JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

dokumen-dokumen yang mirip
Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

JOBSHEET PRAKTIKUM 1 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

Bagian 2 Persyaratan dasar

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PRAKTIKUM I N S T A L A S I L I S T R I K

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

LAPORAN PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN

PENGERTIAN KWH METER, JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJANYA

SOP PEMELIHARAAN APP PENGUKURAN TDK LANGSUNG

JOBSHEET PRAKTIKUM 2 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi

Mematuhi aturan serta prosedur yang diguna-kan dalam merencana-kan dan menyiapkan pemasangan

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang

JOBSHEET PRAKTIKUM 7 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

SOAL PRAKTIK KEJURUAN

P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK)

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

SOAL PRAKTIK KEJURUAN

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN. 3.1 Rangkaian dan Peralatan Pengujian

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

OLEH : NAMA : SITI MALAHAYATI SARI KELAS : EL-3E NIM :

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

KWH METER DENGAN SISTEM PRABAYAR

Kegiatan Belajar 4 : Alat Pengukur dan Pembatas (APP) Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Memahami alat pengukur dan pembatas (APP) Sub Capaian

UNIT IV MENJALANKAN DAN MEMBALIK PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR DALAM HUBUNGAN-BINTANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT. perancangan pembuatan simulasi listrik, Pada perancangan sistem simulasi ini di

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

BAB IV PEMBAHASAN. P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V

Gambar 3.1 : Kondisi motor baik

Gambar 3.1 Tahapan Perancangan Miniatur Lift

Galvanometer. 1. Cara / Prinsip Kerja, Fungsi dan Komponen

Cos φ = V.I. Cos φ. PRINSIP DASAR kwh METER

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

DASAR INSTALASI LISTRIK. Hasbullah, MT Electrical Engineering Dept. FPTK UPI com Mobile :

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROPINSI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2015 KELOMPOK TEKNOLOGI LEMBAR TUGAS PRAKTIK

TEORI LISTRIK TERAPAN

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

BENGKEL LISTRIK SEMESTER III INSTALASI PENERANGAN 3 FASA

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

LATIHAN 1 MENGERJAKAN BERBAGAI MACAM SAMBUNGAN KABEL

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR

BAB IV PENGUJIAN DAPUR BUSUR LISTRIK

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangannya.dalam kehidupan sehari hari kita tidak pernah lepas

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

SOP Memelihara Transformator Distribusi Gardu Tiang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : INSTALASI ELEKTRIK / IT SEMESTER / SKS : IV / 2

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

Alat Penghemat Listrik, Optimasi Daya, Bukan Menghemat Monday, 12 March 2007

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT MANDIRI PELATIHAN INSTALASI LISTRIK PENERANGAN PADA RUMAH TINGGAL

Transkripsi:

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter 2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik 3. Mahasiswa mengetahui ketentuan pemasangan SR (sambungan rumah) dan APP (alat pembatas dan pembagi) 4. Mahasiswa mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pemasangan SR dan APP 5. Mahasiswa terampil memasang SR dan APP II. DASAR TEORI 1. KWH meter KWH meter adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Alat ono bekerja menggunakan metode induksi medan magnet dimana medan magnet tersebut menggerakkan pirirngan yang terbuat dari aluminium. Pengukur Kwatt atau Watt, yang pada umumnya disebut watt-meter/ Kwatt-meter disusun sedemikian rupa, sehingga kumparan tegangan dapat berputar dengan bebasnya, dengan jalan demikain tenaga listrik dapat diukur, baik dalam satuan watt atau Kwatt. Pemakaian eergi listrik di industri maupun di rumah tangga menggunakan kilowatthour (KWH), dimana 1KWH sama dengan 3,6 MJ. Karena itulah alat yang digunakan untuk mengukur energi ada industri atau rumah tangga dikenal dengan KWH. Besar tagihan listrik biasanya berdasarkan pada angka-angka yang terterah pada KWH meter setiap bulannya untuk saat ini. KWH meter induksi adalah satu-satunya tipe yang digunakan pada perhitungan daya listrik rumah tangga. Bagian-bagian uama pada KWH meter adalah kumparan tegangan, kumparan arus, piringan aluminium, magnet tetap, dan gir mekanik yang mencatat banyaknya putaran piringan. Jika meter dihubungkan ke daya satu fasa, maka piringsn mendapat torsi yang membuatnya berputar seperti motor dengan tingkat kepresisian yang tinggi. Semakain besar daya yang terpakai, mengakibatkan kecepatan piringan semakin besar, demikian pula sebaliknya. Cara pengkabelan pada KWH seperti yang ditunjukan gambar 2 di bawah. 2. MCB (miniatur circuit breaker) MCB adalah singkatan dari miniatur circuit breaker, fungsi MCB adalah sebagai peralatan pengaman terhadap gangguan hubung singkat, menggantikan fungsi sikring. Sebagai pengaman hubung singkat sikring maupun MCB akan trip, lepas atau matijika terjadi gangguan hubung singkat. MCB selain digunakan sebagai pengaman hubung singkat, juga digunakan sebagai pengaman beban lebih.dalam instalasi rumah MCB digunakan sebagi alat pembatas yakni membatasi arus yang mangalir dari jaringa PLN ke rumah pelanggan. Masil pelanggan 450 VA, maka pada APP dipasang MCB 2A, pada pelanggan 900 VA pada APP dipasang MCB 4A, dan pada pelanggan 1300 VA pada APP dipasang MCB 6A. Jadi MCB yang dipasang pada APP adalah sebagai pembatas arus, sedangkan yang dipasang pada PHB adalah sebagai pengaman hubung singkat. 3. Sambungan pelayanan teganagan rendah (SP-TR) atau sambungan rumah (SR) Sambungan pelayanan tegangan rendah (SP - TR) disebut juga dengan sambung rumah (SR) adalah bagian dari jaringan tegangan rendah (JTR) yang menghubungkan

