BAB III LANDASAN TEORI. Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Analisis Perencanaan Terhadap Gempa (SNI ) Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dan SNI 1726, berikut kombinasi kuat perlu yang digunakan:

3. BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

PERANCANGAN HOTEL 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT YOGYAKARTA (SNI 1726:2012 & SNI 2847:2013)

HUBUNGAN BALOK KOLOM

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB III LANDASAN TEORI. yaitu dari beban hidup, beban mati, dan beban gempa. 1. U = 1,4D (3-1) 2. U = 1,2D + 1,6L (3-2)

ANALISA PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR PADA GEDUNG DENGAN VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

KOLOM (ANALISA KOLOM LANGSING) Winda Tri W, ST,MT

BAB III LANDASAN TEORI Analisis Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013

BAB II STUDI PUSTAKA. Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Analisis Pembetonan Struktur Portal

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

Yogyakarta, Juni Penyusun

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

STUDI KOMPARASI DISAIN STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT AKIBAT GEMPA PADA 5 KOTA DI INDONESIA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

BAB III LANDASAN TEORI

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

DAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN GEDUNG 10 LANTAI DENGAN PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI JALAN SEPAKAT II KOTA PONTIANAK

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN 26 LANTAI BERDASARKAN SNI DAN SNI Oleh: Yohan Aryanto NPM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Maksud dan Tujuan... 1 Rumusan Masalah... 2 Ruang Lingkup... 2 Sistematika Penulisan...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG AWANA CONDOTEL YOGYAKARTA BERDASARKAN SNI DAN SNI Oleh : DEDDYMUS BIN STEFANUS NPM :

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton

Perhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

GATI ANNISA HAYU, ST, MT, MSc STRUKTUR BETON 2 SYARAT PENDETAILAN

ANALISA STRUKTUR DAN KONTROL KEKUATAN BALOK DAN KOLOM PORTAL AS L1-L4 PADA GEDUNG S POLITEKNIK NEGERI MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG ALAM SUTERA OFFICE TOWER JAKARTA. Oleh : Nanda Pandu Wicaksana NPM :

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DAN TANPA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB V PERANCANGAN STRUKTUR. Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen 3-3 B15 pada lantai 5. Momen tumpuan positif = 0,5. 266,624 = 133,312 KNm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diketahui gambaran perencanaan struktur gedung. dengan sistem struktural yang akan digunakan.

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Termasuk di dalamnya berat sendiri struktur dan beban mati. jenis material yang digunakan adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

Efisiensi Penggunaan Beton Precast pada Gedung Kantor Pelayanan Pajak Tebet Jakarta

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Elemen Struktur 3.1.1. Kuat Perlu Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012, berikut kombinasi kuat perlu yang digunakan: 1. 1,4D (2-1) 2. 1,2D + 1,6L (2-2) 3. (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + 1,3Ex + 0,39Ey (2-3) 4. (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + 1,3Ex 0,39Ey (2-4) 5. (1,2+0,2SDS)D + 1,0L 1,3Ex + 0,39Ey (2-5) 6. (1,2+0,2SDS)D + 1,0L 1,3Ex 0,39Ey (2-6) 7. (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + 0,39Ex + 1,3Ey (2-7) 8. (1,2+0,2SDS)D + 1,0L 0,39Ex + 1,3Ey (2-8) 9. (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + 0,39Ex 1,3Ey (2-9) 10. (1,2+0,2SDS)D + 1,0L - 0,39Ex 1,3Ey (2-10) 11. (0,9+0,2SDS)D + 1,3Ex + 0,39Ey (2-11) 12. (0,9+0,2SDS)D + 1,3Ex 0,39Ey (2-12) 13. (0,9+0,2SDS)D 1,3Ex + 0,39Ey (2-13) 9

