Efisiensi Penggunaan Beton Precast pada Gedung Kantor Pelayanan Pajak Tebet Jakarta
|
|
- Ari Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Efisiensi Penggunaan Beton Precast pada Gedung Kantor Pelayanan Pajak Tebet Jakarta ABSTRAK Pembangunan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Tebet Jakarta memodifikasi metode pelaksanaan yang ada (konvensional) dengan metode yang lebih efektif pelaksanaannya, mengaplikasikan sistem precast pada kolom, balok dan pelat atau dikenal dengan JHS column beam slab system, yang pada hakekatnya mengurangi waktu pelaksanaan karena kolom, balok dan pelat telah terlebih dahulu dicetak di pabrik. Diperoleh pengurangan biaya pada penggunaan metode konvensional dibanding menggunakan metode Precast JHS column beam slab sebesar Rp. 330,770,392.24,- atau 11,19%. Penggunaan metode precast sangat efektif bila proyek mengalami keterlambatan waktu akhir penyelesaian, atau proyek yang menuntut schedule pelaksanaan dengan akselerasi tinggi. Kata Kunci : sistem precast, JHS column beam slab system, schedule pelaksanaan PENDAHULUAN Pembangunan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Tebet Jakarta bertujuan untuk meningkatkan jumlah wilayah layanan seiring penambahan jumlah wajib pajak dan obyek kena pajak di wilayah Jakarta Selatan. Proyek tersebut memodifikasi metode pelaksanaan yang ada (konvensional) dengan metode yang lebih efektif pelaksanaannya. Proyek ini mengaplikasikan sistem precast pada kolom, balok dan pelat atau dikenal dengan JHS column beam slab system, yang pada hakekatnya mengurangi waktu pelaksanaan karena kolom, balok dan pelat telah terlebih dahulu dicetak di pabrik. Problem yang dianalisis adalah desain struktur atas Gedung KPP Jakarta yang berupa tampang dan kebutuhan tulangan perkuatan pada pelat lantai, balok, kolom dengan sistem konvensional, guna memperoleh perbandingan ditinjau dari segi biaya terhadap sistem JHS, berbasiskan pada standar SK SNI T DESAIN STRUKTUR GEDUNG Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 memberikan definisi beban mati, beban hidup, beban angin, beban gempa dan beban khusus sebagai berikut ini. a. Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian penyelesaian, mesin mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu. b. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung dan kedalamnya termasuk beban beban pada lantai
2 yang berasal dari barang barang yang dapat berpindah, mesin mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. c. Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. d. Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasar suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. e. Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi, susut, gaya gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin mesin, serta pengaruh pengaruh khusus lainnya. SK SNI T pada pasal memberi ketentuan mengenai kuat perlu, agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan laik pakai terhadap bermacam macam kombinasi beban. a. Kuat perlu U yang menahan beban mati D dan beban hidup L U 1.2 D L...(1) b. Kuat perlu U yang menahan kombinasi beban mati D, beban hidup L dan beban angin W, dengan memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapat kondisi yang paling berbahaya. U 0.75 (1.2 D L W)...(2) U 0.9 D W...(3) dengan catatan nilai U persamaan 2 dan 3 tidak lebih kecil dari nilai U pada persamaan 1 diatas. c. Kuat perlu U yang menahan kombinasi beban mati D, beban tereduksi LR, dan beban gempa E. U 1.05 (D + LR ± E)...(4) Atau U 0.9 (D ± E)...(5) d. Kuat perlu U yang menahan kombinasi beban mati D, beban hidup L dan tekanan tanah H. U 1.2 D L H...(6) e. Kuat perlu U yang menahan kombinasi beban mati D, beban hidup L dan memasukkan pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan, rangkak, susut atau perubahan suhu yang menentukan dalam perencanaan. U 0.75 (1.2 D T L)...(7) U 1.2 (D + T)...(8) SK SNI T pada pasal memberikan ketentuan mengenai kuat rencana suatu komponen struktur. Kuat minimal harus direduksi dengan faktor reduksi kekuatan yang sesuai dengan sifat beban. Adapun faktor reduksi kekuatan Ø ditentukan sebagai berikut ini. a. Lentur, tanpa beban aksial 0.8
