SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia

LUKISAN CADAS: SIMBOLIS ORANG MALUKU. Rock Painting: The Symbolic of People in The Moluccas

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM

KAJIAN AWAL TENTANG LUKISAN DINDING GUA DI LIANG BANGKAI, KALIMANTAN SELATAN

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

PERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI)

KAJIAN ARKEOLOGI KEWILAYAHAN PAPUA: HASIL-HASIL, STRATEGI DAN PROSPEK

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

LUKISAN DINDING GUA PRASEJARAH DI PERBATASAN INDONESIA PAPUA NUGIN

KELOMPOK Artha Vindy Febryan Pramesthi [04] 2. Awang Zaki R. [05] 3. Gati Argo W. [07] 4. Ngesty Finesatiti [19] 5. Nisa Nur 'Aini A.

MEGALITIK DAN CERITA RAKYAT SUKU BAHAM DI GUA SOSOSRAWERU FAK-FAK (Megalithic and Folklore of Baham Tribe in the Sosoraweru Cave Fak-Fak)

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

PRASEJARAH INDONESIA

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT

GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN

LAPORAN PENGAMATAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN

Coon: Paleomongolid (kecoklatan) = Mongolid asli (kuning) + Weddid (hitam) Howells: keturunan 3 ras = hitam, kuning dan putih.

BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

Pengelolaan Tinggalan Arkeologi di Provinsi Papua Rini Maryone, Balai Arkeologi Jayapura

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

Kajian Awal Fungsi Gua dan Wilayah Sebaran Situs Gua Di Maluku dan Maluku Utara. Syahruddin Mansyur*

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Situs Megalitik Tutari Zubair Mas'ud, Balai Arkeologi Jayapura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. Seni cadas adalah gambar yang terdapat pada dinding gua atau ceruk, tebing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

FUNGSI MAKNA DAN SIMBOL PADA KARWAR (Function and Meaning of Karwar Symbol)

BAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin

Teknik Menggerakkan Perahu yang terekam dalam Seni Cadas sebagai Kekayaan Seni dan Maritim di Indonesia. Adhi Agus Oktaviana

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010).

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

PENGUBURAN MASA LALU PADA MASYARAKAT SUPIORI DI KABUPATEN SUPIORI

KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE

TIPOLOGI MOTIF CAP TANGAN PRASEJARAH DI LEANG UHALLIE, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN

Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak Bau Mene, Balai Arkeologi Jayapura

SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH, PROVINSI SUMATERA SELATAN

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

SISTEM PENGUBURAN PADA SITUS WARLOKA, MANGGARAI BARAT, FLORES (Burial System on Warloka Site, West Manggarai, Flores)

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG

Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi Daerah (Sumatera)

JEJAK JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA DI SUMATERA SELATAN

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

PERTEMUAN MINGGU KE 5

FUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM

MIGRASI ORANG BIAK KE PULAU BATANTA KAMPUNG AREFI KABUPATEN RAJA AMPAT

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )

STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI

KONDISI GEOGRAFIS CHINA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

Transkripsi:

SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Rock art in East Biak is an interesting subject to be examined. Its carved technique and motifs offer many important informations about cultural activities in the past, including the arts benefi ts toward the society. This research will explore fi ndings of rock art in East Biak in order to giving meanings or thorough description about the people and their culture in Biak. At least, there are fi ve main motifs or objects which can be explored and revealed through the study: human, animal, vegetation, material culture and abstract or unidentifi ed object. In addition to the understanding of rock art, the art can also contribute in learning human migration from Southeast Asia islands to Pacifi c region in the past since the art found widely in both area. Keywords: Rock art, carved technique, meanings, migration, East Biak Pendahuluan Seni cadas 1 merupakan salah satu bentuk tinggalan budaya dari masa prasejarah yang sangat penting untuk mengungkapkan pengetahuan dan perilaku para pembuatnya. Keberadaannya sebagai bukti pencapaian citarasa seni manusia di masa itu. Seni cadas mempunyai sebaran yang mencakup hampir seluruh pelosok dunia dan sudah ada sejak 50.000 tahun yang lalu ditemukan di Eropa, dan lainnya ditemukan di Afrika, Asia daratan dan kepulauan, Australia, Pasifik hingga ke Amerika (Tanudirdjo, 2008). Menurut Heekern, tinggalan seni cadas di Indonesia sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu bertepatan dengan berakhirnya masa mesolitik dan dimulainya masa neolitik 1 Seni cadas atau rock art adalah suatu hasil karya seni manusia masa lampau yang diterakan pada permukaan batu-batu besar serta pada dinding batu dalam bentuk gua, ceruk dan tebing.karya seni ini pada umumnya dinyatakan dalam tiga macam teknik penggambaran, yaitu lukisan (painting) dengan menggunakan b ahan-bahan warna tertentu, goresan (engraving) dan pahatan (cerving) (Lihat Bagyo Prasetyo, dkk, dalam Religi Pada Masyarakat Prasejarah di Indonesia. Jakarta 2004, halaman 22. Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 65

