DODY SAKTI OKTAVIANTO P.09013

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEAMANAN PADA TN. E DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA


A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN PADA SDR. A : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III TINJAUAN KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN PADA TN. S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN DI RUANG MAESPATI RSJD SURAKARTA

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

HESTI CATUR HANDAYANI NIM. P.09081

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III TINJAUAN TEORI

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA TN. D DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RSJD SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. P DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI BANGSAL AYODYA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGONDANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

NUR INDAH LESTARI NIM.P.11103

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Tn.N DENGAN HALUSINASI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

Transkripsi:

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANANDAN KESELAMATAN PADA Sdr.L DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: DODY SAKTI OKTAVIANTO P.09013 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANANDAN KESELAMATAN PADA Sdr.L DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH: DODY SAKTI OKTAVIANTO P.09013 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan da bawah ini: Nama : Dody Sakti Oktavianto Nim : P 09013 Program Studi : D III Keperawatan Judul karya tulis Ilmiah: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Sdr.L DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, 10 April 2012 Dody Sakti Oktavianto P09013

LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis ilmiah ini di ajukan oleh: Nama : Dody Sakti Oktavianto NIM : P 09013 Program Studi : D III Keperawatan. Judul :STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Sdr.L DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Telah disetujui untuk diajukan diuhadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : Kamis,26 April 2012 Pembimbing: Fakhrudin Nasrul Sani,Skep.,Ns. ( ) NIK. 201185071

Karya Tulis ilmiah ini diajukan oleh: HALAMAN PENGESAHAN Nama : Dody Sakti Oktavianto NIM : P 09013 Program Studi : D III Keperawatan. Judul :STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Sdr.L DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Telah disetujui untuk diajukan diuhadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : Kamis, 10 Mei 2012 DEWAN PENGUJI Penguji I : Fakhrudin Nasrul Sani, Skep., Ns, (...) NIK. 201185071 Penguji II : Erlina Widyastuti, Skep., Ns ( ) NIK. 201187065 Penguji III : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns ( ) NIK. 201183063 Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Sdr.L DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 3. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 4. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns selaku penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program studi D III Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Stikes kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, 10 April 2012 Dody Sakti Oktavianto P09013

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulisan... 3 C. Manfaat Penulisan... 4 BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian... 6 B. Diagnosa Keperawatan... 11 C. Intervensi Keperawatan... 12 D. Implementasi Keperawatan... 14 E. Evaluasi Keperawatan... 15 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan... 17 B. Simpulan... 23 C. Saran. 25

Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Gambar 2. 1 Genogram 7 2 Gambar 2. 2 Pohon Masalah 12

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup. Lampiran 2. Log Book. Lampiran 3. Format Pendelegasian Pasien. Lampiran 4. Asuhan Kepeperawatan. Lampiran 5. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Dody Sakti Oktavianto Tempat, tanggal lahir : Klaten, 31 Oktober 1987 Jenis Kelamin Alamat Rumah : Laki-laki : Bajangan, 10/02 Kayen, Juwangi, Boyolali. Riwayat Pendidikan : SDN 2 KAYEN (Lulus tahun 1999) SMPN 2 JUWANGI (Lulus tahun 2002) SMK SAKTI GEMOLONG (Lulus tahun 2005) STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA Riwayat Pekerjaan : - Riwayat Organisasi : - Publikasi : -

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. WHO mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan hanya keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesehatan emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari- hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri sendiri. Tidak ada satupun definisi universal kesehatan jiwa, tetapi kita dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari perilakunya. Karena perilaku seseorang dapat dilihat atau ditafsirkan berbeda oleh orang lain, yang bergantung kepada nilai dan keyakinan, maka penentuan kesehatan jiwa menjadi sulit. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008). Skizofrenia menggambarkan suatu kondisi psikotik yang kadang - kadang ditandai dengan apatis, tidak mempunyai hasrat, asosial, afek tumpul, dan alogika. Klien mengalami gangguan pada pikiran, persepsi, dan perilaku. Pengalaman subjektif dari pikiran yang terganggu dimanifestasikan pada gangguan bentuk konsep yang sewaktu - waktu dapat mengarah kesalah mengartikan kenyataan, dan

