Final Report Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang Kabupaten Muba Sumatera Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

Ekologi Padang Alang-alang

Final Report Master Plan Rehabilitasi Lahan Gambut yang Terdegradasi di Merang dan Kepayang, Sumatera Selatan

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA POHON PENGGANTI SONOR

Rancangan Teknis Rehabilitasi Hutan Lindung Meranti Sungai Merah di KPHP Meranti Provinsi, Provinsi Sumatera Selatan.

Merang REDD Pilot Project (MRPP) Persemaian dan Rehabilitasi Hutan. Rehabilitasi hutan rawa gambut berbasis masyarakat pada areal MRPP

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

E U C A L Y P T U S A.

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Halaman Judul Report Sub Kegiatan A Study and analysis on design of capacity development strategy for the implementation of sustainable manageme

Demplot sumber benih unggulan lokal

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

PEMBANGUNAN KEBUN PANGKAS RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI KHDTK TUMBANG NUSA, KALTENG

BAGIAN KEDUA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Sri Wilarso Budi R

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG

ANALISIS FINANSIAL HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN JABIREN RAYA KABUPATEN PULANG PISAU KALIMANTAN TENGAH

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

CAPAIAN OUTPUT DAN OUTCOME

SINTESIS RPI 5 : PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

TERM OF REFERENCE REHABILITASI HUTAN LINDUNG GAMBUT (HLG) LONDERANG DESA RAWASARI, KECAMATAN BERBAK, KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROYEK MCA-I RIMBA

Final Report Konsultasi Publik tentang Nilai Ekonomi dan Pemetaan HHBK untuk Pengembangan Usaha Masyarakat

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

BUDIDAYA JELUTUNG RAWA (Dyera lowii Hook.F)

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

BAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN) BAB I PENDAHULUAN

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat (KPS)

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

ISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

Oleh : Ulfah J. Siregar

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

Disajikan oleh: MRPP Team Seite 1

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

II. METODOLOGI. A. Metode survei

BAGIAN KESEMBILAN PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN DENGAN SISTIM SILVIKULTUR INTENSIF GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

III. MATERI DAN METODE

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

Transkripsi:

Biodiversity and Climate Change Project (BIOCLIME) Final Report Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang Kabupaten Muba Sumatera Selatan Bastoni Brata, Mohammad Sidiq, Robby D Febriana, Teten Rahman Saepuloh, Adi Jaya Prana dan Berthold Haasler

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang i Kata Pengantar Laporan ini disusun sebagai dokumen verifikasi untuk indikator capaian kegiatan SFF tentang pelaksanaan model rehabilitasi hutan dan lahan rawa gambut bekas terbakar bersama masyarakat. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan rawa gambut tersebut dilaksanakan melalui pendampingan masyarakat dimulai dari pelatihan teknis rehabilitasi hutan rawa gambut dan pembangunan persemaian desa; dan pelaksanaan penanaman dengan pendekatan sistem agroforestri campuran. Project BIOCLIME telah menyusun Rancangan Teknik (Rantek) Rehabilitasi Lahan Gambut Bekas Kebakaran dengan studi kasus di Hutan Desa Kepayang seluas 500 ha. Kegiatan penanaman rehabilitasi ini mengacu pada Rantek tersebut. Pendekatan yang dilakukan oleh project adalah kegiatan rehabilitasi bersama masyarakat, menggunakan sistem agroforestri campuran antara jenis tanaman hutan dengan jenis jelutung sebagai penghasil getah jelutung (HHBK) untuk sumber penghidupan masyarakat. Kami menyampaikan terima kasih kepada GIZ BIOCLIME yang telah memberikan kepercayaan untuk melakukan kegiatan ini. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu pelaksanaan survey, khusunya kepada HAKI, PT. GAL, KPHP Lalan dan LPHD Kepayang. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan sehingga masukan para pihak yang terkait sangat diharapkan. Besar harapan penulis laporan ini dapat diterapkan untuk kegiatan rehabilitasi sesuai yang diharapkan. Palembang, Juni 2016 Tim Penyusun

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang ii Singkatan/Akronim BIOCLIME CBFM CLAPS FAO HHBK KK KPHL KPHP KTH MA&D Biodiversity and Climate Change Project Proyek Biodiversitas dan Perubahan Iklim Community Based Forest Management Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Penilaian Sumber Penghidupan Masyarakat dan Penyaringan Produk Food and Agriculture Organization Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Pangan dan Pertanian Non-Timber Forest Products Hasil Hutan Bukan Kayu Househould Kepala Keluarga Protection Forest Management Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Production Forest Management Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Forest Farmer Group Kelompok Tani Hutan Market Analysis and Development Analisa Pasar dan Pengembangan

