PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

Aidha Yuliandary, Zainuddin, dan Mustika Wati Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA KORPRI BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA MATERI AJAR USAHA-ENERGI

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 3 no.2, Juni

MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)

Siti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin

Siti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat.

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 3 MAN 3 BANJARMASIN MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN MEDIA VIRTUAL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

Suci Puspa Melati, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA PEMBELAJARAN IPA SMP POKOK BAHASAN PEMUAIAN ZAT

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no.1 Februari 2016

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSEDURAL SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 31 BANJARMASIN MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA

Yusuf Gafur Guru Biologi, SMP Negeri 2 Sano Nggoang -

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BUNYI UNTUK SISWA SMP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 PEKANBARU

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 2 SMAN 10 BANJARMASIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI FLUIDA STATIS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 2 SMAN 10 BANJARMASIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI FLUIDA STATIS

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MS 6 DI SMA NEGERI 2 BANJARMASIN MELALUI STRATEGI ARCS DALAM SETTING PENGAJARAN LANGSUNG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER (AO) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Percaya diri membuat seseorang menjadi lebih optimis dalam

Kata kunci: Perangkat pembelajaran, keterampilan berkomunikasi, pembelajaran diskusi kelas

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL GENERATIF LEARNING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Jurnal PTK dan Pendidikan. Chairunnisa Madrasah Aliyah Negeri 3 Banjarmasin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

Emiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII A SMP PGRI BAGELEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTORIAL RIDDLE

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi

BAB III METODE PENELITIAN

KEEFEKTIFAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG BENDA-BENDA LANGIT. Sri Utami Ningtiyanti

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JUAI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR KEILMUAN MAHASISWA PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR II

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER (AO) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN CHARTA

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

HURIYAH Program Studi Magister Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DENGAN METODE PRAKTIKUM PADA MATERI AJAR LISTRIK DINAMIS

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Lisda Karmila, Zainuddin, dan Syubhan An nur Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat

Arun Haryanto, Siti Nuryanti, dan Minarni R.J. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING

Transkripsi:

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id ABSTRAK: Strategi pembelajaran yang kurang tepat mengakibatkan kurangnya perhatian siswa terhadap proses pembelajaran sehingga mengakibatkan hasil belajar tidak maksimal. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) keterlaksanaan RPP tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung, (2) hasil belajar, (3) keterampilan prosedural, (4) respon siswa. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas model Hopkins yang terdiri dari 3 siklus, setiap siklus meliputi plan, action/observation, dan reflective. Subjek penelitian adalah 34 siswa. Data diperoleh melalui tes, observasi, angket, dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keterlaksanaan RPP selama proses pembelajaran meningkat yaitu 86,94% pada siklus I menjadi 97,08% pada siklus II dan 100% pada siklus III, (2) keterampilan prosedural siswa mengalami peningkatan tiap siklus, (3) peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal yaitu pada siklus I sebesar 65,62% (tidak tuntas), siklus II sebesar 87,09% (tuntas), dan siklus III sebesar 90,00% (tuntas), (4) respon siswa secara umum tergolong baik. Diperoleh simpulan bahwa keefektifan pembelajaran yang menerapkan tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-D SMP Negeri 31 Banjarmasin pada materi ajar cahaya berkategori efektif. Kata kunci: Tipe learning cycle, model pengajaran langsung, hasil belajar. PENDAHULUAN IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Pendidikan IPA disekolah diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, seperti prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui mencari tahu dan berbuat. Hal ini sesuai dengan Permendiknas no 26 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk SMP bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang 123