halusinasi. Perubahan alam perasaan ambivalen, perasaan konstriksi atau tidak sesuai, dan hilangnya empati kepada orang lain. Perilaku dapat berupa menarik diri, regresif, atau aneh (Doenges, 2006). Seorang psikolog dari Amerika Abraham Maslow mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang dikenal dengan istilah Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar yaitu: Kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri. Dan salah satunya yang telah digambarkan dalam teori Maslow adalah Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs), yaitu aman dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis dan meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, infeksi, bebas dari rasa takut dan kecemasan, serta bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing (Mubarak, 2007). Definisi halusinasi adalah suatu kondisi dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola dari stimulasi yang datang dikaitkan dengan penurunan, berlebihan distorsi atau kerusakan respon terhadap stimulasi (Nurjannah, 2005). WHO pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, panik dan cemas merupakan gejala paling ringan. Dari total populasi 26 juta gangguan jiwa, terdapat 12-16% yang mengalami gangguan jiwa serius. Ditahun 2006 status kesehatan jiwa dikota semarang menunjukkan bahwa angka penduduknya yang mengalami gangguan jiwa serius sebanyak 4.096 klien atau sekitar 0,29% dari total penduduk kota semarang (Mubin dkk, 2009).

Angka penderita gangguan jiwa di RSJD Surakarta pada periode April 2012, pasien yang dirawat di ruang Abimanyu didapatkan dari 32 pasien yang mengalami gangguan jiwa terdapat 16 pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi, berarti prosentasi pasie 50% dari jumlah keseluruhan pasien yang ada di ruang abimanyu mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi, dan sisanya merupakan pasien perilaku kekerasan, menarik diri. Rata - rata pasien berumur antara 23-46 tahun. Berdasarkan hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan penulis tertarik untuk mengangkat judul, Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Pada Sdr.L dengan Halusinasi di Ruang Abimanyu RSJD Surakarta. B. Tujuan Penulisan. 1. Tujuan Umum. Melaporkan kasus keperawatan jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi di ruang Abimanyu RSJD Surakarta. 2. Tujuan Khusus. a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi. b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi. e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi. f. Penulis mampu menganalisa kondisi kejiwaan pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi. C. Manfaat Penulisan. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiahnya dapat berguna bagi : 1. Bagi Penulis. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi. 2. Bagi Profesi. Sebagai salah satu tambahan ilmu pengetahuaan bagi organisasi profesi keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar asuhan keperawatan jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi. 3. Bagi Institusi. a. Rumah Sakit. Sebagai toloukur dalam meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar asuhan keperawatan jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.

b. Pendidikan. Menambah referensi dan sebagai sumber bacaan tentang asuhan keperawatan jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.

BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian. Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 5 April 2012. Jam 10.00 wib di ruang Abimanyu RSJD Surakarta, dengan metode alloamamnesa dan autoanamnesa dan hasil pengkajian didapatkan; Klien berinisial Sdr.L umur 24 tahun, lulusan SMA, pekerjaan kuli bangunan dan tanggal di Kebon Agung, Bandung, Wonosegoro, Boyolali. Berjenis kelamin laki - laki,belum penah menikah. Klien dirawat di RSJD Surakarta sejak tanggal 14 Maret, penanggung jawab Sdr.L adalah Tn.K, umur 48 tahun, berjenis kelamin laki laki pekerjaan petani dan hubungannya Tn.K sebagai ayah dari Sdr.L alamatnya Kebon Agung, Bandung, Wonosegoro, Boyolali. Alasan masuk Sdr.L dibawa ke RSJD Surakarta karena mendengar bisikan bisikan yang menyuruh Sdr.L untuk mengamuk orang tuanya, dan lingkungan rumahnya. Sdr.L juga melihat orang sebagai setan dan membuat Sdr.L takut, gelisah, mondar mandir, berteriak teriak, nyanyi sendiri. Sdr.L mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2009 yang lalu dan dirawat di RSJD Surakarta. Pengobatan sebelunya tidak berhasil karena Sdr.L tidak minum obat secara teratur, Sdr.L mengatakan pernah melakukan aniaya fisik, mengamuk orang tuanya dan lingkungan rumahnya. Sdr.L mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Sdr.L mengatakan pernah

memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu putus cinta dengan kekasihnya pada tahun 2009. Hasil pemeriksaan fisik Sdr.L diperoleh data sebagai berikut: TD = 120/80 mmhg, Nadi: 76x/ menit, respirasi: 22x/ menit, suhu tubuhnya: 36, 6 C, tinggi badan Sdr.L 162 cm, berat badannya 57 kg, sedangkan hasil pemeriksaan head to toe didapat data sebagai berikut: kepala Sdr.L bentuknya mesocepal, bersih, rambut warna hitam bergelombang, kulit kepala tidak ada ketombe. untuk bagian mata Sdr.L tidak mengunakan alat bantu penglihatan, simetris antara kanan - kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Mulut Sdr.L tidak ada stomatitis, gigi tidak rata, tidak ada keries gigi, lidah bersih. Hidung Sdr.L bersih tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada gangguan penciuman. Telinga Sdr.L simetris antara kanan - kiri, bersih tidak ada penumpukan serumen. Pada bagian ekstremitas Sdr.L tidak mengalami gangguan semuanya normal berfungsi dengan baik. kesimpulannya pada Sdr.L tidak mengalami gangguan dengan fisik.

Keteranagan genogram. : Laki laki. : Perempuan. : Garis Keturunan. : Sdr.L : Meninggal : Tinggal Serumah. Sdr.L merupakan anak sulung dari dua bersaudara, tinggal serumah dengan kedua orangtua dan adiknya. Dikeluarganya tidak ada yang mengalami ganguan jiwa. Hasil pengkajian dari konsep diri diperoleh data gambaran diri Sdr.L mengatakan bahwa bagian tubuh yang disukainya adalah badannya yang kekar, sedangkan bagian yang tidak disukai oleh Sdr.L adalah giginya karena tidak rata. Sdr.L statusnya masih lajang belum menikah, seorang laki - laki berusia 24 tahun. Peran Sdr.L sebagai anak pertama dari dua bersaudara, sedangkan didalam keluarganya bertugas membantu pekerjaan orang tuanya dan didalam masyarakat sebagai anggota karang taruna. Ideal diri Sdr.L mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali pulang kerumah untuk menjalankan tugasnya seperti sedia kala. Harga diri: Sdr.L mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain saling menghargai satu sama lain. Hubungan sosial Sdr.L diperoleh data yaitu Sdr.L mengatakan orang yang paling berarti dalam kehidupanya adalah kedua orang tuanya. Peran serta dalam

kegiatan masyarakat adalah sebagai anggota karang taruna, dan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Sedangkan pengkajian spiritual Sdr. L di peroleh data: nilai dan keyakinan Sdr.L tentang gangguan kejiwaan adalah sangat menyedihkan. Kegiatan ibadah klien beragama islam dan rajin sholat 5 waktu. Hasil pengkajian status mental Sdr.L sebagai berikut penampilan klien terlihat rapi sesuai tempat dan kondisi, setiap hari ganti dengan pakaian bersih, kancing baju tepat ditempatnya. Pembicaraan Sdr.L berbicara tidak terlalu cepat jelas tetapi dapat dipahami. Aktifitas motorik Sdr.L tampak gelisah. Alam perasaan Sdr.L ingin cepat pulang kerumahnya. Afek dari Sdr.L terlihat labil. Interaksi selama wawancara pada Sdr.L kooperatif selalu menjawab pertanyaan dalam wawancara. Perspsi Sdr.L mengatakan mendengar bisikan - bisikan yang menyuruh mengamuk, frekuensi 3x dalam sehari, saat tidur, ±5 menit, respon takut, saat mendengar bisikan yang dilakukan Sdr.L menutup telinganya. Hasil pengkajian proses pikir Sdr.L jika ditanya jawabanya jelas sesuai dengan pertanyaan yang di berikan. Waham curiga Sdr. L mengatakan yakin jika ada beberapa orang yang sedang bercakap - cakap beranggapan sedang membicarakan tentang dirinya. Tingkat kesadaran Sdr.L adalah compos mentis, tidak mengalami disorientasi waktu dan tempat. Memori Sdr.L mengatakan tidak ada gangguan dengan daya ingatnya. Tingkat konsentrasi dan berhitung Sdr.L mampu berkonsentrasi dan berhitung secara sederhana. Kemampuan penilaian Sdr.L dapat membedakan perbuatan baik dan yang tidak baik. Daya tilik diri Sdr.L menyadari tentang penyakit

