Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Menurut Sangaji dan Sopiah

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

EVALUASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT INDUSTRI. ( STtTDI KASUS : KABUPATEN DT.II BANDUNG ) OLIVIA.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

Karakteristik Limbah Padat

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

5 ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAGIAN 5 PENANGANAN SAMPAH KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

PT. SUKSES SEJAHTERA ENERGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

Teknologi Pengolahan Limbah Padat. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1

STUDI PENINGKATAN PELAYANAN OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA BANDA ACEH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN

MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281.

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

1. Pendahuluan ABSTRAK:

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

BAB I PENDAHULUAN. masih dioperasikan secara open dumping, yaitu sampah yang datang hanya dibuang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

TENTANG LIMBAH PADAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas

Transkripsi:

Pengelolaan Sampah

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1) perubahan populasi, 2) perubahan per kapita

Timbulan Sampah per Kapita di Amerika Serikat (kg/orang/tahun) 2,5 2 1,5 1 0,5 0 1960 1970 1980 1990 1999 Sumber: diadaptasi dari Cheremisinoff (2003)

Peningkatan jumlah timbulan sampah pada umumnya tidak dapat diikuti oleh perkembangan penyediaan infrastruktur persampahan. Dengan alasan ini diperlukan adanya upaya pengelolaan sampah terpadu. Pengelolaan sampah terpadu dapat didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan teknik, teknologi, dan program manajemen yang sesuai untuk mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan sampah yang spesifik (Tchobanoglous, dkk, 2002).

Strategi dalam pengelolaan sampah terpadu dapat dibagi kedalam: Reduksi di sumber Daur ulang dan pengomposan Pembakaran (transfer ke energi) Landfill Penerapan strategi-strategi ini dapat bersifat interaktif dan hirarki. Interaktif berarti strategi yang ditempuh dapat merupakan kombinasi dari strategi-strategi yang ada. Hirarki berarti penerapan satu strategi hanya dapat dilakukan jika strategi lain sudah dilakukan

Menurut Damanhuri dan Padmi (2004) pengelolaan sampah terpadu bertujuan untuk meminimalkan atau mengurangi sampah yang terangkut menuju pemrosesan akhir. Pengelolaan sampah yang hanya mengandalkan proses kumpul-angkut-buang menimbulkan banyak permasalahan, seperti ketersediaan lahan untuk pembuangan akhir.

Menurut Handoko, dkk (2004) dalam Damanhuri dan Padmi (2004) terdapat tiga level aktivitas pengelolaan sampah terpadu pada suatu kota, yaitu skala individual, skala kawasan, dan skala kota. Sektor informal dalam pengelolaan sampah, seperti pemulung, bos lapak, dan bandar perlu diintegrasikan dalam sistem pengelolaan sampah kota yang berpusat pada sarana pengelolaan sampah.

Pengurangan di Sumber Pengurangan di sumber difokuskan pada upaya mengurangi volume dan atau toksisitas limbah yang dihasilkan. Upaya pengurangan di sumber termasuk juga pada upaya beralih kepada produk atau kemasan yang dapat digunakan kembali (reuse).

Daur Ulang dan Pengomposan Daur ulang adalah penggunaan sampah kembali setelah melalui sutu proses, sebagai contoh limbah kertas yang dapat diolah menjadi kertas daur ulang. Menurut Vesilind dan Rimer (1981), proses daur ulang membutuhkan rekayasa dalam bentuk: Pemisahan dan pengelompokan, yang bertujuan untuk mendapatkan limbah sejenis. Proses ini dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin Pemurnian, yang bertujuan mendapatkan bahan semurni mungkin Pencampuran, yang bertujuan untuk mendapatkan bahan yang lebih bermanfaat Pengolahan, yang bertujuan untuk mendapatkan bahan yang lebih bermanfaat

Pengomposan Berdasarkan Diaz, dkk (2002) pengomposan didefinisikan sebagai dekomposisi biologis dari sampah organik yang dapat terurai dibawah kondisi yang terkontrol. Proses pengomposan akan menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanah.

Pembakaran dan Transfer ke Energi Pembakaran dan transfer ke energi merupakan elemen penting dalam pengelolaan sampah terpadu karena disamping dilakukan reduksi sampah, juga didapatkan energi. Menurut Tchobanoglous (1993) transfer ke energy dapat didefinisikan sebagai konversi sampah menjadi gas, cairan, dan konversi produk padat, dan bersamaan dengan proses tersebut juga dihasilkan energi panas.

Sistem transfer ke energi ada beberapa bentuk, diantaranya: Pyrolysis System, adalah sistem yang menggunakan sumber panas eksternal untuk melakukan reaksi pirolisis endotermik dalam lingkungan tanpa oksigen Gasification, adalah sistem yang menggunakan udara atau oksigen untuk melakukan pembakaran parsial pada sampah padat

Insinerator, adalah sistem penghancuran sampah dengan menggunakan panas. Menurut Damanhuri dan Padmi (2004) insinerasi adalah metode pengolahan sampah dengan cara membakar sampah pada suatu tungku panas. Panas yang dihasilkan dari proses insinerasi juga dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi suatu materi menjadi materi lain dan energi, yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik.

Landfill Proses akhir dari rangkaian penanganan sampah yang biasa dijumpai di Indonesia adalah dilaksanakan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA). Proses yang dilakukan di TPA pada umumnya adalah proses landfilling (pengurugan). Menurut Damanhuri dan Padmi (2004) kebutuhan lahan akan TPA semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah timbulan sampah. Pada sisi lain, kota-kota pada umumnya menghadapi masalah keterbatasan lahan