3 b. Aksial tarik dan aksial tekan dengan lentur 0.8 c. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur a) dengan tulangan spiral maupun sengkang ikat 0.7
4 b) dengan tulangan sengkang biasa d. Geser dan Torsi e. Tumpuan pada beton Metode Analisis Struktur atas gedung pada analisis gempa menggunakan analisis statik ekivalen menurut PPKGRG Hal ini didasari tinggi total gedung < 40 m. Digunakan program SAP 2000 ver sebagai alat bantu untuk analisis struktur. Dimana analisis pada struktur (modeling, input, penugasan input dan beban) dilakukan secara tiga dimensi. Output program SAP ini digunakan untuk perancangan elemen struktur yang berupa balok, balok anak dan kolom. Sedangkan pelat dihitung secara manual. Kolom SK SNI T mengatur mengenai momen rencana (Mu,k) pada kolom berdaktilitas penuh. Mu,k 0.7 ωd Mkap,b...(9) tetapi dalam segala hal : Mu,k > 1.05 (MD,k + ML,k + dan 4.0 ME,k)...(10) K Mkap,b Øo Mnak,b...(11) keterangan : Mu,k jumlah momen rencana kolom, pada pusat joint. ωd koefisien pembesar dinamis. Mkap,b jumlah momen kapasitas balok pada pusat joint. momen pada kolom akibat beban mati. MD,k momen pada kolom akibat beban hidup. ML,k ME,k momen pada kolom akibat beban mati. K faktor jenis struktur. Ø overstrength factor (faktor penambahan kekuatan). Mnak,b kuat momen lentur nominal aktual balok. SK SNI T mengatur mengenai gaya aksial rencana (Nu,k) pada kolom berdaktilitas penuh. Nu,k 0.7 R V M kap,b lb 1.05 Ng,k...(12) tetapi dalam segala hal : Nu,k 1.05 (Ng,k + Keterangan : faktor reduksi. Rv 1 Rv n Rv 0.6 Rv 4.0 NE,k)...(13) K untuk 1 < n < 4 untuk 4 < n < 20 untuk n >20
5 n Mkap,b lb Ng,k NE,k jumlah lantai tingkat diatas kolom yang ditinjau. momen kapasitas balok pada pusat joint, dengan memperhitungkan kombinasi momen positif dan momen negatif. bentang balok, diukur dari pusat joint. gaya aksial akibat beban gravitasi terfaktor pada pusat joint. gaya aksial akibat beban gempa pada pusat joint. SK SNI T mengatur mengenai gaya geser rencana (Vu,k) pada kolom berdaktilitas penuh. Vu,k M u, k,a M u, k, b hn...(14) tetapi dalam segala hal : Vu,k > 1.05 (VD,k + VL,k + Mu,k,a Mu,k,b hn VD,k VL,k VE,k 4.0 VE,k)...(15) K momen rencana kolom, pada ujung atas kolom pada bidang muka balok. momen rencana kolom, pada ujung bawah kolom pada bidang muka balok. tinggi bersih dari kolom rangka yang ditinjau. gaya geser pada kolom akibat beban mati. gaya geser pada kolom akibat beban hidup. gaya geser pada kolom akibat beban gempa. SK SNI T mengatur mengenai perencanaan tampang akibat geser. Vu Ø Vn...(16) dengan : Vn Vc + Vs...(17) sehingga : Vu Ø (Vc + Vs)...(18) keterangan : Vu gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau. Vc kuat geser nominal beton. Vs kuat geser nominal tulangan geser. SK SNI T mengatur mengenai Vc untuk komponen struktur non-pratekan yang dibebani tekan aksial. Vc 2 (1 + Nu ) ( 14 A g ' f c / 6 ) bw d...(19) keterangan : Ag luas bruto penampang. d jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat dari tulangan tarik longitudinal. lebar badan balok. bw ' kuat tekan beton yang diisyaratkan. fc SK SNI T mengatur mengenai kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser.
