BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 3 KERANGKA KONSEP. Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.

Etiology dan Faktor Resiko

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting dalam. pelayanan kesehatan modern. Jika digunakan secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

HEPATITIS FUNGSI HATI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah descriptive correlative research, atau

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT PENYIMPANAN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 SUHERI PARULIAN GULTOM ABSTRAK

Berbagai Penyakit. Yang Menyerang Liver (Hati)

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. Diikuti prospektif. Perawatan terbuka (Kontrol)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit. sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting yang turut. menunjang dinamika dunia kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB III METODE PENELITIAN

Asuhan Keperawatan Hepatitis D

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi Faktor Resiko 1

6. Untuk donor wanita : apakah anda saat ini sedang hamil? Jika Ya, kehamilan keberapa?...

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

Transkripsi:

21 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 5.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : o Penularan melalui darah o Penggunaan Jarum Suntik o Penularan melalui hubungan seksual o Riwayat ibu terinfeksi HCV Hepatitis C o Peminum Alkohol o Penggunaan Tato dan Tindik o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 5.2 Definisi Operasional 5.2.1 Penularan melalui darah adalah pemaparan melalui media darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi virus hepatitis C, seperti transfusi darah yang tidak diskrining yang terinfeksi HCV dan produk-produknya, transplantasi organ dari donor pengidap hepatitis C, dan pengguna obat bius dengan suntikan intravena. 5.2.2 Penggunaan jarum suntik adalah seseorang yang pernah menggunakan atau memakai atau mendapatkan perlakuan dengan jarum suntik untuk pengobatan ataupun terapi. 5.2.3 Penularan melalui hubungan seksual adalah penyebaran atau penularan virus HCV yang ditularkan melalui kontak alat kelamin ataupun melakukan hubungan senggama dengan lawan jenis ataupun sesama jenis.

22 5.2.4 Riwayat ibu terinfeksi HCV adalah ibu dari seseorang tersebut pernah atau sedang mengalami infeksi virus hepatitis B ketika sedang mengandung ataupun selama proses kelahiran seorang bayi. 5.2.5 Peminum alkohol seseorang yang pernah dengan sengaja meminum alkohol lebih dari sepuluh kali, kurang dari tiga bulan selama satu tahun. 5.2.6 Penggunaan tato dan tindik adalah seseorang yang ada atau sudah pernah ada tato atau tindikan di bagian anggota tubuhnya. Tato adalah tinta ataupun pigmen yang dimasukkan ke dalam kulit menggunakan jarum untuk seni tubuh artistik yang dibuat sesuai dengan kehendak seseorang. Tindik adalah tindakan menempelkan suatu perhiasan di tubuh seseorang dengan melubangi kulit atau bagian tubuh agar perhiasan tersebut menempel. 5.2.7 Riwayat operasi adalah seseorang yang pernah dioperasi atau di bedah di salah satu bagian tubuhnya. 5.3 Variabel dan Alat Ukur VARIABEL ALAT UKUR CARA UKUR HASIL UKUR Penularan Melalui Darah Penggunaan jarum suntik Penularan melalui hubungan seksual Riwayat Ibu terinfeksi HCV Peminum Alkohol Penggunaan Tato dan Tindik Riwayat Operasi Jenis Kelamin Umur Data Rekam Medik Melihat Data Rekam Medik -Pernah -Tidak Pernah -Pernah -Tidak Pernah -Pernah -Tidak Pernah -Ada -Tidak Ada -Ya -Tidak -Ada -Tidak Ada -Pernah -Tidak Pernah Kategori: -Laki-laki -Perempuan ( 17) (18-40) ( 41) SKALA UKUR Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Ordinal

23 5.4 Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya penyakit hepatitis C di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013.

24 BAB 4 METODE PENELITIAN 9.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif analitik dengan desain cross sectional study. Data dikumpulkan dari rekam medik pasien, untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya penyakit hepatitis C. 9.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini akan dilakukan mulai pada bulan Juli 2014 sampai dengan Desember 2014. 9.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh rekam medik pasien penderita penyakit hepatitis C di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sejak tahun 2012-2013. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana penentuan sampel dengan mengambil seluruh populasi sebagai subjek penelitian. Kriteria Inklusi: semua pasien hepatitis C yang telah terdiagnosa dengan anti-hcv positif. Kriteria Eksklusi: penderita hepatitis yang tidak ada pemeriksaan anti HCV. 9.4 Teknik Pengumpulan Data Data diperoleh dengan melihat data sekunder pasien hepatitis C di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. Setelah mendapatkan rekam medik, dilakukan pencatatan data karakteristik penderita hepatitis C serta faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan hepatitis C.

