 2,90419 3,89 2,9 2,90389 3,22 2,9 2,90322 4,78 2,9 2,90478 3,89 2,9 2,90389 3,99 2,9 2,90390 4,26 3,2 3,20426 4,05 3,2 3,20405 4,33 3,2 3,20433 4,29 3,2 3,20429 4,12 3,2 3,20412 4,21 3,2 3,20421 39,3349 40,8877 39,4389 38,2106 38,5515 39,2847 32,2153 32,4584 32,1483 32,1906 32,2120 32,2449 24,0161 26,5838 23,9851 24,4340 24,1740 24,6386 Pada kelerengan 8%,12% dan 18% memiliki rata-rata produktivitas dan biaya pengangkutan masing-masing sebesar 39,284 m 3 km/jam, 32,244 m 3 km/jam dan 24,638 m 3 km/jam. Pada kelerengan 18% rata-rata produktivitas yang dihasilkan lebih rendah daripada kelerengan yang lain, hal ini dikarenakan pada kelerengan tersebut menghasilkan rata-rata nilai slip yang tinggi dimana jarak tempuh 5 perputaran roda pada saat pengukuran lebih panjang. Dengan jarak tempuh 5 putaran roda yang panjang memiliki waktu tempuh lebih lama, hal tersebut mengakibatkan rata-rata produktivitas akibat slip menjadi menurun. Slip ikut mempengaruhi rata-rata produktivitas pengangkutan kayu. Pada penggunaan alat bantu rangkaian besi siku, operator tidak banyak menemui kendala saat mengendarai truk. Slip yang terjadi juga rendah. Hal tersebut disebabkan karena bentuk rangkaian besi siku memiliki kemampuan untuk mencengkeram 216

Yuniawati & Dulsalam: Penggunaan Alat Bantu...(2): 213-219 ban truk sehingga dapat menahan laju ban saat supir truk melakukan kegiatan penginjakan gas untuk mencari traksi. Kemampuan besi siku yang dapat mencengkeram ban truk tersebut merupakan traksi bagi truk, sehingga laju truk dapat terkendali tanpa mengalami slip. Dengan slip yang rendah, waktu yang digunakan saat pengangkutan menjadi lebih cepat. Slip dapat dikatakan sebagai kendala tersendiri bagi lajunya ban truk dalam mengangkut kayu. Jika slip dapat diatasi maka waktu yang digunakan untuk pengangkutan menjadi lebih cepat. Tetapi jika terjadi slip maka waktu banyak habis terbuang dengan tidak bergeraknya roda truk. Bahkan dengan terjadinya slip pemborosan bahan bakar terlihat nyata. Slip menyebabkan operator truk melakukan penginjakan gas dan rem secara terus menerus, sehingga bahan bakar menjadi terbuang sia-sia dan ban truk menjadi cepat aus akibat gesekan dengan tanah atau landasan permukaan. Hasil uji Anova terhadap pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap produktivitas pengangkutan kayu dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Anova pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap produktivitas pengangkutan kayu Table 3. Anova the effect of slope and auxiliary tools to productivity of hauling Sumber variasi Jumlah Derajat bebas Tengah F hitung (F-calculated) Probabilitas (Sig.) (Source of variant) (Sum of Squares) (Degree of freedom) (Mean Square) Corrected 1371.135 a 5 274.227 578.942.000 Model Intercept 21699.531 1 21699.531 45811.556.000 Kelerengan 423.210 2 211.605 446.735.000 (slope) Besi (iron) 799.150 1 799.150 1687.147.000 kelerengan 148.776 2 74.388 157.046.000 * besi (slope *Iron) Error 11.368 24.474 Total 23082.035 30 Corrected Total 1382.503 29 a. R Squared =.992 (Adjusted R Squared =.990) Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0.000 lebih kecil dari 0,005 sehingga kelerengan dan alat bantu berpengaruh nyata terhadap produktivitas pengangkutan kayu. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas pengangkutan kayu dipengaruhi oleh kelerengan, artinya kelerengan 8%, 12% dan 18% memberikan pengaruh terhadap produktivitas pengangkutan kayu. Demikian juga dengan faktor alat bantu juga mempengaruhi produktivitas pengangkutan kayu. Untuk mengetahui pengaruh faktor kelerengan dan alat bantu dilakukan uji lanjut. Tabel 4 berikut ini disajikan uji lanjut Tukey. Tabel 4. Hasil uji Tukey pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap produktivitas pengangkutan Table 4. Tukey test result influence of slope and Tukey HSD a,b auxiliary tools to productivity of hauling Kelerengan (Slope) dimension1 N Subset 18% 10 22.1846 1 2 3 12% 10 27.1229 8% 10 31.3762 Sig. 1.000 1.000 1.000 Dari Tabel 4 uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pengaruh kelerengan 8% tidak sama dengan kelerengan 12% dan 18%, kelerengan 12% tidak sama dengan kelerengan 18%. Setiap kelerengan memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap produktivitas pengangkutan kayu. Produktivitas yang terjadi pada kelerengan 18% ternyata lebih rendah dibandingkan pada dua kelerengan yang lain. Biaya Pengangkutan Kayu Hasil perhitungan rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu dengan menggunakan alat bantu rangkaian besi siku pada setiap kelerengan disajikan pada Tabel 5. Rendahnya rata-rata produktivitas turut mempengaruhi rata-rata biaya produksi pengangkutan. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi pengangkutan pada kelerengan 18% lebih tinggi daripada dua kelerengan yang lain, yaitu Rp 9.578,43/m 3.km. Perhitungan biaya produksi dilakukan dengan membagi jumlah biaya yang dikeluarkan terhadap produktivitas pengangkutan, sehingga dengan rata-rata 217

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 produktivitas pengangkutan kayu yang rendah akan diikuti oleh biaya produksi pengangkutan kayu yang tinggi. Untuk menurunkan biaya produksi tersebut maka perlu adanya peningkatan produktivitas pengangkutan kayu melalui pengurangan terjadinya slip. Tabel 5. biaya produksi pengangkutan kayu Table 5. The average of cost hauling Lereng (Slope) % 8 12 18 Produktivitas (Productivity) m 3 km/jam 39,3349 40,8877 39,4389 38,2106 38,5515 39,2847 32,2153 32,4584 32,1483 32,1906 32,2120 32,2449 24,0161 26,5838 23,9851 24,4340 24,1740 24,6386 Biaya pengangkutan (Cost of hauling) Rp/m 3 km 5.990,59 5.763,20 5.974,79 6.166,97 6.112,42 6.001,59 7.314,60 7.259,84 7.329,84 7.320,28 7.315,28 7.307,97 9.811,79 8.864,31 9.824,47 9.643,93 9.747,66 9.578,43 Hasil uji Anova terhadap pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap biaya pengangkutan kayu dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Anova pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap biaya produksi pengangkutan kayu Table 6. Anova the effect of slope and auxiliary Sumber variasi (Source of variant) Corrected Model tools to cost hauling Jumlah (Sum of Squares) Derajat bebas (Degree of freedom) Tengah (Mean Square) F hitung (F-calculated) Probabilitas (Sig.) 70.069 a 5 14.014 293.698.000 Intercept 2234.152 1 2234.152 46822.722.000 besi 30.058 1 30.058 629.948.000 kelerengan 35.418 2 17.709 371.138.000 besi * kelerengan 4.593 2 2.297 48.134.000 Error 1.145 24.048 Total 2305.366 30 Corrected Total 71.214 29 a. R Squared =.984 (Adjusted R Squared =.981) Tabel 6 menunjukkan bahwa probablitas 0,000 lebih kecil dari 0,005 sehingga kelerengan dan alat bantu berpengaruh nyata terhadap biaya produksi pengangkutan kayu. Hal ini menunjukkan bahwa biaya produksi pengangkutan kayu dipengaruhi oleh