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang iii Daftar Isi Kata Pengantar... i Singkatan/Akronim... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... iv 1 Pendahuluan... 5 1.1. Latar Belakang... 5 1.2. Tujuan... 5 2 Metode... 6 2.1. Waktu dan Lokasi... 6 2.2. Bahan dan Alat... 6 2.3. Tahapan Kegiatan... 6 3 Hasil Pelatihan Pembibitan Desa dan Demplot 1 Ha... 8 4 Hasil Kegiatan Rehabilitasi... 10 4.1. Gambaran Umum... 10 4.2. Plot Revegetasi Areal Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang... 11 4.2.1. Blok Genangan Air Dalam (> 50cm) pada Puncak Musim Hujan... 11 4.2.2. Blok Genangan Air Sedang (25 50cm) pada Puncak Musim Hujan... 11 4.2.3. Blok Genangan Air Dangkal (<25 cm) pada Puncak Musim Hujan... 12 4.3. Karakteristik Lahan Gambut pada Plot Revegetasi... 12 4.4. Kegiatan Penanaman... 13 5 Rencana Tindak Lanjut... 15

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang iv Daftar Tabel Tabel 1 Kedalaman gambut dan genangan air pada plot rehabilitasi di Hutan Desa Kepayang (15 Maret 2017)... 12 Daftar Gambar Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Pelatihan pembibitan bagi masyarakat desa/kelompok Masyarakat Peduli Api (KMPA) Desa Kepayang, Musi Banyuasin... 8 Bangunan persemaian desa Kelompok Tani Hutan Kepayang Lestari di lokasi Dusun Talang Nuaran Hutan Desa Kepayang.... 9 Kondisi areal penanaman pada Plot 3.2 (kiri) terletak di Sungai Nuaran KM 2.1 2.0 dan Plot 3.1 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 2.0 1.9.... 11 Kondisi areal penanaman pada Plot 3.3 (kiri) terletak di Sungai Nuaran KM 1.9 1.8 dan Plot 3.4 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 1.8 1.7.... 11 Kondisi areal penanaman pada Plot 3.5 (kiri) terletak di Sungai Nuaran KM 1.7 1.6 dan Plot 3.6 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 1.6 1.5.... 12 Kegiatan penanaman bersama Kelompok Tani Hutan dan Masyarakat Peduli Api (MPA) Hutan Desa Kepayang.... 13 Profil gambut dan genangan air di titik Km 2,1 Sungai Nuaran Hutan Desa Kepayang.... 14 Profil gambut dan genangan air di titik Km 2,0 Sungai Nuaran Hutan Desa Kepayang... 14

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 5 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan rawa gambut yang terbakar pada musim kemarau panjang (el-nino) tahun 2015 adalah Hutan Desa Kepayang dan lebih dari 90% pohon penyusun tegakan mati terbakar. Kondisi saat ini (1,5 tahun setelah kebakaran) pada areal hutan yang terbakar berupa suksesi tumbuhan bawah yang didominasi oleh pakis udang (Stenochlaena palustris) dan rumput belidang (Fimbristylus sp.) Suksesi vegetasi strata pohon belum terbentuk, baru sebatas suksesi dari hasil pertunasan akar mahang (Macaranga pruinosa) yang tidak terbakar. Untuk mempercepat pemulihan kondisi hutan pasca kebakaran diperlukan upaya penanaman kembali (revegetasi) dengan jenis-jenis pohon lokal yang adaptif dan berguna untuk sumber kehidupan dan pendapatan masyarakat lokal. 1.2. Tujuan Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk revegetasi areal hutan bekas kebakaran dengan sistem agroforestri menggunakan jenis pohon lokal (indigeneous species) yang adaptif dengan kondisi tapak setempat dan pelibatan masyarakat lokal sebagai pelaksana kegiatan.