10 14. (0,9+0,2SDS)D 1,3Ex 0,39 Ey (2-14) 15. (0,9+0,2SDS)D + 0,39Ex + 1,3Ey (2-15) 16. (0,9+0,2SDS)D 0,39Ex + 1,3Ey (2-16) 17. (0,9+0,2SDS)D + 0,39Ex 1,3Ey (2-17) 18. (0,9+0,2SDS)D 0,39Ex 1,3Ey (2-18) 3.1.2. Kuat Desain Kuat desain yang disediakan oleh suatu komponen struktur, sambungannya dengan komponen struktur lain, dan penampangnya, sehubungan dengan lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus diambil sebesar kuat nominal yang dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan (ø) berdasarkan pasal 9.3 SNI 2847:2013. Tabel 3.1. Faktor Reduksi Kekuatan Desain No. Keterangan Faktor reduksi (ø) 1. Penampang terkendali tarik 0,9 2. Penampang terkendali tekan a. Komponen struktur dengan tulangan spiral b. Komponen struktur bertulang lainnya 0,75 0,65 3. Geser dan torsi 0,75 4. Tumpuan pada beton 0,65 5. Daerah angkur pasca tarik 0,85 6. Model strat dan pengikat, strat, pengikat, daerah pertemuan, dan daerah tumpuan dalam model 0,75 7. Penampang lentur komponen struktur pra tarik: a. Dari ujung komponen struktur ke ujung panjang transfer 0,75

11 No Keterangan Faktor reduksi (ø) b. Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang 0,75 sampai 0,9 7. penyaluran ø boleh ditingkatkan secara linier (Sumber : SNI 2847:2013 pasal 9.3) 3.2. Perencanaan Gempa berdasarkan SNI 1726:2012 3.2.1. SDS dan SD1 Nilai SDS dan SD1 ditentukan berdasarkan web desain spektra Indonesia http://puskim.pu.go.id//aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/ 3.2.2. Kategori Risiko Kategori resiko untuk struktur bangunan gedung dan non gedung dijelaskan sesuai tabel 3.2, pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan faktor keutamaan Ie menurut tabel 3.5

12 Tabel 3.2 Kategori Bangunan Gedung dan Non-Gedung Jenis Pemanfaatan Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain: - Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan - Fasilitas sementara - Gudang penyimpanan - Rumah jaga dan struktur kecil lainnya Kategori risiko I Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk: - Perumahan - Rumah toko dan rumah kantor - Pasar - Gedung perkantoran - Gedung apartemen/ rumah susun - Pusat perbelanjaan/ mall - Bangunan industri - Fasilitas manufaktur - Pabrik ( Sumber: Tabel 1-SNI 1726:2012, halaman 14-15 ) II

13 Tabel 3.2 (Lanjutan) Kategori Bangunan Gedung dan Non-Gedung Jenis Pemanfaatan Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk: - Bioskop - Gedung pertemuan - Stadion - Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan UGD - Fasilitas penitipan anak - Penjara - Bangunan untuk orang jompo Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk: - Pusat pembangkit listrik biasa - Fasilitas penanganan air - Fasilitas penanganan limbah - Pusat telekomunikasi Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran. Kategori risiko III ( Sumber: Tabel 1-SNI 1726:2012, halaman 14-15 )

14 Tabel 3.2 (Lanjutan) Kategori Bangunan Gedung dan Non-Gedung Jenis Pemanfaatan Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk: - Bangunan-bangunan monumental - Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan - Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat - Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat. - Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya - Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat - Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat - Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV. ( Sumber: Tabel 1-SNI 1726:2012, halaman 14-15 ) Kategori risiko IV