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, tetapi juga merupakan proses penemuan. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Belajar merupakan pengetahuan dibentuk oleh individu, Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut (Dimyati, 2006). Berdasarkan hasil wawancara dengan Nuril Huda S.Pd, selaku guru pengajar Fisika kelas VIII-D SMP Negeri 31 Banjarmasin pada tanggal 18 Februari 2013 diperoleh informasi bahwa pembelajaran fisika masih menggunakan metode teacher centre, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa kurang diberi kesempatan aktif dalam proses pembelajaran. Permasalahan lainnya adalah kurangnya keterampilan prosedural siswa dalam melakukan percobaan-percobaan untuk lebih memahami gejala-gejala fisika secara nyata. Permasalahan tersebut berakibat terhadap proses pembelajaran, diantaranya siswa malu bertanya, diam dan enggan mengemukakan pendapat, siswa takut pada saat menyampaikan pendapat sehingga siswa tidak terbiasa menyampaikan pengetahuan dan ide-ide yang mereka miliki. Semua permasalahan diatas berkaitan dengan kurang mampunya siswa dalam menyampaikan, mengeksplor, mengungkapkan kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa. Ditunjukkan dari hasil ulangan harian sebanyak 61,8% dari 34 siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) IPA yang ditetapkan sekolah adalah sebesar 70. Selain itu berdasarkan hasil wawancara menunjukkan kurangnya keterampilan prosedural yang dimiliki siswa. Berdasarkan masalah di atas, diperlukan suatu solusi untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan prosedural. Perlunya keterampilan prosedural yang dimiliki siswa agar terjadi perkembangan kemampuan melakukan sesuatu secara berurutan dan bertahap, dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa itu sendiri. Seorang guru selain 124

menguasai materi ajar juga harus menguasai berbagai metode pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung atau Direct Instruction (DI) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar secara langsung dari demonstrasi pengetahuan oleh guru khususnya untuk memperoleh pengetahuan deklaratif dan prosedural. Learning cycle adalah suatu tipe pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centre) dimana tahaptahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan (Ngalimun, 2012). Hasil penelitian Agustina (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran learning cycle efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan prosedural siswa pada pokok bahasan kalor. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian pada pokok bahasan cahaya dengan judul Penerapan Tipe Learning Cycle melalui Model Pengajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 31 Banjarmasin pada Materi Ajar Cahaya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena dalam penelitian ini untuk mengatasi adanya masalah yang ada dalam kelas VIII-D SMP Negeri 31 Banjarmasin berkaitan dengan keterampilan prosedural siswa yang rendah yang berakibat pada rendahnya hasil belajar dengan menerapkan tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alur penelitian tindakan kelas model Hopkins. Penelitian ini terdiri atas 3 siklus, masing-masing siklus dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan yang terdiri dari plan (perencanaan), action (tindakan) observation (observasi), dan reflective (refleksi). Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan tes, observasi, angket, dan dokumentasi. 125

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil observasi keterlaksanaan RPP Keterlaksanaan RPP Tipe Learning metode pembelajaran learning cycle Cycle Melalui Model Pengajaran Langsung secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan keterlaksanaan RPP tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung setiap siklus Kegiatan Siklus I Siklus II Siklus III Pendahuluan 87,50% 100,00% 100,00% Inti 80,00% 91,25% 100,00% Penutup 93,75% 100,00% 100,00% Reliabilitas 96,77% 99,06% 100,00% Keterlaksanaan RPP tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung ini dinilai oleh 2 orang pengamat, yaitu Nuril Huda, S.Pd dan Gusti Jamilah, S.Pd yang merupakan guru mitra di SMP Negeri 31 Banjarmasin. Prosedur penilaian yang dilakukan pengamat menggunakan angka 1 sampai 5 dengan kategori tidak terlaksana, dilaksanakan tapi tidak selesai, dilaksanakan tapi kurang sistematis, dilaksanakan tapi kurang tepat, dan dilaksanakan dengan selesai, tepat, sistematis. Penilaian yang dilakukan oleh pengamat 1 dijumlahkan dengan pengamat 2 kemudian dirataratakan, presentasi dikategorikan sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang. Grafik keterlaksanaan RPP secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 1 Grafik keterlaksanaan RPP Berdasarkan Gambar 1, secara keseluruhan perolehan skor dari siklus I, siklus II, dan siklus III mengalami peningkatan, dengan rata-rata 126