yang sedang diderita saat ini dan menyalahkan ayahnya yang membuatnya tertekan karena setiap hari di marahi oleh ayahnya dengan kata - kata kasar. Hasil pengkajian pada kebutuhan persiapan pulang diperoleh data sebagai berikut selama di RSJD Surakarta makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk dan buah tanpa bantuan orang lain, untuk BAB juga mandiri frekuensinya 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas. Dan kebutuhan BAK nya juga dilakukan secara mandiri frekuensinya 7 9x sehari, warna kuning jernih, bau amoniak, tidak terdapat darah dan nanah dalam urin. Sdr.L mandi, gosok gigi 2x dalam sehari pagi dan sore tanpa di bantu. Berhias Sdr.L dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan. Istirahat tidur Sdr.L mengatakan saat di bangsal tidur siang ±1 jam dari pukul 13.00 wib sampai pukul 14.00 wib, tidur malam selama ±8 jam mulai pukul 20.00 wib sampai pukul 04.00 wib. Penggunaan obat selalu diingatkan oleh perawat. Pemeliharaan kesehatan Sdr.L membutuhkan perawatan lanjutan, di RSJD Surakarta dan memerlukan perawatan dukungan oleh keluarga. Sdr.L mempunyai kegiatan dalam rumah yaitu menjaga kerapian rumah, mencuci piring dan pakaian. Sedangkan kegiatan di luar rumah membantu pekerjaan orang tua di sawah. Hasil pengkajian mekanisme koping pada Sdr.L didapatkan data: adaptif Sdr.L mengatakan mampu memulai pembicaraan dengan orang lain, klien suka berolahraga, sedangkan maladaptif Sdr.L mengatakan pernah minum alkohol, pernah mengamuk memukul orang lain. Hasil pengkajian masalah psikososial dan lingkungan didapatkan data: Sdr.L mengatakan tidak mendapat dukungan untuk

segera sembuh dan Sdr.L merasa tertekan karena ayahnya selalu memarahi Sdr.L dengan kata - kata yang keras dan kasar. Hasil pengkajian pengetahuan Sdr.L yang kurang tentang penggunaan obat: Sdr.L mengatakan tidak jelas dengan kegunaan obat yang diberikan di RSJD Surakarta dan sampai kapan Sdr.L harus minum obatnya, sehingga saat dirumah Sdr.L tidak minum obat secara teratur dan menyebabkan gangguan jiwanya kambuh lagi. Sdr.L mendapatkan terapi medis Trihexsipenidil (THP) untuk rileks dan badan tidak kaku dengan dosis 3X1 @ 2mg, Halloperidol (HLP) untuk membuat pikiran Sdr.L tenang dengan dosis 3X1 @ 5 mg, Chlorpromasine (CPZ) untuk menghilangkan suara bisikan yang didengar Sdr.L dengan dosis 2X1 @ 100mg. Hasil pemeriksaan laboratorium GDS : 142 mg/dl, SGOT : 37 U/L, SGPT : 19 U/L, Hb : 14,9 g/dl, Ht : 42,2%. B. Diagnosa Keperawatan. Berdasarkan pengkajian diatas diperoleh data sebagai berikut: Data subjektif: Sdr.L mengatakan dirumah mengamuk, memukul orang lain saat mendengar bisikan. Data objektif: klien bicara dengan nada keras dan kasar, tangan mengepal, badan tegang, dari data tersebut diperoleh masalah keperawatan perilaku kekerasan. Data subjektif: Sdr.L mengatakan bisikan suara yang menyuruhnya mengamuk, memukul, frekuensi 3x, saat mau tidur. Data objektif: klien tampak takut,