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 6 2 Metode 2.1. Waktu dan Lokasi Pemilihan lokasi didasarkan pada Rancangan Teknis Rehabilitasi di Hutan dan Lahan Gambut di Hutan Desa Kepayang, yakni di areal hutan bekas kebakaran tahun 2015 yang mudah diakses oleh masyarakat untuk memperlancar kegiatan penyiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan. Lokasi kegiatan revegetasi yang dipilih adalah areal bekas kebakaran mulai dari sebelah kiri muara sungai Nuaran menuju Talang Nuaran sepanjang 600 m mengikuti lekuk alur sungai. Luas total plot revegetasi adalah 60.000 m 2 (6 hektar) seperti disajikan pada citra drone terlampir. 2.2. Bahan dan Alat Bibit jenis pohon lokal yang adaptif untuk areal bekas kebakaran, yaitu: Jelutung (Dyera low i), Belangeran (Shorea blangeran), Tembesu (Fragraea fragrans), Pulai (Alstonia scholaris) dan Kayu labu (Endospermum duodenum). Bibit yang digunakan berukuran besar dengan tinggi 100 150 cm untuk antisipasi genangan air yang dalam di lapangan. Patok kayu, ajir bambu, piezometer, kompas, chainshaw, parang, cangkul, sekop, meteran. 2.3. Tahapan Kegiatan Pengukuran dimensi plot revegetasi (panjang 600 m, lebar 100 ). Pengukuran panjang plot revegetasi dimulai dari muara sungai Nuaran menuju Talang Nuaran. Pengukuran lebar plot revegetasi dimulai dari pinggir sungai Nauran sebelah kiri menuju bagian utara Hutan Desa Kepayang. Pengukuran kedalaman genangan air dimulai dari muara sungai Nuaran menuju Talang Nuaran pada setiap jarak 100 m sebanyak 6 jalur pengukuran. Pada setiap jalur diukur kedalaman genangan di 3 titik, yaitu: di tengah badan sungai, di titik yang berjarak 10 m dan 20 m dari dari pinggir sungai. Pengukuran kedalaman gambut dimulai dari titik pertama pengukuran genangan air pada setiap jarak 100 m. Titik pengukuran terletak 50 m dari pinggir sungai, titik tersebut digunakan untuk pemasangan piezometer (alat ukur kedalaman air tanah). Jumlah plot revegetasi yang dibuat sebanyak 6 buah dengan ukuran 100 x 100 m. Plot 1 dan 2 mewakili areal yang mempunyai genangan air dalam (> 50 cm), Plot 3 dan 4 mewakili areal genangan air sedang (25 50 cm), Plot 5 dan 6 mewakili areal gengan air dangkal (< 25 cm). Oleh karena itu 6 plot revegetasi dapat dibagi menjadi 3 blok berdasarkan kedalaman genangan airnya. Penyiapan lahan meliputi kegiatan sebagai berikut: pembuatan jalur tanam sesuai jarak tanam 5 x 5 m (400 tanaman/ha). Jalur tanam dibuat sesuai arah timur barat dengan lebar jalur bersih 2 m. Setelah pembuatan jalur tanam dan pemasangan ajir tanam kemudian dilakukan pemotongan batang

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 7 kayu yang roboh sehingga kegiatan penanaman dan pemeliharaan dapat lebih lancar karena tidak ada halangan batang kayu. Pada setiap ajir (titik) tanam dilakukan pembuatan piringan bersih (bebas kayu dan akar tumbuhan bawah) berdiameter 50 75 cm dan pembuatan gundukan gambut. Tinggi gundukan tergantung letak ajir, jika terdapat di areal yang cekung maka gundukan dibuat lebih tinggi kurang lebih sama dengan tinggi gundukan rata-rata pada areal yang datar. Penanaman dilakukan setelah seluruh rangkaian kegiatan penyiapan lahan selesai dan genangan air mulai surut. Penanaman dilakukan dengan sistim jalur selang-seling: satu jalur jelutung kemudian diikuti oleh satu jalur campuran acak 4 jenis pohon lokal lain (belangeran, tembesu, pulai dan kayu labu) dan sterusnya, sehingga dalam 1 hektar populasi jelutung menempati 50% (200 batang) dari populasi total tanaman.