keterlaksanaan RPP berkategori sangat baik. Pada siklus I, bagian inti hanya mendapat nilai sebesar 80% dengan kategori baik. Ini dikarenakan pada siklus I siswa masih beradapatasi dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh pengamat, selain itu guru masih belum bisa menguasai kelas dengan baik dan masih banyak siswa yang ribut selama proses pembelajaran berlangsung, dan bermasalah dalam pengelolaan waktu. Keadaan siswa yang masih belum terbiasa ini berdampak pada kesulitan guru dalam melaksanakan fase 2, 3, 4, dan 5. Siswa yang ribut menyebabkan guru kurang fokus dalam mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan, karena selain menjelaskan guru juga menegur siswa yang membuat keributan tersebut dan mengarahkan siswa agar memperhatikan proses pembelajaran. Begitu juga saat membimbing pelatihan dan memberikan pelatihan lanjutan, dilaksanakan oleh guru tetapi kurang tepat dan masih ada yang tidak selesai dilaksanakan. Siklus II keadaan kelas sudah mulai tenang dan keributan siswa sudah bisa diatasi. Pada bagian pendahuluan siswa antusias memperhatikan motivasi yang disampaikan oleh guru, sehingga didapat hasil berkategori sangat baik dengan presentasi keterlaksanaan sebesar 100% dengan kategori sangat baik. Pada bagian inti juga didapat hasil yang meningkat dari siklus sebelumnya, dengan keadaan siswa yang sudah terbiasa dengan metode pembelajaran learning cycle menjadikan guru mudah dalam menyampaikan materi, memberikan pelatihan, dan memberikan pelatihan lanjutan serta penerapan. Kegiatan penutup diperoleh presentasi keterlaksanaan sebesar 100% dengan kategori sangat baik, dilihat dari kelacaran siswa saat mengerjakan THB 2. Sehubungan hal ini, ada lima keputusan yang harus dilakukan guru untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pertama, setiap guru harus memutuskan tentang apa yang harus dipahami oleh siswa yang akan diajarnya, hal ini terkait dengan materi (bahan ajar). Kedua, menentukan tingkah laku bagaimana yang harus dilakukan siswa untuk menjamin pemahaman bahan ajar. Ini berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Ketiga, menentukan strategi yang dapat memberikan pengalaman belajar sesuai dengan gaya belajar siswa. Keempat, guru harus menentukan setiap pengaruh yang muncul sehubungan strategi yang diterakan. Kelima, setiap guru juga harus menentukan bagaimana cara menilai pengaruh atau dampak serta 127

hasil yang dicapai setiap siswa (Sanjaya, 2009). Keterampilan Prosedural Siswa Keterampilan prosedural siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Perkembangan keterampilan prosedural siswa setiap siklus No. Aspek yang diamati Siklus I Siklus II Siklus III 1. Siswa dapat merangkai alat 3,90 4,20 4,90 2. Siswa dapat melakukan sesuai 3,40 4,30 4,30 langkah-langkah percobaan 3. Siswa dapat menuliskan data 3,80 4,40 3,90 pada tabel 4. Siswa dapat menganalisis data 4,10 4,10 3,80 5. Siswa dapat membuat kesimpulan 3,90 3,80 4,10 Rata-rata nilai akhir 76,40 83,20 84,00 Keterampilan prosedural siswa diamati pada saat mengerjakan LKS secara berkelompok. Penilaian dilakukan berdasarkan rubrik yang sudah ditentukan dengan skor perolehan dari 1 sampai 5, dari hasil rata-rata penilaian yang dilakukan pengamat 1 dan pengamat 2 didapatlah nilai akhir. Berdasarkan Tabel 2, pada siklus I, terlihat kelemahan dalam melakukan percobaan sesuai dengan langkahlangkah percobaan yaitu dengan nilai 68 dan berkategori baik. Siswa cenderung sulit melaksanakan prosedur-prosedur yang ada dalam LKS dan sebagian besar kelompok bertanya kepada guru sebelum mngerjakan tiap langkahlangkah percobaan. Hal ini terjadi karena siswa kurang terbiasa melatih keterampilan proseduralnya dalam melakukan percobaan. Siklus II dapat dilihat secara keseluruhan keterampilan siswa sudah meningkat dari siklus I dan dengan ratarata nilai akhir sebesar 83,2 berkategori sangat baik. Kendala pada siklus II hanya terletak dalam membuat kesimpulan, mungkin karena siswa kurang fokus dan teliti, sehingga mereka sudah menjawab dengan tepat hanya saja kurang lengkap. Pada aspek merangkai alat didapat nilai 84 dengan kategori sangat baik, melakukan percobaan sesuai langkah-langkah percobaan dengan nilai 86 (sangat baik), menuliskan data pada tabel 88 (sangat baik), menganalisis data 82 (sangat baik) dan mmbuat kesimpulan dengan 128

