BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAHAN KERAMIK ALUMINIUM BORAT SEBAGAI PEMANDU BENANG MESIN TEKSTIL

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO

LAMPIRAN 1. Peralatan dan Bahan Penelitian

Hariadi Aziz E.K

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

4 Hasil dan pembahasan

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

PENGUJIAN TINGKAT KEKERASAN BAHAN KOMPOSIT SERBUK KAYU DENGAN MATRIK RESIN EPOKSI

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Mortar Berbasis Material Komposit Silika Amorf dengan Variasi Penambahan Sekam Tebu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

Analisis Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Paduan Al-Mg Hasil Proses Metalurgi Serbuk

Transkripsi:

38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan dengan metode biasa, yaitu dengan membagikan langsung massa dengan volume sampel pellet, hasil pengujian densitas pellet dari setiap variasi waktu milling dan temperature sintering 800 C 1000 C 1100 C yang optimum dapat dilihat pada Table 4.1 dan Gambar 4.1 Tabel 4.1 Hasil perhitungan densitas abu vulkanik milling 2 jam Sampel Milling 2 Jam Suhu C Densitas gr/cm 3 800 1.59 1000 1.66 1100 1.52

39 (Densitas (gr/cm 3 ) 1.66 1.65 1.59 1.60 1.55 1.52 1.50 600 800 1000 1200 Suhu ºC (Sintering) Gambar 4.1 Hasil densitas dan suhu sintering dengan variasi milling 2 jam Berdasarkan Table 4.1 dan Grafik 4.1 dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi suhu sintering yang diberikan maka densitas sampell pellet semakin kecil pada temperature tinggi akan terjadi atau rapat massa padatnya pada suhu tinggi dengan kenaikan temperature, rapat massa yang disebabkan karena terjadinya pemadatan diantara partikel-partikelnya sehingga ikatan yang terbentuk semakin kuat semakin kecil akibat pemadatan atau pemampatan diameter pellet semakin kecil volumenya mengembang (terjadi penyusutan). 4.1.2 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 6 Jam Pengukuran rapat massa dilakukan untuk mengetahui pada suhu sintering berapa, densitas maksimum terjadi dimana kerapatan massa maksimum ini memiliki kekuatan mekanik yang tinggi (tidak rapuh), temperature sintering dan waktu milling yang digunakan untuk pengukuran rapat massa dari suhu 800 C 1000 C - 1100 C yang optimum dapat dilihat pada Table 4.2 dan Gambar 4.2

40 Tabel 4.2 Hasil perhitungan densitas abu vulkanik milling 6 jam Sampel Milling 6 jam Suhu C Densitasgr/cm 3 800 1.70 1000 1.90 1100 2.44 Densitas ( gr/cm 3 2.50 2.44 2.00 1.70 1.90 1.50 1.00 700 800 900 1000 1100 1200 Suhu ºC (Sintering) Gambar 4.2 Hasil Densitas dan suhu sintering dengan variasi milling 6 jam Berdasarkan Table 4.2 dan Gambar 4.2 dapat dijelaskan mengetahui pada suhu sintering dan waktu milling yang optimum rapat massa suhu yang semakin menaik akan terjadinya sintering yang maksimum ini akan lebih tinggi kekuatan mekaniknya. 4.2 HASIL PENGAMATAN STRUKTUR MORFOLOGI 4.2.1 Hasil Pengamatan Sampel Milling 2 Jam Dalam penelitian ini, karakterisasi distribusi morfologi permukaan secara sederhana dilakukan penilitian ini, karakterisasi distribusi morfologi permukaan secara sederhana dilakukan dengan menggunakan mikroscope BS-6000AT sampel keramik Abu vulkanik dan Al 2 O 3 waktu milling 2 jam dari pembakaran 1000 C 1100 C

41 Gambar 4.3 Hasil pengamatan suhu sintering 1000 C dan 1100 C milling 2 jam Berdasarkan gambar diatas hasil pengamatan morfologi pada sampel milling 2 jam suhu sintering 1000 C Nampak struktur berongga pori-pori maka ukuran butiran tidak merata atau halus dan pada suhu 1100 C lebih terlihat kepadapat sampel keramik dan butiran partikel-partikel yang sangat pekat pada pembakaran suhu tinggi terjadi butiran putih tambahan Al 2 O 3 sampel keramik belum begitu merata keseluruhan pada pembakaran sintering yang optimum. 4.2.2 Hasil Pengamatan Sampel Milling 6 jam Hasil pengamatan sampel keramik Abu vulkanik dan Al 2 O 3 waktu milling 6 jam dari pembakaran 1000 C dan 1100 C. Gambar. 4.4 Hasil Pengamatan suhu sintering 1000 C dan 1100 C milling 6 jam

