BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah. ada tindak lanjut (Nursalam, 2013).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

Murti et al, Hubungan Kadar Asam Urat terhadap Kejadian Sindrom Koroner Akut...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama, yang menduduki

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam urat merupakan hasil pemecahan metabolisme purin ( asam nukleat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU)

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia, dari 56 juta kematian global di tahun 2012,

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

PROFIL ASAM URAT SERUM PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT DI UNIT PERAWATAN KARDIOVASKULAR INTENSIF BLU RSUP PROF DR R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

1 Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama. dan merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Asam urat berhubungan dengan beberapa faktor risiko kardiometabolik,

BAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

GAMBARAN HEMATOLOGI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT YANG DIRAWAT DI BLU RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menjadi 7.7 % pada tahun 2030 ( Deshpande et al., 2008 ; Ramachandran et

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

HUBUNGAN JENIS SINDROM KORONER AKUT DENGAN KUALITAS HIDUP ASPEK FISIK PASIEN PASCA SERANGAN JANTUNG YANG DIRAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang hubungan antara kadar asam urat serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan di RS PKU 1 Muhammadiyah Yogyakarta dan di RSUD Kota Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan bulan April 2017. Pada penelitian ini di dapatkan subyek penelitian sebanyak 75 orang yang di lihat dari rekam medis yang tersedia di RS PKU 1 Muhammadiyah Yogyakarta dan RSUD Kota Yogyakarta yang terdiri dari 53 orang subyek laki-laki dan 22 orang subyek perempuan. Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan melihat kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah di tetapkan oleh peneliti pada penelitian ini. 2. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini melibatkan subyek penelitian sebanyak 75 orang pasien yang memiliki data yang sesuai dengan penelitian ini. Subyek penelitian ini dinyatakan masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi. 34

35 Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik subyek Jumlah Persen Laki-laki 53 70,7% Perempuan 22 29,3% Total 75 100% Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa mayoritas jenis kelamin subyek adalah laki-laki sebanyak 53 subyek (70,9%) sedangkan pada subyek berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 subyek (29,3%). Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik subyek berdasarkan kadar asam urat Asam urat Jumlah Persen Normal 66 88% Tidak normal 9 12% Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa subyek yang memiliki kadar asam urat normal sebanyak 66 subyek (88%), sedangkan subyek yang memiliki kadar asam urat tidak normal sebanyak 9 subyek (12%). Tabel 3. Distribusi karakteristik subyek berdasarkan spektrum ACS Spektrum ACS Jumlah Persen NSTEMI 25 33,3% UAP 25 33,3% STEMI 25 33,3% Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa subyek yang terdiagnosis acute coronary syndrome (ACS) dengan spektrum NSTEMI 25 subyek (33,3%), UAP 25 subyek (33,3%), STEMI 25 subyek (33,3%).

36 3. Hasil Uji Analisis Pearson Chi-square Data yang didapatkan dari hasil penelitian kemudian dilakukan pengolahan menggunakan program SPSS 16.0 dan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4. Hasil uji analisis pearson chi-square. Asam Urat Spektrum ACS Nilai P NSTEMI UAP STEMI Normal 22 (33,3%) 24 (36,4%) 20 (30,3%) 0,220 Tidak Normal 3 (33,3%) 1 (11,1%) 5 (55,6%) Berdasarkan pada tabel 4, didapatkan nilai p sebesar 0,220 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar asam urat serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS). B. Pembahasan Hasil distribusi frekuensi karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa mayoritas jenis kelamin subyek yang ada pada penelitian ini adalah laki-laki (70,7%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani et al, (2010) yang menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Kesamaan ini terjadi karena laki-laki merupakan faktor risiko terjadinya acute coronary syndrome (Ramadhani, et al., 2010). Penyakit jantung koroner 2 sampai 5 kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor risiko terhadap penyakit jantung yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.

37 Faktor risiko tersebut diantaranya adalah merokok, penyakit diabetes, obesitas, aktivitas fisik, dan konsumsi alcohol (Chrysohoou, et al., 2003). Kebiasaan merokok sering dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular oleh karena perannya yang dapat menyebabkan disfungsi endotel dan penyakit kardiovaskular (Messner, et al., 2014). Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti menopause dini sebenarnya juga berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular (Brown, 2005). namun dikarenakan keterbatasan data selama penelitian sehingga tidak dapat dicantumkan dalam hasil penelitian. Hasil analisis data berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar asam urat dengan kejadian acute coronary syndrome di RS PKU 1 Muhammadiyah Yogyakarta dan di RSUD Kota Yogyakarta pada bulan Desember 2016 sampai dengan bulan April 2017 (p = 0,220). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Spahic E et al, (2015) tentang Positive correlation between uric acid and C-reactive protein serum level in healthy individuals and patients with acute coronary syndrome Hasil penelitian ini didapatkan p = 0,118. Studi yang menemukan peningkatan nilai asam urat pada pasien acute myocardial infarction dan UAP dibandingkan dengan control, namun asam urat tidak terkait dengan tingkat keparahan acute coronary syndrome (Gur, et al., 2008).