25 9.5 Pengolahan dan Analisis Data Karakteristik data dan semua variabel yang diteliti, disajikan dalam bentuk tabel untuk dianalisis. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows.

26 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 14.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Kota Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Pemerintah dengan Kategori Kelas A. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk Wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran. RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non-medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)), dan pelayanan nonmedis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah) 14.2 Hasil Penelitian Pada penelitian ini telah diambil data rekam medik dari pasien penderita penyakit hepatitis C di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sejak tahun 2012-2013 sebanyak 32 buah. Dari keseluruhan rekam medik tersebut, karakteristik yang diamati adalah jenis kelamin, rentang usia, proporsi penderita hepatitis C yang mempunyai faktor risiko dan yang tidak mempunyai faktor risiko. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

27 14.2.1 Analisis Univariat Analisis Univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Analisis Univariat ini terdiri dari jenis kelamin, usia, faktor risiko hepatitis C, seperti : transfusi darah, penggunaan jarum suntik, riwayat ibu HCV, riwayat peminum alkohol, riwayat seks bebas, riwayat operasi, riwayat tato / tindik. Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (f) Persentase (%) Laki-Laki 23 71.9 Perempuan 9 28.1 Total 32 100.0 Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami penyakit hepatitis C dibanding perempuan, dimana laki-laki sebanyak 23 orang (71.9%), sedangkan perempuan sebanyak 9 orang (28.1%) Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Rentang Usia Jumlah (f) Persentase (%) 17 0 0.0 18 40 11 34.4 41 21 65.6 Total 32 100.0 Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa sampel dengan frekuensi terbanyak adalah rentang usia 41 tahun, yaitu sebanyak 21 orang (65.6%), diikuti dengan rentang usia 18-40 tahun dengan jumlah sebanyak 11 orang (34.4%), dan tidak dijumpai sampel dengan rentang usia 17 tahun.

28 Tabel 5.3 Proporsi penderita hepatitis C yang mempunyai faktor risiko dan yang tidak mempunyai faktor risiko Faktor Risiko Positif AntiHCV Jumlah (f) Persentase (%) Tidak Ada 4 12.5 Ada 28 87.5 Total 32 100.0 Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa yang terdiagnosis positif AntiHCV tidak mempunyai faktor risiko sebanyak 4 orang (12.5%) dan yang terdiagnosis positif AntiHCV dan mempunyai faktor risiko sebanyak 28 orang (87.5%) Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Risiko Faktor Risiko Jumlah (f) Persentase (%) Transfusi Darah 6 18.8 Penggunaan Jarum Suntik 4 12.5 Riwayat Ibu HCV 0 0.0 Riwayat Alkohol 12 37.5 Riwayat Seks Bebas 2 6.3 Riwayat Operasi 4 12.5 Riwayat Tato / Tindik 5 15.6 Pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa faktor risiko dengan frekuensi tertinggi adalah riwayat alkohol dengan jumlah sebanyak 12 orang (37.5%), dan yang terendah adalah riwayat seks bebas sebanyak 2 orang (6.3%). Faktor risiko riwayat ibu HCV tidak dijumpai.

29 Tabel 5.5 Distribusi Perbandingan Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis C Berdasarkan Jenis Kelamin Faktor Risiko Jumlah (f) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Transfusi Darah 2 4 6.3 12.5 Penggunaan Jarum Suntik 4 0 12.5 0.0 Riwayat Ibu HCV 0 0 0.0 0.0 Riwayat Alkohol 12 0 37.5 0.0 Riwayat Seks Bebas 2 0 6.3 0.0 Riwayat Operasi 0 4 0.0 12.5 Riwayat Tato / Tindik 5 0 15.6 0.0 Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa distribusi faktor risiko terbanyak pada laki-laki adalah riwayat alkohol sebanyak 12 orang (37.5%) dan yang terendah adalah transfusi darah sebanyak 2 orang (6.3%). Pada perempuan distribusi faktor risiko yang terjadi adalah transfusi darah dan riwayat operasi dengan masingmasing sebanyak 4 orang (12.5%). Tabel 5.6 Distribusi Perbandingan Faktor Risiko Berdasarkan Rentang Usia Faktor Risiko Jumlah (f) Persentase (%) 17 18 40 41 17 18 40 41 Transfusi Darah 0 1 5 0.0 3.1 15.6 Penggunaan Jarum Suntik 0 4 0 0.0 12.5 0.0 Riwayat Ibu HCV 0 0 0 0.0 0.0 0.0 Riwayat Alkohol 0 1 11 0.0 3.1 34.4 Riwayat Seks Bebas 0 2 0 0.0 6.3 0.0 Riwayat Operasi 0 2 2 0.0 6.3 6.3 Riwayat Tato / Tindik 0 4 1 0.0 12.5 3.1 Pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pada rentang usia 17 tahun tidak dijumpai faktor risiko hepatitis C. Pada rentang usia 18-40 tahun dijumpai faktor risiko