6 Vs AV fy d s...(20) keterangan : Av luas tulangan geser. s spasi tulangan geser. kuat leleh yang diisyaratkan dari tulangan non-pratekan. fy SK SNI T mengatur mengenai rasio tulangan ρ untuk kolom berdaktilitas penuh rasio tulangan ρ tidak boleh kurang dari 0.01 dan tidak boleh lebih dari 0.06 dan pada daerah sambungan tidak boleh lebih dari SK SNI T mengatur mengenai spasi tulangan transversal kolom berdaktilitas penuh dan mengatur mengenai lokasi pemasangan tulangan transversal akibat leleh lentur yang disebabkan perpindahan lateral inelastic dari rangka, yaitu sepanjang lo sepanjang muka kolom. Spasi tulangan transversal dipasang : s ¼ (dimensi komponen struktur terkecil) s 8 (diameter tulangan memanjang) s 100 mm panjang lo : lo (tinggi komponen dimensi struktur) untuk Nu,k 0.3 Ag fc lo 1.5 (tinggi komponen dimensi struktur) untuk Nu,k > 0.3 Ag fc lo 1/6 (bentang bersih dari komponen struktur) lo 450 mm Balok. SK SNI T pada pasal mengatur mengenai kuat perlu. Momen rencana balok berdaktilitas penuh dihitung berdasarkan ketentuan tersebut serta memperhatikan pembatasan yang telah dijelaskan pada bab 1. Mu,b 1.2 MD,b ML,b...(21) Mu,b 1.05 (MD,b ± ML,bR ± ME,b)...(22) Mu,b 0.9 (MD,k ± ML,k)...(23) dengan : Mu,b momen rencana balok. Mu,b momen pada balok akibat beban mati. Mu,b momen pada balok akibat beban hidup. Mu,b momen pada balok akibat beban gempa. SK SNI T mengatur gaya geser rencana balok berdaktilitas penuh. Vu,b 0.7 ( M kap M kap' ln ) Vg...(24) keterangan : Mkap momen nominal aktual ujung komponen dengan memperhitungkan kombinasi momen positif dan negatif. Mkap' momen kapasitas balok di sendi plastis pada bidang muka kolom disebelahnya.
7 Ln bentang bersih balok. Vc gaya geser balok akibat beban gravitasi. Tetapi : Keterangan : Vu,b > 1.05 (VD,b + VL,b + K 4 VE,b)...(25) VD,k gaya geser pada balok akibat beban mati. VL,k gaya geser pada balok akibat beban hidup. VE,k gaya geser pada balok akibat beban gempa. K faktor jenis struktur.
8 SK SNI T mengatur mengenai geser yang disumbangkan beton untuk komponen struktur non pratekan yang hanya dibebani oleh geser dan lentur. ' Vc ( f c / 6) b w d...(26) Keterangan : fc ' kuat tekan beton. bw lebar badan balok. d jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat dari tulangan tarik longitudinal. SK SNI T mengatur bahwa jumlah tulangan komponen lentur daktilitas penuh. tidak boleh kurang 1.4 fy bw d tidak boleh melampaui 7 fy bw d SK SNI T mengatur mengenai spasi maksimal sengkang dari komponen lentur balok berdaktilitas penuh tidak lebih d/4 8 (diameter tulangan longitudinal terkecil) 24 (diameter batang sengkang) 1600 A s, t f y,t A s,l f y,l 200 mm keterangan : As,t luas 1 tulangan transversal (sengkang). kuat leleh tulangan sengkang. fy,t luas 1 tulangan longitudinal (tulangan pokok). As,t fy,t kuat leleh tulangan longitudinal. Pelat Lantai. SK SNI T mengatur mengenai tebal minimal pelat dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya, tidak boleh kurang dari nilai : h l n (0.8 fy 1500 ) ( m (1 ))...(27) dan tidak perlu lebih dari : h l n ( fy ) (28) dalam segala hal tebal minimum pelat tidak boleh kurang dari harga berikut : a. untuk αm < 2 : 120 mm. b. untuk αm 2 : 90 mm. keterangan : h tebal pelat. panjang dari bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi dua ln arah.
9 f y kuat leleh tulangan lentur pelat. β rasio dari bentang bersih dalam arah memanjang terhadap bentang bersih dalam arah lebar / pendek pelat dua arah.