38 Sejak satu dekade terakhir, Peran asam urat sebagai faktor risiko terjadinya acute coronary syndrome sebagai manifestasi klinis jantung koroner masih menjadi perdebatan. Hal ini berkaitan dengan peran asam urat dalam tubuh manusia sebagai antioksidan yang mampu mengikat ion logam transisional maupun berperan sebagai prooksidan yang menginduksi terjadinya stres oksidatif pada sel (Kang, et al., 2014). Keberadaan asam urat sebagai petanda penyakit kardiovaskular, sudah diketahui sejak tahun 1897 oleh dr. Davis. Oleh karena belum adanya studi epidemiologi yang baik maka kadar asam urat ini diabaikan sampai tahun 1960-an. Sejak itu banyak studi epidemiologi yang menghubungkan kadar asam urat yang tinggi terhadap beberapa keadaan kardiovaskular seperti hipertensi, sindrom metabolik, acute coronary syndrome, penyakit serebrovaskular, demensia vaskular, preeklamsia dan penyakit ginjal (Feig, et al., 2008). Nilai profil lipid, riwayat hipertensi, riwayat merokok bahkan nilai gula darah dibutuhkan untuk mendukung asam urat sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular (Weir, et al. 2003). Kadar asam urat tidak dapat dijadikan faktor risiko utama terjadinya proses aterosklerosis pada individu sehat di Jepang. Namun, peningkatan kadar asam urat akan menjadi faktor risiko penguat terjadinya aterosklerosis saat seorang individu memiliki riwayat sindrom metabolik sebelumnya (Ishizaka, et al., 2005).

39 Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin eksogen dan purin endogen pada tubuh manusia. Metabolisme asam nukleat purin yang terdiri atas adenin dan guanin membutuhkan banyak peran enzim. Adenin diubah menjadi inosin dan guanin diubah menjadi guanosin, keduanya melalui proses deaminase dan defosforilasi. Adenosin, guanosin, dan nukleosida akan diubah menjadi hipoxantin yang kemudian akan teroksidasi oleh xanthine oxidoreductase (XOR) menjadi produk akhir asam urat. Xanthine oxidoreductase terdapat dalam dua bentuk yang dapat berubah menjadi satu sama lain yakni xanthine dehidrogenase (XDH) dan xanthine oxidase (XO). XOR paling banyak dalam bentuk XDH dalam tubuh manusia. XDH dapat berubah menjadi XO melalui proses pembelahan proteolitik yang ireversibel atau oksidasi yang bersifat reversibel di lingkungan tertentu terutama saat terjadi hipoksia (Berry, et al., 2004). Xanthine oxidase menggunakan molekul- molekul oksigen sebagai aseptor elektron. Karena oksigen berperan dalam aseptor elektron, akan terjadi ikatan yang tidak seimbang sehingga membentuk anion superoksida (O2- ) dan H2O2. Sedangkan XDH menggunakan NAD+ sebagai molekul aseptor dan membentuk NADH (Medellin, et al. 2013). Superoksida radikal hasil dari XDH maupun XO akan berikatan dengan nitrit oksida (NO) membentuk peroksinitrit (ONOO-). Hal ini mengakibatkan, saat terjadi peningkatan aktivitas XOR, akan terjadi peningkatan ROS (Reactive Oxygen Species) yang dapat memicu stress oksidatif. Namun,

40 peningkatan aktifitas XOR yang kemudian meningkatkan pembentukan asam urat hingga menimbulkan stress oksidatif membutuhkan waktu hingga 48 jam (Berry, et al. 2004). Enzim XOR juga bukan merupakan enzim yang spesifik terdapat dalam otot jantung. Enzim XOR terutama ditemukan dalam saluran pencernaan dan sel-sel hepar dibandingkan pada sel-sel otot jantung. Aktivitas enzim XOR pada jaringan endotel juga 10-100 kali lebih kecil daripada aktivitas di kedua jaringan tersebut (Berry, et al. 2004).