30 terbanyak adalah penggunaan jarum suntik dan tato/tindik dengan masing-masing sebanyak 4 orang (12.5%) dan yang terendah adalah transfusi darah dan riwayat alkohol sebanyak 1 orang (3.1%). Pada rentang usia 41 tahun dijumpai faktor risiko terbanyak adalah riwayat alkohol sebanyak 11 orang (34.4%) dan yang terendah riwayat tato / tindik sebanyak 1 orang (3.1%). 14.2.2 Analisis Bivariat Analisis Bivariat adalah analisis hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) menggunakan uji Chi-square. Tabel 5.7 Hubungan beberapa faktor risiko terhadap kejadian Hepatitis C Variabel Kelompok Penelitian P RR Sampel n(%) Kontrol n(%) Transfusi Darah 0.016 * - Ya 6 (18.8) 8 (5.8) - Tidak 26 (81.2) 130 (94.2) Penggunaan Jarum Suntik 0.159 1.947 - Ya 4 (12.5) 33 (23.9) - Tidak 28 (87.5) 105 (76.1) Riwayat Alkohol 0.116 - Ya 12 (37.5) 33 (23.9) - Tidak 20 (62.5) 105 (76.1) Riwayat Seks Bebas 0.0001 * 21.43 - Ya 2 (6.3) 98 (29.0) - Tidak 30 (93.7) 40 (71.0) Riwayat Operasi 0.626 1.26 - Ya 4 (12.5) 22 (15.9) - Tidak 28 (87.5) 116 (84.1) Riwayat Tato / Tindik 0.213 1.71 - Ya 5 (15.6) 36 (26.1) - Tidak 27 (84.4) 102 (73.9)

31 1. Hubungan Transfusi Darah dengan kejadian Hepatitis C Hasil analisis hubungan antara transfusi darah dengan kejadian hepatitis C diperoleh bahwa ada sebanyak 6 sampel (18.8%) yang mempunyai faktor risiko transfusi darah, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 8 sampel (5.8%) yang mempunyai faktor risiko transfusi darah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.016 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara transfusi darah dengan kejadian hepatitis C. 2. Hubungan Penggunaan Jarum Suntik dengan kejadian Hepatitis C Hasil analisis hubungan antara penggunaan jarum suntik dengan kejadian hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 4 sampel (12.5%) yang mempunyai faktor risiko penggunaan jarum suntik, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 33 sampel (23.9%) yang mempunyai faktor risiko penggunaan jarum suntik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.159 maka disimpulkan tidak ada hubungan antara penggunaan jarum suntik dengan kejadian hepatitis C. 3. Hubungan Riwayat Alkohol dengan kejadian Hepatitis C Hasil analisis hubungan antara riwayat alkohol dengan kejadian hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 12 sampel (37.5%) yang mempunyai faktor risiko riwayat alkohol, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 33 sampel (23.9%) yang mempunyai faktor risiko riwayat alkohol. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.116 maka disimpulkan tidak ada hubungan antara riwayat alkohol dengan kejadian hepatitis C. 4. Hubungan Riwayat Seks Bebas dengan kejadian Hepatitis C Hasil analisis hubungan antara riwayat seks bebas dengan kejadian hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 2 sampel (6.3%) yang mempunyai faktor risiko riwayat seks bebas, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 98 sampel (29.0%) yang mempunyai faktor risiko riwayat seks bebas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.0001 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara riwayat seks bebas dengan kejadian hepatitis C. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dengan faktor risiko riwayat seks bebas mempunyai risiko 21.43 kali untuk terjadinya kejadian hepatitis C dibandingkan subjek yang tidak mempunyai riwayat faktor risiko.

