Algoritma dan Kompleksitas Algoritma

dokumen-dokumen yang mirip
Kompleksitas Algoritma

Matematika Diskrit Kompleksitas Algoritma. Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Pendahuluan. Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien. Algoritma yang bagus adalah algoritma yang efektif dan efisien.

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma (1)

Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus.

Aturan Untuk Menentukan Kompleksitas Waktu Asimptotik. Penjelasannya adalah sebagai berikut: T(n) = (n + 2) log(n 2 + 1) + 5n 2

PERBANDINGAN KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENCARIAN BINER DAN ALGORITMA PENCARIAN BERUNTUN

AnalisisFramework. Mengukur ukuran atau jumlah input Mengukur waktu eksekusi Tingkat pertumbuhan Efiesiensi worst-case, best-case dan average-case

Pendahuluan. Ukuran input (input s size)

ANALISIS ALGORITMA. Disusun Oleh: Analisis Masalah dan Running Time. Adam Mukharil Bachtiar Teknik Informatika UNIKOM

Algoritma Brute Force (Bagian 1) Oleh: Rinaldi Munir

STRATEGI DIVIDE AND CONQUER

Kompleksitas Algoritma Pengurutan Selection Sort dan Insertion Sort

BAB 2 LANDASAN TEORI

Algoritma Brute Force

Analisis Algoritma Bubble Sort

AlgoritmaBrute Force. Desain dan Analisis Algoritma (CS3024)

Kompleksitas Algoritma Quick Sort

BAB VII ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT

Decrease and Conquer

Kompleksitas Algoritma dalam menentukan Solvabilitas Sliding N-Puzzle

Kompleksitas Algoritma untuk Penyelesaian Persoalan Penukaran Koin dengan Algoritma Greedy

Pengurutan (Sorting) Algoritma Pemrograman

ALGORITMA PENGURUTAN & PENCARIAN

BAB III ANALISIS KOMPLEKSITAS ALGORITMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Algoritma Divide and Conquer (Bagian 2)

Algoritma Brute Force (lanjutan)

Algoritma dan Struktur Data

Algoritma Divide and Conquer. (Bagian 2)

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA SELECTION SORT DENGAN MERGE SORT

Yaitu proses pengaturan sekumpulan objek menurut urutan atau susunan tertentu Acuan pengurutan dibedakan menjadi :

Analisis Kecepatan Sorting Dengan Notasi Big O

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kompleksitas Algoritma Euclidean dan Stein(FPB Biner)

MAKALAH ALGORITMA, PSEUDOCODE DAN FLOWCHART TENTANG YUFI EKO FIRMANSYAH 1 D3 IT B OLEH

Kompleksitas Komputasi

Kemangkusan Algoritma Pada Beberapa Variasi Quick Sort

TELAAH WAKTU EKSEKUSI PROGRAM TERHADAP KOMPLEKSITAS WAKTU ALGORITMA BRUTE FORCE DAN DIVIDE AND CONQUER DALAM PENYELESAIAN OPERASI LIST

Design and Analysis of Algorithm

Algoritma dan Struktur Data. Performansi Algoritma

Logika dan Algoritma Yuni Dwi Astuti, ST 2

Algoritma Brute Force(lanjutan) Lecture 6 CS3024

Algoritma Brute Force Oleh: Rinaldi Munir

Algoritma Brute Force (Bagian 2) Oleh: Rinaldi Munir Bahan Kuliah IF2251 Strategi Algoritmik

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Algoritma Runut-balik pada Permainan Math Maze

Algoritma Brute Force

PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER

MODUL IV PENCARIAN DAN PENGURUTAN

Pengantar Strategi Algoritmik. Oleh: Rinaldi Munir

PENGGUNAAN BIG O NOTATION UNTUK MENGANALISA EFISIENSI ALGORITMA

Design and Analysis Algorithm

Algoritma dan Struktur Data

Divide and Conqueradalah strategi militer yang dikenal dengan nama divide ut imperes.

