BAB V PENUTUP. penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

ini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa


KETIDAKHADIRAN SESEORANG DALAM JUAL BELI DAN BALIK NAMA HAK ATAS TANAH DALAM PEWARISAN (Studi Kasus Perdata No. 1142/Pdt.P/2012/P.N.

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

BAB III MACAM-MACAM HAK ATAS TANAH. yang mutlak, tak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat. Turun temurun dan dapat beralih.

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB III KEABSAHAN JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH BUKAN PEMILIK TANAH. 1. Jual Beli Hak Atas Tanah

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari tanah. Manusia. membutuhkan tanah dalam segala macam aspek kehidupannya.

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB 2 ISI 2.1. Hukum Tanah Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. kantor Notaris PPAT Wihastuti Estiningsih, SH.,MKn dan pembahasan. bangku perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

PENGERTIAN Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Milik adalah hak turuntemurun,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk, membuat kebutuhan akan tanah atau lahan. meningkat membuat harga tanah juga menjadi tinggi.

PENGIKATAN PEMBAGIAN HAK BERSAMA. Nomor : Pada hari ini, Kamis, tanggal 31 (tiga puluh satu), bulan Oktober, tahun

I. PENDAHULUAN. kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB II PEMBUATAN AKTA JUAL BELI YANG TIDAK SESUAI KETENTUAN DALAM PROSEDUR PEMBUATAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pertanahan di Indonesia telah muncul dengan beragam wujud

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I P E N D A H U L U A N

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

AKIBAT HUKUM PENGALIHAN HAK JUAL BELI MELALUI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH ATAS TANAH WARISAN TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU AHLI WARIS LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang paling atas. Yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan disebut

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB II BENTUK KUASA YANG TIMBUL DALAM JUAL BELI TANAH. sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. 47

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

Pertanyaan: Ringkasan Jawaban: Analisa. 1. Surat Tanah di Indonesia. Dapat kah dilakukan amandemen nama pemilik pada surat tanah?

BAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya bercocok tanam atau berkebun di lahan pertanian untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang didapatkan dibangku perkuliahan dan diterapkan di tempat kerja

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

PERMOHONAN/PEMBERIAN HAK DAN PEMINDAHAN/PERALIHAN HAK

BAB I A. LATAR BELAKANG

JAWABAN SOAL RESPONSI UAS HUKUM AGRARIA 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

PERANAN AKTA PERALIHAN HAK DENGAN GANTI RUGI OLEH NOTARIS DALAM PROSES PENDAFTARAN HAKNYA

BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF. Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk

BAB II PERALIHAN HAK ATAS TANAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN A. Tinjauan Umum Mengenai Peralihan Hak Atas Tanah

BAB II TINJAUAN UMUM. Secara umum, kuasa diatur dalam bab ke-16, Buku III Kitab Undang-

BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELEPASAN HAK. yang selanjutnya disertai pemberian imbalan yang layak. Proses pelepasan hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

Apa akibat hukum tidak adanya perpanjangan HGB, berkaitan dengan status tanahnya?

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya

2. Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau yang MENERIMA HAK ATAS TANAH

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan dan analisa hukum yang telah diuraikan

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan serta analisis yang telah penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Fungsi tanah ulayat kaum sebagai harta pusaka tinggi Tanah ulayat sebagai harta pusaka tinggi mempunyai fungsi sosial untuk kesejahteraan bersama anggota kaum. Setelah dilakukannya perbuatan hukum jual beli (tanah ulayat tersebut telah dijual), maka sifat hak komunal tanah ulayat tersebut menjadi hilang dan beralih fungsi dari fungsinya semula (yaitu untuk kepentingan sosial/kaum), menjadi hak sepenuhnya dari pembeli (sebagai pemegang hak terakhir). Artinya, fungsi awal dari tanah ulayat tersebut menjadi hilang sehingga mengakibatkan pembeli bebas memanfaatkan tanah tersebut tanpa ada campur tangan anggota kaum pemilik tanah ulayat tersebut dan tanah tersebut tidak lagi merupakan tanah ulayat. 2. Kajian yuridis praktek jual beli tanah ulayat kaum yang belum bersertipikat di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya, dilakukan dengan cara :

a. Untuk tanah ulayat kaum sebagai harta pusaka tinggi dilakukan dengan dua cara, yaitu jual beli sebidang kebun dan Jual beli sebidang kebun diikuti dengan hibah tanah ulayat. 1) Jual beli sebidang kebun, maksudnya adalah jual beli ini hanya meliputi kebun atau pertaniannya saja dan tidak sekaligus dengan tanahnya. Setelah kebun tersebut tidak dapat diambil hasilnya lagi (kebun tersebut telah musnah), maka penguasaan tanah ulayat tersebut kembali kepada pemilik semula, yaitu milik ulayat. Jual beli ini dilakukan secara dibawah tangan dan dapat dilakukan tanpa sepengetahuan pemilik ulayat jika tanah tersebut telah dibagibagikan kepada anggota kaum. 2) Jual beli sebidang kebun diikuti dengan hibah tanah ulayat, yaitu hanya berupa jual beli sebidang kebun, akan tetapi pada akhirnya pembeli memiliki hak penuh terhadap tanah ulayat tersebut karena jual beli sebidang kebun ini diikuti dengan proses hibah tanah ulayat dari pihak penjual kepada pihak pembeli. Jual beli ini dilakukan secara dibawah tangan dengan prosedur sebagai berikut : a) Musyawarah untuk mufakat b) Membuat surat persetujuan kaum c) Membuat konsep jual beli d) Hibah dari penjual kepada pembeli