32 5. Hubungan Riwayat Operasi dengan kejadian Hepatitis C Hasil analisis hubungan antara riwayat operasi dengan kejadian hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 4 sampel (12.5%) yang mempunyai faktor risiko riwayat operasi, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 22 sampel (15.9%) yang mempunyai faktor risiko riwayat operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.626 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara riwayat operasi dengan kejadian hepatitis C. 6. Hubungan Riwayat Tato/Tindik dengan kejadian Hepatitis C Hasil analisis hubungan antara riwayat tato/tindik dengan kejadian hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 5 sampel (15.6%) yang mempunyai faktor risiko riwayat tato/tindik, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 36 sampel (26.1%) yang mempunyai faktor risiko riwayat tato/tindik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.213 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara riwayat tato/tindik dengan kejadian hepatitis C. 14.3 Pembahasan 14.3.1 Analisis Univariat Pada penelitian ini diperoleh bahwa hepatitis C lebih banyak diderita oleh sampel dengan jenis kelamin laki-laki dibanding perempuan, dengan persentase laki-laki 71.9% sedangkan persentase perempuan 28.1%. Hasil serupa ditemukan pada penelitian Dominitz, et al., (2005) dimana laki-laki lebih banyak terkena hepatitis C dibandingkan perempuan dengan persentase laki-laki 98.1% sedangkan perempuan 1.9%. Hal ini disebabkan karena laki-laki mempunyai gaya hidup yang mungkin lebih banyak terpapar dengan faktor risiko hepatitis C. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa sampel dengan frekuensi terbanyak adalah rentang usia 41 tahun, yaitu sebanyak 21 orang (65.6%), diikuti dengan rentang usia 18-40 tahun dengan jumlah sebanyak 11 orang (34.4%), dan tidak dijumpai sampel dengan rentang usia 17 tahun. Hampir sama halnya dengan penelitian Dominitz, et al., (2005), dimana diperoleh rentang usia terbanyak yang menderita hepatitis C adalah rentang usia 35-54 tahun dengan persentase sebanyak 59.6%, sedangkan pada usia <35 tahun tidak dijumpai penderita

33 hepatitis C. Hal ini disebabkan karena pada usia yang lebih tua, fungsi hati akan menurun secara bertahap sehingga lebih mudah terinfeksi virus hepatitis C. Faktor risiko dengan frekuensi tertinggi adalah riwayat alkohol dengan jumlah sebanyak 12 orang (37.5%). Menurut Schiff (2003), beberapa studi telah menunjukkan bahwa konsumsi alkohol berat mempercepat perkembangan pasien dari hepatitis C kronis berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. Beberapa orang mempunyai alasan dalam mengkonsumsi alkohol, seperti sedang menghadapi masalah yang berat, pergaulan bebas, dan mudah beredarnya minuman alkohol di masyarakat. Sedangkan riwayat seks bebas adalah faktor risiko terendah sebanyak 2 orang (6.3%). Distribusi faktor risiko terbanyak pada laki-laki adalah riwayat alkohol sebanyak 12 orang (37.5%) dan yang terendah adalah transfusi darah sebanyak 2 orang (6.3%). Pada perempuan distribusi faktor risiko adalah transfusi darah dan riwayat operasi dengan masing-masing sebanyak 4 orang (12.5%). Schiff (2003) mengatakan bahwa kelompok penderita hepatitis C cenderung laki-laki. Pada perempuan faktor risiko riwayat operasi dan transfusi darah adalah yang terbanyak yang mungkin dikarenakan perempuan lebih cenderung untuk melakukan persalinan sehingga menjalani operasi dan menerima transfusi darah. Pada rentang usia 18-40 tahun dijumpai faktor risiko terbanyak adalah penggunaan jarum suntik dan riwayat tato / tindik dengan masing-masing sebanyak 4 orang (12.5%), dan yang terendah adalah transfusi darah dan riwayat alkohol sebanyak 1 orang (3.1%). Tohme (2012) mengatakan, meskipun praktik pemakaian tato / tindik telah hadir selama ribuan tahun, jumlah pemakainya telah meningkat selama dekade terakhir, khususnya di kalangan pemuda dan dewasa muda. Sebuah survey diantara orang-orang yang berusia 18-50 tahun di Inggris menemukan bahwa 24% responden memiliki setidaknya 1 buah tato dan 14% pernah memakai tindik di tubuh mereka. Pada rentang usia 41 tahun dijumpai faktor risiko terbanyak adalah riwayat alkohol sebanyak 11 orang (34.4%) dan yang terendah riwayat tato / tindik sebanyak 1 orang (3.1%). Schiff (2003) mengatakan, peminum alkohol lebih banyak pada rentang usia 41-80 tahun dikarenakan mereka sudah berulang