(Soekmono, 1973; Djami, 2008). Temuan seni cadas di Indonesia terdapat di beberapa wilayah misalnya di Kalimantan Timur (di situs Gua Tewet), Sulawesi Selatan ( Situs Sumpang Bita, Pangkep, dan Maros), Pulau Muna, Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Flores (Lomblem), Pulau Timor, Pulau Kei, dan di Papua (Kokas, Kaimana, Sentani, Jayawijaya) (Arifin dan Delanghe, 2004). Temuan seni cadas di wilayah-wilayah tersebut berupa gambar-gambar cap tangan, manusia, hewan, tumbuhan, antropomorfik, benda budaya dan benda-benda alam lainnya, yang torehkan pada dinding-dinding gua, dinding ceruk dan tebing karang dengan menggunakan zat berwarna merah, kuning, coklat, putih, dan hitam, yang dibuat dengan teknik lukis, garis, cap, percik, sembur, dan tabur serta ada juga yang dibuat dengan teknik gores tanpa zat pewarna dengan menggunakan benda keras seperti yang terdapat di situs Megalitik Tutari (Prasetyo, 2001; Arifin dan Delanghe, 2004). Di samping itu ada yang dibuat dengan teknik pahat seperti temuan seni cadas di wilayah Biak Timur- Papua (Rudatin, 1997; Djami, 2008). Keberadaan seni cadas di wilayah Biak Timur tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih jauh, selain karena teknik pembuatannya yang dibuat dengan cara dipahat, juga karena motif-motifnya dapat memberi banyak informasi penting tentang suatu perilaku budaya masa lampau, apakah itu berkaitan dengan siapa manusia pendukungnya, motivasi budaya pembuatnya, dan sejauhmana manfaatnya. Sehingga nantinya diperoleh suatu gambaran menyeluruh tentang manusia pendukung budaya tersebut. Kerangka Pikir Mencermati keberadaan seni cadas di wilayah Indonesia, telah memberikan suatu gambaran tentang persebaran budaya tersebut yang meliputi daerah Sulawesi Selatan, Pulau Muna, Pulau Seram, Kei Kecil, Pulau Flores (Lomblem), Timor Timur dan Papua serta Kalimantan Timur dan Barat. Ditinjau berdasarkan motif maupun kronologinya tersirat suatu hubungan yang menggambarkan adanya suatu proses migrasi. Berdasarkan hasil penelitian seni cadas pada gua-gua di Kalimantan Timur dan Barat, yang dihubungkan dengan lukisan cadas di kawasan Timur dan Asia Tenggara (Serawak, Thailand, dan Filipina). Bagyo Prasetyo dalam hipotesisnya mengatakan adanya jalur persebaran budaya lukisan cadas dari Asia Tenggara, Indonesia, dan Australia (Nurani, 2000). 66 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