10 SK SNI T mengatur mengenai tulangan minimum dari komponen struktur lentur. ρ (29) fy DATA DAN METODE Nama Proyek Lokasi Tinggi bangunan Konstruksi Mutu beton Mutu baja : : : : : : Gedung Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Tebet. Jl. Tebet Raya No. 2 Jakarta Selatan m. Beton bertulang. K300 BJTP 240 & BJTD 400 Hal terbaik yang dilakukan untuk menentukan dimensi struktur adalah dengan melakukan hitungan desain pendahuluan. Diharapkan dengan dilakukan hitungan desain pendahuluan, dimensi elemen elemen struktur yang ditentukan telah mampu menahan beban beban serta kombinasi beban yang bekerja pada tampang elemen elemen struktur tersebut. Menurut Vis dan Kusuma (1994), secara umum ukuran balok cukup diperkirakan dengan h 1/10 sampai 1/15 l. Pemilihan lebar balok sangat tergantung dari besarnya gaya lintang, sering dengan mengambil b ½ sampai ¾ h ternyata cukup memadai. Balok Induk. h 1/ cm dipakai tinggi balok 50 cm. b 1/ cm dipakai lebar balok 30 cm. Terpakai dimensi balok induk 30 X 50. Balok Anak. h 1/ cm dipakai tinggi balok 45 cm. b 1/ cm dipakai lebar balok 25 cm. Terpakai dimensi balok anak 25 X 45. Pelat h min menurut tabel 10 Dasar Dasar Perencanaan Beton Bertulang hal 61 : untuk fy 240 dan bentang terpendek lx 3.6 m : h min mm 120 mm 32 Dimensi Kolom Dimana : 1200 A h 0.33 bk A Luas Tributari area kolom. h Jumlah lantai diatas kolom. bk Mutu beton. Ly Lx
11 Gambar 1. Tributari Area Kolom
12 Tabel 1. Dimensi Kolom KOLOM LANTAI DIMENSI T1 LT. 1 LT. 2 LT. 3 LT. 4 LT T2 T3 T4 LT. 1 LT. 2 LT. 3 LT. 4 LT. 5 LT. 1 LT. 2 LT. 3 LT. 4 LT. 5 LT. 1 LT. 2 LT. 3 LT. 4 LT Tabel 2. Berat Bangunan Total ( Wt ) Lantai Beban Mati Beban Hidup Beban Total (KG) (KG) (KG) Atap 55, , ,939.5 Lantai 4 652, , ,386.6 Lantai 3 720,865 90, ,585 Lantai 2 733, , ,717.8 Lantai 1 875, , ,924.2 TOTAL 3,037, , ,433, Tabel 3. Distribusi Gaya Gempa Tingkat h Wi Wi hi Fi x,y Untuk Tiap Portal 1/6 Fi,x 1/6 Fi,y Atap
13 Gambar 2 Distribusi beban gempa untuk portal arah x, y. Tabel 4 Rencana Pembebanan Lantai Kantor, t12 cm Dead Load PELAT GEMPA 0.12 x Finishing Plafond (Ducting, AC) Total Berat Sendiri Live Load B. Pekerja Tabel 5. Momen Nominal Aktual Balok Tumpuan. Lantai n tul. lokasi As pasang ρ aktual ρ'/ρ Rn mm Mn,ak knm 8 atas bawah atas bawah atas bawah atas bawah
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 6. Perhitungan Penulangan Lentur dan Geser Balok Lantai Balok Dimensi Panjang Lokasi M renc X X , D19 2, P Tump D19 1, P Lap P Lap , D19 1, P m Tump , D19 1, P Tump D19 1, P Lap P Lap X , D19 1, P m Tump , D19 1, P Tump D19 1, P Lap P Lap , D19 1, P (BY) X m Tump , D19 2, P Tump D19 1, P Lap P Lap , D19 1, P Tump , P Tump P Lap P Lap D19 P m Tump D19 1, P Tump P Lap P (BY) X m (BYG) 17 30X50 (BYB) 45 30X50 Sengkang Lap (BY) 3 ρ perlu ρ terpakai As perlu Tul. Lap. As aktual 7.20 m Tump - (BY) 2 Rn 4.8 m (BYC) Lap P Tump D P Tump P Lap P Lap P Tabel 7 Penulangan Kolom KOLOM Tipe Dimensi Panjang (m) As Perlu (mm2) LT Dasar LT Dasar LT Satu LT Satu LT Dua LT Tiga LT Empat K1C K1A K2B K2A K3A K4A K5A 60X60 40X40 50X50 40X40 40X40 40X40 40X Tulangan Lentur Geser 12D22 P D19 P P D19 P D19 P D19 P D19 P10 125
15 Tabel 8 Penulangan Beton Konvensional & Beton Precast BETON KONVENSIONAL Lantai Balok Dimensi Panjang Lokasi As perlu Tul. Lap. As aktual Sengkang. Lap. BETON PRECAST Tul. Lap. Sengkang. Lap X m Tump D P D19 P (BY) Tump D P D19 P Lap P P Lap D P D19 P X m Tump D P D19 P (BY) Tump D P D19 P Lap P P Lap D P D19 P X m Tump D P D19 P (BY) Tump D P D19 P Lap P P Lap D P D19 P X m Tump D P D19 P (BY) Tump D P D19 P Lap P P Lap D P D19 P X m Tump P P (BYG) Tump P P Lap P P Lap D19 P D19 P X m Tump D P D19 P (BYB) Tump P P Lap P P Lap P P X m Tump D P P (BYC) Tump P P Lap P P Lap P P Analisis biaya dan harga satuan pelaksana kegiatan (HSPK) berdasarkan harga tahun 2003, dimana HSPK menggunakan analisis BOW. Volume Bahan. Balok Tipe BX, L 7,2 m a. Beton K300 : Volume (0.30 ( ))m m 3 b. Bekisting : Volume ( (2 0.38)m m 3 c. Pembesian : a) D19 ((8 3.6) + (5 3.6)m kg. b) P10 ((2 0.22) + (2 0.42)m kg.