34 kali dan terbiasa meminum alkohol di kehidupan sehari-hari, sehingga alkohol berpengaruh besar dalam penurunan fungsi hati yang dapat mempercepat hepatitis C kronis berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. Pada rentang usia 17 tahun tidak dijumpai faktor risiko hepatitis C. 14.3.2 Analisis Bivariat Berikut ini adalah pembahasan dari hasil Analisis Bivariat : 1. Hubungan Transfusi Darah dengan kejadian Hepatitis C Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test diperoleh nilai p=0.016 (p<0.05), maka Ho ditolak dan Ha gagal ditolak. Hasil ini memiliki makna bahwa ada hubungan yang signifikan antara transfusi darah dengan kejadian hepatitis C. Gheorghe, et al,. (2010), pada penelitiannya juga didapati adanya hubungan yang bermakna antara transfusi darah dengan kejadian Hepatitis C (p=0.0001). Risiko infeksi melalui transfusi pada tahun 2012 sekitar 0,001% per unit transfusi, atau sekitar 0,075% per penerima (ALF, 2012). Berdasarkan WHO s Global Database of Blood Safety diperkirakan 43% produk darah di negara berkembang tidak mendapatkan skrining HCV yang adekuat (WHO, 2014). 2. Hubungan Penggunaan Jarum Suntik dengan kejadian Hepatitis C Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test diperoleh nilai p=0.159 (p>0.05), maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Hasil ini menyimpulkan tidak ada hubungan antara penggunaan jarum suntik dengan kejadian hepatitis C. Pada penelitian Pereira, et al,.(2013) di dapati bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunan jarum suntik dengan kejadian hepatitis C dengan (p=0.065). Hal ini berbeda dengan pernyataan WHO (2014), yang menyatakan penggunaan jarum suntik memiliki risiko tertinggi infeksi: secara global, prevalensi HCV adalah 67% di antara para pengguna narkoba. Transmisi HCV melalui berbagi peralatan suntik yang terkontaminasi di antara orang-orang yang menyuntikkan narkoba adalah rute utama penularan HCV di beberapa negara. Oleh karena itu, mengurangi risiko penularan ini adalah sebuah komponen penting dalam perawatan pasien.

35 3. Hubungan Riwayat Alkohol dengan kejadian Hepatitis C Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test diperoleh nilai p=0.116 (p>0.05), maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Hasil ini memiliki makna bahwa tidak ada hubungan antara riwayat alkohol dengan kejadian hepatitis C. Berbeda pada penelitan Dominitz, et al., (2005), penyalahgunaan konsumsi alkohol memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hepatitis C. (p=0.01). O Shea (2010), mengatakan ada hubungan sinergis yang jelas antara penyakit hepatitis C dengan alkohol. Kombinasi keduanya cenderung memberi kerusakan hati yang lebih maju daripada hanya mengkonsumsi alkohol saja, dengan penyakit yang terjadi pada usia yang lebih muda, membuat fitur histologi yang lebih parah, dan kelangsungan hidup menurun. Penyalahgunaan alkohol berat dapat membuat risiko sirosis meningkat 30 kali lipat. Di Indonesia, konsumsi alkohol tidak berhubungan dengan hepatitis C dikarenakan konsumsi alkohol masih belum terlalu lazim dan ada peraturan undang-undang mengenai minuman beralkohol, berbeda dengan di Negara Barat dan Eropa yang mayoritas masyarakatnya dengan bebas mengonsumsi alkohol, sehingga riwayat infeksi hepatitis C ada hubungannya. Dari penelitian ini, dalam hal ini bijaksana untuk menyarankan pasien dengan hepatitis C untuk menjauhkan diri mengkonsumsi alkohol walaupun dalam jumlah yang sedikit. 4. Hubungan Riwayat Seks Bebas dengan kejadian Hepatitis C Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test diperoleh nilai p=0.0001 (p<0.05), maka Ho ditolak dan Ha gagal ditolak. Hasil ini memiliki makna bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat seks bebas dengan kejadian hepatitis C. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dengan faktor risiko riwayat seks bebas mempunyai risiko 21.43 kali untuk terjadinya kejadian hepatitis C dibandingkan subjek yang tidak mempunyai riwayat faktor risiko. Terrault, et al., (2013) mengatakan bahwa penularan HCV mungkin terjadi ketika cairan tubuh yang terinfeksi bertukar di permukaan mukosa. Faktor yang berpotensi mempengaruhi hal ini diantaranya termasuk titer virus, integritas permukaan mukosa, dan adanya infeksi genital lainnya (virus atau bakteri). Hagan, et al., (2014) mengatakan pada beberapa kelompok, penularan HCV juga