15 3.2.3. Kategori Desain Seismik Kategori Desain Seismik ditentukan berdasarkan parameter percepatan respons spektral pada periode pendek seperti pada tabel berikut: Tabel 3.3. KDS Berdasarkan SDS Kategori risiko Nilai S DS I atau II atau III IV S DS < 0,167 A A 0,167 < S DS < 0,33 B C 0,33 < S DS < 0,50 C D 0,50 < S DS D D ( Sumber: Tabel 6-SNI 1726:2012, halaman 24 ) Kategori Desain Seismik berdasarkan parameter percepatan respons spektral pada periode 1 detik adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 KDS Berdasarkan SD1 Kategori risiko I atau II atau III IV S D1 < 0,167 A A 0,067 < S D1 < 0,133 B C 0,133 < S D1 < 0,20 C D 0,20 < S D D ( Sumber: Tabel 7-SNI 1726:2012, halaman 25 ) 3.2.4. Kombinasi Sistem Perangkai Faktor R, Cd, dan Ωo untuk sistem penahan gaya gempa ditentukan berdasarkan Tabel 9 SNI 1726:2012 halaman 34-37.

16 3.2.5. Faktor Keutamaan Ie Faktor keutamaan berdasarkan kategori resiko adalah sebagai berikut: Tabel 3.5. Faktor Keutamaan Gempa Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, I e I atau II 1,0 III 1,25 IV 1,50 ( Sumber: Tabel 2-SNI 1726:2012, halaman 15 ) 3.2.6. Perioda Fundamental Nilai koefisien Cu diambil sebagai berikut: Tabel 3.6. Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda yang Dihitung Parameter percepatan respons spektral desain pada 1 detik, SD1 Koefisien Cu > 0,4 1,4 0,3 1,4 0,2 1,5 0,15 1,6 < 0,1 1,7 ( Sumber: Tabel 14-SNI 1726:2012, halaman 56 ) Nilai koefisien Ct dan x diambil sebagai berikut: Tabel 3.7. Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x Ct x Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 % gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa: Rangka baja pemikul momen 0,0724 a 0,8 Rangka beton pemikul momen 0,0466 a 0,9 Rangka baja denan bresing eksentris 0,0731 a 0,75 Rangka baja denan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 a 0,75

17 Semua sistem struktur lainnya 0,0488 a 0,75 (Sumber: Tabel 15-SNI 1726:2012, halaman 56 ) 3.2.7. Faktor Respons Gempa Kurva spektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu pada Gambar 2 SNI 1726:2012, halaman 31. Gambar 3.1. Spektrum Respons Desain (Sumber: SNI 1726:2012 halaman 31)

18 3.3 Perencanaan Struktur berdasarkan SNI 2847:2013 3.3.1 Balok Menurut SNI 2847, pasal 21.5 menjelaskan perencanaan elemen struktur balok adalah sebagai berikut: 1. Gaya aksial terfaktor pada komponen struktur, Pu, tidak boleh melebihi A g f c 10 2. Bentang bersih untuk komponen struktur, ln tidak boleh kurang dari empat kali tinggi efektifnya. 3. Lebar komponen, b w tidak boleh kurang dari yang lebih kecil 0,3h dan 250 mm. Tulangan longitudinal 1. Untuk tulangan atas maupun bawah, jumlah tulangan tidak boleh kurang dari As min = 0,25 f c b fy w d tetapi tidak kurang dari 1,4b w d/fy, dan rasio tulangan, ρ, tidak noleh melebihi 0,025. Paling sedikit dua batang tulangan harus disediakan menerus pada kedua sisi atas dan bawah. 2. Sambungan lewatan tulangan lentur diizinkan hanya jika tulangan sengkang atau spiral disediakan sepanjang panjang sambungan. Spasi tulangan tranversal yang melingkupi batang tulangan yang disambung lewatkan tidak

