BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan terjadi di berbagai sektor, termasuk sektor jasa. Salah satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus menggunakan berbagai strategi untuk dapat bertahan menghadapi kompetitor yang lain. Dengan adanya perbedaan strategi yang diterapkan di setiap rumah sakit membuat setiap rumah sakit memiliki keunggulan dalam hal harga, kualitas pelayanan dan sebagainya. Hal ini ditunjukkan dengan terus bertambahnya jumlah Rumah Sakit khususnya Rumah Sakit yang dikelola oleh pihak swasta. Dengan banyaknya pesaing yang ada, maka setiap Rumah Sakit hendaknya mampu menciptakan dan meningkatkan kualitas yang baik untuk dapat memenuhi kebutuhan dari setiap masyarakatnya. Untuk itu Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan dengan mutu yang terbaik. Dengan banyaknya persaingan maka banyak anggapan dari masyarakat jika Rumah Sakit yang dikelola oleh pemerintah pelayanannya lebih buruk dari Rumah Sakit yang dikelola oleh pihak swasta (Anrilia, 2004) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani Gianyar adalah rumah sakit pemerintah daerah Kabupaten Gianyar yang berdiri sejak tahun 1955 dan mulai beroperasi secara resmi mulai tahun 1961. Berdasarkan keputusan Bupati Gianyar nomor 56 tahun 2008, dan Peraturan Bupati no 7 tahun 2008 RSUD Sanjiwani Gianyar berubah status menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). BLUD bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan 1
2 fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi, produktivitas, dan praktik bisnis yang sehat (RSUD Sanjiwani, 2012) Visi RSUD Sanjiwani Gianyar, adalah Menjadi terdepan dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan teknologi kesehatan berlandaskan Tri Hita Karana, dengan salah satu misinya yaitu Peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sehingga semua langkah-langkah kegiatan rumah sakit diarahkan untuk mencapai visi dan misi tersebut dengan cara memberikan pelayanan prima dan akses pelayanan spesialis (rujukan) berdasarkan itikad moral, disiplin dan komitmen yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan dukungan dana, peralatan yang memadai, tenaga ahli yang terampil serta daya dukung lainnya, yang menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan akan berjalan dengan baik dan lancar (RSUD Sanjiwani, 2012) Pendukung dari pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit bukan hanya dilihat dari teknis medisnya saja, namun Rumah Sakit itu sendiri juga terdiri dari tatanan kepegawaian serta sistem yang bekerja di dalam pemenuhan kebutuhan dari setiap keluhan masyarakat yang ada. Sistem yang berjalan juga didukung oleh adanya peralatan yang memadai, tenaga ahli yang terampil serta daya dukung lainnya, yang menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan akan berjalan dengan baik. Logistik merupakan salah satu penunjang mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Sehingga diperlukan suatu manajemen yang baik berupa perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan logistik untuk menjamin ketersediaan dalam proses pelaksanaan efektifitas dan efisiensi rumah sakit. Dimana sistem logistik yang meliputi barang dan jasa di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar ini terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian pelayanan, administrasi dan penunjang. Pada bagian pelayanan, penyediaan barang dan jasa diperuntukan bagi pelayanan masyarakat seperti IRD, Rawat jalan dan Rawat inap.