gelisah, menutup telinga, nyanyi sendiri, mondar mandir diperoleh masalah keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi. Data subjektif: Sdr.L mengatakan jika dirumah tidak ada yang mengingatkan untuk minum obat. Data objektif: klien tidak teratur minum obat, Sehingga diperoleh masalah keperawatan ketidak efektifan koping keluarga. Uraian analisa data diatas, dapat digambarkan dalam pohon masalah yang terjadi pada Sdr.L sebagai berikut: PK (akibat) gangguan persepsi sensori: halusinasi (problem) Ketidak efektifan koping keluarga (penyebab) Gambar, 2.2 Pohon Masalah. C. Intervensi Keperawatan. Didapat dari hasil pengkajian rencana keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi. TUM: Sdr.L dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. TUK 1: Sdr.L dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria evaluasi: ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk

berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi. Intervensi: bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan perawat, jelaskan tujuan berkenalan, tanyakan nama panggilan yang disukai, buat kontrak yang jelas, tunjukan sikap jujur dan memepati janji setiap kali interaksi, tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya, beri perhatian kepada klien dan kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi klien. TUK 2: Sdr.L dapat mengenal halusinasinya dengan kriteria evaluasi: klien menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi. Intervensi: observasi tingkah laku klien terkaid dengan halusinasinya, tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi dengar), jika klien menjawabnya, tanyakan apa yang sedang dialami, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami halusinasi namun perawat tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat), katakan bahwa ada klien yang mengalami hal yang sama namun perawat akan membantu klien, diskusikan dengan klien isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi. TUK 3: Sdr.L dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil: klien dapat menyebutkan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien mampu menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya, klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasinya. Intervensi: identivikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan saat terjadi halusinasi, diskusikan cara yang

digunakan klien saat halusinasi muncul, jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut, jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi: menghardik, menemui orang lain, melakukan kegiatan harian, minum obat sesuai resep dokter. Beri kesempatan klien mempraktekan cara yang telah dipilih, jika berhasil beri pujian. TUK 4: Sdr.L dapat dukungan dari keluarga dalam mengontol halusinasinya. Kriteria evaluasi: keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala halusinasi. Intervensi: buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan, diskusikan dengan keluarga pada saat pertemuan (pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, cara memutuskan halusunasi). TUK 5: Kriteria evaluasi: Sdr.L mengikuti terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi atau orientasi realitas. Intervensi: Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sessi 1: menonton TV. Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sessi 2: membaca majalah, koran. Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sessi 3: Gambar. D. Implementasi Keperawatan. Penulis melakukan implementasi pada tanggal 5 April 2012 jam 10.00 wib untuk diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi pada Sdr.L dibangsal Abimanyu RSJD Surakarta, yaitu SP 1: memberi salam, membina hubungan saling percaya, membantu Sdr.L dalam mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan Sdr.L mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Dan

cara yang ke 2: mengajarkan Sdr.L untuk mengontrol halusinasinya dengan metode SP2, yaitu bercakap - cakap dengan orang lain dan pukul 12.10 wib memberikan terapi medis minum obat Trihexsipenidil 2 mg, dan Haloperidol 5 mg. Tanggal 6 April pukul 10.45 penulis memberikan SP3: melatih Sdr.L untuk mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melakukan aktifitas terjadwal dan pukul 12.15 wib, memberikan terapi medis minum obat yaitu Trihexsipenidil 2 mg, dan halloperidol 5 mg. Selanjutnya tanggal 7 April 2012 penulis memberikan cara mengontrol halusinasi yang terakhir yaitu SP 4: melatih Sdr.L minum obat secara teratur, menjelaskan nama, warna obat yang harus berapa kali diminum dalam 1 hari dan manfaatnya untuk Sdr.L, dan memberikan terapi obat pada pukul 12.15 wib Trihexsipenidil 2 mg, dan Halloperidol 5 mg. E. Evaluasi Keperawatan. Hasil evaluasi setelah penulis memberikan implementasi pada tanggal 5 April 2012 dari SP 1 diperoleh data subjektif: Sdr.L mengatakan mendengar bisikan yang menyuruh mengamuk, 3x dalam sehari, muncul saat mau tidur, ±5 menit, Sdr. L mondar - mandir. Dan data objektif: Sdr.L kooperatif memperhatikan yang sedang diajarkan oleh penulis, kontak mata ada, klien mampu mendemonstrasikan cara menghardik, tampak meminum obat yang diberikan. Data assessment: Sdr.L mampu menyebutkan jenis, waktu, frekuensi halusinasinya. Planing klien: anjurkan Sdr.L memasukkan dalam jadwal harian, planing untuk penulis pertahankan SP 2, lanjutkan SP 3.

