BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
TRANSFORMASI IDENTITAS PECINTA BARBIE PADA WANITA. (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Pecinta Barbie)

BAB I PENDAHULUAN. penting mengenai peran serta posisi seseorang di kehidupan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dipisahkan. Berbicara mengenai perempuan, adalah juga bicara mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren

Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

Rias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut

Bab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya,

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan mereka sebagai pria atau wanita. Seorang pakar psikologi

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

Bab 5. Ringkasan. Salah satu fenomena yang muncul ke permukaan dalam masyarakat Jepang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah apa yang tampak dan apa yang muncul dari dalam mendorong sesuatu

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan senjata ampuh milik mereka yang berprofesi sebagai public relations

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup

BAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED),

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan bagian bagian wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

PENDAHULUAN BABI. Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan disini mengacu pada penampilan secara keadaan fisik

HOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI. (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berikan tanda pada kolom ya bila anda setuju dan tanda pada kolom tidak bila anda tidak setuju.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB IV PENYAJIAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses dimana seseorang menyampaikan suatu pesan kepada penerima pesan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. tenggelamnya kapal vanderwick diceritakan bahwa tokoh Randy Danistha sebagai

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Hai Cindy selamat ya sudah jadi anak SMU Suara yang sudah tak asing lagi baginya.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian di lapangan (Nasir,1998: 5). Tipe penelitian yang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap

# Benarkah rokok menjadi lambang maskulinitas? Seperti pada beberapa penelitian yang diadakan di Eropa, justru perempuan karir yang sukses cenderung m

BAB I PENDAHULUAN. berkelompok itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dituntut untuk menjaga penampilannya melainkan kaum pria telah mulai

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. berdirinya beberapa salon terkemuka di Indonesia. Tak jarang para investor asing

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan produk kosmetik lebih banyak yang berasal dari alam. Tetapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika.

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Renjana dalam Bejana. Kumpulan Cerita Pendek. Nabila Budayana

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan tujuan dari Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sumber : diakses pada 18 November pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tetapi harapan itu muncul lagi setelah di SMP ini Zeta tidak satu sekolah lagi dengan Arum, mudah mudahan di SMP ini aku bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semua orang melalui proses pertumbuhan dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua. Masa kanak-kanak merupakan masa bermain dan umumnya kita memiliki mainan kesukaan masing-masing, seperti boneka, alat memasak, alat kedokteran, mobil-mobilan, bola dan lain-lain. Barbie adalah salah satu boneka yang paling banyak digemari. Pada awal kemunculannya, penjualan Barbie mencapai jumlah 1 juta setiap bulannya. Boneka yang cantik dan sangat menawan tersebut hadir dengan menawarkan berbagai aksesoris yang melekat pada tubuhnya. Dari segi kecantikan, Barbie memang sangat sesuai dengan penggambaran seorang wanita yang cantik dan mempunyai tubuh yang sempurna. Boneka keluaran Mattel Inc yang memulai debutnya pada tahun 1959 ini telah berhasil menjadi boneka yang tidak diragukan lagi ketenarannya. Segala sesuatu yang ada pada Barbie seperti menggambarkan kategori wanita yang ideal. Kaki yang panjang, pinggul yang kecil, hidung mancung, bibir tipis dan kulit yang putih. Hal itu mampu membuat Barbie menjadi ikon kecantikan terutama bagi wanita masa kini yang sangat peduli dengan penampilan fisik. Barbie yang pertama kali diciptakan dengan maksud untuk menjadi mainan anak kecil, kini juga disukai oleh wanita dewasa. Wanita dewasa memiliki koleksi Barbie yang lebih banyak dibandingkan dengan anak kecil, karena mereka dapat membeli boneka Barbie dengan pendapatan yang mereka miliki. Menurut Jennifer Fulkerson (dalam buku Roger, 2009:108), ia melaporkan bahwa 75% kolektor Barbie adalah wanita berusia 35-64 tahun. 16% diantaranya adalah lulusan universitas, 55% sempat mengenyam pendidikan universitas, 12% mendapatkan pendidikan universitas. Dengan demikian hanya 17% yang tidak mengenyam pendidikan universitas. Fulkerson juga menemukan bahwa kira-kira separuh dari para kolektor Barbie memiliki penghasilan pertahun sekurang-kurangya $45.000 yang berada di atas rata-rata penghasilan kalangan menengah Amerika. Merujuk pada harga boneka Barbie yang tidak bisa dianggap murah, para kolektor seperti tidak ragu untuk mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk boneka Barbie. 1