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 8 3 Hasil Pelatihan Pembibitan Desa dan Demplot 1 Ha GIZ Bi oclime bekerjasama dengan BP2LHK Palembang (Balai Peneli tian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) membuat Demonstrasi plot (demplot) rehabilitasi hutan gambut bekas terbakar di Hutan Desa Kepayang Musi Banyuasin. Selama 7 hari (5 11 Februari 2017), masyarakat dilatih membangun pembibitan desa di lokasi Talang Nuaran dan melaksanakan penanaman rehabilitasi gambut bekas terbakar seluas 1 hektar di areal Hutan Desa Kepayang. Kegiatan ini langsung dipandu oleh Ir Bastoni, M.Si (peneliti BP2LHK Palembang), secara resmi pembukaannya oleh Bpk. Sulmin (Kades Kepayang), dan diikuti oleh seluruh anggota kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Kepayang, sebanyak 30 orang, yang berasal dari Dusun 2 (Kepayang dan Nuaran) dan Dusun 3 (ASPA). Anggota MPA Desa Kepayang telah membangun demplot rehabilitasi hutan gambut bekas terbakar dengan jenis Jelutung (HHBK ), dan jenis pohon lokal, seperti Shorea blangiran, sebagai model partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan restorasi gambut. Pembibitan desa dibangun dengan harapan agar anggota MPA lebih lanjut mampu mengembangkan usaha pembibitan lokal untuk kegiatan peningkatan pendapatan, dan menjadi pemasok bibit tanaman pohon lokal dalam kegiatan restorasi gambut. Sedangkan BP2LHK Palembang diharapkan dapat meneruskan fungsi penelitian dan pendampingan bagi kelompok MPA Desa Kepayang untuk keberhasilan pembangunan model rehabilitasi hutan gambut bekas terbakar bersama masyarakat. Gambar 1 Pelatihan pembibitan bagi masyarakat desa/kelompok Masyarakat Peduli Api (KMPA) Desa Kepayang, Musi Banyuasin

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 9 Gambar 2 Bangunan persemaian desa Kelompok Tani Hutan Kepayang Lestari di lokasi Dusun Talang Nuaran Hutan Desa Kepayang.

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 10 4 Hasil Kegiatan Rehabilitasi 4.1. Gambaran Umum Hutan Rawa Gambut Desa Kepayang merupakan salah satu lokasi hutan gambut yang kritis akibat kebakaran tahun 2015. Sejak awal tahun 2016, mulai ditumbuhi lagi dengan jenis-jenis pionir seperti Mahang, dan terutama sekali dari jenis pakis (kelakai). Sebagian besar jenis-jenis pohon kayu lokal dalam kondisi mati berdiri, tegak tetapi tidak lagi memiliki daun dan ranting sempurna. Project BIOCLIME bekerjasama dengan BP2LHK (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Palembang, dan Kelompok Tani Hutan Desa Kepayang melakukan penanaman pohon untuk rehabilitasi lahan gambut bekas terbakar dalam bentuk Demonstrasi Plot (Demplot) seluas 6 Ha. Secara teknis, kegiatan Demplot ini mengacu pada Desain dan Master Plan Rehabilitasi Hutan Gambut yang telah diteliti sebelumnya di lokasi Nuaran, Hutan Desa Kepayang. Plot penanaman tersebut dibuat dengan pendekatan agroforestry, dimana jenis pohon jelutung (HHBK) dipadukan dengan jenis tanaman kehutanan, dari jenis pulai, tembesu, Meranti Belangiran, dan kayu labu. Jarak tanam dibuat selebar 5 meter x 5 meter, dengan sistem jalur, yakni Jalur-Jelutung dan Jalur- Campuran (jenis slow growing dan fast growing). Bentuk plot penanaman mengikuti bentuk fisik sungai Nuaran dimulai dari arah muara Nuaran untuk memudahkan akses perawatan tanaman, dan dibuat mengarah Utara Selatan dengan tujuan untuk memaksimalkan cahaya matahari mengenai permukaan yang ditanam agar dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Pada kegiatan demplot ini, disetiap hektar plot tanaman juga dilakukan beberapa kegiatan pendukung, diantaranya adalah pembuatan plot ukur pengamatan tinggi muka air tanah/genangan air dengan menggunakan alat ukur Piezometer. Harapannya dengan mengetahui fluktuasi tinggi muka air tanah/genangan air dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pencegahan kebakaran di lokasi penanaman.; Pembuatan plot pengukuran kedalaman gambut; dan Pengecekan pembuatan jalur tanam dengan pemotretan dari udara yang diambil menggunakan pesawat tanpa awak (Drone/UAV). Pemotretan itu dilakukan untuk meminimalisir pelebaran antar jalur tanam. Kendala yang ditemui di lapangan adalah tingginya tanaman pakis yang mencapai 2 meter dan tinggi muka air tanah yang tergolong dalam dengan kisaran 21.5 cm 65 cm, sehingga mempengaruhi proses penanaman. Namun sebagai tindakan awal telah dilakukan penyemprotan herbisida pada jalur tanam untuk menekan pertumbuhan pakis. Secara keseluruhan, tindak lanjut dari kegiatan ini adalah inspeksi untuk pemeliharaan dengan kegiatan penyulaman tanaman mati, yang dilakukan pada minggu ke-6 setelah tanam. Pemantauan akan melibatkan BP2LHK dan Kelompok Tani Hutan Desa Kepayang.

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 11 4.2. Plot Revegetasi Areal Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 4.2.1. Blok Genangan Air Dalam (> 50cm) pada Puncak Musim Hujan Genangan air dalam (> 50 cm) dapat dilihat dari citra drone yang menunjukkan areal tergenang. Kedalaman genangan air berkisar 50-52 cm. Genangan berangsur menurun dari Plot 3.1 ke Plot 3.2. Selain kedalaman genangan air, parameter penting yang perlu diamati adalah durasi genangan air. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa genangan air pada areal tersebut sangat fluktuatif. Jika 3 hari tidak hujan, genangan menurun sampai 50%. Kedalaman gambut pada Plot 3.1 dan Plot 3.2 berkisar antara 88 182 cm (Gambut dangkal sedang). Gambar 3 Kondisi areal penanaman pada Plot 3.2 (kiri) terletak di Sungai Nuaran KM 2.1 2.0 dan Plot 3.1 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 2.0 1.9. 4.2.2. Blok Genangan Air Sedang (25 50cm) pada Puncak Musim Hujan Pada Plot 3.3 dan Plot 3.4, genangan air menurun berkisar antara 30 32 cm. Hal ini dapat dilihat dari citra drone genangan air hanya terdapat pada spot tertentu secara acak. Spot genangan air tersebut umumnya ditemukan pada pangkal batang dan perakaran pohon yang terbakar. Intensitas kebakaran tertinggi terjadi pada areal tersebut. Sebagian besar lahan tertutupi oleh hamparan pakis udang (Stenochlaena palustris) sehingga genangan air tidak tampak pada citra drone tersebut. Kedalaman gambut berkisar antara 81 106 cm. Jalur tanam tampak dari alur-alur berwarna coklat yang menunjukkan jalur tersebut telah dilakukan penebasan tumbuhan bawah. Gambar 4 Kondisi areal penanaman pada Plot 3.3 (kiri) terletak di Sungai Nuaran KM 1.9 1.8 dan Plot 3.4 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 1.8 1.7.

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 12 4.2.3. Blok Genangan Air Dangkal (<25 cm) pada Puncak Musim Hujan Pada Plot 3.5 dan Plot 3.6, genangan air makin menurun berkisar antara 18 23 cm. Dari citra drone di atas tampak bahwa Spot genangan air juga sudah makin sedikit. Sebagian besar lahan tertutupi oleh hamparan pakis udang (Stenochlaena palustris) dengan intensitas yang makin rapat. Dari citra drone mulai dari Plot 3.1 sampai Plot 3.6 tampak bahwa suksesi tumbuhan bawah terutama pakis udang ditentukan oleh kedalaman genangan air, makin dangkal genangan kerapatan pakis meningkat dan sebaliknya. Kedalaman gambut pada Plot 3.5 dan Plot 3.6 berkisar antara 130 185 cm. Secara teknis areal hutan bekas kebakaran yang memiliki genangan air dangkal akan lebih mudah direvegetasi karena faktor penghambatnya menurun. Gambar 5 Kondisi areal penanaman pada Plot 3.5 (kiri) terletak di Sungai Nuaran KM 1.7 1.6 dan Plot 3.6 (kanan) terletak Sungai Nuaran Km 1.6 1.5. 4.3. Karakteristik Lahan Gambut pada Plot Revegetasi Karakteristik lahan gambut yang diukur pada Plot Revegetasi terdiri dari: kedalaman gambut dan kedalaman genangan air. Setelah genangan air surut akan dapat diukur kedalaman muka air tanah. Ketiga karakter lahan tersebut penting diketahui agar diperoleh rekomendasi perlakuan silvikultur yang tepat untuk keberhasilan upaya revegetasi. Data hasil pengukuran disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kedalaman gambut dan genangan air pada plot rehabilitasi di Hutan Desa Kepayang (15 Maret 2017) No Blok dan Plot Revegetasi Kedalaman Gambut (cm) Genangan Air di Badan Sungai (cm) Genangan Air 10 m dari tepi sungai (cm) Genangan Air 20 m dari tepi sungai (cm) 1 Genangan Dalam (>50 cm) Plot 1 (Km 2,1) Plot 2 (Km 2,0) 88 182 144 (dasar gambut) 142 (dasar gambut) 51 52 52 50

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 13 No Blok dan Plot Revegetasi Kedalaman Gambut (cm) Genangan Air di Badan Sungai (cm) Genangan Air 10 m dari tepi sungai (cm) Genangan Air 20 m dari tepi sungai (cm) 2 Genangan Sedang (25 50 cm) Plot 3 (Km 1,9) Plot 4 (Km 1,8) 106 81 119 (dasar gambut) 111 (dasar gambut) 32 31 31 30 3 Genangan Dangkal (<25 cm) Plot 5 (Km 1,7) Plot 6 (Km 1,6) 185 130 110 (dasar pasir) 119 (dasar pasir) 23 21 21 18 4.4. Kegiatan Penanaman Bibit yang digunakan untuk kegiatan penanaman terdiri dari jenis, yaitu: 1. Jelutung (Dyera lowii) = 1.100 batang 2. Belangeran (Shorea belangeran) = 440 batang 3. Tembesu (Fragraea fragrans) = 440 batang 4. Pulai (Alstonia scholaris) = 110 batang 5. Kayu Labu (Endospermum duodenum) = 110 batang Bibit yang digunakan adalah jenis yang adaptif untuk areal terbuka dan menggunakan ukuran besar, tinggi berkisar antara 100 150 cm untuk mengantisipasi genangan air yang dalam dan ketahanannya di areal terbuka. Gambar 6 Kegiatan penanaman bersama Kelompok Tani Hutan dan Masyarakat Peduli Api (MPA) Hutan Desa Kepayang.

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 14 Gambar 7 Profil gambut dan genangan air di titik Km 2,1 Sungai Nuaran Hutan Desa Kepayang. Gambar 8 Profil gambut dan genangan air di titik Km 2,0 Sungai Nuaran Hutan Desa Kepayang

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 15 5 Rencana Tindak Lanjut Kegiatan yang sangat diperlukan pada tahun pertama setelah kegiatan penanaman adalah: 1. Pemeliharaan Pertama dilakukan 1 bulan setelah penanaman, terdiri dari: penyulaman tanaman yang mati dan penyiapan media tanam. Pada kondisi lahan yang sangat kritis perlakuannya dengan penggunaan pupuk atau penyubur tanah yang dipertimbangkan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Pemeliharaan tahun pertama bersifat wajib, diikuti dengan pemeliharaan tahun kedua dan ketiga masing-masing 2 kali per tahun berupa pembebasan sistim jalur dan pemupukan. 2. Pemeliharaan Kedua dilakukan 4 bulan setelah tanam, terdiri dari: penyulaman kedua, pembebasan gulma dan tumbuhan bawah sistim jalur dengan lebar jalur bersih 2 m, perbaikan gundukan gambut yang rusak dan pemupukan dengan jenis pupuk penyubur tanah yang dipertimbangkan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. 3. Pemeliharaan Ketiga dilakukan 8 bulan setelah tanam, terdiri dari: pembebasan gulma dan tumbuhan bawah sistim jalur dengan lebar jalur bersih 2 m, perbaikan gundukan gambut yang rusak dan pemupukan ketiga dengan jenis pupuk penyubur tanah yang dipertimbangkan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. 4. Pemeliharaan Keempat dilakukan 12 bulan setelah tanam, terdiri dari: pembebasan gulma dan tumbuhan bawah sistim jalur dengan lebar jalur bersih 2 m dan pemupukan kedua dengan jenis pupuk penyubur tanah yang dipertimbangkan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

Published by Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Kantor Terdaftar Bonn dan Eshborn, Jerman BIOCLIME Biodiversity and Climate Change Kantor Jakarta: GIZ ICCTF/GE LAMA I Gedung Wisma Bakrie II. 5th Floor Ruang ICCTF Jl. HR. Rasuna Said Kavling B-2 Jakarta Selatan 12920 Telp: +62-21-9796-7614 Fax: +62-21-5794-5739 Kantor Palembang: Jl. Jend. Sudirman No. 2837 KM. 3,5 Palembang Telp: +62-711-353176 Fax: +62-711-353176 Penulis: Bastoni Brata, Mohammad Sidiq, Robby Dwi Febriana, Teten Rahman Saepuloh, Adi Jaya Prana, dan Berthold Haasler Photo Credits: Bioclime, Robby D. Nugraha (2017) I E www.bioclime.org bioclime@giz.de

Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang 2 FB Bioclime