19 boleh melebihi yang lebih kecil dari d/4 dan 100 mm. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan jika: a. Dalam joint; b. Dalam jarak dua kali tinggi komponen struktur dari muka joint; dan c. Bila analisis menunjukkan pelelehan lentur diakibatkan oleh perpindahan lateral inelastis rangka. Tulangan Tranversal Menurut pasal 21.5.3.2 SNI 2847:2013,sengkang tertutup pertama harus ditempatkan tidak lebih dari 50 mm dari muka komponen struktur penumpu. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi yang terkecil dari: a. d/4; b. Enam kali diameter terkecil batang tulangan lentur utama tidak termasuk tulangan kulit longitudinal; dan c. 150 mm. Persyaratan Kekuatan Geser Pada peraturan beton SNI 03-2847-2013 pasal 21.5.4 membahas tentang kekuatan geser, sebagai berikut: a. Gaya Desain Gaya geser desain, Ve, harus ditentukan dari peninjauan gaya statis pada bagian komponen struktur antara muka-muka joint. Harus diasumsikan bahwa momenmomen dengan tanda berlawanan yang berhubungan dengan kekuatan momen lentur yang mungkin, Mpr, bekerja pada muka-muka joint dan bahwa komponen

20 struktur dibebani dengan beban gravitasi tributari terfaktor sepanjang bentangnya. Keterangan: Mpr =Kekuatan lentur yang mungkin terjadi pada komponen struktur, dengan atau tanpa beban aksial yang ditentukan menggunakan properti komponen struktur pada muka joint yang mengasumsikan tegangan tarik dalam batang tulangan longitudinal sebesar paling sedikit 1,25fy dan faktor reduksi kekuatan, (Ø) sebesar 1.0, N.mm. b. Tulangan Tranversal Untuk menentukan tulangan transversal pada balok baik pada daerah tumpuan mauoun lapangan, perlu ditinjau terlebih dahulu kekuatan beton dan tulangan untuk menahan gaya geser yang terjadi dengan menggunakan persamaan : 1. Sesuai ketentuan SNI 2847:2013 pasal 21.5.4.2 pada daerah tumpuan kemampuan beton untuk menahan geser diasumsikan 0, maka Vc = 0, sedangkan pada daerah lapangan nilai Vc dan Vs maksimum dapat diperhitungkan sesuai dengan ketentuan SNI 2847:2013 pasal 11.2.1.1 yaitu : Vc 0,17. f ' c. bwd. dan Vs maks 0,66 f ' c.. bw. d Sesuai dengan ketentuan bahwa nilai Vs < Vs maksimum, dimana nilai Vs didapatkan dari rumus : Ve Vs Vc 2. Spasi tulangan geser sesuai dengan ketentuan SNI 2847;2013 pasal 11.4.7.2 dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

21 s Av. fy. d Vs Menurut pasal yang sama yaitu pasal 21.5.3.2 SNI 2847:2013, spasi sengkang tidak boleh melebihi : a) d /4 b) 6. diameter tulangan lentur terkecil c) 150 mm 3.3.2 Kolom Menurut SNI 2847:2013, pasal 21.6 perencanaan elemen stuktur kolom adalah berikut : a. Dimensi penampang terpendek, diukur pada garis lurus yang melalui pusat geometri, tidak boleh kurang dari 300 mm. b. Rasio dimensi penampang terpendek terhadap dimensi tegak lurus tidak boleh kurang dari 0,4. Kekuatan Lentur Minimum Kolom Menurut pasal 23.4.2.2 SNI 2847:2013, kekuatan lentur kolom harus memenuhi persamaan berikut: M nc (1,2) M nb Keterangan: M nc = jumlah momen nominal balok yang bertemu di join M nb = jumlah momen nominal kolom yang bertemu di join

