BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

PELUANG PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI KECIL SLONDOK

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. alam dalam prosesnya menjadi produk. Kegiatan tersebut dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao

Penerapan Energi Efisiensi di IKM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pada umumnya dan agro-industri pada khususnya

24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA PADANG (IPTEKS) ABSTRAK

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari sumber daya manusia tentang perkembangan sektor industri di

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH MENUJU INDUSTRI NATA DE COCO RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH)

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

POTENSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA PEMBUATAN MANISAN CARICA (Carica pubescens)

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

SELAI DAN JELI BUAH 1. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

Rini Hakimi 2, Vonny Indah Mutiara 2, Daddy Budiman 3

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan. Teknologi Bersih. (Clean Technology)

TESIS EVALUASI KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH TAHU (STUDI KASUS: DUKUH PESALAKAN, DESA ADIWERNA, KAB. TEGAL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komoditas agroindustri yang sudah tidak asing lagi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau. maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT PENGELOLAAN B3. Subdirektorat Penanganan B3

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

SIH Standar Industri Hijau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

pelaku produksi tahu, sedangkan bagi warga bukan pengolah tahu, gas dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangganya

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya sebagai sumber pendapatan petani dan penghasil bahan baku

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS

Penerapan Produksi Bersih Berbasis Teknologi Tepat Guna Pada Sentra Industri Kecil Tahu Di Kabupaten Subang

STUDI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH UNTUK INDUSTRI KERUPUK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

NURUL FATIMAH A

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

JE65 PERLINDUNGAN PENTING. Alat Pengambilan Sari / Ekstraktor Jus 2 Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan aktivitas industri dan pola hidup masyarakat modern memberikan dampak terhadap meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam konsumsi produk barang dan jasa. Hal ini mendorong industri menggunakan sumberdaya alam secara besar-besaran tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan. Selain itu, perkembangan industri juga menimbulkan berbagai dampak negatif diantaranya penggunaan sumber energi yang berlebihan tanpa memperhatikan ketersediaan energi tersebut yang terbatas jumlahnya, pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Penggunaan sumberdaya alam mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun serta pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat menyebabkan peningkatan kebutuhan pemakaian sumberdaya alam. Seiring dengan meningkatnya penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya alam maka emisi gas CO 2 atau emisi gas rumah kaca akan semakin meningkat. Menurut ESDM (2015), subsidi energi dari tahun 2010 sampai 2014 meningkat setiap tahunnya yaitu penggunaan bahan bakar minyak meningkat sekitar 9%, penyediaan LPG meningkat 4,1%, dan penggunaan listrik meningkat 8%. Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi di Indonesia semakin meningkat, sektor industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 5,61%. Pertumbuhan cabang industri non migas pada tahun 2014 yang tertinggi dicapai oleh industri makanan dan minuman sebesar 9,54%, industri pengolahan tembakau sebesar 8,85%, industri mesin dan perlengkapan sebesar 8,80%, serta industri pengolahan lainnya sebesar 7,30%. Bila dilihat dari kontribusi masing-masing sektor industri terhadap pertumbuhan industri, tiga industri yang memberikan peranan terbesar terhadap pertumbuhan industri yaitu industri makanan dan minuman sebesar 5,32%, industri alat angkutan sebesar 1,96%, dan industri barang logam; 1

komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik sebesar 1,87%. Sedangkan jika dilihat dari segi nilai ekspor produk industri pengolahan non migas memberikan kontribusi sebesar 66,55% dari total ekspor nasional. Nilai ekspor tersebut meningkat sebesar 3,66% dibandingkan dengan nilai ekspor produk industri pengolahan non migas tahun 2013. Peningkatan ekspor industri pengolahan non migas pada tahun 2014 secara umum disebabkan oleh membaiknya perekonomian global (KemenPerin, 2014). Di Provinsi Jawa Tengah jumlah industri semakin meningkat yaitu pada tahun 2014 industri besar sebanyak 867 dan industri kecil dan menengah sebanyak 423.124, sehingga penggunaan sumber daya semakin meningkat. Selain itu dapat menimbulkan potensi pencemaran lingkungan karena menghasilkan limbah atau emisi dalam jumlah besar yang penanganannya kurang memadai. Hal tersebut akan membahayakan lingkungan (Suara Merdeka, 2015). Menurut Purwanto (2009), selain produk yang diinginkan, industri juga menghasilkan produk samping dan bukan produk yaitu berupa limbah bahan berbahaya dan beracun, limbah padat, limbah cair, emisi panas dan gas. Dampak negatif pencemaran limbah industri dapat dirasakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kabupaten Wonosobo merupakan sentra penghasil sayuran dan buahbuahan. Salah satu produk unggulannya berupa produk buah carica (Carica pubescens) yang termasuk dalam keluarga pepaya. Buah carica memiliki karakteristik yaitu rasa masam, pahit, tekstur kenyal dan getah dapat menimbulkan gatal. Maka dari itu buah carica hanya enak kalau telah mengalami proses pengolahan dahulu, biasanya buah carica diolah menjadi manisan carica. Buah carica termasuk buah yang tidak tahan lama atau sangat cepat mengalami kerusakan bila disimpan dalam keadaan segar. Menurut Margono et al. (2000), pada umumnya kadar air buah segar relatif tinggi sehingga dapat cepat mengalami kerusakan akibat pengaruh biologis seperti bakteri dan jamur, oleh karena itu pengolahan buah dapat membantu memperpanjang masa simpan buah. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale. 2