Hipotesis tersebut mengasumsikan ada dua arus sebaran seni cadas yaitu dari jalur barat yang ditujukan oleh temuan seni cadas dari Kalimantan Barat dan Timur yang sejalur dengan lukisan cadas dari Thailand Selatan dan Serawak, yang selanjutnya menyebrang ke arah Sulawesi Tenggaraa dan terpecah menjadi 2, ada yang ke timur menuju kepulauan Maluku terus ke Papua dan ke selatan menuju Flores (Lomblen) terus ke Timor Timur. Dan dari jalur utara dihubungkan dengan temuan seni cadas di Sulawesi Selatan dan Filipina (Nurani, 2000). Pendapat tersebut berbeda dengan asumsi Koentjaraningrat (1995) yang mengatakan bahwa kesamaan seni cadas di bagian barat Papua dengan di Flores dan Timor Timur mendapat pengaruh dari penduduk Papua yang ke arah barat, hal ini ditunjang oleh persebaran orang Austro-Melanesoid dari Papua ke kepulauan di sebelah barat daya (Nurani, 2000). Ras Austro-Melanesoid atau ras Paleo-Melanesoid merupakan nenek moyang orang Australia, Papua dan Melanesia yang pada zaman es terakhir sekitar 800.000 tahun yang lalu terpisah oleh adanya kenaikan muka air laut sehingga beberapa wilayah yang tadinya menyatu dengan Australia seperti Papua dan beberapa daerah lainnya mengalami pemisahan, dan ini berdampak juga pada perkembangan ras, yaitu ciri fisik peduduk Australia berkembangan menjadi ciri fisik Australoid sekarang dan ciri fisik penduduk asli Papua dan Melanesia berkembang menjadi ras Melanesoid sekarang (Sutaarga dan Koentjaraningrat, 1994). Dalam perkembangannya, penduduk Papua juga mengalami percampuran dengan pendatang dari Asia Timur di zaman purba, yaitu orang-orang Asia yang tiba dalam zaman yang lebih muda (Teuku Jacob, 1967 dalam Sutaarga dan Koentjaraningrat, 1994). Pandangan ini didukung pula oleh pernyataan Coon (1962, 1966), bahwa wilayah Indonesia dan wilayah Asia Tenggara daratan di dekatnya merupakan tanah air orang Australoid, yang kemudian dilanda serbuan atau ekspansi Mongoloid ke selatan sekurangkurangnya sejak zaman neolitik dan memuncak pada masa sejarah selama 2000 tahun yang lalu (Bellwood, 2000). Seiring dengan kedatangan orang-orag Asia ke wilayah Papua yang tiba pada zaman yang lebih kemudian telah membawa perubahan dan menambah bentuk keragaman budaya Papua, seperti keberadaan seni cadas di wilayah ini yang menurut Chris Ballard sebagai tradisi budaya yang dibawa oleh para penutur Austronesia sekitar 4000 tahun yang Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 67

lalu, hal ini ditinjau berdasarkan pada sebaran, hubungan antarmotif, lokasi, dan konteks linguistik pada seni cadas di Melanesia Barat termasuk Papua dan Maluku (Tanudirdjo, 1996 dalam Hartatik, 1999). Gambaran ini menunjukkan bahwa seni cadas tersebut dibuat pada berakhirnya masa mesolitik dan dimulainya awal neolitik (soekmono, 1973). Namun demikian, temuan seni cadas pada bongkah-bongkah batu yang dikerjakan dengan teknik gores di Bukit Tutari - Sentani, digolongkan kedalam kelompok tradisi budaya megalitik karena di situs ini juga terdapat beberapa materi budaya megalitik seperti menhir, jajaran batu dan batu temugelang (Prasetyo dkk, 1994). Tetapi jika kita mengacu pada teori Riesenfelt yang mengatakan bahwa wilayah Papua telah mendapat pengaruh megalitik dari Asia Tenggara melalui dua jurusan yaitu pengaruh pertama datang dari barat melalui Indonesia sebelah selatan lewat kepulauan Maluku menuju bagian barat Irian Jaya, dan pengaruh kedua menyebar ke Mikronesia sebelum membelok ke arah barat menuju daerah Sepik di PNG melalui Filipina, Sulawesi Utara, dan Halmahera. Arus dari arah Barat mempengaruhi daerah pantai selatan, barat dan utara Irian Jaya hingga ke Mamberamo, sedangkan arus dari Mikronesia mempengaruhi seluruh Irian Jaya dengan batas di sebelah barat di daerah Sentani, karena disana terdapat beberapa arus Utara seperti pemahatan batu, adat mas kawin, dan atap rumah lengkung. Menurut para ahli pembawa dan penyebar kebudayaan megalitik ini adalah orang Melanesia asli atau Melanesia primitif atau proto Polinesia karena gaya kebudayaan ini menyebar dari Mikronesia ke arah Polinesia (Soejono, 1994). Sehubungan dengan berbagai pendapat tentang seni cadas tersebut di atas, bagaimana dengan keberadaan seni cadas di wilayah Biak Timur yang dibuat dengan teknik pahat? Untuk mengetahuinya maka arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari sisa hasil aktivitas manusia, manusia itu sendiri dan lingkungannya (Whiten and Hunter, 1990), mencoba untuk mengungkapkan tentang seni cadas di wilayah tersebut, setidaknya ada lima aspek utama yang dapat digali dan diungkap melalui kajian seni cadas yaitu aspek keruangan, berkaitan dengan keletakan atau sebaran seni cadas pada situs, ciri sifat situsnya, konteks ekologi situs baik secara lokal maupun regional; aspek kronologi, berkaitan dengan pertanggalan seni cadas, baik mutlak maupun relatif berdasarkan identifikasi benda-benda yang digambarkan maupun asosiasi dengan hasil ekskavasi; aspek sintaktik, berkaitan dengan seni cadas itu sendiri yang meliputi ciri teknis, motif, gaya, cara penggambaran, dan tata letak; aspek semantik, melibatkan hubungan antara tanda dengan 68 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