16 Tabel 8 Analisis Biaya Kolom - Konvensional & Precast Kolom Tipe KA, L 3.8 m No. Item Harga Sat. Volume Sat Pekerjaan (K) Konvensional 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.1 m2 418,250 39, Tul. D kg 9, , Tul. P kg 9, , Total 1,143, Precast biaya / m 3 2,165, ,535, Kolom Tipe KB, L 3.8 m No. Item Harga Sat. Volume Sat Pekerjaan (K) Konvensional 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.12 m2 418,250 49, Tul. D kg 9, , Tul. P10 49 kg 9, , Total 1,467, Precast biaya / m 3 1,778, ,061, Kolom Tipe KC, L 5 m No. Item Harga Sat. Volume Sat Pekerjaan (K) Konvensional 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.14 m2 418,250 59, Tul. D kg 9,281 1,236, Tul. P kg 9, , Total 2,639, Precast biaya / m 3 1,629, ,808,616.30
17 Tabel 9 Analisis Biaya Balok - Konvensional & Precast Balok Tipe BX, BY, L 7,2 m No. Item Pekerjaan Volume Sat Harga Sat. (K) Konvensional Precast 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.13 m3 418,250 55, Tul. D kg 9, , Tul. P kg 9, , Total 1,855, biaya / m 3 2,260, ,477, Balok Tipe BXA, L 7.2 m No. Item Pekerjaan Volume Sat Harga Sat. (K) Konvensional Precast 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.13 m3 418,250 55, Tul. D kg 9, , Tul. P kg 9, , Total 1,329, biaya / m 3 1,620, ,477, Balok Tipe BXB, BYB, L 3.45 m No. Item Pekerjaan Volume Sat Harga Sat. (K) Konvensional Precast 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.06 m3 418,250 24, Tul. D kg 9, , Tul. P kg 9, , Total 559, biaya / m 3 1,421, Balok Tipe BXC, BYC, L 4.80 m No. Item Pekerjaan Volume Sat Harga Sat. (K) Konvensional Precast 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.08 m3 418,250 35, Tul. D kg 9, , Tul. P kg 9, , Total 775, biaya / m 3 1,416, ,572,637.34
18 Tabel 10 Analisis Biaya Balok Anak - Konvensional & Precast Balok Anak Tipe BaYA, L 7.2 m No. Item Pekerjaan Volume Sat Harga Sat. (K) Konvensional Precast 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.11 m3 418,250 47, Tul. D kg 9, , Tul. P kg 9, , Total 1,218, biaya / m 3 2,141, ,376, Balok Anak Tipe BaYB, L 4.8 m No. Item Pekerjaan Volume Sat Harga Sat. (K) Konvensional Precast 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.07 m3 418,250 31, Tul. D kg 9, , Tul. P kg 9, , Total 556, biaya / m 3 1,497, ,662, Tabel 11 Analisis Biaya Plat - Konvensional & Precast Pelat Tipe 1, 2, 3, 4, L No. Item Pekerjaan Volume Sat Harga satuan Lantai 1 1 Beton K m3 369,183 2,307, Bekisting 0.8 m3 418, , Tul. D kg 9,281 1,593, Total 4,238, biaya / m 3 681, Pelat Tipe 7, L No. Item Pekerjaan Volume Sat Harga satuan Lantai 1 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.18 m3 418,250 75, Tul. D kg 9, , Total 975, Pelat Tipe 8, L No. Item Pekerjaan Volume Sat Harga satuan Lantai 1 1 Beton K m3 369, , Bekisting 0.26 m3 418, , Tul. D kg 9, ,225.79
19 Total 1,548,679.91