Analisis Algoritm. Fundamentals of the Anlysis of Algorithm Efficiency

Quick Sort dan Merge Sort. Arna Fariza Yuliana Setiowati

MAKALAH ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER

Kompleksitas Algoritma Sorting yang Populer Dipakai

KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENGURUTAN (SORTING ALGORITHM)

Algoritma Divide and Conquer (Bagian 1)

Algoritma Heap Sort. Sekolah Teknik Elektro & Informatika Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung

Design and Analysis of Algorithms CNH2G3- Week 4 Kompleksitas waktu algoritma rekursif part 1

Algoritma Brute Force (lanjutan)

Kuliah ke : 4 Algoritma & Stuktur Data. Pengurutan (Sorting)

Penerapan Struktur Data Pohon dalam Implementasi Algoritma Heapsort dan Tinjauan Kompleksitas Waktunya

Analisis Algoritma. Jimmy Tirtawangsa. Universitas Telkom 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB VI SEARCHING (PENCARIAN)

Design and Analysis Algorithm. Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom. Pertemuan 07

PSEUDOCODE TIPE DATA, VARIABEL, DAN OPERATOR

UNIVERSITAS GUNADARMA

Optimalisasi Algoritma Pencarian Data Memanfaatkan Pohon Biner Terurut

ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER

Pengurutan (Sorting) Keuntungan Data Terurut. Pengurutan Terbagi Dua Kelompok:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya

SEQUENTIAL SEARCH 11/11/2010. Sequential Search (Tanpa Variabel Logika) untuk kondisi data tidak terurut

Pohon Biner Sebagai Struktur Data Heap dan Aplikasinya

Soal dan Jawaban Materi Graf, Pohon, dan Kompleksitas Algoritma

DIKTAT STRUKTUR DATA Oleh: Tim Struktur Data IF

Aplikasi OBE Untuk Mengurangi Kompleksitas Algoritma Program Penghitung Determinan Matriks Persegi

Aplikasi Divide and Conquer pada Perkalian Large Integer untuk Menghitung Jumlah Rute TSP Brute Force

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Rekursif dan Analisa Kompleksitas Algoritma Pada Brute Force Login

1. Kompetensi Mengenal dan memahami algoritma percabangan yang komplek.

2. Sebuah prosedur langkah demi langkah yang pasti untuk menyelesaikan sebuah masalah disebut : a. Proses b. Program c. Algoritma d. Prosesor e.

1. Kompetensi Mengenal dan memahami notasi-notasi algoritma yang ada.

Analisa dan Perancangan Algoritma. Ahmad Sabri, Dr Sesi 1: 9 Mei 2016

DIKTAT KULIAH ALGORITMA dan STRUKTUR DATA II. : Mahasiswa mampu menjelaskan konsep algoritma dan struktur data

SORTING. Brigida Arie Minartiningtyas, M.Kom

Sieve of Eratosthenes, Algoritma Bilangan Prima

Induksi Matematika. Nur Hasanah, M.Cs

STRUKTUR DATA. Nama : Sulfikar Npm : STMIK Handayani Makassar

PENCARIAN BERUNTUN (SEQUENTIAL SEARCHING)

PENGURUTAN (SORTING) 1. Introduction 2. Bubble Sort 3. Selection Sort 4. Insertion Sort

Transkripsi:

Algoritma dan Kompleksitas Algoritma

Algoritma Algoritma adalah urutan logis langkah-langkah penyelesaian masalah yang ditinjau secara sistematis.