apa yang ditandai dengan tujuan memberi penjelasan tentang arti dan gagasan yang ingin disampaikan pembuatnya; aspek pragmatik, menyangkut hubungan antara tanda atau lambang dengan orang yang menggunakannya dalam arti mengungkapkan tujuan atau fungsi seni cadas dengan menjelaskan perannya, mengapa dibuat, dan motivasi budaya yang melatarbelakanginya (Tanudirdjo, 2008). Temuan Seni Cadas di Wilayah Biak Mengacu pada hasil-hasil penelitian arkeologi di wilayah Biak Timur - Kabupaten Biak Numfor, terdapat beberapa situs yang mengandung seni cadas.situs-situs tersebut berupa gua-gua alam yang pada permukaan dinding-dindingnya terdapat lukisan yang dibuat dengan teknik pahat.seni cadas tersebut merupakan suatu gambaran tentang perilaku manusia masa lampau. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Situs Gua Wow Sikiki Temuan seni cadas di situs Gua Wou Sikiki berupa pahatan-pahatan gambar pada dinding gua maupun pada bongkah batu besar yang terletak di mulut gua.adapun yang menjadi motif gambarnya adalah berupa motif patung arwah (amfi anir karwar) dan manusia ngangkang (Rudatin, 1997). 2. Situs Gua Abib Temuan seni cadas di situs Gua Abib berupa pahatan-pahatan gambar padadinding-dinding dalam gua, langit-langit gua maupun pada dinding luar gua. Adapun yang menjadi motif gambarnya berupa manusia ngangkang, manusia sedang menari, perempuan yang sedang duduk, seorang wanita dan bayi yang tidur terlentang, manusia yang memiliki sayap, manusia dalam perahu, tanaman, ular, buaya/kadal, dan wadah, 3. Situs Gua Kufrai Temuan seni cadas di situs Gua Kufraiberupa pahatan-pahatan gambar padadinding-dinding dalam gua. Adapun yang menjadi motif gambarnya berupa manusia ngangkang, manusia bersusun, manusia duduk, manusia dalam keadaan berdiri dengan menonjolkan bagian kelaminnya, tengkorak manusia, ular dan wadah, Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 69

4. Situs Gua Yenukem Temuan seni cadas di situs Gua Yenukem berupa pahatan-pahatan gambar pada dinding-dinding dalam gua dan pada bongkah batu besar yang terletak di mulut gua.adapun yang menjadi motif gambarnya berupa manusia ngangkang, manusia menari, manusia tidur, patung arwah (amfi anir karwar), kepala manusia, wadah dan abstrak (Djami, 2009). Berdasarkan hasil pengamatan motif seni cadas pada situs-situs tersebut, terdapat beberapa objek gambar yang dapat dikelompokkan menjadi kelompok manusia, fauna, flora, benda budaya, dan benda abstrak lainnya. Adapun tampilan objek-objek gambar tersebut cukup bervariasi yaitu ditampilkan secara berkelompok maupun individu pada permukaan dinding gua maupun pada bongkah batu besar, dengan tata letak dan ukuran dari setiap objek cukup bervariasi yaitu ada yang ditempatkan di bagian bawah dinding dalam gua, bagian tengah dinding dalam gua, pada langit-langit gua, bagian luar dinding, dan bahkan pada bongkah batupun ada yang di atas, di bawah dan memenuhi seluruh permukaan batu dengan ukuran gambar ada yang kecil, sedang, dan besar. Temuan seni cadas pada gua-gua alam di wilayah Biak Timur berbeda dengan temuan jenis cadas yang berada di wilayah Papua lainnya maupun di beberapa daerah di Indonesia. Kalau umumnya seni cadas yang ditemukan berupa lukisan-lukisan pada cadas yang dibuat dengan teknik gores, gambar, dan sembur atau percik dengan menggunakan zat berwarna merah, putih, kuning, coklat dan hitam, tetapi di wilayah Biak seni cadas yang ditemukan berupa gambar timbul atau relief yang dibuat dengan teknik pahat. Jika dilihat dari bentuknya, pembuatan seni cadas dengan teknik pahat ini tentunya didukung oleh peralatan yang lebih maju dan lebih tajam seperti pahat batu atau benda sejenisnya sehingga dapat menghasilkan suatu bentuk relief gambar timbul yang indah, dan dalam proses pembuatannyapun tentunya perlu suatu perencanaan berkaitan dengan peletakan gambar pada media berupa dinding gua atau bongkah batu sesuai dengan konsep cerita yang akan ditampilkan dan juga disesuaikan dengan berapa jumlah objek dan objek apa yang akan dipahat pada bagian-bagian permukaan dinding yang ada. Sebelum dipahat, terlebih dahulu dibuatkan garisan motif pada permukaan dinding gua maupun pada permukaan bongkah batu yang akan dipahat, setelah itu baru dilakukan pemahatan hingga menghasilkan bentuk relief gambar yang diinginkan dan dilakukan penghalusan pada motif gambar. Sedangkan dari hasil pengamatan pada kedaan situs dan lingkungan sekitarnya serta tata letak situs-situs yang berada pada satu wilayah ini, memberikan 70 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

gambaran bahwa pendukung budaya seni cadas merupakan suatu kelompok orang yang sama, hal ini didukung juga oleh teknik pembuatan dan motif-motif yang ditampilkan. Di lain pihak, jika seni cadas di wilayah Biak Timur dihubungkan atau dibandingkan dengan seni cadas yang dibuat dengan menggunakan zat pewarna yang berada di daerah lainnya di Papua yaitu menunjukkan bahwa budaya ini berasal dari periode yang berbeda, yaitu seni cadas yang dibuat dengan teknik pahat ini diperkirakan berasal dari masa yang lebih muda yaitu pada masa megalitik 2 yang masuk ke wilayah Papua melalui jalur Utara (Teori Resienfelt). Dugaan ini juga didukung oleh keberadaan salah satu motif khusus yaitu motif patung arwah (amfi anir karwar) sebagai salah satu simbol religi. Di samping itu juga, didukung pula oleh posisi wilayah Biak yang strategis di bagian utara Pulau Papua, tepatnya di kawasan Teluk Cenderawasih yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik, sehingga menjadikan wilayah ini sebagai salah satu jalur pelayaran penting yang sudah terjadi sejak zaman prasejarah. Makna Seni Cadas bagi Manusia Pendukungnya Seni cadas merupakan salah satu bentuk data arkeologi yang amat penting untuk mengungkapkan kehidupan manusia masa lampau, khususnya dari masa prasejarah. Tinggalan budaya tersebut dianggap mengandung banyak informasi tentang cara hidup manusia dan sebagai bukti pencapaian cita rasa seni manusia di masa lampau (Tanudirdjo, 2008). Dengan demikian temuan seni cadas di wilayah Biak Timur adalah sebagai suatu gambaran tentang khasanah pengetahuan seniman yang dipahatkan pada dinding-dinding gua dan pada bongkahan batu sebagai media untuk menuangkan atau mengekspresikan perasaannya tentang apa yang dilihat, dirasakan, dialami, maupun hanya sebagai imajinasi yang berkaitan dengan perilaku manusia dan segala sesuatu yang terlibat di dalamnya. Hal ini tercermin pada motif-motif yang ditampilkan yang mengandung berbagai informasi tentang nilai-nilai budaya masyarakat di masa itu. Untuk mengetahui tentang bentuk seni cadas di wilayah Biak Timur, digunakan berbagai pendekatan diantaranya: Pendekatan model normal yaitu dengan menafsirkan 2 Diperkirakan dari masa megalitik atau pengaruh budaya megalitikkarena adanya pemanfaatan batu besar sebagai objek yang dipahat, dan didukung oleh teknologi peralatan yang lebih maju sehingga menghasilkan bentuk pahatan yang halus dan indah serta motif yang dipahat berkaitan dengan suatu aktivitas sosial-religi) Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 71

arti dan fungsinya yang dilakukan dengan cara menduga-duga bentuk yang ada dengan kemiripan-kemiripan bentuk yang dipersepsikan peneliti; Pendekatan arkeologi murni (pure archaeological approach) yaitu bahwa seni cadas diperlakukan sebagai artefak masa prasejarah yang terlepas dari konteks sistemnya; dan pendekatan semiotika yaitu memaknai lukisan (simbol atau lambang) dengan menghubungkan antara satu dan lainnya dalam suatu pola tertentu, sehingga pola itulah yang sebenarnya memberikan makna, dan pendekatan etnoarkeologi sebagai upaya memberikan penjelasan terhadap seni cadas dengan menarik analogi dengan data etnografi ataupun etnohistori (Clegg, 1985; Washburn, 1983; Llamazares, 1989; dalam Tanudirjo, 2008). Pada dasarnya lukisan-lukisan pada batu, dinding gua dan karang menggambarkan kehidupan sosial-ekonomis dan religi masyarakat pada dewasa itu (Clark 1960 dalam Prasetyo dkk, 2004). Dengan demikian, dalam mengartikan atau memaknai seni cadas dengan teknik pahat, terlebih dahulu perlu dilakukan penafsiran motif-motif apa yang menjadi obyek gambar, gaya, cara penggambaran, tata letak, pengelompokan, komposisi, struktur, dan tema berulang. Untuk itu temuan seni cadas di wilayah Biak Timur diperoleh beragam bentuk motif-motif lukisan dan dapat diklasifikasi ke dalam 5 (lima) kelompok, yaitu: (1) kelompok manusia berupa gambar manusia di dalam perahu yang sedang mendayung, gambar manusia bersayap yang sedang terbang, gambar manusia yang sedang menari, manusia sedang tidur, manusia ngangkang, seorang wanita dan bayi yang terlentang, wanita yang sedang duduk, seorang laki-laki dengan organ kemaluan yang ditonjolkan dan juga terdapat beberapa gambar manusia yang hanya sebagian organ saja seperti gambar kepala manusia dan tengkorak manusia; (2). Kelompok fauna berupa kadal/buaya dan ular; (3). Kelompok flora berupa tumbuhan; (4). Kelompok benda budaya berupa perahu, patung karwar dan wadah; dan (5). Kelompok abstrak yaitu untuk lukisan yang tidak berbentuk atau belum teridentifikasi. Lukisan-lukisan tersebut merupakan pancaran dari sikap hidup manusia mencakup pula nilai-nilai estetika dan magis yang bertalian dengan totem dan upacara-upacara ritual (Prasetyo dkk, 2004) serta cara hidup sehari-hari. Seperti lukisan dengan motif manusia tidak terlepas dari pola perilaku penghasil budaya itu sendiri, baik itu berkaitan dengan gambaran kehidupan sosial ekonomi maupun kehidupan religinya. Motif fauna yang dipahatkan berupa kadal dan ular memberi gambaran tentang fauna yang dilihat dan hidup di lingkungan sekitar pelukis, tetapi binatang-binatang tersebut juga memiliki makna simbolis yang sarat pesan seperti kadal dan ular yang cenderung menggambarkan 72 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

segi religius, yang mana kedua binatang tersebut selalu dikaitkan dengan keberadaan nenek moyang atau bahkan sebagai representasi dari roh nenek moyang maupun juga sebagai binatang mitologi,dan gambaran binatang tersebut juga sebagai tanda peringatan atau binatang yang membahayakan. Motif flora berupa tumbuhan yang menggambarkan suatu jenis tanaman yang dibudidayakan dan dikonsumsi atau sebagai tanaman obat-obatan. Motif hasil budaya berupa perahu, patung karwar, dan wadah. Motif-motif tersebut dapat memberikan gambaran mengenai perilaku manusia masa itu, ditinjau dari fungsi peralatan tersebut dapat bersifat sosial, ekonomis maupun religi. Misalnya motif perahu sebagai alat transportasi yang dapat menggabarkan suatu proses pelayaran, baik itu untuk mencari ikan atau gambaran tentang suatu perjalanan migrasi masyarakat pendukungnya hingga tiba di tempat tersebut, atau juga sebagai tanda atau lambang kehadiran nenek moyang. Motif patung karwar berkaitan dengan kegiatan religi dan motif wadah sebagai alat kebutuhan sehari-hari dan bisa berfungsi sosial, ekonomis maupun religi. Sedangkan motif lainnya adalah berupa benda-benda abstrak yang belum teridentifikasi, namun keberadaan benda-benda tersebut memiliki arti penting bagi masyarakat pendukungnya. Keberadaan seni cadas jika dikaitkan antarmotif yang ada akan menggambarkan suatu peristiwa budaya, seperti keberadaan manusia dalam perahu di Gua Abib menunjukkan suatu kegiatan pelayaran yang terjadi pada masa itu. Di samping itu, motif manusia dalam berbagai posisi, keberadaan kadal, ular dan tumbuhan juga menggambarkan suatu aktivitas tentang kehidupan manusia setelah kegiatan pelayaran baik itu berkaitan dengan aktivitas sehari-hari maupun yang berkaitan dengan kegiatan religi. Di samping itu, lukisan manusia yang sedang menari dan gambar manusia dalam berbagai posisi serta gambar patung karwar (amfi anir karwar) di Gua Yenukem menunjukkan suatu pola kehidupan sosial religi masyarakat saat itu dalam suatu upacara inisiasi. Sedangkan gambaran lainnya seperti keberadaan tengkorak, manusia, wadah dan ular di Gua Kufrai juga merupakan suatu gambaran kehidupan religi yang berkaitan dengan mitologi masyarakat tentang suatu prosesi inisiasi, hal ini juga ditunjang oleh gambar manusia yang lebih menonjolkan pada alat kelaminnya, dan gambar tengkorak yang mungkin sebagai sarana memohon kekuatan perlindungan dari roh nenek moyang, serta gambar patung karwar dan manusia ngangkang di Gua Wow Sikiki sebagai suatu simbol perlindungan. Berkaitan dengan patung karwar dalam kehidupan masyarakat Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 73

Biak adalah sebagai sarana untuk memanggil arwah orang mati dengan tujuan meminta perlindungan, pertolongan, kekuatan dan juga untuk lebih dekat dengan si mati, karena didasari perasaan kasih sayang dan harapan agar si mati tetap berada dekat dengan sanak familinya. Di samping itu dalam tindakan religi orang Biak seperti dalam upacara inisiasi, patung karwar sangat berperan sebagai sarana penyatuan para inisiandus dengan leluhurnya. Didasarkan pada pemaknaan seni cadas tersebut diketahui bahwa tujuan pembuatannya sebagai tanda peringatan dan juga untuk kebutuhan magis religius dalam hubungannya upacara inisiasi dan penghormatan kepada roh nenek moyang serta untuk perlindungan. Selain pemaknaan dari motif-motif seni cadas, juga melalui keberadaan seni cadas dapat membantu mengungkapkan berbagai sisi gelap migrasi manusia dari Asia Tenggara Kepulauan ke Pasifik, karena seni cadas ditemukan cukup luas di kedua wilayah tersebut. Menurut Ballard (t.t), seni cadas di Melanesia Barat adalah tradisi budaya yang dibawa oleh orang-orang penutur Austronesia (Tanudirdjo, 2008). Para penutur Austronesia tersebut datang ke wilayah New Guinea pada gelombang kedua, mereka meninggalkan Taiwan pada 5000 tahun yang lalu dan menyebar ke arah Selatan dengan menggunakan perahu sampan maupun perahu layar dalam kelompok-kelompok kecil, mulanya mereka mencapai Filipina bagian Utara dan terus ke arah Selatan. Dan dari sini mereka terbagi ke dalam dua kelompok, kelompok pertama berlayar kearah Barat Daya dan kelompok kedua berlayar kearah Tenggara hingga mencapai Halmahera dan pesisir Utara New Guinea, mereka mendiami pulau-pulau sepanjang Samudera Pasifik seperti di antaranya Yapen dan Biak, hal ini didukung oleh bukti lingustik (Muller 2008). Menurut Belwood (2000), bahasa Austronesia digunakan sejak 1500 SM dan telah berhubungan dengan bahasabahasa Papua di bagian utara. Sedangkan dari hasil penelitian Daud Aris Tanudirdjo yang menghubungkan seni cadas yang berasosiasi dengan kubur di Asia Tenggara Kepulauan dan Pasifik, telah menunjukkan kaitan yang cukup erat dengan migrasi akhir orang-orang dari Asia Tenggara (kepulauan) ke ujung Pasifik hingga Pulau Paskah. Penutup Keberadaan seni cadas di wilayah Biak Timur telah memberikan gambaran tentang pola kehidupan manusia pada masa lampau dan sebagai tanda atau simbol kebudayaan pendukungnya. Temuan seni cadas tersebut menunjukkan beragam bentuk 74 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

motif lukisan, yang jika dikaitkan antarmotifnya menggambarkan suatu peristiwa budaya seperti manusia dalam perahu yang menunjukkan kegiatan pelayaran dan beberapa bentuk motif manusia dalam berbagai posisi, serta keberadaan kadal, ular, dan tumbuhan sebagai gambaran kehidupan manusia setelah kegiatan pelayaran seperti terlihat pada seni cadas di Gua Abib. Pada bagian lain, gambar manusia menari dan gambar manusia dalam berbagai posisi serta gambar patung karwar di Gua Yenukem menunjukkan pola kehidupan sosial religi masyarakat setempat berkait upacara inisiasi. Sedangkan gambar lainnya seperti keberadaan tengkorak, manusia, wadah dan ular di gua Kufrai merupakan suatu gambaran kehidupan religi manusia di masa itu, dapat pula dikaitkan dengan mitologi masyarakat tentang prosesi inisiasi. Hal ini juga ditunjang adanya gambar manusia yang lebih menonjolkan alat kelamin serta gambar tengkorak yang merupakan sarana memohon kekuatan perlindungan dari roh nenek moyang mereka seperti gambaran patung karwar dan manusia ngangkang di situs Gua Wow Sikiki. Mengacu pada tehnik pembuatan seni cadas yang dibuat dengan cara dipahat pada dinding gua dan pada bongkah batu besar serta keberadaan objek gambarnya berupa patung karwar yang identik dengan pemujaan nenek moyang, maka budaya seni cadas di wilayah Biak Timur ini diperkirakan muncul bertepatan dengan masuknya pengaruh megalitik 2000 tahun yang lalu yang dibawa oleh para penutur Austronesia yang datang pada gelombang yang lebih muda melalui jalur utara, hal ini juga didukung oleh bukti linguistik. Daftar Pustaka Ballard, Chris, (tt). Painted rock art sites in western Melanesia: locational evidence for an Austronesiaan tradition. Naskah Makalah. Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia, edisi Revisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Clark, Graham. 1960. Archaeology and Society. London: Methuen. Clegg, J.K. 1985. Comment ( tentang artikel D. Gronfield ), Rock Art Research 2 (1), hlm.37-41. Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 75

Djami, Erlin Novita Idje. 2008, Seni Cadas di Kabupaten Kaimana, Laporan Penelitian Arkeologi No. 06. Balai Arkeologi Jayapura.. 2009, Gua-Gua Prasejarah di Desa Makmakerbo Kabupaten Biak Numfor dalam Laporan Penelitian Arkeologi No. 07. Balai Arkeologi Jayapura. Hartatik.1999, Perbandingan Motif Nekara dan Lukisan Cadas di Indonesia Timur, dalam Naditira Widya. No. 03. Balai Arkeologi Banjarmasin. Hlm. 14-24. Llamazares, A.M. 1989. A semiotic approach in rock art analysis dalam Ian Hodder (ed) The meaning of things. London: Happer Collins. Hlm 242-248. Muller, Kal. 2008. Mengenal Papua. Daisy World Books. Prasetyo, Bagyo dkk. 1994, Situs Doyo Lama Kabupaten Jayapura, Laporan Penelitian Arkeologi. Proyek Penelitian Purbakala Irian Jaya. Nopember.. 2004. Religi Pada Masyarakat Prasejarah di Indonesia Jakarta: Proyek Penelitian dan Pengembangan Arkeologi. Rudatin, Danang. 1997. Survei Prasejarah di Kabupaten Biak Numfor Propinsi Irian Jaya Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Jayapura. Soejono, RP. 1994. Prasejarah Irian Jaya, dalam Kontrjaraningrat dkk, Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk, seri Etnografi Indonesia 5. Jakarta: Penerbit Djambatan. Sutaarga, M. Amir dan Koentjaraningrat.1994, Kebinekaan Ras Penduduk Irian Jaya, dalam Koentjaraningrat dkk, Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk, seri Etnografi Indonesia 5. Jakarta: Penerbit Djambatan. Tanudirdjo, Daud A.. 2008 Problema Dan Prospek Kajian Seni Cadas Prasejarah Di Indonesia, dalam Gunadi Kasnowihadjo dan Sumijati Atmosudiro, Prasejarah Indonesia dalam Lintasan Asia Tenggara Pasifi k. Asosiasi Prehistorisi Indonesia.Hlm: 10-32. Washburn, D.K. 1983. Toward a theory of structural style in art dalam D.K. Wasburn (ed.), Structure and cognition in art, London: Cambridge University Press. Hlm. 1-7. Whitten and Hunter. 1990. Anthropology Contemporary Perspectives. USA: A Division of Scott Foresman and Company. 76 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

Gambar 1. Pahatan manusia dalam perahu yang sedang berlayar di Gua Abib (dokumentasi Balar Jayapura, 2009) Gambar 2. Pahatan bentuk Seorang perempuan dan bayi di Gua Abib (dokumentasi Balar Jayapura, 2009) Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 77

Gambar 3. Pahatan bentuk patung karwar berkepala besar, badan kecil dengan tangan melingkari kepala di Gua Yenukem (dokumentasi: Balar Jayapura, 2009) Gambar 4. Pahatan manusia dengan lebih menonjolkan alat kelaminnya di Gua Kufrai (dokumentasi Balar Jayapura, 2009) 78 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011