36 bergantung pada perilaku praktik seksual yang tidak aman menyebabkan trauma pada permukaan mukosa dan perdarahan rektum. Umumnya infeksi HCV akut tidak memberi gejala yang berarti sehingga mereka yang telah terjangkit tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi dan mulai menyebarkan HCV sehingga perilaku seks bebas menjadi salah satu faktor risiko yang perlu diperhatikan. 5. Hubungan Riwayat Operasi dengan kejadian Hepatitis C Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test diperoleh nilai p=0.626 (p>0.05), maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Hasil ini menyimpulkan tidak ada hubungan antara riwayat operasi dengan kejadian hepatitis C. Asthana (2009) menyatakan bahwa risiko menularnya HCV pada operasi sangat kecil. Seorang pasien dengan infeksi HCV biasanya dijadikan pasien terakhir di hari tersebut untuk menjalani operasi. Semua petugas kesehatan yang akan melakukan tindakan operasi harus mempunyai prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi yang ketat agar menghindari risiko penularan infeksi hepatitis C. 6. Hubungan Riwayat Tato/Tindik dengan kejadian Hepatitis C Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test diperoleh nilai p=0.213 (p>0.05), maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Hasil ini menyimpulkan tidak ada hubungan antara riwayat tato/tindik dengan kejadian hepatitis C. Pada penelitian Pereira, et al,.(2013), didapati bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat tato dengan kejadian hepatitis C (p=0.076). Hal ini berbeda dengan penelitian Tohme (2012) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan, terutama antara kelompok berisiko tinggi seperti tato yang diterapkan dalam penjara, pemakaian tato dan tindik yang tidak steril dan tidak professional. Perlunya intervensi pencegahan dan edukasi kepada masyarakat untuk menghindari penularan hepatitis C dari tato dan tindik.

37 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 20.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Dari 32 pasien penyakit hepatitis C, dijumpai penderita jenis kelamin lakilaki sebanyak 23 orang sedangkan perempuan 9 orang. 2. Kelompok umur tertinggi ialah rentang usia 41 tahun sebanyak 21 orang, diikuti rentang usia 18-40 tahun sebanyak 11 orang, serta tidak dijumpai pada rentang usia 17 tahun. 3. Pasien terdiagnosis positif AntiHCV yang tidak mempunyai faktor risiko untuk terjadinya hepatitis C sebanyak 4 orang sedangkan yang mempunyai faktor risiko sebanyak 28 orang. 4. Faktor risiko yang dijumpai adalah riwayat alkohol, transfusi darah, pemakaian tato/tindik, penggunaan jarum suntik, operasi dan riwayat seks bebas. Faktor risiko riwayat ibu HCV tidak dijumpai. 5. Pada laki-laki faktor risiko terbanyak adalah riwayat alkohol dan yang paling sedikit adalah transfusi darah. Pada perempuan faktor risiko yang terjadi adalah transfusi darah dan riwayat operasi. 6. Tidak dijumpai faktor risiko pada rentang usia 17 tahun. Rentang usia 18-40 tahun dijumpai faktor risiko terbanyak adalah penggunaan jarum suntik dan pemakaian tato/tindik dan yang terendah adalah transfusi darah dan riwayat alkohol. Pada rentang usia 41 tahun faktor risiko terbanyak adalah riwayat alkohol dan yang terendah adalah pemakaian tato/tindik. 7. Ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara transfusi darah dan riwayat seks bebas dengan kejadian hepatitis C di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. 8. Tidak ada hubungan antara penggunaan jarum suntik, alkohol, operasi, dan pemakaian tato/tindik dengan kejadian hepatitis C di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013.

38 20.2 Saran Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar lebih meningkatkan program pencegahan hepatitis C dan mengadakan penyuluhan di masyarakat tentang bahayanya faktor risiko hepatitis C. 2. Kepada pihak rumah sakit sebaiknya melengkapi pencatatan data rekam medik dan melakukan pemeriksaan ulang karena ada beberapa rekam medik yang tidak lengkap dan ada ketidakcocokan antara kode penyakit dengan penyakit yang sebenarnya. 3. Kepada masyarakat diharapkan dengan mengetahui faktor risiko dari hepatitis C maka dapat menghindarkan diri dari paparan faktor risiko yang dapat dicegah sejak dini.