42 Berdasarkan gambar diatas hasil pengamatan morfologi pada sampel milling 6 jam suhu sintering 1000 C Nampak struktur padat karena pori-pori butiran terlihat Al 2 O 3 warna lebih merata keseluruhan bagian sampel keramik berkurangnya butiran atau rongga partikel lebih halus dibanding sampel keramik milling 2 jam dan pada suhu 1100 C lebih terlihat kepadatan dan merata warna lebih hitam pekat seluruh sampel keramik karena halusnya butiran pada milling 6 jam tambahan Al 2 O 3 sudah merata dan lebih halus pada sintering yang optimum. 4.3 Hasil Uji Kekerasan (Hardness Vickers) 4.4.1 Hasil Uji Kekerasan Milling 2 jam Pengujian kekerasan sampel keramik Abu vulkanik dan Al 2 O 3 dengan metode Vickers dilakukan menggunakan microhardness Tester, prosedur pengujian permukaan sampel dihaluskan dengan menggunakan amplas dan ditambahkan zat kimia resin kemudian diuji kekerasan nya kekuatan patah menunjukan pada sampel keramik dari suhu sintering pembakaran 1000 C -1100 C pengukuran kekuatan patah yang tinggi pula dan dirata-rata hasil bisa dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.5 Tabel 4.3 Hasil Rata-rata uji kekerasan Milling 2 Jam (Hardness) Sampel 1 Milling 2 Jam Suhu HV (kgf/mm²) Rata-rata 315.99 1000 C 363.02 343.02 340.68 665.62 1100 C 676.10 645.37 662.36

43 Hardness Vickers (kgf/mm²) Sampel Milling 2 Jam 700 662.36 600 500 400 340.68 300 200 950 1000 1050 1100 1150 Suhu C (sintering) Gambar. 4.5 Hasil sampel miling 2 jam suhu sintering 1000 C dan 1100 C optimum Dari hasil sampel milling 2 jam tersebut dapat dilihat, pada suhu sintering 1000 C semakin tinggi maka kuat tekan tersebut relative semakin besar nilai hasil dirata-rata yaitu menjadi 340,68 kgf/cm 2 sedangkan dari suhu pembakaran 1100 C terjadi kenaikan dengan kuat tekan yang paling baik dengan nilai rata-rata yaitu 662,36 kgf/cm 2 adalah sampel keramik yang lebih optimum, dari hasil yang diperoleh pada komposisi Abu vulkanik 9,5 gr dan Alumina oksida 5% nilai kuat tekan yang terbaik adalah pada suhu sintering 1100 C, yaitu masing-masing sebesar 665.62 kgf/cm 2, 676.10 kgf/cm 2, 645.37 kgf/cm 2 sedangkan pada masing-masing suhu sintering, nilai kuat tekan yang terbaik adalah relative pada komposisi Abu vulkanik 9,5 gr hal ini dapat membuktikan bahwa dengan penambahan aditif alumina oksida cenderung berpengaruh pada semakin tingginya kuat tekan sampel keramik tambahan Alumina Oksida (Al 2 O 3 ) 4.4.2 Hasil Uji Kekerasan Milling 6 jam Pengujian kekerasan sampel keramik Abu vulkanik dan Al 2 O 3 dengan metode Vickers dilakukan menggunakan microhardness Tester, prosedur pengujian permukaan sampel dihaluskan dengan menggunakan amplas dan ditambahkan zat kimia resin kemudian diuji kekerasan nya kekuatan patah menunjukan pada sampel keramik dari suhu sintering pembakaran 1000 C -1100 C pengukuran kekuatan patah yang tinggi pula dan dirata-rata hasil sampel keramik kekuatan tekan dapat menunjukan kepadatan dari

44 suatu keramik yang khususnya berhubungan dengan waktu milling dan suhu variasi sintering kuat tekan yang dihasilkan tinggi atau rendahnya nilai rata-rata dari hasil uji kekerasan bisa dilihat pada Tabel. 4.4 Tabel 4.4 Hasil Rata-rata uji kekerasan milling 6 jam (Hardness) Sampel 2 Milling 6 Jam Suhu HV (kgf/mm²) Rata-rata 709.07 1000 C 1100 C 726.47 676.10 508.62 411.14 488.48 703.88 469.41 Hardness Vickers (kgf/mm²) sampel miling 6 jam 800 700 703.88 600 500 469.41 400 950 1000 1050 1100 1150 Suhu C (sintering) Gambar 4.6 Hasil sampel milling 6 jam suhu sintering 1000 C dan 1100 C yang optimum Dari hasil sampel milling 6 jam tersebut dapat dilihat, pada suhu sintering 1000 C semakin tinggi maka kuat tekan tersebut relative semakin besar nilai hasil dirata-rata yaitu menjadi 703,88 kgf/cm 2 sedangkan dari suhu pembakaran 1100 C terjadi penurunan dengan kuat tekan yang menurun pada sampel keramik dengan nilai rata-rata yaitu 469.41 kgf/cm 2 adalah sampel keramik yang kuat tekan lebih rendah