Asal Usul Algoritma Kata ini tidak muncul dalam kamus Webster hingga tahun 1957 Orang hanya menemukan kata algorism yang berarti proses menghitung dengan angka Arab Anda dikatakan algorist jika anda menggunakan angka Arab Para ahli bahasa berusaha menemukan asal kata algorism ini namun hasilnya kurang memuaskan

Asal Usul Akhirnya para ahli sejarah matematika menemukan asal mula kata tsb. Kata algorism berasal dari nama penulis buku arab yang terkenal yaitu Abu Ja far Muhammad Ibn Musa al-khuwarizmi

Ibn Musa al-khuwarizmi Seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad

Buku pertamanya, al-jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12 Karya: Aljabar, Dixit Algorismi, Rekonstruksi Planetarium, Astronomi, dll

Penulisan Algoritma Dapat menggunakan kalimat deskriptif Yang bagus untuk algoritma yang pendek Dapat juga dinyatakan dalam bahasa pemrograman, namun memiliki kerumitan sintaks Para ilmuwan lebih menyukai penulisan dalam Pseudo-Code

Contoh Algoritma (1) Resep membuat Rendang Padang 1. Potong daging sapi menjadi potongan-potongan dadu atau sesuai selera. 2. Haluskan bumbu serupa bawang merah, bawang putih, cabe merah, kunyit, laos dan jahe. 3. Masukkan seluruh bumbu tadi ke santan. Tambahkan dua buah daun jeruk, satu lembar daun kunyit dan sebatang serai. 4. Masak santan di atas api sedang. Aduk terus hingga santan mendidih. 5. Masukkan daging sapi dan kecilkan api. Sekali-kali santan diaduk agar tidak pecah. 6. Jika sudah timbul minyak dan santan sudah kering, matikan api. Rendang siap dihidangkan.

Contoh Algoritma (2) Mencari elemen terbesar pada suatu array 1. Asumsikan a1 sebagai elemen terbesar sementara. Simpan a1 ke dalam maks. 2. Bandingkan maks dengan elemen a2. Jika a2 lebih besar dari maks, maka nilai maks diganti dengan a2. 3. Ulangi langkah 2 untuk elemen-elemen berikutnya (a3,a4,,an). 4. Berhenti jika tidak ada lagi elemen yang dibandingkan. Dalam hal ini, maks berisi nilai dari elemen terbesar.

Contoh Pseudo-code procedure CariElemenTerbesar (input a1, a2,, an : integer, output maks : integer) { Mencari elemen terbesar di antara elemen a1, a2,, an. Elemen terbesar akan disimpan di dalam maks. Masukan : a1, a2,, an Keluaran : maks } Deklarasi i : integer Algoritma: maks a1 for i 2 to n do if ai maks ai endif endfor > maks then

Kompleksitas Algoritma

Efisiensi Algoritma Efisiensi (Kemangkusan) Algoritma Algoritma yang bagus yang mangkus Diukur dari berapa jumlah waktu dan ruang (space) memori yang dibutuhkan untuk menjalankan Algoritma yang mangkus adalah yang meminimumkan kebutuhan waktu dan ruang

Kebutuhan waktu dan ruang Kebutuhan waktu (time) dan ruang (space) bergantung pada ukuran masukan Biasanya adalah jumlah data yang diproses Ukuran masukan disimbolkan dengan n Contoh: untuk masalah pengurutan (sorting) 100 buah elemen berarti n=100

Mengapa kita perlu algoritma yang efisien? Misalkan, untuk menyelesaikan sebuah masalah tertentu, telah tersedia: o Algoritma yang waktu eksekusinya dalam orde eksponensial (2 n ), dengan n adalah jumlah masukan yang diproses o Sebuah komputer yang mampu menjalankan program dengan masukan berukuran n dalam waktu 10-4 x 2 n detik. Maka, dapat dihitung bahwa jika: o n=10, dibutuhkan waktu eksekusi kira-kira 1/10 detik o n=20, dibutuhkan waktu eksekusi kira-kira 2 menit o n= 30, dibutuhkan waktu eksekusi lebih dari satu hari Dalam setahun, hanya dapat menyelesaikan persoalan dengan masukan sebanyak 38 saja!!!

