BAB I PENDAHULUAN. di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai Pembantu Rumah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai

Perlindungan terhadap Pembantu Rumah Tangga (PRT) Menurut Permenaker No. 2 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

PENERAPAN KONTRAK KERJA PEKERJA RUMAH TANGGA- PEMBERI KERJA PERJUANGAN KE KERJA LAYAK PEKERJA RUMAH TANGGA JALA PRT

Situasi Global dan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

Pemerintah Harus Berhenti Mengabaikan atau Menyangkal Adanya Eksploitasi

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

JAMINAN PEKERJA RUMAH TANGGA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KONSTITUSIONAL PEMBANTU RUMAH TANGGA. abstract. Kata Kunci : Pembantu Rumah Tangga, Konvensi, Legislasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penghasil devisa negara karena setiap bulan mereka mendapatkan

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA. Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu

Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan. Pekerja rumah tangga, seperti juga pekerja-pekerja lainya, berhak atas kerja layak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja rumah tangga merupakan bagian penting dalam keseharian

BAB I PENDAHULUAN. kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang

Analisa Media Edisi Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini masih menemui banyak kendala sebagai akibat dari belum terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi

Mempromosikan Kontrak Kerja Tertulis bagi Pekerja Rumah Tangga untuk Memperbaiki Kondisi Kerja

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

MENGAPA? APA? BAGAIMANA? Kontrak standar untuk pekerjaan rumah tangga

KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN PEMBANTU RUMAH TANGGA (PRT) DI JAWA TIMUR

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Disusun dam Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan dapat

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Indonesia yang sering disebut Tenaga Kerja Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kerja baik antara pelanggan/klien (customer) dengan pengusaha jasa

BAB I PENDAHULUAN. Kerja merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan untuk membiayai biaya hidup keluarga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya yang menjadi tujuan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

BAB II RUANG LINGKUP INSTANSI

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

Bab 5. KESIMPULAN dan SARAN

BAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE. CARE sebagai Non-Government Organization. Pembahasan tentang sejarah baik dari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG

2017, No Tahun 2015 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747); 3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kemen

yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Di sektor pembangunan yang

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

Kesepakatan/Perjanjian Kerja

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada tahun 2009 menerapkan kebijakan moratorium dalam rangka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Pekerja Rumah Tangga di Indonesia

Discrimination and Equality of Employment

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya. Sedangkan. ikatan yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya.

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

Versi adaptasi dari publikasi oleh Asia Pasific Forum on Women, Law and Development (APWLD)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hubungan Kerja Antara Majikan Dengan Pembantu Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

di segala bidang.banyak sektor yang dibuka untuk para pekerja, salah satunya bidang

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu rumah tangga sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai Pembantu Rumah Tangga (PRT). PRT melaksanakan tugas-tugas rumah tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak majikan dan berbagai tugas lain yang diberikan oleh majikan. Dengan perkataan lain, pekerjaan yang harus dilakukan oleh PRT sangatlah banyak dan bervariasi tergantung dari kehidupan rumah tangga majikan. 1 Sebagai imbalan atas pekerjaannya PRT menerima upah dari majikan. Besarnya upah tergantung dari perjanjian antara PRT dengan majikan yang seringkali didasarkan pada harga pasaran di suatu wilayah tertentu. Dalam beberapa kasus, upah didasarkan pula pada kondisi keuangan majikan. Di samping upah, PRT juga menerima berbagai fasilitas lain seperti kamar, sabun, sikat gigi dan pasta gigi, dan bentuk-bentuk fasilitas lain yang disediakan oleh majikan berdasarkan kesepakatan mereka. Melihat fenomena tersebut di atas, muncul pertanyaan apakah PRT termasuk pekerja yang pantas mendapat kedudukan yang sama dengan pekerja yang lain. 1 Dwi Astuti, et, Jejak Seribu Tangan, Yogyakarta: Pustaka Media, 1999, hlm. 5.

