SE - 121/PJ/2010 PENEGASAN PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KEGIATAN USAHA PERBANKAN Contributed by Administrator Tuesday, 23 November 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 23 November 2010 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 121/PJ/2010 TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KEGIATAN USAHA PERBANKAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Sehubungan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN) terhitung mulai tanggal 1 April 2010, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pasal 4A ayat (3) huruf d UU PPN mengatur bahwa keuangan adalah termasuk dalam Jenis yang tidakâ dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Penjelasan Pasal tersebut menyatakan bahwa keuangan meliputi : a. menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,â tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu; b. menempatkan dana, meminjamkan dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lainâ dengan menggunakan, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atauâ sarana lainnya; c. pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa : 1) sewa guna usaha dengan hak opsi; 2) anjak piutang; 3) usaha kartu kredit;dan/atau 4) pembiayaan konsumen; d. penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia;dan e. penjaminan. 2. Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah denganâ Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (UU Perbankan), mengatur bahwa usaha Bank Umum meliputi :
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka,â sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b. memberikan kredit; c. menerbitkan pengakuan utang; d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atasâ perintah nasabahnya : 1) - wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunyaâ tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan - dimaksud; 2) pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebihâ lama dari kebiasaan dalam perdagangan - dimaksud; 3) kertas perbendaharaan negara dan jaminan pemerintah; 4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI); 5) obligasi 6) dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; 7) instrumen berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah; f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain,â baik dengan menggunakan, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atauâ sarana lainnya; g. menerima pembayaran dari tagihan atas berharga dan perhitungan denganâ atau antar pihak ketiga; h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan berharga; i. kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak; j. penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk  berharga yang tidak tercatat di bursa efek; k. kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat; l. menyediakan pembiayaan dan atau kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; m. kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan denganâ Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Sehubungan dengan hal tersebut, perlakuan PPN terhadap kegiatan usaha bank umum
sebagaimanaâ dimaksud pada butir 2 di atas, dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : a. kegiatan usaha bank umum yang merupakan penyerahan keuangan yang tidak terutangâ PPN, yang karakteristiknya sebagai berikut : 1) keuangan yang diserahkan berupa pembiayaan yang mendapatkan imbalanâ berupa bunga, atau 2) keuangan yang diserahkan secara langsung oleh bank kepada nasabah, dalamâ hal keuangan tersebut bukan pembiayaan;dan b. kegiatan usaha bank umum yang merupakan penyerahanâ yang terutang PPN. 4. Kegiatan usaha Bank Umum yang merupakan penyerahan keuangan yang tidak terutang PPNÂ meliputi : a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka,â sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b. memberikan kredit; c. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain,â baik dengan menggunakan, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek atauâ sarana lainnya; d. kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit; e. menyediakan pembiayaan dan atau kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai denganâ ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; f. menerbitkan pengakuan utang; g. menjamin atas risiko sendiri : 1) - wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunyaâ tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan - dimaksud; 2) pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebihâ lama dari kebiasaan dalam perdagangan - dimaksud; 3) kertas perbendaharaan negara dan jaminan pemerintah; 4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI); 5) obligasi; 6) dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; 7) instrumen berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
h. kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan denganâ UU Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Kegiatan usaha Bank Umum yang merupakan penyerahan yang terutang PPN meliputi : a. memindahkan uang untuk kepentingan bukan nasabah; b. penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk  berharga yang tidak tercatat di bursa efek; c. menerima pembayaran dari tagihan atas berharga dan perhitungan denganâ atau antar pihak ketiga; d. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan berharga; e. kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak; f. membeli, menjual atau menjamin untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya; 1) - wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunyaâ tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan - dimaksud;
2) pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebihâ lama dari kebiasaan dalam perdagangan - dimaksud; 3) kertas perbendaharaan negara dan jaminan pemerintah; 4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI); 5) obligasi; 6) dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; 7) instrumen berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. g. kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan denganâ UU Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Disamping usaha pada butir 3 sampai dengan butir 5 di atas, bank umum juga dapat  kegiatan yang bukan merupakan penyerahan, misalnya berupa membeli sebagian atau seluruhâ agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarelaâ oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalamâ hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeliâ tersebut wajib dicairkan secepatnya, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 12A UU Perbankan. Dalam hal ini, penjualan agunan, yang telah diambil alih oleh bank tersebut, merupakan penyerahanâ Barang Kena Pajak yang terutang PPN.
7. Contoh produk kegiatan usaha serta pendapatan yang diterima bank sebagaimana dimaksud padaâ butir 4 dan butir 5 adalah sebagaimana terlampir, yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkanâ dengan Surat Edaran ini. 8. Bank yang penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam butir 5, kecualiâ pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanyaâ untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkanâ PPN yang terutang. 9. Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Jasa Kena Pajak. Tata Cara pembuatan dan tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak mengikuti ketentuanâ peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10. Dalam hal Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Syariah kegiatan usaha yang sama,â perlakuan PPN atas kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Syariah tersebut adalah samaâ dengan perlakuan PPN atas kegiatan usaha Bank Umum sebagaimana ditegaskan dalam Surat Edaran ini (mutatis mutandis). 11. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang di wilayahâ kerjanya terdapat Wajib Pajak bank agar sosialisasi dan pengawasan terkait denganâ pelaksanaan penegasan ini. Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebaik-baiknya, serta disebarluaskan dalam wilayah kerja Saudara masing-masing. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 November 2010 Direktur Jenderal Pajak,
ttd. Mochamad Tjiptardjo NIP 195104281975121002 Tembusan : - Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan; - Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan; - Kepala Biro Hukum Kementerian Keuangan; - Kepala Biro Humas Kementerian Keuangan ; - Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak; - Para Direktur dan Tenaga Pengkaji di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak; - Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan.