BAB I PENDAHULUAN. olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemilihan adalah faktor keamanan pangan. Dalam dunia industri. khususnya industri pangan, kontaminasi pada makanan dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Agroindustri semakin berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dikonsumsi. Kualitas produk yang baik serta harga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saat ini hampir semua orang membutuhkan camilan atau

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STANDAR MUTU PRODUK OLAHAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI DIY

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tahun 2015 menjadi langkah utama PT. Charoen Pokphand - Food Division

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau. maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

Pelaksanaan Sistem Pengawasan Standart Mutu Pangan Kemasan Kripik Pisang Agung Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Di Kabupaten Lumajang JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

2 Mengingat : 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga. menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman dan biaya yang wajar ( Herjanto, 2008 ). dengan mutu yang berstandar maka perusahaan tersebut akan sulit untuk

SIARAN PERS PT Bio Farma (Persero) - Jl. Pasteur No.28 Bandung T ; F ; E. F. Info Imunisasi; T.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maupun komoditi yang sama. Industri pangan saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB II GAMBARAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

SKRIPSI PENYUSUNAN RENCANA HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) DI PT PANGAN RAHMAT BUANA, SENTUL - BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN. 1. A. Latar Belakang 1. B. Perumusan Masalah.. 3. C. Batasan Penelitian 4. D. Tujuan. 4. E. Manfaat...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA

Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MAKANAN ENTERAL

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian mutu industri produk berbasis makanan dan minuman perlu

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB I PENDAHULUAN. nangka muda, berwarna cokelat dan memiliki rasa manis secara dominan.

4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CV Cita Nasional merupakan salah satu industri yang bergerak pada olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat mudah terkontaminasi karena kandungan gizi yang kompleks membuat bakteri mampu berkembang biak dengan cepat didalamnya. Kontaminansi menyebabkan produk yang tidak aman, ketika susu sudah terkontaminasi maka sudah tidak dapat diproduksi dan tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini membuat industri merugi juga dapat mengurangi jumlah produksinya dan mengurangi kepercayaan konsumen. Bakteri tersebut bisa berasal dari lingkungan industri yang tidak sesuai dengan standar yang ada dan karyawan yang kurang higienis. Hal ini yang membuat perlunya pengawasan yang ketat pada proses produksinya, bukan hanya itu perusahaan juga harus menerapkan peraturan proses produksi pangan olahan yang baik sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada. CV Cita Nasional sendiri berpedoman pada CPMB, dan SSOP yang dibuat oleh industri sendiri dalam menjalankan proses produksinya. CPMB adalah salah satu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar bermutu, aman dan layak yang dikeluarkan oleh Peraturan Kemenkes RI NO 23/MEN.KES/SKJI/1978. SSOP adalah alat bantu dalam penerapan GMP, yang berisi tentang perencanaan tertulis untuk menjalankan 1

GMP, syarat agar penerapan GMP dapat dimonitor dan adanya tindakan koreksi jika terdapat komplain, verifikasi dan dokumentasi (FDA, 1995). CV Cita Nasional juga telah memiliki ISO 9001:2001 yang dikeluarkan oleh BISQA (Balai Industri Semarang Quality Assurance). ISO 9001:2001 mengenai Quality Management System. Menurut Saputra (2011) Quality Management System yaitu sebuah sistem manajemen strategis terpadu yang melibatkan semua staf dan menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk terus meningkatkan proses-proses di dalam organisasi demi memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan pelanggan. ISO ini menjadi salah satu jaminan mutu yang ada di CV Cita Nasional. Good Manufacturing Practices merupakan cara produksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar kualitas dan tuntutan konsumen. GMPs menjadi salah satu jaminan mutu pada perusahaan. Identifikasi CPPOB ini perlu dilakukan karena perusahaan sendiri belum menerapkannya. Perusahaan baru menerapkan Peraturan Kemenkes RI no 23/MEN.KES/SKJI/1978. CPPOB merupakan peraturan pemerintah yang baru sebagai pedoman cara produksi pangan yang baik dan benar pada industri pengolahan pangan. Identifikasi CPPOB dalam industri berupa lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, mesin dan peralatan, bahan baku, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan, pengemasann. Dengan adanya identifikasi GMP dengan berdasarkan Peraturan Mentri Perindustrian RI No:75/M-IND/PER/7/2010 industri mampu menjaga 2