Salah satu industri pengolahan buah carica yang cukup berkembang di Kabupaten Wonosobo yaitu CV. Yuasafood Berkah Makmur merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan pangan yang memproduksi berbagai macam olahan pangan seperti sirup, selai, jus dan juga manisan yang bahan bakunya berasal dari buah carica. Industri pembuatan manisan carica menghasilkan limbah berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa kulit dan biji dari buah carica, dalam sebulan limbah padat yang dihasilkan bisa mencapai 3 ton. Limbah cair berupa air bekas cucian dan hasil proses produksi. Limbah yang dihasilkan selama ini langsung dibuang ke lingkungan tanpa adanya pengolahan melalui instalasi pengolahan limbah sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Proses pembuatan manisan carica meliputi beberapa tahap yaitu pengupasan, pemisahan buah dan biji, pemotongan, penggaraman dan pencucian, pembuatan sirup buah, pengemasan, dan packing. Dalam setiap tahapan proses pembuatan manisan carica dapat menimbulkan pemborosan dalam penggunaan energi, air, bahan baku, dan bahan tambahan. Hal ini akan menimbulkan besarnya volume limbah yang dihasilkan dalam setiap proses pembuatan manisan carica akan semakin bertambah banyak. Akibatnya dapat menimbulkan kerugian baik secara ekonomi dan juga lingkungan yang disebabkan oleh biaya produksi dan juga pengolahan limbah yang tinggi. Di Sri Lanka, (State of the Environment Sri Lanka 2005 dalam Weerasiri & Shengang, 2012) menyatakan berbagai jenis Usaha Kecil Menengah cenderung menggunakan teknologi lama yang tidak efisien, dan cenderung menggunakan jumlah energi dan air yang lebih besar dan menghasilkan besarnya volume limbah semakin besar. Banyak peraturan yang telah berlaku dan diterapkan untuk UKM, yang bertujuan agar semua proses produksi dalam penggunaan energi lebih efisien. Selain itu juga mendorong penggunaan material yang berkelanjutan, seperti material hasil daur ulang atau material yang dapat didaur ulang. Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi dalam proses produksi dan meminimalkan terbentuknya limbah yang dihasilkan pada proses pembuatan manisan carica, maka perlu penerapan produksi bersih. Menurut Kementerian 3

Lingkungan Hidup (2003a), produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan. 1.2. Perumusan Masalah 1. Apakah terjadi inefisiensi penggunaan bahan baku, air dan energi pada proses produksi pembuatan manisan carica? 2. Bagaimana peluang dan manfaat penerapan produksi bersih pada proses pembuatan manisan carica? 3. Apa saja alternatif langkah perbaikan yang dapat diberikan untuk penerapan produksi bersih pada proses pembuatan manisan carica? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji proses inefisiensi pada setiap tahapan proses produksi pembuatan manisan carica. 2. Menganalisis kemungkinan peluang penerapan produksi bersih dan manfaatnya pada proses pembuatan manisan carica. 3. Memberikan rekomendasi alternatif perbaikan penerapan produksi bersih pada proses pembuatan manisan carica. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi industri, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi serta masukan bagi industri pembuatan manisan carica dalam rangka perbaikan produksi untuk meningkatkan keuntungan ekonomi dan lingkungan. 2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai peluang penerapan produksi bersih, khususnya di industri pembuatan manisan carica. 4