Jika kita punya algoritma yang lebih baik? Misalkan algoritma yang kita punya sekarang dalam waktu orde kubik (n 3 ) Masalah diselesaikan dalam 10-4 x n 3 detik DALAM SATU HARI SAJA: Kita dapat menyelesaikan lebih dari 900 masukan!! Dalam setahun dapat menyelesaikan 6800 lebih!!

See the difference!! 10-4 x 2 n Waktu komputasi (dalam detik) 10 5 10 4 10 3 10 2 10 1 10-1 1 hari 1 jam 1 detik 1 menit 10-6 x 2 n 10-4 x n 3 10-6 x n 3 5 10 15 20 25 30 35 40 Ukuran masukan

Model Perhitungan Kebutuhan Waktu Menghitung kebutuhan waktu algoritma dengan mengukur waktu sesungguhnya (dalam satuan detik) ketika algoritma dieksekusi oleh komputer bukan cara yang tepat. Alasan: 1. Setiap komputer dengan arsitektur berbeda mempunyai bahasa mesin yang berbeda waktu setiap operasi antara satu komputer dengan komputer lain tidak sama. 2. Compiler bahasa pemrograman yang berbeda menghasilkan kode mesin yang berbeda waktu setiap operasi antara compiler dengan compiler lain tidak sama.

Model Abstrak Model abstrak pengukuran waktu/ruang harus independen dari pertimbangan mesin dan compiler apapun. Besaran yang dipakai untuk menerangkan model abstrak pengukuran waktu/ruang ini adalah kompleksitas algoritma. Ada dua macam kompleksitas algoritma, yaitu: kompleksitas waktu dan kompleksitas ruang.

Kompleksitas waktu, T(n), diukur dari jumlah tahapan komputasi yang dibutuhkan untuk menjalankan algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan n. Kompleksitas ruang, S(n), diukur dari memori yang digunakan oleh struktur data yang terdapat di dalam algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan n. Dengan menggunakan besaran kompleksitas waktu/ruang algoritma, kita dapat menentukan laju peningkatan waktu (ruang) yang diperlukan algoritma dengan meningkatnya ukuran masukan n.

Ukuran masukan (n): jumlah data yang diproses oleh sebuah algoritma. Contoh: algoritma pengurutan 1000 elemen larik, maka n = 1000. Contoh: algoritma TSP pada sebuah graf lengkap dengan 100 simpul, maka n = 100. Contoh: algoritma perkalian 2 buah matriks berukuran 50 x 50, maka n = 50. Dalam praktek perhitungan kompleksitas, ukuran masukan dinyatakan sebagai variabel n saja.

Kompleksitas Waktu Jumlah tahapan komputasi dihitung dari berapa kali suatu operasi dilaksanakan di dalam sebuah algoritma sebagai fungsi ukuran masukan (n). Di dalam sebuah algoritma terdapat bermacam jenis operasi: Operasi baca/tulis Operasi aritmetika (+, -, *, /) Operasi pengisian nilai (assignment) Operasi pengakasesan elemen larik Operasi pemanggilan fungsi/prosedur dll Dalam praktek, kita hanya menghitung jumlah operasi khas (tipikal) yang mendasari suatu algoritma.

Contoh operasi khas di dalam algoritma Algoritma pencarian di dalam larik Operasi khas: perbandingan elemen larik Algoritma pengurutan Operasi khas: perbandingan elemen, pertukaran elemen Algoritma penjumlahan 2 buah matriks Operasi khas: penjumlahan Algoritma perkalian 2 buah matriks Operasi khas: perkalian dan penjumlahan

Contoh 1. Tinjau algoritma menghitung rerata sebuah larik (array). sum 0 for i 1 to n do sum sum + a[i] endfor rata_rata sum/n Operasi yang mendasar pada algoritma tersebut adalah operasi penjumlahan elemen-elemen a i (yaitu sum sum+a[i]) yang dilakukan sebanyak n kali. Kompleksitas waktu: T(n) = n.