2 Sebutan dan penerimaan PRT sebagai pekerja tentunya akan memberikan status yang baru kepada PRT sebagai pekerja formal. Status baru tersebut memungkinkan PRT untuk memperjuangkan haknya secara lebih terbuka. 2 Pengalaman di beberapa negara tetangga memperlihatkan hal ini. Hongkong telah memiliki suatu ketentuan perundang-undangan yang mengakui keberadaan PRT dan memberikan perlindungan hukum sebagaimana mestinya walaupun terbatas terhadap PRT warga negara mereka sendiri. Memang harus diakui bahwa sampai saat ini keberadaan PRT sebagai pembantu tidak diterima oleh semua pihak. PRT tidak diakui sebagai tenaga kerja yang sama dengan tenaga kerja lainnya seperti pekerja pabrik, perusahaan, dll. Bahkan harus diakui bahwa dewasa ini sebutan sebagai pekerja pun belum diterima oleh masyarakat. Pada umumnya masyarakat lebih menerima untuk menyebut PRT sebagai pembantu. Oleh karena itu, PRT dimasukkan dalam lingkup pekerjaan sektor informal. Dengan memasukkan PRT dalam lingkup sektor informal, perjuangan untuk mendapatkan hak-hak pekerja terbatas. Hal ini karena persoalan-persoalan PRT tidak tercakup dalam ketentuan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan yang berlaku. PRT tidak mendapatkan perlindungan hukum yang menjamin pekerjaan mereka sama seperti rekan-rekan mereka yang bekerja di pabrik, perusahaan, dll. Penyebutan PRT sebagai pembantu sebenarnya sudah tercakup dalam pengertian buruh atau pekerja yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. 2 Syarief Darmoyo & Rianto Adi, Trafiking Anak untuk Pekerja Rumah Tangga, Kasus Jakarta, Jakarta: PKPM Unika Atma Jaya, 2000, hlm. 6.

3 UU No 13 Tahun 2003 mendefinisikan pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Berdasarkan pengertian tersebut nampak bahwa seharusnya PRT termasuk dalam pekerja sektor formal yang dilindungi oleh ketentuan undang-undang. Akan tetapi, pandangan tentang PRT sebagai bukan pekerja formal sudah tertanam dalam pandangan masyarakat. Di samping itu, tidak disebutnya secara langsung istilah PRT sebagai pekerja dalam ketentuan undang-undang telah memperkuat pandangan masyarakat dan selanjutnya dalam praktek PRT tetap tidak dimasukkan dalam lingkup hukum perburuhan. Kelemahan atau kekurangan acuan yuridis ini memberikan dampak bahwa PRT kurang mendapatkan perlindungan hukum. Seperti telah dilihat di atas, pengakuan PRT sebagai pembantu yang sama derajatnya dengan sektor formal pun masih kurang. Pengakuan keberadaan PRT sebagai pekerja merupakan langkah awal untuk mendapatkan pengakuan secara sosial dan secara hukum. 3 Adanya pengakuan secara sosial dan hukum tentunya akan memudahkan dalam membuat peraturan perundang-undangan yang secara langsung memberikan perlindungan kepada para PRT. Maka, acuan yuridis pun menjadi jelas bagi PRT dan pengguna jasa PRT serta masyarakat. Keberadaan peraturan perundang-undangan sangat penting untuk memberikan jaminan kepastian hukum kepada para PRT dalam memperoleh hak-hak mereka dan melaksanakan kewajiban mereka. Tentunya hal ini berlaku juga bagi para pengguna jasa yang mempekerjakan PRT. Kedua belah pihak dapat terhindar dari 3 Komnas Perempuan & Solidaritas Perempuan/CARAM, Buruh Migran Pekerja Rumah Tangga Indonesia (TKW-PRT), Kerentanan dan Inisiatif-inisiatif baru untuk Perlindungan Hak Asasi TKW-PRT dalam Laporan Indonesia kepada Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Migran, Jakarta: 2003.