saluran tegangan rendah (STR) sampai dengan APP. Diagram pengawatan seperti gambar 1. Pemasangan menurut ketentuan PUIL 2000 adalah sebagai berikut : 4.13 Lokasi dan pencapaian PHB 4.13.1 Lokasi PHB 4.13.1.1 Umum PHB harus: a) Dipasang di lokasi yang cocok, yang kering dengan ventilasi yang cukup, kecuali bila PHB dilindungi terhadap lembab. b) Ditempatkan sedemikian hingga PHB dan pencapaiannya tidak terhalang oleh bagian atauisi gedung atau bagian lainnya dalam gedung. 4.13.1.2 Lokasi PHB utama Lokasi dari PHB utama harus memenuhi ketentuan di bawah ini: a) Umum. PHB utama atau panel untuk kendali jarak jauh dari sakelar utama sesuai 4.8.1.5 harus ditempatkan tidak lebih jauh dari satu tingkat di atas atau di bawah jalan masuk gedungdan harus dapat dicapai dengan mudah dari jalan masuk. Ketentuan ini tidak berlaku pada: 1) instalasi rumah 2) hal-hal lain yang telah memperoleh persetujuan. b) Instalasi ganda Dalam instalasi ganda, PHB utama tidak boleh ditempatkan di instalasi rumah. 4.13.1.3 Pemberian tanda mengenai lokasi PHB utama Lokasi PHB utama harus ditunjukkan sebagai berikut: a) Pemberian tanda pada pintu atau selungkup.bila suatu PHB utama terletak di dalam kamar atau selungkup, setiap pintu yangdiperlukan untuk masuk bagi personil harus diberi tanda dengan jelas dan permanen yangmenunjukkan ruangan atau kamar tempat PHB utama terletak.ketentuan ini tidak berlaku bagi PHB utama dalam suatu instalasi rumah tunggal. b) Pemberian tanda lokasi dalam suatu instalasi. Lokasi dari PHB utama dalam suatu instalasi harus ditunjukkan dengan tanda yang menyolok di semua pintu masuk utama ke instalasi atau pada panel indikator kebakaran. Tanda seperti itu harus mencantumkan PHB UTAMA. Ketentuan ini tidak berlaku bila lokasi PHB utama dapat diketahui dengan cepat karenaukuran dan perancangan instalasi yang baik. Contoh untuk instalasi yang dimaksud adalah instalasi rumah atau bila pintu ruangan PHB atau pintu selungkupnya terletak dekat, dan dapat dilihat dengan jelas dari pintu masuk utama ke instalasi. 4.13.1.5 PHB dengan bagian bertegangan yang terbuka PHB yang mempunyai bagian bertegangan terbuka harus dipasang dalam daerah yang dapat dimasuki hanya oleh petugas yang berwenang dan yang diperlengkapi dengan fasilitas penguncian. 4.13.2 Pencapaian PHB 4.13.2.1 Umum Di sekeliling PHB harus disediakan ruangan yang cukup di segala sisinya supaya orangdapat lewat, untuk mengoperasikan dan menyetel semua perlengkapan dengan aman danefektip,