Hasil evaluasi pada tanggal 6 April diperoleh data subjektif: Sdr.L mengatakan masih mendengar bisikan tadi pagi, data objektif: Sdr.L mampu mengulang SP 1 dan SP 2, Sdr.L memperhatikan, dan mengisi kesibukan untuk mengontrol halusinasinya, Sdr.L meminum obat terapi. Data assessment: Sdr.L mampu menyebutkan kegiatan yang dapat mengontrol halusinasi. Planing untuk Sdr.L anjurkan untuk menggunakan SP 3 jika bisikan terdengar, planing untuk penulis: lanjutkan SP 4. Hasil evaluasi pada tanggal 7 April 2012 diperoleh data subjektif: Sdr.L mengatakan suara bisikan muncul menjelang tidur malam. Data objektif: Sdr.L mampu mengulang SP 1, SP 2, dan SP 3 dengan baik, Sdr.L tampak memperhatikan cara menggontrol halusinasi SP 4 menggunakan obat secara teratur, Sdr.L tampak meminum terapi obat. Data assessment: Sdr.L mampu menjelaskan nama, warna, dosis, dan kegunaan obat. Planing untuk Sdr.L anjurkan untuk disiplin minum obat, planing untuk perawat pertahankan SP 4.

BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Menurut Direja,(2011) definisi halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, pengecapan, perabaan atau pembau. Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indra tanpa adanya rangasangan dari luar yang didapat meliputi semua system pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh atau baik (Stuart & sudden, 2005). Menurut Saidah (2003), halusinasi adalah ganguan penyerapan atau persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem pengindraan pada saat kesadaran penuh dan baik. Masuknya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsang dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. Manifestasi klinis halusinasi antara lain yaitu bingung, apatis terhadap lingkungan, pasien tidak dapat membedakan anttara realita dan khayalan. Sulit tidur dan konsentrasi menurun, gelisah, agitasi, agresif, destruktif, ekspresi wajah tenang, perasaan tidak aman, curiga, tersinggung, bicara sendiri, berkeringat, nadi cepat, tekanan darah meningkat, halusinasi dengar, klien menyumbat telinga, sikap seperti mendengar sesuatu, tertawa sendiri, terdiam, terengah - engah dalam pembicaraan sulit membuat keputusan (Kusumawati, 2010).

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, data psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005). Pengkajian merupakan elemen penting untuk pembuatan rencana asuhan keperawatan yang efektif yang relevensinya teridentifikasi pada pengkajian klien. Maka dari itu pembuatan rencana dimulai dari pengkajian format pengkajian dapat digunakan sebagai pedoman agar informasi yang diperoleh sistematis dan sebagai bagian dokumentasi (Towsend M.C,2006). Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis terhadap Sdr.L dengan metode auto anamnesa dan allo anamnesa, diperoleh data subjektif dan data objektif yang sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yang dialami Sdr. L yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi didukung dengan data subjektif: Sdr.L mendengar bisikan bisikan yang menyuruhnya untuk mengamuk orang tuanya, dan linkungan rumahnya, dan data objektif: Sdr.L takut, gelisah, mondar mandir, berteriak teriak, nyanyi sendiri, dalam hal ini dapat simpulkan bahwa manifestasi klinis yang dialami Sdr. L sesuai dengan manifestasi klinis yang terdapat dalam teori yaitu gelisah, curiga, halusi dengar, menyumbat telinga.