22 Kelangsingan Kolom Berdasarkan SNI 2847 pasal 10.10.1, pengaruh kelangsingan boleh diabaikan dalam kasus-kasus berikut: a. Untuk komponen struktur tekan yang tidak di breising (braced) terhadap goyangan menyamping: k lu r 22 b. Untuk komponen struktur tekan yang di breising (braced) terhadap goyangan menyamping: k lu r 34 12 (M1 M2 ) 40 Dimana M1/M2 adalah positif jika kolom dibengkokkan dalam kurvatur tunggal, dan negatif jika komponen struktur dibengkokkan dalam kurvatur ganda. Sesuai dengan pasal 10.10.5.2 SNI beton 2847:2013 bahwa suatu tingkat dianggap sebagai portal tak bergoyang apabila : Pu.. Vu. lc Q o 0,05 Dimana Q adalah indeks stablititas, P adalah total beban vertical pada kolom di lantai tersebut, Vu adalah gaya geser yang disebabkan oleh beban terfaktor, lc adalah tinggi lantai, serta o adalah defleksi pada orde kesatu.

23 Tulangan Memanjang a. Luas tulangan memanjang Ast, tidak boleh kurang dari 0,01 Ag atau lebih dari 0,06 Ag. b. Pada kolom dengan sengkang tertutup bulat, jumlah batang tulangan longitudinal minimum 6. Tulangan Tranversal Tulangan tranversal harus dipasang sepanjang panjang lo dari muka joint dan pada kedua sisi sembarang penampang dimana pelelehan lentur terjadi sebagai akibat dari perpindahan lateral inelastis rangka. Panjang lo tidak boleh kurang dari yang terbesar dari a, b, dan c: a. Tinggi komponen struktur pada muka joint atau pada penampang dimana pelelehan lentur sepertinya terjadi; b. 1/6 bentang bersih komponen stuktur; dan c. 450 mm. Spasi tulangan tranversal sepanjang lo komponen struktur tidak boleh melebihi yang terkecil, berikut ketentuannya: a. 1/4 dimensi komponen struktur minimum; b. Enam kali diameter batang tulangan longitudinal yang terkecil; dan c. s o, seperti didefinisikan pada persamaan berikut: s O = 100 + ( 350 h x ) 3

24 Nilai so tidak boleh melebihi 150 mm dan tidak perlu diambil kurang dari 100 mm. Jumlah tulangan tranversal yang disyaratkan dalam (a) atau (b) harus disediakan kecuali bila jumlah yang lebih besar disyaratkan pada SNI 2847, pasal 21.6.5. a. Rasio tulangan spiral atau sengkang bulat, ρ s, tidak boleh kurang dari yang disyaratkan sebagai berikut: ρ s = 0,12 ( f c f yt ) dan tidak boleh kurang dari pers. Berikut: ρ s = 0,45 ( A g A ch 1) f c f yt b. Luas penampang total tulangan sengkang persegi, Ash, tidak boleh kurang dari yang disyaratkan sebagai berikut: A sh = 0,3 sb c f yt [( A g A ch ) 1] A sh = 0,09 sb cf c f yt Penentuan tulangan transversal diluar lo Berdasarkan pasal 11.2.1.2 SNI 2847:2013 untuk komponen struktur yang dikenai tekan aksial Vc = 0,17(1 + ( Nu 14. Ag ) f c. bw. d

25 Analisis Kolom dengan metode Beban Berlawanan Bresler Analisis kolom biaksial dilakukan dengan menggunakan salah satu metode yaitu metode Beban Berlawanan Bresler, melalui persamaan sebagai berikut : 1 1 1 1 Pn Pnx Pny Pno Hubungan Balok Kolom Sebagaimana dijelaskan pada pasal 21.7.4.1 SNI 2847:2013, bahwa Vn join tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan dibawah ini : 1. 1,7. f ' c. Aj (untuk join yang terkekang balok pada keempat sisi) 2. 1,2. f ' c. Aj (untuk join yang terkekang balok pada dua atau tiga sisi) 3. 1,0. f ' c. Aj (untuk khasus lainnya) Aj merupakan luas penampang efektif pada suatu join yang dihitung dari tinggi join dan lebar join efektif Gambar 3.2 Luas Join Efektif (Sumber : SNI 2847:2013 pasal 21.7.4.1)