3 Pada bagian administrasi, penyediaan barang dan jasa diperuntukan bagi bagian ke tata usahaan seperti kebutuhan ATK (Alat Tulis Kantor). Sedangkan pada bagian penunjang, penyediaan barang dan jasa diperuntukan bagi keperluan laboratorium, rontgen, instalasi gizi dan perbekalan farmasi (Lumenta, 2004) Pada penunjang medis khususnya perbekalan farmasi disini merupakan sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika dan gas medik serta semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Kepmenkes, 2004). Pada pengelolaan perbekalan farmasi ini juga harus melewati proses logistik yang sama pada umumnya, dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan. Jika manajemen logistik di rumah sakit berjalan dengan baik, maka persediaan bahan dan barang akan terjamin sehingga rumah sakit dapat melayani kebutuhan pasien dengan baik. Sebaliknya, jika rumah sakit tidak dapat menjaga persediaan bahan dan barang tersebut, maka terbentuk opini bahwa pelayanan tidak memuaskan (Trisnantoro, 2005) Salah satu obat yang memerlukan sistem persediaan dan pengendalian persediaan yang baik di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar adalah Codein tablet 10 mg. Codein tablet 10 mg adalah salah satu jenis obat Narkotika yang banyak dipergunakan dalam aktivitas medis Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, obat ini memiliki pola logistik yang unik dilihat dari pola konsumsi dan pengadaannya. Codein tablet 10 mg memiliki jumlah konsumsi yang cukup banyak tiap bulannya. Tablet ini pun memiliki cara pemesanan yang cukup sulit untuk dilakukan karena harus langsung dilakukan oleh
4 apoteker Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar ke distributor obat Narkotika yaitu Kimia Farma, serta jumlah pemesanan yang cukup dibatasi. Hal ini tejadi karena Codein tablet 10 mg adalah jenis obat Narkotika yang tidak setiap orang boleh mengkonsumsinya. Selain itu, obat ini hanya dapat dibeli hanya dengan resep dokter. Mengingat hal tersebut diatas, maka pengendalian pengadaan Codein ini harus diperhitungkan dengan cermat. Apabila dibandingkan dengan kebutuhan obat lain yang memiliki rata-rata kebutuhan obat yang beragam serta cara pemesanan yang cukup mudah sehingga jumlah persediaan tetap stabil, sehingga pengendalian persediaan Codein tablet 10 mg sangat memungkinkan dilakukan dengan menggunakan metode Reorder Point (ROP) dan Safety Stock (SS). Berikut adalah jumlah pemesanan per bulan obat Codein tablet 10 mg tahun 2011 di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar. Tabel 1.1 Jumlah Pemesanan obat Codein Tablet 10 mg di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar Tahun 2011 No Bulan Jumlah Pemesanan (butir) 1 Januari 750 2 Februari 0 3 Maret 0 4 April 0 5 Mei 0 6 Juni 0 7 Juli 0 8 Agustus 0 9 September 1.000 10 Oktober 0 11 November 1.000 12 Desember 0 Total 2.750 Sumber : Laporan Pemesanan Obat Narkotika di IFRS RSUD Sanjiwani Gianyar Kondisi stok obat Codein di RSUD Sanjiwani Gianyar sering ditemukan bermasalah. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi dan Resep
5 RSUD Sanjiwani Gianyar, beberapa kali persediaan obat codein tablet 10 mg di gudang obat kosong sedangkan pada waktu yang berbeda terjadi kelebihan persediaan yang cukup besar. Persediaan yang kosong sering menimbulkan efek lanjutan. Jika terjadi kekosongan stock obat codein tablet 10mg, maka pasien disarankan untuk membeli ke apotik lainnya. Hal ini dapat berakibat menurunnya kualitas pelayanan obat di RSUD karena akan menghambat kelancaran kegiatan pelayanan, pengobatan, administrasi dan operasional rumah sakit. Untuk mencegah terjadinya hambatan pelayanan ini, maka sekiranya perencanaan pengadaan obat codein dapat berlangsung dengan optimal. Perencanaan pengadaan yang kurang didukung oleh data dan metode yang akurat merupakan faktor penyebab terjadinya kekosongan barang (out of stock) ataupun kelebihan jumlah persediaan. Hal ini menandakan bahwa sedang terjadi ketidakefisiensian pengadaan barang yang selanjutnya akan berdampak pada pelayanan yang kurang optimal dan pemborosan biaya. RSUD Sanjiwani Gianyar saat ini sudah menggunakan sistem komputerisasi pada perencanaan bagian logistik dan perbekalan farmasi. Sistem aplikasi komputer tersebut dinilai belum cukup untuk mendukung proses pelaksanaan kegiatan perencanaan karena hanya menyediakan data tanpa dibarengi dengan analisis yang akurat dalam melakukan kegiatan perencanaan barang logistik dan perbekalan farmasi. Selama penulis melakukan kegiatan magang dan observasi di bagian pengelolaan manajemen logistik dan perbekalan farmasi di RSUD Sanjiwani Gianyar, metode perencanaan yang dilakukan hanya berdasarkan metode konsumsi atau perbandingan antara jumlah persediaan akhir barang di komputer dan kartu