Diagnosa keperawatan adalah suatu pertimbangan klinis tentang respon individu,keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar bagi pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Townsend.M.C 2006). Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatau pernyataan yang menjelaskan respon manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan dari kelompok dimana perawat secara accountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun, membatasi, mencegah, merubah. Terdapat 4 diagnosa keperawatan yaitu, resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan sebagai akibat, gangguan persepsi sensori halusinasi sebagai core problem, dan menarik diri sebagai etiologi. (Keliat, 2005). Penulis menyimpulkan masalah keperawatan yang utama yang dialami Sdr. L adalah halusinasi pendengaran yang didukung dengan data subjektif: Sdr.L mendengar bisikan bisikan yang menyuruhnya untuk mengamuk orang tuanya, dan linkungan rumahnya, dan data objektif: Sdr.L takut, gelisah, mondar mandir, berteriak teriak, nyanyi sendiri, Masalah keperawatan sebagai penyebab dari halusinasi yang terdapat pada Sdr.L diperoleh diagnosa ketidak efektifan koping keluarga hal ini didukung dengan data subjektif: Sdr.L mengatakan jika dirumah tidak ada yang mengingatkan untuk minum obat. Data objektif: tidak ada dukungan dari keluarga dalam mengingatkan klien untuk minum obat secara teratur. Akibat dari masalah keperawatan halusinasi pada Sdr.L adalah perilaku kekerasan hal tersebut

didukung dengan data subjektif: Sdr.L mengatakan bisikan suara yang menyuruhnya mengamuk, memukul, frekuensi 3x, saat mau tidur. Data objektif: klien tampak takut, gelisah. Berdasarkan pohon masalah yang dialami Sdr. L dapat disimpulkan ada kesenjangan antara pohon masalah yang dialami Sdr. L dengan pohon masalah yang terdapat pada Sdr. L dimana masalah keperawatan yang menjadi penyebab halusinasi dalam teori adalah menarik diri: isolasi sosial. Tetapi yang menjadi penyebab halusinasi pada Sdr. L adalah ketidakefektifan koping keluarga. Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan dalam membantu pemilihan perencanaan untuk memberikan petunjuk terhadap pemberian asuahan keperawatan kepada klien (Townsend.M.C 2006). Intervensi keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai.tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tersebut. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah kebutuhan klien. Umumnya, kemampuan klien pada tujuan khusus dapat menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya pada kemampuan menyelesaikan masalah (Stuart dan Laria, 2005).

Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan pada permasalahan yang dihadapi klien yaitu agar klien dapat mengontrol halusinasinya yang di alami. TUK 1: Sdr.L dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria evaluasi: ekspresi wajah bersahabatan, menunjukan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi. Intervensi: bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan perawat, jelaskan tujuan berkenalan, tanyakan nama panggilan yang disukai, buat kontrak yang jelas, tunjukan sikap jujur dan memepati janji setiap kali interaksi, tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya, beri perhatian kepada klien dan kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi klien. TUK 2: Sdr.L dapat mengenal halusinasinya dengan kriteria evaluasi: klien menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi. Intervensi: observasi tingkah laku klien terkaid dengan halusinasinya, tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi dengar), jika klien menjawabnya, tanyakan apa yang sedang dialami, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami halusinasi namun perawat tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat). Katakan bahwa ada klien yang mengalami hal yang sama namun perawat akan membantu klien, diskusikan dengan klien isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi.

TUK 3: Sdr.L dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil: klien dapat menyebutkan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien mampu menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya, klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasinya. Intervensi: identivikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan saat terjadi halusinasi, diskusikan cara yang digunakan klien saat halusinasi muncul, jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut, jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi: menghardik, menemui orang lain, melakukan kegiatan harian, minum obat sesuai resep dokter. Beri kesempatan klien mempraktekan cara yang telah dipilih, jika berhasil beri pujian. TUK 4: Sdr.L dapat dukungan dari keluarga dalam mengontol halusinasinya. Kriteria evaluasi: keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala halusinasi. Intervensi: buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan, diskusikan dengan keluarga pada saat pertemuan (pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, cara memutuskan halusunasi). TUK 5: Kriteria evaluasi: Sdr.L mengikuti terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi atau orientasi realitas. Intervensi: Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sessi 1: menonton TV. Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sessi 2: membaca majalah, koran. Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sessi 3: Gambar. Implementasi kepeawatan adalah apabila tujuan, hasil dan intervensi telah diidentifikasi perawat siap untuk melakukan aktivitas pencatatan pada rencana