kehigienisan selama proses produksi, menjaga jaminan mutu dan keamanan pangan. Pentingnya penerapan CPPOB atau GMP dikarenakan untuk mengurangi potensi bahaya dari bangunan, peralatan, karyawan maupun hal lainnya. Misalnya terjadinya pencemaran pada produk, seperti berkembang biaknya bakteri Staphylococcus aureus akibat tercemar dari karyawan, adanya serpihan plastik yang terbawa maupun kotoran lainnya yang membuat kualitas produk menurun. Berakibat pada produk yang tidak diterima oleh konsumen. Sehingga sangat penting menerapkan CPPOB untuk menghindari kehilangan dari konsumen itu sendiri, menciptakan keadaan industri yang higienis, juga memberikan dampak kerja yang nyaman dan aman. Bukan hanya itu pelaksanaan CPPOB juga telah memenuhi standar peraturan yang dibuat pemerintah untuk melindungi masyarakatnya untuk mendapatkan produk yang bermutu dan aman dikonsumsi. Adanya CCPOB juga bisa untuk memiliki sertifikat GMP menjadi salah satu syarat memiliki ISO 22000 sebagai sistem manajemen keamanan pangan. CV Cita Nasional belum memiliki sertifikat GMPs yang berpedoman pada CPPOB 2010 yang dikeluarkan oleh pemerintah perindustrian tahun 2010. Sertifikat GMPs seharusnya dimiliki oleh semua industri yang bergerak pada pengolahan pangan untuk menjamin kualitas dari produknya terhadap keamanan pangan. Sertifikat GMP dikeluarkan oleh BPOM atau lembaga independen lainnya. Dilakukan audit eksternal oleh lembaga 3

berwenang seperti Food and Drug Administration, BPOM atau badan independen yang bersangkutan, audit dilakukan setiap 3 tahun sekali untuk pembaruan. Audit internal juga perlu dilakukan oleh manajerial maupun departemen yang berwenang. 1.2 Rumusan Masalah Sanitasi dalam industri merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan untuk menunjang produk yang berkualitas baik dan higienis. Keamanan pangan telah menjadi keperluan masyarakan saat ini, maka penerapan proses produksi yang baik di industri pengolahan susu di CV Cita Nasional perlu dilakukan. Hal ini mengidentifikasi dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 75/MIND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (Good Manufacturing Practices) maka pelaksanaannya pada industri tersebut dapat dievaluasi sehingga dapat memberikan saran-saran perbaikan bila belum sesuai. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah untuk mempermudah proses penelitian ini adalah: 1. Identifikasi pelaksanaan CPPOB pada proses produksi susu di CV Cita Nasional Salatiga Jawa Tengah 2. Identifikasi dengan acuan peraturan pemerintah CPPOB 2010, lingkup evalusi dari aspek: Lokasi, bangunan, fasilitas dan sanitasi, mesin dan peralatan, bahan baku, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan, pengemasan 4

1.4 Tujuan 1. Mengidentifikasi pelaksanaan CPPOB pada industri Susu Murni Nasional di CV Cita Nasional 2. Mengidentifikasi penyebab ketidak sesuaian CPPOB pada industri susu Murni Nasional di CV Cita Nasional 1.5 Manfaat 1. Mahasiswa mengetahui pentingnya penerapan CPPOB di industri pengolahan susu. 2. Sebagai sarana memperdalam materi sanitasi khususnya mengenai CPPOB dalam industri susu. 3. Menjabarkan kondisi sanitasi yang telah ada di perusahaan dengan analisa berdasarkan ilmu yang didapat dari perkuliahan di perguruan tinggi dan dilandasi dengan pedoman yang ada. 4. Dapat meningkatkan keamanan pangan produk melalui pengidentifikasian pelaksaanaan CPPOB pada proses produksi. 5. Dapat menjaga dan meningkatkan kualitas produk 6. Dapat mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap produk. 7. Dapat diterapkan dalam proses produksi, sesuai dengan keadaan dan situasi yang ada. 5