Gambar 1.1 Rumah Barbie Sumber: www.rumahbarbie.com Selain boneka Barbie yang harganya mahal, aksesoris Barbie seperti mobil atau rumah Barbie pun tidak kalah mahalnya. Jika dilihat dalam website www.rumahbarbie.com harga yang dibandrol untuk satu rumah Barbie berkisar antara Rp. 300.000,- hingga jutaan rupiah. Dengan harga seperti itu, tentunya hanya kalangan menengah atas yang dapat membeli dengan lengkap, boneka Barbie dan juga aksesorisnya. Awalnya Barbie diciptakan untuk mempresentasikan cantik menurut orang Amerika. Tanpa disangka Barbie tidak hanya terkenal di Amerika saja namun juga diseluruh dunia. Karena itulah kini hampir setiap negara mempunyai standar kecantikan yang sama yaitu kaki yang panjang, tubuh yang langsing, hidung mancung dan kulit yang putih. Sebenarnya cantik tidak hanya dilihat dari segi fisik saja. Cantik yang sesungguhnya dapat berasal dari dalam diri seorang wanita. Wanita yang pintar, cerdas dan selalu berpikir positif akan memancarkan kecantikan. Namun dengan kehadiran Barbie, sebagian wanita seperti mempunyai kategori cantik yang merujuk pada boneka Barbie terutama bagi pecinta Barbie. Penggambaran Barbie seperti Barbie yang menawan hati, mempesona, memikat, jelita, lembut dan indah adalah kata-kata yang biasa digunakan oleh anakanak muda dan orang dewasa untuk menggambarkannya. Tidak perlu diragukan, kata- 2

kata ini adalah kata-kata feminitas kelas menengah modern. Kata sifat ini juga menggambarkan femininitas anak muda dan femininitas heteroseksual. Lebih dari semuanya, tampaknya, Barbie adalah ikon femininitas dalam hubungan dengan kelompok menengah masyarakat barat dewasa ini (Roger, 2009:23) Feminitas yang kuat terpancar dari boneka Barbie. Hal itu digambarkan dengan sangat apik, selain memiliki tubuh dan wajah yang sempurna, Barbie juga digambarkan dengan personality atau kepribadian yang baik, santun, ia tidak pernah bersikap kasar, menggambarkan wanita yang berpendidikan tinggi, tidak pernah melakukan kesalahan dan selalu tampil dengan gaya yang feminin. Salah satu femininitas yang terpancar oleh Barbie adalah bagaimana penampilan Barbie yang sempurna dengan pakaian yang feminin. Barbie tidak pernah terlihat maskulin, bahkan manakala ia menjadi seorang polisi. Polisi Barbie tampil dengan tongkat berlampu dan walkie talkie berwarna pink, bukan membawa senjata dan borgol. Ia juga tampil dengan gaun gemerlapan ketika menghadiri acara penghargaan petugas polisi terbaik (Roger, 2009:27) Barbie yang identik dengan pakaian yang terlihat manis seperti gaun atau pernak-pernik yang berwarna merah jambu, warna yang tepat untuk menggambarkan seorang wanita. Terlepas dari peran yang dimainkan oleh Barbie dalam sebuah film, Barbie tetap tampil feminin dan konsekuen dengan penampilannya disetiap saat. Reputasi boneka Barbie tidak bisa disepelekan. Selain sekedar mengkoleksi boneka Barbie dan aksesorisnya, para pecinta Barbie juga melakukan berbagai cara agar mereka terlihat cantik seperti idolanya. Dimulai dari cara yang ekstrim yaitu operasi plastik hingga dengan cara yang paling mudah yaitu, make up. Make up pun tidak sembarangan, namun harus dengan teknik tertentu. Sama seperti yang biasa dilakukan oleh Kota Koti, Venus Palermo dan sebagian wanita lainnya demi terlihat seperti boneka Barbie. 3