keperawatan klien (Towsend.M.C 2006). Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk Sdr.L pada saat diruang Abimanyu yaitu melakukan bina hubungan saling percaya, menanyakan apakah masih mendengar bisikan suara yang menyuruhnya mengamuk, memukul, meyakinkan bahwa klien saja yang mendengarkan suara tersebut, mengatakan perawat akan membantu menghilangkan bisikan yang dialaminya, menanyakan pada saat apa halusinasi itu muncul, membantu mengenal halusinasinya, mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktifitas harian, dan minum obat dengan benar. Evaluasi keperawatan adalah proses berkesinambungan yang perlu dilakukan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan dilakukan (Towsend. 2006). Penulis melakukan implementsai dan selanjutnya mendapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif: Sdr.L mengatakan suara bisikan muncul menjelang tidur malam, data objektif: Sdr.L mampu mengulang SP 1, SP 2, dan SP 3 dengan baik, Sdr.L tampak memperhatikan cara menggontrol halusinasi SP 4 menggunakan obat secara teratur, Sdr.L tampak meminum terapi obat, data assessment: Sdr.L mampu menjelaskan nama, warna, dosis, dan kegunaan obat, Planing untuk Sdr.L anjurkan untuk disiplin minum obat, planing untuk perawat pertahankan SP 4. B. Simpulan 1. Dari pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa halusinasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interpretasi stimulus yang datang. Dengan

tanda dan gejala dari pemenuhan kebutuha keamanan dan keselamtan : halusinasi yang menunjukkan sikap seperti takut, gelisah, menutup telinga, nyanyi sendiri, mondar mandir. 2. Diagnosa keperawatan yang terdapat pada Sdr. L penulis mendapatkan masalah keperawata ketidak efektifan koping keluarga sebagai penyebab. Perilaku kekerasan sebagai akibat, dan penulis mengangkat gangguan persepsi sensori: halusinasi sebagai masalah utama dalam kasus Sdr.L yang didukung data subjektif dan data objektif. 3. Implementasi yang dilaksanakan oleh penulis pada Sdr.L diruang Abimanyu RSJD Surakarta yaitu melakukan bina hubungan saling percaya, menanyakan apakah masih mendengar bisikan suara yang menyuruhnya mengamuk, memukul. Meyakinkan bahwa klien saja yang mendengarkan suara tersebut, mengatakan perawat akan membantu menghilangkan bisikan yang dialaminya, menanyakan pada saat apa halusinasi itu muncul, membantu mengenal halusinasinya, mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktifitas harian, dan minum obat dengan benar. 4. Evaluasi yang telah dilaksanakan oleh penulis pada kasus halusinasi Sdr.L diruang Abimanyu RSJD Surakarta yaitu diperoleh data: Subjektif: Sdr.L mengatakan suara bisikan muncul menjelang tidur malam. Objektif: Sdr.L mampu mengulang SP 1, SP 2, dan SP 3 dengan baik, Sdr.L tampak memperhatikan cara menggontrol halusinasi SP 4 menggunakan obat secara teratur, Sdr.L tampak meminum terapi obat.

Assessment: Sdr.L mampu menjelaskan nama, warna, dosis, dan kegunaan obat. Plan untuk Sdr.L anjurkan untuk disiplin minum obat, planing untuk perawat pertahankan SP 4. C. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang diharapkan bermanfaat, sebagai berikut: 1. Bagi rumah sakit, hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh klien untuk penyembuhan, rumah sakit selalu meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan guna membantu penyembuhan pasien gangguan jiwa. 2. Bagi institusi untuk selalu memberikan motivasi dorongan kepada mahasiswa untuk penyelesaian tugas karya tulis ilmiah. 3. Bagi keluarga berikan motivasi kepada klien dan konsultasi secara rutin, belajar cara merawat klien dengan sabar pada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. 4. Bagi perawat untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan supaya lebih profesional dalam merawat pasien dan lebih sabar dalam memberikan pelayanan guna peningkatan keadaan pasien.