3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan pertimbangan serta masukan bagi pembinaan dan pengembangan sentra industri pembuatan manisan carica. 1.5. Originalitas Penelitian Penelitian mengenai potensi penerapan produksi bersih pada pembuatan manisan carica belum pernah dilakukan. Penelitian pada industri lain yang berkaitan dengan produksi bersih antara lain penelitian dari Galuh Ajeng Lestari (2006) tentang Studi Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Gula: Studi Kasus di PG. Pesantren Baru Kediri-Jawa Timur. Ariyanti, Melia (2015) tentang Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Agroindustri Nata De Coco CV. Bima Agro Makmur Yogyakarta. Prabowo, Hana Fais (2015) tentang Kajian Peluang Penerapan Produksi Bersih di Industri Kecil Slondok Telomoyo Putra Kabupaten Magelang. Yudhotomo, Hari (2014) tentang Evaluasi Penerapan Produksi Bersih Pada Pengolahan Teh Hitam: Studi Kasus Kebun Jolotigo PTPN IX Persero. Adapun ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan produksi bersih disajikan pada tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti (Tahun) 1. Probowati & Burhan (2011) 2. Hakimi & Budiman, (2006) Judul Penelitian Studi Penerapan Produksi Bersih untuk Industri Kerupuk Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) Pada Industri Nata De Coco Hasil penelitian Penerapan produksi bersih yang dilakukan berupa good housekeeping, recycle, reduce dan reuse. Alternatif penerapan produksi bersih yang dilakukan berupa modifikasi tungku disertai dengan pengeluaran asap melalui lubang asap pada tungku yang menuju ruangan. Manfaat yang diperoleh berupa penghematan bahan bakar kayu yang digunakan sebanyak 5% dengan nilai penghematan sebesar Rp. 1.200.000,- selama 1 tahun. Penerapan produksi bersih yang dilakukan pada industri nata de coco di Kota Bogor adalah pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan pembersihan 5

3. Khamdan dkk, (2010) 4. Fauzi dkk, (2008) 5. Suprihatin & Romli (2009) 6. Ma ruf dkk, (2013) Evaluasi Kinerja Lingkungan IKM Tahu (Studi Kasus: Dukuh Pesalakan, Desa Adiwerna, Kab. Tegal ) Kajian Strategi Produksi Bersih di Industri Kecil Tapioka: Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara. Pendekatan Produksi Bersih dalam Industri Pengolahan Ikan: Studi Kasus Industri Penepungan Ikan. Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Pengolahan Terasi Skala Rumah Tangga di Dusun Selangan Laut Pesisir Bontang kulit untuk pembuatan pupuk, pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi, pemanfaatan kembali air sisa selama proses, pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan jelly drink, pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk dan menjual sisa plastik kemasan. Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk keuntungan Rp. 611582,4 dengan payback period 0,4578 bulan. Terdapat perbedaan signifikan antara pengrajin tahu yang sudah dan belum menerapkan produksi bersih, dimana pengrajin yang telah menerapkan produksi bersih memperoleh output tahu yang lebih banyak, kebutuhan air, listrik dan waktu proses lebih sedikit, serta limbah cair dan emisi CO 2 lebih sedikit dibanding yang belum menerapkan produksi bersih. Industri sudah menerapkan prinsip-prinsip produksi bersih, tetapi masih banyak aktivitas produksi bersih yang perlu diterapkan. Usulan alternatif perbaikan meliputi good house keeping, alat gobegan,pencucian bak pengendapan pati setiap hari, dan pemantauan pekerja. Membutuhkan modal Rp. 10.052.000,- dengan Payback Period 1 tahun 7 bulan. Peluang penerapan produksi bersih pada industri penepungan ikan antara lain pemasangan dekanter dan separator minyak untuk memaksimumkan pemisahan protein dan meminimumkan bahan tersuspensi dan minyak dalam limbah cair, pemanfaatan limbah cair untuk produksi pupuk cair atau pakan, segregasi limbah. Hasil evaluasi menunjukan indikasi bahwa implemetasi opsi produksi bersih mampu mereduksi biaya bahan, mereduksi beban polusi lingkungan/resiko lingkungan, mereduksi biaya investasi dan operasi instalasi pengolahan limbah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan higienitas dalam proses pengolahan terasi antara lain membuat SOP (standar operasi kerja) pengolahan terasi, menyediakan tempat penyimpanan bahan baku dan mengatur tata letak peralatan yang digunakan. 6