kelerengan, artinya kelerengan 8%, 12% dan 18% memberikan pengaruh terhadap biaya produksi pengangkutan kayu. Demikian juga dengan faktor alat bantu juga mempengaruhi biaya produksi pengangkutan kayu. Untuk mengetahui pengaruh faktor kelerengan dan alat bantu dilakukan uji lanjut. Tabel 7 berikut ini disajikan uji lanjut Tukey. Tabel 7. Hasil uji Tukey pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap biaya produksi pengangkutan Table 7. Tukey test result influence of slope and Tukey HSD a,b auxiliary tools to cost hauling Kelerengan (slope) dimension1 N Subset 8% 10 7.4379 1 2 3 12% 10 8.3856 18% 10 10.0656 Sig. 1.000 1.000 1.000 Dari Tabel 7 uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pengaruh kelerengan 8% tidak sama dengan kelerengan 12% dan 18%, kelerengan 12% tidak sama dengan kelerengan 18%. Setiap kelerengan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap biaya 218

Yuniawati & Dulsalam: Penggunaan Alat Bantu...(2): 213-219 produksi pengangkutan kayu. Biaya produksi pengangkutan yang terjadi pada kelerengan 18% ternyata lebih tinggi dibandingkan pada dua kelerengan yang lain. Artinya pada kelerengan 18% biaya produksi pengangkutan menjadi lebih mahal daripada dua kelerengan lainnya. Dengan kata lain, kegiatan pengangkutan kayu pada kelerengan 18% tersebut tidak efektif dimana pengeluaran biaya produksi pengangkutan kayu menjadi mahal. Hal tersebut dikarenakan kegiatan truk yang berjalan di atas jalan menanjak banyak melakukan pengereman dan injak gas, ini berakibat pada semakin berkurangnya bahan bakar, ban yang cepat aus dan biaya lainnya. SIMPULAN slip yang terjadi pada kelerengan 18% lebih tinggi daripada kelerengan 8% dan 12%. Dengan slip yang tinggi, maka rata-rata produktivitas pada kelerengan 18% menjadi lebih rendah daripada kelerengan 8% dan 12% yaitu 24,638 m 3 km/jam. Rendahnya rata-rata produktivitas pengangkutan kayu pada kelerngan 18% diikuti oleh tingginya rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu yaitu Rp 9.578,43/m 3.km. Lan J, Chang, Monica M. 2003. Truck speed profile models for critical length of grade. J of Transportation Engineering. 10: 23-28. ASCE. Washington. Pinanyungan E. 2013. Bab II Tinjauan Pustaka. http://eprints.undip.ac.id/34673/6/2042_ chapter_ii.pdf. [12 September 2013]. Siahaan, H. 2013. Kajian Wheel s Slip Angle (α) pada Model Traktor Semi trailer akibat tekanan rem di jalan menikung. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri- Universitas Kristen Petra Surabaya. Lab Pengaturan dan Uji konstruksi. Fportfolio. petra.ac.id/user_files/03-005/te-015-doc (diakses pada 15 Juli 2013). Lampiran foto DAFTAR PUSTAKA Adhi, C, IGAK., AAIA Sri Komaladewi, I Ketut Adi Atmika, dan IGAK Suriadi. 2012. Analisis traksi untuk kendaraan truk angkutan barang jalur Denpasar-Gilimanuk. Universitas Udayana. Denpasar. Gambar 1. Alat bantu rangkaian besi siku Akbar Y, Darusman, Syawan AA. 2012. Pemadatan tanah dan hasil kedelai (Glycinemax L merill) akibat pemupukan urea dan tekanan ban traktor. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan 1(1): 94-101. Program Studi magister Konservasi Sumberdaya Lahan (KSDL). Pascasarjana Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala dan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Aceh. Aceh. Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. IPB Press. Bogor. Gambar 2. Alat bantu diletakkan di atas tanah sisi kiri dan kanan ban truk 219