20 Tabel 12 Perbandingan Biaya Konvensional dengan JHS No. Elemen L Sat. Vol. Harga Sat. Konvensional Precast Total Total 1 Balok BY 7.2 bh 96 1,855, ,110, ,392,000 2 Balok BX 7.2 bh 120 1,855, ,638, ,132,000 3 Balok BXA 7.2 bh 9 1,329, ,969, ,626,200 4 Balok BYG 4.8 bh 24 1,735, ,659, ,717, Balok BYB 3.45 bh 3 559, ,677, ,006,400 6 Balok BYC 4.8 bh 3 775, ,325, ,214,400 7 Balok BXB 3.45 bh 3 559, ,677, ,100,700 8 Balok BXC 4.8 bh 3 775, ,325, ,500,300 9 Balok anak BaYA 7.2 bh 80 1,218, ,514, Balok anak BaYB 4.8 bh , ,121, Balok anak BaXA 7.2 bh 100 1,218, ,893, Kolom K5A 3.8 bh 14 1,143, ,007, ,721, Kolom K4A 3.8 bh 36 1,143, ,163, ,502, Kolom K3A 3.8 bh 39 1,143, ,593, ,502, Kolom K2A 3.8 bh 3 1,143, ,430, ,252, Kolom K1A 5 bh 3 1,143, ,430, ,304, Kolom K2B 3.8 bh 36 1,467, ,814, Kolom K1C 5 bh 36 2,639, ,025, Pelat 1,2,3,4 7.2/7.2 bh 320 4,203, ,305,480, ,382,576, Pelat 5,6 7.2/4.8 bh 80 3,976, ,128, Pelat /3.45 bh 3 967, ,843, Pelat 8 4.8/3.45 bh 6 1,535, ,928, Erection Precast m ,404,188 Total 2,624,874, ,955,644, Dari perhitungan diatas pada Proyek Gedung KPP tebet menggunakan metode konvensional diperoleh pengurangan biaya dibanding menggunakan metode Precast JHS column beam slab sebesar : Rp. 2,955,644, Rp. 2,624,874, Rp. 330,770,392.24,- atau 11,19 % KESIMPULAN Diperoleh pengurangan biaya pada penggunaan metode konvensional dibanding menggunakan metode Precast JHS column beam slab sebesar : Rp. 2,955,644, Rp. 2,624,874, Rp. 330,770,392.24,- atau 11,19 % Penggunaan metode precast sangat efektif bila proyek mengalami keterlambatan waktu akhir penyelesaian, atau proyek yang menuntut schedule pelaksanaan dengan akselerasi tinggi, serta memiliki mutu/kualitas pekerjaan yang lebih terjamin.
21 REFERENSI Peraturan Muatan Indonesia 1970 NI 18. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1970 NI 2. T.Y. LIN NED H. BURNS Desain Struktur Beton Prategang
BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan
BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan
BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR NOTASI. v vi xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...... 1 1.2. Maksud dan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y
DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI 03-2847-2002 ps. 12.2.7.3 f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan BAB III A cv A tr b w d d b adalah luas bruto penampang beton yang
Lebih terperinciBAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03
BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan-Peraturan yang Dugunakan 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 2847 2002), 2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)
8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Elemen Struktur 3.1.1. Kuat Perlu Kuat yang diperlukan untuk beban-beban terfaktor sesuai pasal 4.2.2. dan pasal 7.4.2 SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2.