nilai 76 (baik). Adapun rata-rata reliabilitas pada siklus II didapatkan sebesar 98,11%. Pada siklus III peningkatan dapat dilihat dari keterampilan prosedural siswa pada aspek merangkai alat yaitu dengan nilai 98 berkategori sangat baik dan melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah percobaan dengan nilai 86 berkategori sangat baik, meningkat dari siklus I yang hanya dengan nilai 78 (baik). Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan sebagian kelompok sudah bisa merangkai alat dengan benar tanpa bimbingan guru, begitu juga saat melakukan tiap langkah-langkah percobaan. Ini karena pada siklus III ini siswa lebih antusias dalam melakukan percobaan, sehingga mereka serius memperhatikan demonstrasi dan penjelasan guru sebelum mengerjakan LKS. Tetapi pada siklus III ini penurunan terlihat dari aspek menuliskan data pada tabel, dimana pada siklus II dengan nilai 88 (sangat baik) menjadi 78 (baik). Penurunan juga terlihat juga pada aspek menganalisis data 76 (baik) yang mulanya pada siklus I dan II berkategori sangat baik. Namun secara keseluruhan yang dilihat dari nilai rata-rata keterampilan prosedural siswa mengalami peningkatan. Peningkatan keterampilan prosedural dengan menggunakan tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2011) dengan menunjukkan peningkatan dari siklus I dengan nilai rata-rata 60 berkategori cukup baik, siklus II 78,67 dengan kategori baik dan siklus III dengan nilai rata-rata 90 berkategori sangat baik. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Misbah (2009) dengan menerapkan model pengajaran langsung ber-cycle efektif dalam meningkatkan keterampilan prosedural siswa. Hasil Belajar Siswa Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dengan tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung pada setiap siklus dapat dilihat pada Gambar 2. 129

Gambar 2 Grafik ketuntasan klasikal hasil belajar siswa Ketuntasan klasikal hasil belajar dibawah KKM sehingga didapat mengalami kenaikan dari siklus I, II, dan ketuntasan klasikal sebesar 90%. III. Akan tetapi pada siklus I perolehan hasil belajar siswa masih belum tuntas, Peningkatan hasil belajar setiap siklus ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan ketuntasan klasikal berada oleh Agustina (2011) yang juga dibawah 85% yaitu sebesar 65,62%. Hal menerapkan learning cycle dalam setting ini disebabkan siswa belum mengetahui pengajaran langsung. Ditunjukkan akan adanya tes hasil belajar pada akhir pelajaran, selain itu suasana kelas yang ribut menyebabkan hanya sebagian siswa saja yang memperhatikan penjelasan dari guru. Dari 37 siswa yang hadir ada 11 dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus, yaitu pada siklus I (17%), siklus II (60,71%), dan siklus III (86,21%). Dari hasil belajar ini terlihat bahwa model learning cycle orang siswa yang tidak tuntas secara melalui pengajaran langsung dapat individual, hal inilah yang menyebabkan ketuntasan klasikal pada siklus I menjadi rendah. Pada siklus II jumlah siswa yang tidak tuntas berkurang, dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 30 siswa ada 4 orang siswa yang belum tuntas sehingga meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ajar cahaya. Respon Siswa Angket respon siswa dibagikan pada akhir siklus III, hal ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap tipe pembelajaran dan pengajaran yang didapat ketuntasan klasikal sebesar telah diterapkan kepada siswa. Hasil 87,09%. Dan pada siklus III, dari 30 respon siswa terhadap tipe learning orang siswa yang hadir masih ada 3 cycle melalui model pengajaran orang siswa yang memperoleh nilai langsung dapat dilihat pada Tabel 3. 130