45 sedangkan suhu sintering 1000 C kuat tekan optimum, dari hasil yang diperoleh pada komposisi Abu vulkanik 9,5 gr dan Alumina oksida 5 gr nilai kuat tekan yang terbaik adalah pada suhu sintering 1000 C, yaitu masing-masing sebesar 709.07 kgf/cm 2, 726.47 kgf/cm 2, 676.10 kgf/cm 2 sedangkan pada masing-masing suhu sintering, nilai kuat tekan yang terbaik adalah pada suhu 1000 C relative optimum pada komposisi Abu vulkanik 9,5 gr hal ini dapat membuktikan bahwa dengan penambahan aditif alumina oksida cenderung berpengaruh pada semakin tingginya kuat tekan sampel keramik tambahan Alumina Oksida. 4.4 HASIL STRUKTUR KRISTAL XRD (X-RAY DIFFRACTION) 4.4.1 Hasil Pengujian Struktur Kristal Milling 2 jam Pengujian analisa XRD bertujuan untuk mengamati unsur-unsur (fase-fase) yang terbentuk pada sampel uji setiap perbandingan waktu milling dan variasi proses sintering 800 C -1000 C -1100 C waktu milling 2 jam dalam pembuatan material keramik dilakukan proses pencampuran Abu vulkanik 9,5 gr dan tambahan Al 2 O 3 5 gr hasil sebagi kontrol untuk pembanding karakteristik yang akan diuji untuk mengamati pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya penambahan alumina pengujian XRD ditunjukan pada Gambar 4.5 dibawah ini. Gambar 4.7 Hasil pengujian XRD komposisi Abu vulkanik dan Al 2 O 3 Milling 2 jam suhu 1100 C

46 Dari Gambar 4.7 diatas posisi 5,8 dan 9 merupakan dimana fase-fase yang memiliki puncak tertinggi dalam proses pencampuran Abu vulkanik dan Al 2 O 3 dengan komposisi Abu 9,5 gr + Al 2 O 3 5 gr waktu milling 2 jam suhu 1100 C maka tiap-tiap fase puncak tertinggi antara lain posisi no 5 yaitu 27.94, no 8 yaitu 33.25 dan no 9 yaitu 35.618, setelah mendapatkan nilai 2-theta (deg) dari fase-fase puncak tertinggi yang muncul, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai d atau panjang kisi Kristal yaitu jarak antara atom penyusun fase (senyawa) dengan menggunakan program match, setiap puncak pada pola difraksi berkaitan dengan sinar X yang mengalami difraksi dari himpunan bidang bidang tertentu dalam sampel dan puncakpuncak ini mempunyai ketinggian (intensitas) yang berbeda-beda perbandingan intensitas yang naik atau turun dari setiap sampel tersebut sebanding dengan jumlah foto sinar X terdifraksi dan kemudian dihitung oleh program match, untuk masingmasing fasa berdasarkan data bahwa menunjukan nilai terakhir untuk mengetahui nilai fasa yang tertinggi atau puncak dari sampel tersebut. Tabel 4.5 Nilai Hasil Pengujian XRD waktu milling 2 jam suhu 1100 C NO 2-theta (deg) d (ang) Fasa 1 21.946(13) 4.047(2) ALO2 2 23.693(13) 3.752(2) Al₂O₅Si 3 24.31(2) 3.659(3) O₂Si 4 26.380(18) 3.376(2) O₂Si 5 27.94(2) 3.191(3) O₂Si 6 30.44(4) 2.934(3) Al₂O₅Si 7 31.45(2) 2.8420(18) O₂Si 8 33.25(2) 2.6923(15) Al₂.₂₅O₄.₈₇₁Si₀.₇₅ 9 35.618(9) 2.5186(6) Al₂O₅Si 10 42.36(8) 2.132(4) O₂Si 11 49.69(3) 1.8335(9) O₂Si 12 54.323(15) 1.6874(4) O₂Si