Lebih terperinciBAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR
BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk
Lebih terperinciBAB V PENULANGAN STRUKTUR
BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1. PENULANGAN PELAT 5.1.. Penulangan Pelat Lantai 1-9 Untuk mendesain penulangan pelat, terlebih dahulu perlu diketahui data pembebanan yang bekerja pada pelat. Data Pembebanan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan
58 BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR A. Spesifikasi Data Teknis Banguan 1. Denah Bangunan Gambar 5.1 Denah Struktur Bangunan lantai 1.. Lokasi Bangunan Gedung Apartemen Malioboro City Yogyakarta terletak
Lebih terperincid b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek
DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas
Lebih terperincifc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa
Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur
Lebih terperinciBAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi
BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004
PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004 Achmad Saprudin, Nurul Chayati Alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UIKA Bogor Jurusan
Lebih terperinciEvaluasi Perencanaan Struktur Dan Biaya Pembangunan Gedung A Rusun Siwalankerto Surabaya
Evaluasi Perencanaan Struktur Dan Biaya Pembangunan Gedung A Rusun Siwalankerto Surabaya 45 EVALUASI PERENCANAAN STRUKTUR DAN BIAYA PEMBANGUNAN GEDUNG A RUSUN SIWALANKERTO SURABAYA M.Ikhsan Setiawan, ST.,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO
PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : Heroni Wibowo Prasetyo NPM :
Lebih terperinciBAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap
BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG 5.1 Umum Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap tingkat dari analisis gempa dinamik dan analisis gempa statik ekuivalen, Vstatik
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Elemen Struktur 3.1.1. Kuat Perlu Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012, berikut kombinasi kuat perlu yang digunakan:
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PRISKA
Lebih terperinciBAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR
BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR 4.1. Estimasi Dimensi Estimasi dimensi komponen struktur merupakan tahap awal untuk melakukan analisis struktur dan merancang suatu bangunan gedung. Estimasi yang
Lebih terperinciD = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi
DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dan SNI 1726, berikut kombinasi kuat perlu yang digunakan:
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang digunakan dalam peranangan adalah kombinasi dari beban hidup, beban mati, dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom
A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. xxvii. A cp
A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang
Lebih terperinciL p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi
DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)
DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan
Lebih terperinciAndini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 16 STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERDASARKAN SNI 3 847 DAN SNI 847 : 13 DENGAN SNI 3 176 1 (Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom
A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas
Lebih terperincixxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y
DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² Ag = Luas bruto penampang (mm²) An = Luas bersih penampang (mm²) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm²) Al = Luas total
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan
Lebih terperinciJl. Banyumas Wonosobo
Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).
DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian
Lebih terperinciBAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR
BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR 5.1 Output Penulangan Kolom Dari Program Etabs ( gedung A ) Setelah syarat syarat dalam pemodelan struktur sudah memenuhi syarat yang di tentukan dalam peraturan SNI, maka
Lebih terperinciPerhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :
3 5 0 Perhitungan Penulangan Kolom 3 5 0 Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar : A A Direncanakan : Mutu beton fc 35 Mpa Mutu baja
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA
PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : Yusup Ruli Setiawan NPM :
Lebih terperinciPERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI
PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI A. KRITERIA DESIGN 1. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran konstruksi Gedung bangunan ruko yang terdiri dari 2 lantai. Bentuk struktur adalah persegi panjang dengan
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan
3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)
1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom
DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STRUKTUR
BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding
Lebih terperinciAnalisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS
BAB III STUDI KASUS Pada bagian ini dilakukan 2 pemodelan yakni : pemodelan struktur dan juga pemodelan beban lateral sebagai beban gempa yang bekerja. Pada dasarnya struktur yang ditinjau adalah struktur
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai
8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI YOGYAKARTA
PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : AGUSTINUS PUJI RAHARJA
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Akibat Gaya Gempa Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung tersebut atau bagian dari gedung tersebut yang menirukan pengaruh
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : DANY HERDIANA NPM : 02 02 11149 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Fakultas
Lebih terperinciBAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang
BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS 2.1 Tinjauan Umum Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang biasanya di atas permukaan tanah yang berfungsi menerima dan menyalurkan
Lebih terperinciPerhitungan Struktur Bab IV
Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Notasi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Abstraksi... BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...
Lebih terperinciDAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir
DAFTAR ISTILAH A0 = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm 2 ) A0h = Luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm 2 ) Ac = Luas inti komponen struktur
Lebih terperinciBAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR
BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR 2.1. BETON Beton merupakan campuan bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan semen dan air sebagai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Diagram Alir Perancangan Mulai Pengumpulan Data Perencanaan Awal Pelat Balok Kolom Flat Slab Ramp Perhitungan beban gempa statik ekivalen Analisa Struktur Cek T dengan