Tabel 3 Hasil angket respon siswa No. Aspek Respon Siswa Rerata Kategori 1. A : Attention 4,00 Baik 2. R : Relevance 3,70 Baik 3. C : Confidence 3,81 Baik 4. S : Satisfaction 3,90 Baik Rerata 3,85 Baik Tabel 3 menunjukkan bahwa respon siswa terhadap aspek attention (perhatian) adalah baik. Hal ini terlihat mulai dari siklus awal dan siklus akhir siswa mempunyai perhatian yang maksimal terhadap proses pembelajaran, walaupun pada siklus awal siswa hanya menjadi pendengar yang baik. Namun pada siklus selanjutnya siswa sudah mulai bisa memberikan respon terhadap materi. Pada aspek relevance (keterkaitan), confidence (keyakinan), dan satisfaction (kepuasan) mempunyai kategori baik. Hal ini menunjukkan siswa sudah dapat merasakan keterkaitan materi pembelajaran yang disajikan dengan materi terdahulu yang mereka ketahui dan pengalaman belajar siswa, kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan sendiri sudah baik, dan kepuasan atau perasaan gembira siswa setelah mengikuti proses pengajaran juga sudah baik. Secara keseluruhan respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan adalah baik. Berdasarkan hasil perhitungan angket respon secara keseluruhan siswa memberikan respon yang baik terhadap metode pembelajaran learning cycle dalam setting pengajaran langsung. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, pembelajaran yang menerapkan tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-D SMP Negeri 31 Banjarmasin pada materi ajar cahaya berkategori efektif yang didukung oleh temuan hasil penelitian sebagai berikut: (1) Keterlaksanaan RPP tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung pada siklus I, siklus II, dan siklus III secara keseluruhan sudah terlaksana dengan sangat baik, (2) Peningkatan keterampilan prosedural siswa selama tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung diterapkan dalam hal merangkai alat, melakukan sesuai langkah-langkah percobaan, 131

menuliskan data pada tabel, menganalisis data, membuat kesimpulan pada setiap siklusnya yang ditandai dengan penilaian pengamat pada siklus I adalah 76,40 dengan kategori baik, siklus II adalah 83,20 berkategori sangat baik, dan siklus III adalah 84,00 kategori sangat baik, (3) Peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung karena ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 65,62% (tidak tuntas), pada siklus II sebesar 87,09% (tuntas) dan siklus III sebesar 90,00% (tuntas). Peningkatan dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal pada siklus III yang melebihi persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siklus I, dan (4) Respon siswa terhadap proses pembelajaran yang menerapkan tipe learning cycle melalui model pengajaran langsung pada materi ajar cahaya berkategori baik. DAFTAR PUSTAKA Agustina, R. (2011). Penerapan Learning Cycle Dalam Setting Pengajaran Langsung Untuk Meningkatkan Keterampilan Prosedural Siswa Kelas X-2 di SMA Negeri Mandastana Pada Materi Ajar Kalor. Banjarmasin. Tidak Dipublikasikan. Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Jufri, W. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Pustaka Reka Cipta, Bandung. Misbah. (2009). Pengembangan Model Pengajaran Langsung Ber-Cycle Pada Materi Ajar Listrik Dinamis Di SMA Negeri 1 Banjarmasin. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan. Ngalimun. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Scripta cendikia. Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 132