47 Dari Table 4.5 diatas merupakan hasil pengujian XRD pada sampell pellet keramik milling 2 jam suhu 1100 C Abu vulkanik 9,5 gr dan Al 2 O 3 5 gr, dalam mencari fasa-fasa atau kandungan dari keseluruhan yaitu lebih dominan ke fasa O 2 Si beberapa peak no 1 kandungan terdapat AlO2 dan no 2 kandungan memiliki Al₂O₅Si dan no 6 memiliki fasa Al₂O₅Si menyambung fasa no 8 yaitu Al₂.₂₅ O₄.₈₇₁ Si₀.₇₅ dari keseluruhan data table XRD lebih dominan ke fasa O₂Si titik hasil yang paling lebih didapatnya dan paling tinggi dari sampel milling 2 jam pada suhu sintering 1100 C 4.4.2 Hasil Pengujian Struktur Kristal Milling 6 Jam Untuk mengetahui struktur Kristal dan senyawa-senyawa pada material keramik komposisi Abu vulkanik 9,5 gr dan Al 2 O 3 5 gr waktu milling 6 jam dan variasi suhu sintering 800 0 C -1000 0 C 1100 0 C hasil untuk pembanding karakteristik pada waktu milling dan suhu sintering yang akan diuji untuk mengamati pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya penambahan alumina Al 2 O 3 pengujian XRD ditunjukan pada Gambar 4.8 Gambar 4.8 Hasil Pengujian XRD komposisi Abu vulkanik dan Al 2 O 3 Milling 6 jam suhu 1100 C

48 Dari Gambar 4.6 diatas posisi 6,8,9 dan 11 merupakan dimana fase-fase yang memiliki puncak tertinggi dalam proses pencampuran Abu vulkanik dan Al 2 O 3 dengan komposisi Abu 9,5 gr + Al 2 O 3 5 gr waktu milling 6 jam suhu 1100 0 maka tiap-tiap fase puncak tertinggi antara lain posisi no 6 yaitu 27.88 0, no 8 yaitu 33.31 0, no 9 yaitu 35.70, dan no 11 yaitu 54.362 0,- setelah mendapatkan nilai 2-theta (deg) dari fase-fase puncak tertinggi yang muncul, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai d atau panjang kisi Kristal yaitu jarak antara atom penyusun fase (senyawa) dengan menggunakan program match, setiap puncak pada pola difraksi berkaitan dengan sinar X yang mengalami difraksi dari himpunan bidang bidang tertentu dalam sampel dan puncak-puncak ini mempunyai ketinggian (intensitas) yang berbeda-beda perbandingan intensitas yang naik atau turun dari setiap sampel tersebut sebanding dengan jumlah foto sinar X terdifraksi dan kemudian dihitung oleh program match, untuk masing-masing fasa berdasarkan data bahwa menunjukan nilai terakhir untuk mengetahui nilai fasa yang tertinggi atau puncak dari sampel tersebut. Tabel 4.6 Hasil Pengujian XRD waktu milling 6 jam suhu 1100 C NO 2-theta (deg) d ( ang ) fasa 1 20.7(4) 4.29(7) Al₂O₅Si 2 21.94(6) 4.048(11) O₂Si 3 23.62(5) 3.764(8) O₂Si 4 24.32(3) 3.657(4) O₂Si 5 26.53(6) 3.358(8) Al₂O₅Si 6 27.88(3) 3.197(3) O₂Si 7 30.31(12) 2.946(12) O₂Si 8 33.31(3) 2.688(2) Al₂O₅Si 9 35.70(4) 2.513(3) Al₂O₅Si 10 49.64(10) 1.835(3) O₂Si 11 54.362(12) 1.6863(3) O₂Si 12 62.72(2) 1.4801(5) AlO₂ 13 64.19(4) 1.4498(9) O₂Si

49 Dari Table 4.6 diatas merupakan hasil pengujian XRD pada sampell pellet keramik milling 6 jam dari suhu 1100 0 C Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dalam mencari fasa-fasa atau kandungan dari keseluruhan yaitu lebih dominan ke fasa O 2 Si beberapa peak no 1 kandungan terdapat Al₂O₅Si dan no 5 kandungan memiliki Al₂O₅Si dan no 8 memiliki fasa Al₂O₅Si menyambung fasa no 9 yaitu Al₂SiO₅ dari keseluruhan data table XRD lebih dominan ke fasa O₂Si sama dengan pola sampel keramik miiling 2 jam kandungan yang lebih dominan dan puncak tertinggi yang dihasilkan pada abu vulkanik dan tambahan alumina oksida (Al 2 O 3 ) titik hasil yang paling lebih didapatnya dan paling tinggi dari sampel milling 6 jam pada suhu sintering 1100 C.