Contoh 2. Algoritma untuk mencari elemen terbesar di dalam sebuah larik (array) yang berukuran n elemen. procedure CariElemenTerbesar(input a 1, a 2,..., a n : integer, output maks : integer) { Mencari elemen terbesar dari sekumpulan elemen larik integer a 1, a 2,..., a n. Elemen terbesar akan disimpan di dalam maks. Masukan: a 1, a 2,..., a n Keluaran: maks (nilai terbesar) } Deklarasi k : integer Algoritma maks a 1 k 2 while k n do if a k > maks then maks a k endif i i+1 endwhile { k > n } Kompleksitas waktu algoritma dihitung berdasarkan jumlah operasi perbandingan elemen larik (A[i] > maks). Kompleksitas waktu CariElemenTerbesar : T(n) = n 1.

Kompleksitas waktu dibedakan atas tiga macam : T max (n) : kompleksitas waktu untuk kasus terburuk (worst case), kebutuhan waktu maksimum. T min (n) : kompleksitas waktu untuk kasus terbaik (best case), kebutuhan waktu minimum. T avg (n): kompleksitas waktu untuk kasus rata-rata (average case) kebutuhan waktu secara rata-rata

Contoh 3. Algoritma sequential search. procedure PencarianBeruntun(input a 1, a 2,..., a n : integer, x : integer, output idx : integer) Deklarasi k : integer ketemu : boolean { bernilai true jika x ditemukan atau false jika x tidak ditemukan } Algoritma: k 1 ketemu false while (k n) and (not ketemu) do if a k = x then ketemu true else k k + 1 endif endwhile { k > n or ketemu } if ketemu then { x ditemukan } idx k else idx 0 { x tidak ditemukan } endif Jumlah operasi perbandingan: 1. Kasus terbaik: ini terjadi bila a 1 = x. T min (n) = 1 2. Kasus terburuk: bila a n = x atau x tidak ditemukan. T max (n) = n

Contoh 4. Algoritma pencarian biner (bynary search). procedure PencarianBiner(input a 1, a 2,..., a n : integer, x : integer, output idx : integer) Deklarasi i, j, mid : integer ketemu : boolean Algoritma i 1 j n ketemu false while (not ketemu) and ( i j) do mid (i+j) div 2 if a mid = x then ketemu true else if a mid < x then { cari di belahan kanan } i mid + 1 else { cari di belahan kiri } j mid - 1; endif endif endwhile {ketemu or i > j } if ketemu then idx mid else idx 0 endif 1. Kasus terbaik T min (n) = 1 2. Kasus terburuk: T max (n) = 2 log n

Contoh 5. Algoritma pengurutan seleksi (selection sort). procedure Urut(input/output a 1, a 2,..., a n : integer) Deklarasi i, j, imaks, temp : integer Algoritma for i n downto 2 do { pass sebanyak n 1 kali } imaks 1 for j 2 to i do if a j > a imaks then imaks j endif endfor { pertukarkan a imaks dengan a i } temp a i a i a imaks a imaks temp endfor Untuk setiap i dari 1 sampai n 1, terjadi satu kali pertukaran elemen, sehingga jumlah operasi pertukaran seluruhnya adalah T(n) = n 1.

Kompleksitas O(1) berarti waktu pelaksanaan algoritma adalah tetap, tidak bergantung pada ukuran masukan. Contohnya prosedur tukar di bawah ini: procedure tukar(var a:integer; var b:integer); var temp:integer; begin temp:=a; a:=b; b:=temp; end; Di sini jumlah operasi penugasan (assignment) ada tiga buah dan tiap operasi dilakukan satu kali. Jadi, T(n) = 3 = O(1).