Gambar 1.2 Kota Koti Wanita Dengan Make Up Barbie Sumber: www.vemale.com Kota Koti adalah seorang gadis asal Amerika, lahir pada tahun 1995 yang saat ini tinggal di Jepang melakukan sejajaran make up agar terlihat seperti idola nya, Barbie. Kota Koti juga memberikan tutorial make up di akun youtube nya kepada 50.000 pengikutnya yang takjub dengan perubahan yang dilakukan oleh gadis tersebut. Rambut lurus, pirang, hidung mancung dan mata yang biru terlihat persis dengan boneka Barbie dan sengaja ia lakukan karena ia begitu terobsesi dengan boneka Barbie yang terlihat cantik. Gambar 1.3 Happy Novana Sari Kolektor Barbie terbanyak di Indonesia Sumber: www.getscoop.com 4

Selain diluar negeri, reputasi Barbie di Indonesia juga cukup baik yang mana pecinta Barbie menjadi addictive dan mengkoleksi boneka Barbie dalam jumlah yang cukup banyak. Happy Novana Sari, wanita yang berusia 26 tahun ini merupakan kolektor Barbie terbanyak di Indonesia. Ia tidak mempermasalahkan dari segi harga nya yang cukup mahal. Ini membuktikan bahwa wanita dewasa pun masih menggemari boneka Barbie dan memiliki koleksi yang lebih banyak daripada anak kecil. Para pecinta Barbie di Indonesia terkesan royal dengan koleksi boneka Barbie yang harga nya relatif mahal dan mereka adalah kelompok wanita dewasa. Identitas adalah sesuatu yang melekat pada seseorang untuk dapat membedakannya dengan yang lain, karena setiap orang memiliki ciri-ciri yang berbeda, meliputi tingkah laku, sifat, cara berpakaian dan cara berbicara seseorang. Identitas diri sangat penting bagi manusia dalam proses interaksi antar sesama. Sama hal nya dengan para pecinta Barbie, apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah untuk memperkuat identitas diri mereka. Identitas diri seseorang dapat dipengaruhi oleh orang-orang yang berinteraksi dengannya. Jika individu berinteraksi dengan individu lain yang dianggap cocok dengan nya, maka individu tersebut cenderung akan melanjutkan pertemanan atau aktifitas yang melibatkan individu yang disukainya dan hal itu akan mempengaruhi terjadinya transformasi identitas. Misalnya, interaksi antar pecinta Barbie akan mendorong keinginannya untuk memperkuat identitas mereka sebagai pecinta Barbie. Interaksi tidak hanya dilakukan melalui tatap muka, begitu juga yang dilakukan dengan pecinta Barbie. Meskipun mereka tidak bertemu secara langsung, namun mereka tetap melakukan komunikasi melalu Instagram dimana pecinta Barbie juga saling memamerkan boneka Barbie yang mereka miliki dengan cara mengunduh koleksi mereka ke dalam Instagram dan memberi hashtag seperti #dollstagram atau #barbiegram agar pecinta Barbie lainnya dapat melihat dan juga saling bertukar informasi mengenai Barbie dan koleksi yang mereka miliki. Dilihat dari hashtag tersebut, dapat ditemukan beberapa pecinta Barbie asal Indonesia yang juga cukup royal dalam mengoleksi Barbie. Transformasi identitas mengisyaratkan penilaian baru tentang diri pribadi dan orang lain, tentang peristiwa, tindakan dan objek. Menurut perspektif teori interaksi simbolik, transformasi identitas menyangkut perubahan psikologi. Perubahan ini dapat 5