b. Untuk tanah ulayat kaum sebagai harta pusaka rendah dilakukan dengan dua cara pula, yaitu jual beli dihadapan PPAT dan Jual beli secara dibawah tangan. 1) Jual beli dihadapan PPAT, yaitu terhadap tanah ulayat yang telah mempunyai sertipikat (tanah ulayat tersebut telah disertipikatkan oleh pemegang haknya), adapun ketentuan dan syarat-syarat jual beli tersebut dipersamakan dengan jual beli tanah menurut UUPA. 2) Jual beli secara dibawah tangan, yaitu terhadap tanah ulayat yang belum mempunyai sertipikat atau bisa juga untuk tanah ulayat yang telah bersertipikat. Jual beli tanah ulayat sebagai harta pusaka rendah ini tidak memerlukan persetujuan kaum (tidak perlu adanya musyawarah kaum), karena tanah tersebut telah diperuntukkan oleh kaum sebagai harta milik pribadi salah seorang anggota kaum. 3. Hak Kaum sebagai Pemilik Harta Pusaka Tinggi untuk Menuntut Kembali Harta Pusaka Tinggi yang Telah Diperjualbelikan Sepanjang harta pusaka tinggi itu hanya ada surat jual belinya saja, anggota kaum dapat menuntut kembali tanah ulayat yang telah diperjualbelikan dengan pihak lain tersebut. Hal tersebut dikarenakan surat jual beli dipandang belum memiliki hak penguasaan penuh, seperti yang biasanya tertulis dalam surat jual beli antara pihak pertama (penjual) dan Pihak kedua (Pembeli) hanya dikatakan menjual sebidang kebun dalam arti tidak beserta tanahnya, kecuali seseorang telah mendapatkan hibah dari pemilik ulayat, maka anggota kaum tidak dapat mengganggu gugat

status kepemilikan tanah yang telah diserahkan kepada seseorang melalui hibah. Artinya, apabila seseorang telah memegang surat hibah tanah maka kaum bersangkutan atau orang lain tidak dapat mengganggu gugat dan mengambil tanah tersebut.

B. Saran 1. Tanah ulayat kaum sebaiknya tidak diperjualbelikan, akan tetapi diatur pengelolaannya dengan baik dan benar, seperti dengan hanya memberikan hak sewa, Hak Guna Usaha dan sebagainya dengan jangka waktu tertentu, sehingga dengan berakhirnya jangka waktu yang telah diperjanjikan tersebut penguasaan tanah ulayat kembali kepada anggota kaum sebagai pemilik yang sebenarnya, dengan demikian keberadaan tanah ulayat tetap terjaga dan tidak musnah atau tidak beralih kepenguasaannya kepada pihak lain yaitu pihak diluar ulayat kaum yang bersangkutan, sehingga fungsi yang sebenarnya dari tanah ulayat kaum tersebut tetap terjaga. 2. Setiap perbuatan hukum yang berkaitan dengan tanah ulayat kaum, baik tanah ulayat yang merupakan harta pusaka tinggi maupun sebagai harta pusaka rendah sebaiknya tetap berdasarkan kepada persetujuan/ kesepakatan kaum, karena pada dasarnya tanah tersebut merupakan tanah milik bersama anggota kaum dan bukan sebagai harta milik pribadi seseorang. Selain itu, sebaiknya sistem administrasi pertanahan di Indonesia dewasa ini yang menganut sistem transasksi tanah melalui PPAT saja, sebaiknya diganti. Kewenangan publik dari pimpinan masyarakat hukum adat harus tetap dihidupkan dan digunakan. Caranya, setiap transasksi terhadap tanah ulayat yang dilaksanakan melalui PPAT harus terlebih dahulu disetujui oleh pimpinan masyarakat hukum adat dan kepala desa, terutama mengenai kepada siapa tanah tertentu akan dialihkan

haknya, sehingga fungsi kontrol terhadap transaksi tanah tetap ada di tangan mereka. 3. Jika pihak pembeli ingin memiliki bukti kepemilikian yang lebih kuat lagi terhadap tanah yang telah dibelinya tersebut, maka sebaiknya pihak pembeli membuat surat persetujuan kaum untuk menjual tanah ulayat tersebut secara otentik atau paling tidak dilegalisasi oleh notaris. Hal ini untuk mendapatkan kepastian hukum dari kesepakatan yang telah dibuat, agar apabila dikemudian hari ada diantara anggota kaum yang telah memberikan persetujuan mengingkarinya, maka surat persetujuan kaum yang telah dibuat sebelumnya dapat dijadikan sebagai alat bukti tertulis oleh pihak penjual untuk mempertahankan hak miliknya, sehingga dengan adanya perbuatan hukum jual beli terhadap tanah ulayat, mengakibatkan kaum sebagai pemilik awal dari harta pusaka tinggi tidak mempunyai hak untuk menuntut kembali harta pusaka tinggi yang telah diperjualbelikan, karena sudah ada surat persetujuan kaum, surat jual beli dan surat hibah.