dan dapat segera keluar dari lingkungan PHB dalam keadaan darurat.ruangan tersebut dapat di peroleh dengan menyediakan: a) Jarak bebas mendatar tidak kurang dari 0,6 m dari sembarang bagian dari PHB atau perlengkapan, termasuk pintu penutup PHB, dalam kedudukan normal dalam operasi, pembukaan dan penarikan keluar dan b) Jarak bebas tegak lurus dari lantai dasar atau platform atau permukaan bidang jalan lainnya sampai ketinggian 2 m, atau suatu jarak yang tidak kurang daripada tinggi PHB,mana yang lebih besar. Cara lain untuk menyediakan ruangan yang cukup di sekeliling PHB dapat digunakan, misalnya pintu penutup yang menutupi PHB yang disusun sedemikian sehingga pintu: 1. dapat dibuka tidak kurang dari pada 170 derajat dari kedudukan tertutup, 2. Dapat dipertahankan pada posisi tersebut 3. Bila dipertahankan dalam kedudukan terbuka tidak menghambat penggunaan dari pintu terdekat lainnya dan mempertahankan pada jarak bebas yang dirinci dalam hal a) dan b). Pintu penutup PHB dalam instalasi rumah tidak memerlukan jarak bebas mendatar 0,6 m bila dibuka dalam sembarang kedudukan, asalkan pintu mempunyai dimensi tegak lurustidak lebih dari 0,9 m. 6.3 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) tertutup 6.3.1 Umum 6.3.1.1 Rangka, rumah dan bagian konstruksi PHB tertutup harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tahan lembab dan kokoh. 6.3.1.2 Selain syarat yang tercantum dalam 6.2.8.1 pada PHB tertutup untuk sistem tegangan bolak balik di atas 1000 V atau untuk sistem tegangan searah di atas 1500 V harus dipenuhi pula ketentuan sebagai berikut: 1. Di depan sakelar harus dipasang pemisah atau gawai lain yang sekurang-kurangnya sederajat untuk memastikan sakelar tersebut bebas tegangan. 2. Pada pelayanan dari luar, keadaan kedudukan pemisah harus dapat dilihat dengan mudah dari tempat pelayanan. 3. Pemisah harus dipasang, dibuat atau dilindungi sedemikian rupa sehingga pada keadaan terbuka semua bagian bertegangan cukup aman terhadap sentuhan langsung. 4. Pengukuran, pemeriksaan pembumian, dan penghubungan singkat dari bagian yang akan dikerjakan harus dapat dilakukan dengan mudah dan aman. 5. Semua bagian logam yang dalam keadaan normal tidak bertegangan, harus dibumikan secara baik. 6.3.1.3 PHB tertutup untuk sistem tegangan bolak balik di atas 1000 V atau tegangan searah di atas 1500 V yang tidak dipasang dalam ruang kerja listrik atau ruang kerja terkunci, selain harus memenuhi ketentuan dalam BAB 8 harus pula memenuhi ketentuanketentuan berikut: a) Pemisah tidak boleh dapat dilepas sebelum sakelar yang bersangkutan dibuka. b) Pintu PHB tidak boleh dapat dibuka sebelum pemisah yang bersangkutan terbuka. c) Pemisah tidak boleh ditutup selama pintu PHB yang bersangkutan masih terbuka d) Dalam keadaan pintu tertutup, sakelar tidak boleh dapat ditutup, selama pemisah bersangkutan masih dalam keadaan terbuka, atau dengan cara lain harus dapat dijaminbahwa pemisah itu hanya dapat ditutup jika sakelar dalam keadaan terbuka. 6.3.1.4 Sakelar masuk dan sakelar keluar PHB tertutup harus dapat dilayani dari luar, serta kedudukan atau posisi kerja sakelar itu harus dapat dilihat dengan mudah dari tempat pelayanan.