Kompleksitas Waktu Asimptotik Tinjau T(n) = 2n 2 + 6n + 1 Perbandingan pertumbuhan T(n) dengan n 2 n T(n) = 2n 2 + 6n + 1 n 2 10 100 1000 10.000 261 2061 2.006.001 2.000.060.001 100 1000 1.000.000 1.000.000.000 Untuk n yang besar, pertumbuhan T(n) sebanding dengan n 2. Pada kasus ini, T(n) tumbuh seperti n 2 tumbuh. T(n) tumbuh seperti n 2 tumbuh saat n bertambah. Kita katakan bahwa T(n) berorde n 2 dan kita tuliskan T(n) = O(n 2 )

Notasi O disebut notasi O-Besar (Big-O) yang merupakan notasi kompleksitas waktu asimptotik. DEFINISI. T(n) = O(f(n)) (dibaca T(n) adalah O(f(n) yang artinya T(n) berorde paling besar f(n) ) bila terdapat konstanta C dan n 0 sedemikian sehingga untuk n n 0. T(n) C(f (n)) f(n) adalah batas lebih atas (upper bound) dari T(n) untuk n yang besar.

Cf(n) T(n) n 0 n

Teorema: Bila T(n) = a m n m + a m-1 n m-1 +... + a 1 n+ a 0 adalah polinom derajat m maka T(n) = O(n m ). Jadi, cukup melihat suku (term) yang mempunyai pangkat terbesar. Contoh: T(n) = 5 = 5n 0 = O(n 0 ) = O(1) T(n) = n(n 1)/2 = n 2 /2 n/2 = O(n 2 ) T(n) = 3n 3 + 2n 2 + 10 = O(n 3 )

Teorema tersebut digeneralisasi untuk suku dominan lainnya: 1. Eksponensial mendominasi sembarang perpangkatan (yaitu, y n > n p, y > 1) 2. Perpangkatan mendominasi ln n (yaitu n p > ln n) 3. Semua logaritma tumbuh pada laju yang sama (yaitu a log(n) = b log(n) 4. n log n tumbuh lebih cepat daripada n tetapi lebih lambat daripada n 2 Contoh: T(n) = 2 n + 2n 2 = O(2 n ). T(n) = 2n log(n) + 3n = O(n log(n)) T(n) = log(n 3 ) = 3 log(n) = O(log(n)) T(n) = 2n log(n) + 3n 2 = O(n 2 )

TEOREMA. Misalkan T 1 (n) = O(f(n)) dan T 2 (n) = O(g(n)), maka (a) T 1 (n) + T 2 (n) = O(f(n)) + O(g(n)) = O(max(f(n), g(n)) (b) T 1 (n)t 2 (n) = O(f(n))O(g(n)) = O(f(n)g(n)) (c) O(cf(n)) = O(f(n)), c adalah konstanta (d) f(n) = O(f(n)) Contoh 9. Misalkan T 1 (n) = O(n) dan T 2 (n) = O(n 2 ), maka (a) T 1 (n) + T 2 (n) = O(max(n, n 2 )) = O(n 2 ) (b) T 1 (n)t 2 (n) = O(n.n 2 ) = O(n 3 ) Contoh 10. O(5n 2 ) = O(n 2 ) n 2 = O(n 2 )

Pengelompokan Algoritma Berdasarkan Notasi O-Besar Kelompok Algoritma Nama O(1) konstan O(log n) logaritmik O(n) lanjar O(n log n) n log n O(n 2 ) kuadratik O(n 3 ) kubik O(2 n ) eksponensial O(n!) faktorial Urutan spektrum kompleksitas waktu algoritma adalah : O(1)<O(log n)<o(n)<o(n log n)<o(n²)<o(n³)<o(2 n )<O(n!)

O(log n) Kompleksitas waktu logaritmik berarti laju pertumbuhan waktunya berjalan lebih lambat daripada pertumbuhan n. Algoritma yang termasuk kelompok ini adalah algoritma yang memecahkan persoalan besar dengan mentransformasikannya menjadi beberapa persoalan yang lebih kecil yang berukuran sama (misalnya algoritma pencarian_biner). Di sini basis algoritma tidak terlalu penting sebab bila n dinaikkan dua kali semula, misalnya, log n meningkat sebesar sejumlah tetapan.