4 penyalahgunaan kekuasaan dalam hubungan kerja di antara PRT dan pengguna jasanya. Lembaga Advokasi Perempuan Damar Lampung menyebutkan hasil riset Damar terhadap 217 orang PRT pada tahun 2010 di lima kecamatan di Kota Bandar Lampung, terdata 44 persen majikan mempekerjakan anak usia di bawah 15 tahun dan 56 persen berusia antara 15-18 tahun. Sementara hasil survei yang dilakukan terhadap 540 responden menyebutkan bahwa rata-rata para majikan menggaji PRT berkisar antara Rp450 ribu sampai Rp750 ribu per bulan untuk PRT yang tinggal di rumah majikannya. Sedangkan PRT yang pulang rata-rata dibayar sekitar Rp175 ribu sampai Rp350 ribu/bulan. Rata-rata para majikan juga memberi fasilitas harian dari kebutuhan mandi juga pulsa telepon. Survei juga menyebutkan bahwa usia PRT berkisar antara 17-52 tahun. 4 Konvensi ILO No. 189 tentang Kerja Layak Pembantu Rumah Tangga mendorong Indonesia membuat draft Rancangan Undang-Undang PRT yang dapat menjadi dasar hukum pengaturan PRT. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Layanan Kerja tahun 1948 (Konvensi ILO No. 88). Rekomendasi layanan kerja ILO tahun 1948 (Rekomendasi ILO No. 83), yang memberikan pedoman tentang pelaksanan konvensi tersebut menyatakan bahwa pemerintah harus membentuk kantor penempatan kerja khusus untuk kategori-kategori pekerjaan di mana faktor-faktor khusus membenarkan pemeliharaan kantor secara terpisah tersebut. Mengingat besarnya jumlah PRT di Indonesia, dan pentingnya mereka dalam memungkinkan keluarga-keluarga kelas menengah keatas untuk terlibat di dalam pekerjaan yang lebih menguntungkan, terdapat suatu kasus yang harus dibuat bahwa ada faktor-faktor khusus untuk 4 Lampost, selasa, 18 Juni 2013, hlm. 8.

5 membenarkan pemeliharaan kantor penempatan kerjasecara terpisah bagi PRT. Kantor tersebut harus menjamin bahwa para PRT tidak ditempatkan di dalam pekerjaan di mana upah atau kondisi pekerjaannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh undang-undang atau praktik yang berlaku. Rekomendasi ILO tentang Perumahan bagi Pekerja tahun 1961 (Rekomendasi ILO No. 115) menyarankan agar semua anggota ILO menjamin, di dalam kerangka kebijakan sosial dan ekonomi umum mereka, dan dengan cara sedemikian rupa sehingga sesuai berdasarkan kondisi-kondisi nasional, agar akomodasi perumahan yang layak dan memadai serta lingkungan hidup yang sesuai disediakan bagi semua pekerja dan keluarganya. Karena berlaku bagi semua pekerja, para PRT jelas-jelas termasuk. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Pembantu Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung.

6 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumya maka yang menjadi fokus permasalahan adalah: 1. Bagaimana pola hubungan hukum Pembantu Rumah Tangga dengan majikan? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap Pembantu Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung? 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup dari permasalahan ini adalah : Peran Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Pembatu Rumah Tangga. Sedangkan objek penelitian hukum dilakukan di Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar lampung. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain : a. Untuk mengetahui pola hubungan hukum Pembantu Rumah Tangga dengan majikan b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Pembantu Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung 2. Manfaat Penulisan Setiap penelitian pasti mendatangkan manfaat sebagai tindak lanjut dari apa yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Penulis mengharapkan dengan adanya penelitian ini membawa manfaat positif bagi penulis atau

7 pembaca secara langsung maupun secara tidak langsung. Penelitian ini juga sangat berpengaruh bagi perkembangan individu atau objek dari penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini merupakan hasil dari studi ilmiah yang dapat memberikan masukan pemikiran dan ilmu pengetahuan baru terhadap ilmu hukum pada umumnya dan ilmu Hukum Ketenagakerjaan pada khususnya. b. Manfaat Praktis Sebagai suatu informasi dan referensi bagi mahasiswa fakultas hukum serta dapat membantu instansi terkait dalam mengevaluasi kinerjanya