6 stock, dengan hasil perkiraan atau estimasi mengenai kebutuhan barang oleh bagian pemakai selama satu minggu menggunakan pengalaman yang selama ini telah didapatkan tanpa didukung oleh data atau informasi yang lebih akurat. Metode konsumsi memiliki beberapa kelemahan. Jika hanya menggunakan metode konsumsi, pengelola tidak dapat mengetahui obat apa saja yang menyerap investasi besar, juga tidak dapat diketahui obat apa saja yang harus disediakan dalam jumlah banyak atau sedikit, sehingga tidak ada prioritas dalam perencanaan obat. Dengan menggunakan metode konsumsi juga tidak dapat diketahui saat kapan harus memesan obat lagi atau saat obat dalam persediaan masih berapa harus sudah dilakukan pemesanan lagi. Sehingga penggunaan metode konsumsi seperti yang berjalan selama ini memungkinkan terjadinya kekosongan obat (out of stock) ataupun kelebihan jumlah persediaan obat. Dan untuk semua pengadaan barang (pembelian) diselenggarakan oleh panitia pengadaan yang dibentuk oleh direktur RS, khusus untuk pengadaan perbekalan farmasi harus melibatkan seorang apoteker (Instalasi Farmasi) menjadi salah satu anggota sebagai penaggung jawab teknis dalam panitia tersebut. Analisis Reorder Point (ROP) merupakan metode pemesanan kembali barang yang akan dibutuhkan. Reorder Point masing-masing item barang penting diketahui supaya ketersediaan barang terjamin, sehingga pemesanan dapat dilakukan pada saat yang tepat yaitu saat stok tidak berlebih dan tidak kosong. Perhitungan reorder point ini ditentukan oleh lamanya lead time, pemakaian rata-rata dan safety stock. Sedangkan Safety Stock merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Berdasarkan prinsip tersebut dan berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, penulis ingin melihat gambaran yang jelas tentang bagaimana metode
7 pengendalian persediaan yang selama ini diterapkan, apakah metode konsumsi yang selama ini sudah cukup baik bila dibandingkan dengan metode pengendalian persediaan Reorder Point dengan Safety Stock? Dan apakah kedua metode itu dapat membantu kelancaran dan ketersediaan obat khususnya Codein Tablet 10 mg sesuai dengan jumlah dan waktu yang tepat, sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui jumlah persediaan pengamanan serta pemesanan kembali sangat berperan penting untuk diperhitungkan dalam menunjang kelancaran Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar khususnya dalam pengendalian persediaan obat Codein Tablet 10 mg. Sehingga penting untuk mengetahui bagaimana mekanisme atau metode konsumsi yang digunakan selama ini jika dibandingkan dengan metode manajemen persediaan yaitu Reorder Point dengan Safety Stock serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam melakukan suatu pengendalian persediaan sehingga obat dapat tersedia dengan tepat waktu dan tepat jumlah sesuai yang dibutuhkan tanpa adanya kekosongan stok (out of stock). Berdasarkan rumusan masalah, dapat disusun pertanyaan penelitian yaitu : 1. Berapa jumlah persediaan pengaman (Safety Stock) obat Codein Tablet 10 mg yang seharusnya disediakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar? 2. Kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali (Reorder Point/ROP) agar tidak terjadi kekosongan stok obat Codein Tablet 10 mg di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar?
8 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis pengendalian persediaan obat Codein Tablet 10 mg di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar dengan metode Reorder Point (ROP) dan Safety Stock. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk melihat gambaran mekanisme dari perbekalan dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar 2. Mengetahui jumlah pemakaian obat Codein Tablet 10 mg tahun 2012 3. Mengetahui kapan melakukan pemesanan kembali 4. Mengetahui jumlah persediaan pengaman yang harus disiapkan 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Sebagai masukan dalam upaya pengendalian persediaan obat Narkotika Codein 10mg pada IFRS RSUD Sanjiwani Gianyar. 2. Sebagai masukan oleh pengambil keputusan untuk menyempurnakan sistem pengendalian persediaan perbekalan farmasi menjadi lebih efektif dan efisien. 3. Sebagai dasar informasi yang penting untuk melakukan manajemen persediaan obat pada IFRS RSUD Sanjiwani Gianyar. 4. Sebagai masukan bagi instansi untuk menerapkan metode manajemen persediaan dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas pelayanan.
9 1.4.2 Manfaat Teoritis 1. Menambah kajian dan studi kasus dalam bidang logistik rumah sakit, terutama dalam bidang perencanaan, pengadaan dan pengendalian persediaan barang logistik dan perbekalan farmasi. 2. Menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan di bidang logistik farmasi khususnya pengendalian persediaan di perbekalan farmasi. 3. Bermanfaat untuk menilai apakah program pendidikan sesuai untuk kebutuhan lapangan kerja. 4. Mengetahui sejauh mana materi pendidikan dapat diserap, dicerna dan diterapkan di lapangan oleh anak didik. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah manajemen logistik rumah sakit untuk pelaksanaan pengendalian persediaan khususnya obat Narkotika jenis Codein tablet 10mg di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis metode pengendalian persediaan yang digunakan dalam kegiatan perencanaan, pengadaan persediaan obat Codein tablet 10mg.