O(n) Algoritma yang waktu pelaksanaannya lanjar (linear) umumnya terdapat pada kasus yang setiap elemen masukannya dikenai proses yang sama, misalnya algoritma pencarian_beruntun. Bila n dijadikan dua kali semula, maka waktu pelaksanaan algoritma juga dua kali semula.

O(n log n) Waktu pelaksanaan yang n log n terdapat pada algoritma yang memecahkan persoalan menjadi beberapa persoalan yang lebih kecil, menyelesaikan tiap persoalan secara independen, dan menggabung solusi masingmasing persoalan. Algoritma yang diselesaikan dengan teknik bagi dan gabung (divide and conquer) mempunyai kompleksitas asimptotik jenis ini. Bila n = 1000, maka n log n mungkin 20.000. Bila n dijadikan dua kali semual, maka n log n menjadi dua kali semula (tetapi tidak terlalu banyak) Contoh: Mergesort, QuickSort

O(n 2 ) Algoritma yang waktu pelaksanaannya kuadratik hanya praktis digunakan untuk persoalana yang berukuran kecil. Umumnya algoritma yang termasuk kelompok ini memproses setiap masukan dalam dua buah kalang bersarang, misalnya pada algoritma urut_maks. Bila n = 1000, maka waktu pelaksanaan algoritma adalah 1.000.000. Bila n dinaikkan menjadi dua kali semula, maka waktu pelaksanaan algoritma meningkat menjadi empat kali semula.

O(n 3 ) Seperti halnya algoritma kuadratik, algoritma kubik memproses setiap masukan dalam tiga buah kalang bersarang, misalnya algoritma perkalian matriks. Bila n = 100, maka waktu pelaksanaan algoritma adalah 1.000.000. Bila n dinaikkan menjadi dua kali semula, waktu pelaksanan algoritma meningkat menjadi delapan kali semula.

O(2 n ) Algoritma yang tergolong kelompok ini mencari solusi persoalan secara "brute force", misalnya pada algoritma mencari sirkuit Hamilton (lihat Bab 9). Bila n = 20, waktu pelaksanaan algoritma adalah 1.000.000. Bila n dijadikan dua kali semula, waktu pelaksanaan menjadi kuadrat kali semula!

O(n!) Seperti halnya pada algoritma eksponensial, algoritma jenis ini memproses setiap masukan dan menghubungkannya dengan n - 1 masukan lainnya, misalnya algoritma Persoalan Pedagang Keliling (Travelling Salesperson Problem - lihat bab 9). Bila n = 5, maka waktu pelaksanaan algoritma adalah 120. Bila n dijadikan dua kali semula, maka waktu pelaksanaan algoritma menjadi faktorial dari 2n.

Nilai masing-masing fungsi untuk setiap bermacam-macam nilai n log n n n log n n 2 n 3 2 n n! 0 1 0 1 1 2 1 1 2 2 4 8 4 2 2 4 8 16 64 16 24 3 9 24 64 512 256 362880 4 16 64 256 4096 65536 20922789888000 5 32 160 1024 32768 4294967296 (terlalu besar )

Kegunaan Notasi Big-Oh Notasi Big-Oh berguna untuk membandingkan beberapa algoritma dari untuk masalah yang sama menentukan yang terbaik. Contoh: masalah pengurutan memiliki banyak algoritma penyelesaian, Selection sort, insertion sort T(n) = O(n 2 ) Quicksort T(n) = O(n log n) Karena n log n < n 2 untuk n yang besar, maka algoritma quicksort lebih cepat (lebih baik, lebih mangkus) daripada algoritma selection sort dan insertion sort.

Referensi Munir, R., 2005, Matematika Diskrit, Penerbit IF, Bandung A. Rosen, H Kenneth (2012). Discrete Mathematics and Its Applications. Mc Graw Hill. Siang, J.J., 2002, Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer