BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CV Cita Nasional merupakan salah satu industri yang bergerak pada olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat mudah terkontaminasi karena kandungan gizi yang kompleks membuat bakteri mampu berkembang biak dengan cepat didalamnya. Kontaminansi menyebabkan produk yang tidak aman, ketika susu sudah terkontaminasi maka sudah tidak dapat diproduksi dan tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini membuat industri merugi juga dapat mengurangi jumlah produksinya dan mengurangi kepercayaan konsumen. Bakteri tersebut bisa berasal dari lingkungan industri yang tidak sesuai dengan standar yang ada dan karyawan yang kurang higienis. Hal ini yang membuat perlunya pengawasan yang ketat pada proses produksinya, bukan hanya itu perusahaan juga harus menerapkan peraturan proses produksi pangan olahan yang baik sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada. CV Cita Nasional sendiri berpedoman pada CPMB, dan SSOP yang dibuat oleh industri sendiri dalam menjalankan proses produksinya. CPMB adalah salah satu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar bermutu, aman dan layak yang dikeluarkan oleh Peraturan Kemenkes RI NO 23/MEN.KES/SKJI/1978. SSOP adalah alat bantu dalam penerapan GMP, yang berisi tentang perencanaan tertulis untuk menjalankan 1
GMP, syarat agar penerapan GMP dapat dimonitor dan adanya tindakan koreksi jika terdapat komplain, verifikasi dan dokumentasi (FDA, 1995). CV Cita Nasional juga telah memiliki ISO 9001:2001 yang dikeluarkan oleh BISQA (Balai Industri Semarang Quality Assurance). ISO 9001:2001 mengenai Quality Management System. Menurut Saputra (2011) Quality Management System yaitu sebuah sistem manajemen strategis terpadu yang melibatkan semua staf dan menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk terus meningkatkan proses-proses di dalam organisasi demi memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan pelanggan. ISO ini menjadi salah satu jaminan mutu yang ada di CV Cita Nasional. Good Manufacturing Practices merupakan cara produksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar kualitas dan tuntutan konsumen. GMPs menjadi salah satu jaminan mutu pada perusahaan. Identifikasi CPPOB ini perlu dilakukan karena perusahaan sendiri belum menerapkannya. Perusahaan baru menerapkan Peraturan Kemenkes RI no 23/MEN.KES/SKJI/1978. CPPOB merupakan peraturan pemerintah yang baru sebagai pedoman cara produksi pangan yang baik dan benar pada industri pengolahan pangan. Identifikasi CPPOB dalam industri berupa lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, mesin dan peralatan, bahan baku, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan, pengemasann. Dengan adanya identifikasi GMP dengan berdasarkan Peraturan Mentri Perindustrian RI No:75/M-IND/PER/7/2010 industri mampu menjaga 2
kehigienisan selama proses produksi, menjaga jaminan mutu dan keamanan pangan. Pentingnya penerapan CPPOB atau GMP dikarenakan untuk mengurangi potensi bahaya dari bangunan, peralatan, karyawan maupun hal lainnya. Misalnya terjadinya pencemaran pada produk, seperti berkembang biaknya bakteri Staphylococcus aureus akibat tercemar dari karyawan, adanya serpihan plastik yang terbawa maupun kotoran lainnya yang membuat kualitas produk menurun. Berakibat pada produk yang tidak diterima oleh konsumen. Sehingga sangat penting menerapkan CPPOB untuk menghindari kehilangan dari konsumen itu sendiri, menciptakan keadaan industri yang higienis, juga memberikan dampak kerja yang nyaman dan aman. Bukan hanya itu pelaksanaan CPPOB juga telah memenuhi standar peraturan yang dibuat pemerintah untuk melindungi masyarakatnya untuk mendapatkan produk yang bermutu dan aman dikonsumsi. Adanya CCPOB juga bisa untuk memiliki sertifikat GMP menjadi salah satu syarat memiliki ISO 22000 sebagai sistem manajemen keamanan pangan. CV Cita Nasional belum memiliki sertifikat GMPs yang berpedoman pada CPPOB 2010 yang dikeluarkan oleh pemerintah perindustrian tahun 2010. Sertifikat GMPs seharusnya dimiliki oleh semua industri yang bergerak pada pengolahan pangan untuk menjamin kualitas dari produknya terhadap keamanan pangan. Sertifikat GMP dikeluarkan oleh BPOM atau lembaga independen lainnya. Dilakukan audit eksternal oleh lembaga 3
berwenang seperti Food and Drug Administration, BPOM atau badan independen yang bersangkutan, audit dilakukan setiap 3 tahun sekali untuk pembaruan. Audit internal juga perlu dilakukan oleh manajerial maupun departemen yang berwenang. 1.2 Rumusan Masalah Sanitasi dalam industri merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan untuk menunjang produk yang berkualitas baik dan higienis. Keamanan pangan telah menjadi keperluan masyarakan saat ini, maka penerapan proses produksi yang baik di industri pengolahan susu di CV Cita Nasional perlu dilakukan. Hal ini mengidentifikasi dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 75/MIND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (Good Manufacturing Practices) maka pelaksanaannya pada industri tersebut dapat dievaluasi sehingga dapat memberikan saran-saran perbaikan bila belum sesuai. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah untuk mempermudah proses penelitian ini adalah: 1. Identifikasi pelaksanaan CPPOB pada proses produksi susu di CV Cita Nasional Salatiga Jawa Tengah 2. Identifikasi dengan acuan peraturan pemerintah CPPOB 2010, lingkup evalusi dari aspek: Lokasi, bangunan, fasilitas dan sanitasi, mesin dan peralatan, bahan baku, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan, pengemasan 4
1.4 Tujuan 1. Mengidentifikasi pelaksanaan CPPOB pada industri Susu Murni Nasional di CV Cita Nasional 2. Mengidentifikasi penyebab ketidak sesuaian CPPOB pada industri susu Murni Nasional di CV Cita Nasional 1.5 Manfaat 1. Mahasiswa mengetahui pentingnya penerapan CPPOB di industri pengolahan susu. 2. Sebagai sarana memperdalam materi sanitasi khususnya mengenai CPPOB dalam industri susu. 3. Menjabarkan kondisi sanitasi yang telah ada di perusahaan dengan analisa berdasarkan ilmu yang didapat dari perkuliahan di perguruan tinggi dan dilandasi dengan pedoman yang ada. 4. Dapat meningkatkan keamanan pangan produk melalui pengidentifikasian pelaksaanaan CPPOB pada proses produksi. 5. Dapat menjaga dan meningkatkan kualitas produk 6. Dapat mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap produk. 7. Dapat diterapkan dalam proses produksi, sesuai dengan keadaan dan situasi yang ada. 5