6.3.1.5 Di dalam PHB tertutup hanya boleh ada sambungan kawat yang diperlukan untukpenyambungan gawai listrik yang terdapat di dalam PHB tersebut; sambungan listrik untuksistem hidrolik/pnematik dan saluran pengukuran dikecualikan dari ketentuan ini asaldipasang secara teratur, teliti, dan sependek mungkin. 6.4 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) terbuka 6.4.1 Syarat umum 6.4.1.1 PHB terbuka harus dipasang dalam ruang kerja listrik atau ruang kerja terkunci yang dimaksud dalam BAB 8, kecuali jika sebagian atau seluruhnya ditempatkan dalamkurungan atau pagar sehingga sentuhan langsung dapat dihindari, atau jika ruang tersebutmerupakan bagian dari ruang khusus seperti laboratorium listrik. Kurungan atau pagarpelindung itu jika terbuat dari logam harus dibumikan dengan baik. 6.4.1.2 PHB harus dibuat, dirakit dan dilindungi sedemikian rupa sehingga gejala api yang timbul pada waktu pelayanan atau dalam keadaan bekerja tidak akan membahayakan pegawai yang melayaninya atau menjalar ke bagian lain yang dapat terbakar. 6.4.1.3 Rel pada PHB terbuka harus memenuhi ketentuan dalam 6.2.9.1 dan 6.2.9.2. 6.4.1.4 Jika untuk mengganti pengaman lebur pintu harus dibuka, sedangkan PHB dalam keadaan bekerja, maka harus dirancang suatu pelindung terhadap sentuhan dengan bagianbertegangan. 6.6 Komponen yang dipasang pada Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) 6.6.1 Syarat umum 6.6.1.1 Komponen yang dipasang pada PHB harus dari jenis yang sesuai dengan syaratpenggunaannya. 6.6.1.2 Kemampuan komponen yang dipasang pada PHB harus sesuai dengan keperluan. 6.6.1.3 Komponen yang dipasang pada PHB harus memenuhi ketentuan 2.1.1.2. 6.6.2 Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan pemutus 6.6.2.1 Sakelar, pemisah dan pemutus yang dipasang pada PHB harus mempunyai kutub yang jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan banyaknya fase yang digunakan.semua kutub harus dapat dibuka atau ditutup secara serentak. 6.6.2.2 Untuk JTR dengan pembumian netral pengaman (TNC), sakelar, pemisah dan pemutus sirkit yang digunakan harus dari jenis tiga kutub, yakni hanya untuk membuka dan menutup penghantar fasenya saja.penghantar netral tidak boleh diputuskan (lihat Gambar 6.6-1).

6.6.2.3 Untuk JTR dengan sistem pembumian pengaman (TT) boleh digunakan sakelar,pemisah atau pemutus sirkit dengan tiga kutub atau dengan empat kutub (lihat Gambar 6.6-1 atau 6.6-2). 6.6.2.4 Untuk JTR dengan sistem penghantar pengaman (IT), harus digunakan sakelar,pemisah atau pemutus sirkit empat kutub (lihat Gambar 6.6-2) 6.6.2.5 Untuk JTR dengan sistem pembumian pengaman atau penghantar pengaman (IT), pemindahan beban dari jaringan listrik umum ke mesin pembangkit sendiri harus menggunakan sakelar dengan empat kutub (lihat Gambar 6.6-3). 6.6.2.6 Sakelar dan pemisah harus dipasang demikian rupa sehingga bagian yang bergerak tidak bertegangan dalam keadaan sakelar terbuka, dan tidak dapat menutup sendiri oleh gaya berat bagian bergerak tersebut. 6.6.2.7 Pemisah berkutub banyak yang dipasang pada PHB tertutup harus mempunyai pisau yang saling berhubungan secara mekanis dan dilengkapi dengan pelayanan mekanis.

6.6.2.8 Sakelar dengan minyak harus dipasang demikian rupa sehingga kebakaran yang timbul pada sakelar itu tidak dapat menjalar ke perlengkapan atau bangunan di sekitarnya. III. ALAT dan BAHAN 1. Safety bell 2. Sepatu karet 3. Obeng + 4. Obeng - (besar & kecil) 5. Tang potong 6. Tang kombinasi 7. Cutter 8. Tespen 9. Scrup 10. Kunci engkol 11. Kabel jumper 12. Kotak sikring 13. Sikring 14. Fitting lampu 15. Lampu 16. Pipa 17. Klem pipa 18. KWH meter 19. Kabel twisted 20. Penjepit buaya 13. Kencangkan baut pengunci penjepit buaya menggunakan kunci 14. Pastikan pengunci sangat kencang 15. Dan juga pastikan kabel yang di udara tidak kendor 16. Setelah selesai melakukan praktikum, bongkar kembali peralatan yang sudah dipasang kemudian kembalikan ke tempat semula dan bersihkan ruangan. IV. LANGKAH KERJA a. Langkah pemasangan 1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan 2. Masukan dua buah kabel twisted ke KWH 3. Sambung kabel fasa dari kabel twist ke input KWH 4. Kemudian sambungkan kabel ke input MCB 5. Sambungkan kabel netral twist ke terminal KWH 6. Sambung kabel fasa dan netral dari KWH ke kotak sikring 7. Kabel output dari kotak sikring sambungkan ke beban yang berupa lampu 8. Pasang beban ( lampu ) 9. Tarik kabel twisted ke kabel sumber utama 10. Pasang safety bell ke tiang 11. Sambung kabel netral ke kabel netral sumber dan kabel fasa ke kabel fasa sumber menggunakan penjepit buaya 12. Pastikan sambungan lurus

V. GAMBAR