Lebih terperinciBAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Beban Gempa 3.1.1 Klasifikasi Situs Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencaaan struktur bangunan harus mengikuti peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan struktur bangunan yang aman. Pengertian beban adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Perencanaan komponen struktur harus berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan. Dalam merencanakan komponen struktur beton bertulang mengikuti ketentuan yang terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Pembebanan merupakan faktor penting dalam merancang stuktur bangunan. Oleh karena itu, dalam merancang perlu diperhatikan beban-bean yang bekerja pada struktur agar
Lebih terperinciMODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA
MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA Oleh : AULIA MAHARANI PRATIWI 3107100133 Dosen Konsultasi : Ir. KURDIAN SUPRAPTO, MS TAVIO, ST, MS, Ph D I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciYogyakarta, Juni Penyusun
KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati serta puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala kasih sayang-nya sehingga
Lebih terperinciBAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan
BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN 5.1 Perbandingan Deformasi Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur
Lebih terperinci2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstrak Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Notasi... vii Daftar Lampiran... x Kata Pengantar... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG HOTEL DAN MALL DI WILAYAH GEMPA 3
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG HOTEL DAN MALL DI WILAYAH GEMPA 3 TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : REYHANSON PANJAITAN No. Mahasiswa : 11597 / TS NPM : 03 02 11597 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)
PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik Sipil diajukan
Lebih terperinciAPLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI
Tugas 4 APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI Analisis Struktur Akibat Beban Gravitasi Dan Beban Gempa Menggunakan SAP2000 Disusun Oleh : MHD. FAISAL 09310019 Dosen Pengasuh : TRIO PAHLAWAN, ST. MT JURUSAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kombinasi Beban Terfaktor Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh bebanbeban
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM TERHADAP PERILAKU ELEMEN STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA
PENGARUH VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM TERHADAP PERILAKU ELEMEN STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA Krisnamurti, Ketut Aswatama Wiswamitra, Willy Kriswardhana Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciJURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN
JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil disusun oleh : MUHAMMAD NIM : D
Lebih terperinciBAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL
BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1 Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar
Lebih terperinciDesain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Pertemuan - 12 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK
Lebih terperinci= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton
DAI'TAH NOTASI DAFTAR NOTASI a = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen Ab = luas penampang satu bentang tulangan, mm 2 Ag Ah AI = luas penampang bruto dari beton = luas dari tulangan geser yang
Lebih terperinciMODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME
MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) SESUAI SNI 03-2847- 2002 DAN SNI 03-1726- 201X
Lebih terperinciPERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )
PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) [C]2010 : M. Noer Ilham A. DATA BAHAN STRUKTUR PLAT LENTUR DUA ARAH (TWO WAY SLAB ) Kuat tekan beton, f c ' = 20 MPa Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur, f y = 240
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada
Lebih terperinci3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i )
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Desain struktur merupakan salali satu bagian dari proses perencanan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Desain struktur merupakan salali satu bagian dari proses perencanan bangunan. Proses desain tersebut merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang memburuhkan
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : FELIX BRAM SAMORA
Lebih terperinciBAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR. 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1.
BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 4.1. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis akan merancang geung hotel 7 lantai an 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat paa gambar 4.1 : Gambar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri
Lebih terperinciPERBANDINGAN STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN STRUKTUR BAJA DARI ELEMEN BALOK KOLOM DITINJAU DARI SEGI BIAYA PADA BANGUNAN RUMAH TOKO 3 LANTAI
PERBANDINGAN STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN STRUKTUR BAJA DARI ELEMEN BALOK KOLOM DITINJAU DARI SEGI BIAYA PADA BANGUNAN RUMAH TOKO 3 LANTAI Wildiyanto NRP : 9921013 Pembimbing : Ir. Maksum Tanubrata,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. beban angin. Menurut PPI 1983, pengertian dari beban adalah: lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar dasar Pembebanan Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI) untuk gedung 1983, struktur gedung harus direncanakan terhadap beban mati, beban hidup, beban gempa dan
Lebih terperinci38 NEUTRON, VOL.9, NO.1, MARET 2009: Redesain Struktur Rumah Susun BB1 Sumur Welud Surabaya. M. Ikhsan Setiawan, ST., MT.
38 NEUTRON, VOL.9, NO.1, MARET 009: 38-66 Redesain Struktur Rumah Susun BB1 Sumur Welud Surabaya M. Ikhsan Setiawan, ST., MT. ABSTRAK Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan ulang/redesain struktur
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh: Cinthya Monalisa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yuan-Yu Hsieh, 1985 perencanaan yang lengkap dari suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pendahuluan Menurut Yuan-Yu Hsieh, 1985 perencanaan yang lengkap dari suatu struktur dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut: 1. Mengembangkan tata-susun umum. Tata susun
Lebih terperinciStruktur Balok-Rusuk (Joist) 9 BAB 3. ANALISIS DAN DESAIN Uraian Umum Tinjauan Terhadap Lentur 17
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAKSI PRAKATA DAFTAR -ISI i i i iii iv v vii DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ix DAFTAR GAMBAR xii BAB 1. TENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010
PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG LIPPO CENTER BANDUNG
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG LIPPO CENTER BANDUNG TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : KIKI NPM : 98 02 09172 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Tahun 2009 PENGESAHAN
Lebih terperinci