diidentifikasi melalui pelakunya yang menjadi berbeda dari sebelumnya. (Mulyana, 2006:231). Jika individu telah bertransformasi, maka apa yang mereka pikirkan atau perilaku mereka juga cenderung akan berubah mengikuti kelompok atau sesuatu hal yang membuat ia bertransformasi. Pada umumnya pecinta Barbie yang telah diwawancara mulai mengenal Barbie pada usia anak-anak, seperti pada saat mereka memasuki sekolah dasar. Oleh karena itu kondisi sebelum mengenal Barbie jika dibandingkan dengan sesudah mengenal Barbie terdapat beberapa perubahan terutama dalam hal penampilan. Sebelumnya pecinta Barbie memiliki penampilan yang lebih cuek dan cenderung tidak memperhatikan penampilan, sedangkan pada saat mereka mulai bertransformasi, mereka cenderung lebih memperhatikan penampilan karena mereka sudah menemukan role model mereka yaitu Barbie. Sehingga gaya berpenampilan mereka berubah mengikuti Barbie. Hal menarik dari penelitian ini adalah penelitian ini berusaha menjelaskan transformasi yang terjadi dalam diri seorang pecinta Barbie, dimana akan tedapat perbedaan antara sebelum dan sesudah mereka menyukai Barbie dan sejauh mana mereka ingin menunjukkan identitas diri mereka sebagai penggemar boneka Barbie. Sehingga hal tersebut dapat digunakan oleh peneliti sebagai dasar untuk menganalisa secara terstruktur pada proses terbentuknya identitas baru dari pecinta Barbie. Dari pemaparan diatas terlihat bahwa transformasi akan merubah perilaku dan pemikiran individu yang bersangkutan, namun pecinta Barbie dari kelompok wanita dewasa bertransformasi hanya karena terobsesi pada sebuah boneka, produk mainan anak-anak, yang seharusnya sudah bukan merupakan dunia atau lingkungannya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang transformasi identitas dengan judul Transformasi Identitas Pecinta Barbie Pada Wanita (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Pecinta Barbie). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode fenomenologi. Fenomenologi adalah sebuah aliran pemikiran yang menganggap bahwa fenomena (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Fenomenologi juga berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sesuatu yang tampak atau menampakan diri. (Djamal, 2015:106) 6

1.2 FOKUS PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan fokus penelitian ini adalah melihat bagaimana kondisi pecinta Barbie seelum bertransformasi hingga akhirnya terjadi transformasi identitas yang terjadi pada pecinta Barbie yang memasuki tahap dewasa awal. 1.3 IDENTIFIKASI MASALAH Dari penuturan latar belakang diatas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana identitas diri pecinta Barbie sebelum mengalami transformasi identitas? 2. Bagaimana identitas diri pecinta Barbie setelah mengalami transformasi identitas? 1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui bagaimana identitas diri pecinta Barbie sebelum mengalami transformasi identitas pada dirinya. 2. Untuk mengetahui bagaimana identitas diri pecinta Barbie setelah mengalami transformasi identitas pada dirinya. 1.5 KEGUNAAN PENELITIAN Adapun kegunaan penelitian dibagi menjadi kegunaan akademis dan kegunaan praktis dengan penjelasan sebagai berikut: 1.5.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi ukuran dan rujukan bagi penelitian yang akan datang di bidang Ilmu Komunikasi terutama dalam hal kajian mengenai transformasi identitas diri terhadap boneka Barbie. 7

1.5.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terutama mengenai transformasi identitas diri. 1.6 LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU PENELITIAN 1.6.1 Lokasi Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti tidak mempunyai lokasi secara spesifik melihat informan yang diwawancara mempunyai domisili yang berbeda-beda. 1.6.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2016 Tabel 1.2 Waktu Penelitian Kegiatan Des 16 Jan 17 Feb 17 Mar 17 Apr 17 Mei 17 Juni 17 Menentukan tema penelitian yang akan diambil. Pencarian bahan penelitian yang akan digunakan. Mencari informan yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Tahap pengerjaan Bab 1, 2, dan 3 Desk evaluation 8

Tahap revisi untuk bab 1, 2 dan 3 Melakukan wawancara dengan informan Analisis data hasil wawancara dengan informan Tahap pengerjaan bab 4 dan 5 Sidang skripsi Tahap revisi untuk bab 4 dan 5 9