1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu instrument sistem keuangan pasar modal merupakan salah satu tolak ukur perkembangan ekonomi suatu negara. Pasar modal sebagai sarana investasi dapat digunakan oleh investor untuk ikut serta dalam kepemilikan saham suatu perusahaan. Selain itu pasar modal juga mempunyai peran yang cukup penting bagi dunia usaha, yaitu sebagai sumber pendanaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Berkembangnya perekonomian Indonesia diikuti dengan perkembangan pasar modal di Indonesia yang memperlihatkan kemajuan signifikan. Seiring perkembangan pasar modal, maka dikembangkan pula pasar modal syariah yaitu pasar modal yang menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Islam atau ekonomi syariah di Indonesia yang semakin signifikan di penghujung 2013 menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan di tengah terpaan krisis dan perlambatan ekonomi dunia yang terjadi di Amerika dan Eropa. Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia per Oktober 2013, sejak 2011 terdapat penambahan sebanyak 764 investor syariah, 22 reksa dana syariah reksa dana baru dengan rata-
2 rata pertumbuhan nilai aktiva bersih (NAB) sebesar 30%, dan peluncuran exchange trade fund (ETF) berbasis syariah pertama di Indonesia. Pada prinsipnya, investasi syariah di pasar modal tidak terlalu berbeda dengan investasi di pasar modal konvesional. Namun terdapat beberapa perbedaan filosofis yang mendasari perbedaan tersebut. Investasi di pasar modal syariah harus didasarkan pada tiga prinsip utama syariah, yaitu dilarangnya riba (bunga), gharar (ketidakpastian/spekulasi), dan maysir (judi). Hal ini berimplikasi juga pada dilarangnya turunan produk dan instrumen yang mengandung ketiga unsur di atas dalam transaksi di pasar modal. Sedemikian penting prinsip ini sehingga dibutuhkan suatu mekanisme proses screening atau filterasi atas instrumen investasi (Aziz, 2010:72). Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal syariah maupun pasar modal konvensional mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai tingkat risiko tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa mendatang. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko dalam investasi dilakukan diversifikasi atau upaya menyebarkan kekayaan dalam berbagai aset. Diversifikasi ini akan menghasilkan portofolio yang merupakan kumpulan aset hasil diversifikasi. Dalam portofolio yang terdiversifikasi, risiko yang tersisa adalah risiko sistematis, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.
3 Risiko sistematis disebut juga dengan risiko pasar karena mempengaruhi seluruh perusahaan. Risiko ini dapat berupa tingkat bunga, keadaan pasar, ataupun tingkat inflasi. Ukuran dari risiko sistematis itu sendiri adalah Beta. Secara definisi Beta merupakan risiko relatif yang mencerminkan risiko relatif saham individual terhadap portofolio pasar secara keseluruhan (Tandelilin, 2010:522). Semakin besar beta suatu sekuritas, semakin tinggi risiko sistematis dari sekuritas tersebut. Portofolio yang terdiri dari saham-saham beta tinggi memiliki risiko tidak sistematis yang lebih besar dibandingkan dengan saham-saham yang mempunyai beta rendah (Murwani, 1998). Beberapa penelitian yang berkaitan dengan risiko sistematis dilakukan oleh Murwani (1998), Agoeng (2000), Tandelilin (2001), Parmono (2001), Hadinugroho (2002), Setiawan (2005), Atahau (2007), Suseno (2009), Yulianto (2010). Sedangkan penelitian mengenai pasar modal syariah khususnya di Indonesia belum banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian dengan obyek pasar modal syariah dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003), Hamzah (2005), Auliyah dan Hamzah (2006), serta Mutia dan Arfan (2010). Penelitian dengan obyek pasar modal syariah mengenai return dan beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan selalu melekat pada setiap investasi terutama investasi dalam setiap saham, baik saham konvensional maupun saham syariah.
4 Berdasarkan hal tersebut maka menarik untuk diteliti kembali mengenai faktor yang mempengaruhi beta saham dimana di dalam penelitian ini faktor yang digunakan hanya dibatasi pada profitability, deviden payout ratio dan capital structure. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel profitability, deviden payout ratio dan capital structure terhadap beta, serta efek masing-masing variabel tersebut terhadap beta saham. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul ANALISIS PENGARUH PROFITABILITY, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN CAPITAL STRUCTURE TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH DALAM KELOMPOK JAKARTA ISLAMIC INDEX TAHUN 2010 2013 B. Perumusan Masalah ini adalah : Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah penelitian 1. Apakah profitability berpengaruh terhadap beta saham syariah? 2. Apakah dividen payout ratio berpengaruh terhadap beta saham syariah? 3. Apakah capital structure berpengaruh terhadap beta saham syariah?
5 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui pengaruh profitability terhadap beta saham syariah b. Untuk mengetahui pengaruh dividen payout ratio terhadap beta saham syariah c. Untuk mengetahui pengaruh capital structure terhadap beta saham syariah 2. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Berdasarkan manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat lebih menambah wawasan bagi akademisi dan pelaku bisnis khususnya pada bidang investasi. b. Manfaat Praktis Berdasarkan manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor yang akan menanamkan modalnya pada instrumen saham.