PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI PT JAW (BSP GRUP), SAROLANGUN, JAMBI

PEMBAHASAN. Produksi Serbuk Sari. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Produksi Serbuk Sari. Progeni Nigeria Ghana Ekona Avros Dami Yangambi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN Penetapan Target

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

2013, No.217 8

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, %

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU, NOVEMBER 2016

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

menggunakan model antrian tunggal pelayanan ganda. Jumlah unit pembongkaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas pada Minyak Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI

TAHUN TOTAL RATAAN

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

Click to edit Master subtitle style

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JULI 2015

Pertemuan 5 Anggaran Produksi. Disarikan dari : Kartika, Dwiarti, Dasuki, dan sumber relevan lainnya

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015

MAKALAH PENGANGGARAN PERUSAHAAN. Penyusunan Anggaran Produksi dan Anggaran Bahan Baku

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MARET 2015

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MEI 2015

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2015

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

Peramalan, Black Bunch Cencus, Indeks Musiman, Tandan Buah Segar.

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

Perkembangan Harga BBM

ANGGARAN PRODUKSI. Muniya Alteza.

Manajemen Pengolahan Kelapa Sawit di PTPN. Oleh : Rediman Silalahi

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

Transkripsi:

PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak dan inti sawit. Tandan yang telah tiba di pabrik perlu diketahui mutunya dengan cara visual, yang dapat dilakukan dalam penerimaan buah. Dengan mutu buah yang baik maka akan diperoleh efisiensi ekstraksi minyak kelapa sawit dan mutu yang sesuai dengan standar produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tandan buah segar yang diolah PMKS PT EMAL merupakan akumulasi produksi dari dua perusahaan BSP grup yaitu PT JAW dan PT EMAL serta TBS dari perkebunan masyarakat yang ada di sekitar perusahaan. TBS yang diterima oleh PMKS PT EMAL akan disortasi terlebih dahulu di loading ramp oleh tim dari laboratorium PMKS PT EMAL. Hal ini dilakukan untuk menekan jumlah TBS dengan mutu buruk ikut terolah oleh pabrik yang akan menurunkan mutu CPO yang dihasilkan oleh PMKS. Kondisi TBS yang tersortir karena mutu buruk/tidak sesuai untuk diekstraksi sesuai dengan stándar pengolahan oleh tim PMKS PT EMAL yang disajikan dalam Gambar 13. (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

58 Buah sakit yang ditunjukan pada Gambar 13 (B) adalah TBS yang ditumbuhi organ menyerupai tangkai-tangkai kecil sebagai diferensiasi Spikelets sebagai hasil abnormalitas infloresen bunga betina serta ditumbuhi jamur pada kulit buahnya. Buah batu yang ditunjukan oleh Gambar 13 (B) adalah TBS yang mengeras sehingga ketika TBS ini masuk dalam kriteria matang, buah tersebut tidak mengalami pembrondolan buah. Buah sakit dan buah batu ini akan mempengaruhi proses pengolahan TBS di pabrik. Masalah yang akan ditimbulkan jika memproses buah dengan mutu buruk seperti ini dalam skala besar, yaitu rendemen pengolahan TBS akan menjadi kecil dan merusak alat-alat pengolahan TBS di pabrik. Apabila jumlah buah tersebut >2 % dari total buah yang diolah, maka buah akan disisihkan di loading ramp dan dilaporkan kepada estate yang mengirim buah tersebut sebagai mekanisme umpan balik. Kegiatan sortasi di loading ramp PMKS PT EMAL sudah berjalan dengan baik. Karena dengan pengambilan contoh yang dilakukan menjadi salah satu cara yang efisien dalam waktu dan tenaga. Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil analisis yang tepat. Analisis juga diperkuat dengan data hasil perhitungan pemusatan dari persentase TBS yang tersortir oleh tim dari laboratorium PMKS PT EMAL. Data hasil perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Rata-rata Harian Bobot Buah (abnormal, sakit, batu dan mentah) yang Tersortir tiap Bulan Pengamatan, Juli 2008 - Mei 2009 Bulan Buah Total Buah tersortir ALB (ton/hari) (ton/hari) % (%) Juli 368.35 0.59 0.173 4.53 Agustus 466.76 0.48 0.106 4.51 September 519.99 1.68 0.323 4.24 Oktober 615.25 3.11 0.526 4.67 November 489.80 0.26 0.040 3.76 Desember 547.73 0.24 0.034 3.95 Januari 450.22 0.65 0.144 4.15 Februari 455.30 1.07 0.156 4.11 Maret 403.24 3.37 0.795 4.39 April 495.72 2.47 0.497 4.27 Mei 532.58 3.55 0.693 3.95 485.90 1.59 0.317 4.23 Sumber: Perhitungan dari data Lampiran 5

59 Dari data di atas, dapat dilihat bahwa bobot rata-rata TBS yang tersortir berkisar antara 0.04 % hingga 0.8 % dari total bobot TBS yang diterima PMKS, diamati mulai dari bulan Juli 2008 hingga Mei 2009. Kemudian rata-rata bobot TBS yang tersortir dari total keseluruhan TBS yang diolah setiap bulan selama periode waktu pengamatan sebesar 1.59 ton/hari atau sebesar 0.317 %. Artinya TBS yang diolah oleh pabrik sudah dapat dikatakan sesuai dengan Pahan (2008), bahwa hasil panen dapat dikatakan baik apabila komposisi buah/tbs normal/masak (N) sebesar >98 % dan buah mentah serta busuk (A+E) sebesar <2%. Pengaruh Mutu Buah terhadap Kandungan ALB Buah yang tersortir pada loading ramp akan tetap diolah selama buah dengan kriteria mutu buruk tersebut tidak melebihi ketentuan sebesar 2 % yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Karena jumlah TBS yang diterima PMKS merupakan jumlah produksi TBS dari kebun yang menjadi bahan baku oleh PMKS. Naibaho (1998) menuturkan bahwa mutu TBS dengan kualitas tidak memenuhi stándar ini berpengaruh langsung terhadap mutu CPO yang dihasilkan. Berikut ini adalah Gambar 14 yang memperlihatkan hubungan persentase mutu buah tersortir dengan kandungan ALB CPO yang dihasilkan di PMKS PT EMAL. Sortir (%) ALB (%) Bobot (%) ALB (%) 0.90 4.80 0.75 0.60 0.45 0.30 0.15 4.60 4.40 4.20 4.00 3.80 3.60 0.00 3.40 Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Gambar 14. Hubungan Mutu Buah Sortir dengan Kandungan ALB CPO yang dihasilkan PMKS PT EMAL, Juli 2008 - Mei 2009

60 Terlihat pada Gambar 14, kandungan ALB CPO yang dihasilkan ternyata berfluktuasi seiring dengan fluktuasi jumlah persentase buah tersortir yang diolah PMKS. Namun, pada bulan Agustus-September 2008, Januari-Februari dan bulan April-Mei 2009, TBS tersortir yang diolah tidak mempengaruhi fluktuasi ALB CPO secara signifikan. Persamaan regresi linier yang didapat untuk hubungan persentase jumlah buah yang tersortir dengan fluktuasi kandungan ALB CPO dibuktikan oleh R 2 : 0.5 % dan P-value : 13 % adalah : Y = 4.27 0.150x Keterangan : : Kandungan ALB CPO (%) : Jumlah buah Grading (%) Pengaruh TBS yang tersortir karena mutu yang tidak baik memang bukan faktor utama yang dapat mempengaruhi fluktuasi kandungan ALB CPO. Hal ini sejalan dengan yang dituturkan oleh Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), terdapat tiga hal yang mempengaruhi kualitas CPO, yaitu manajemen panen, transportasi TBS dan Pengolahan TBS. Dari tiga hal yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa pengaruh kualitas CPO yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh pengorganisasian panen dan kualitas buah masak yang diolah. Sesuai dengan ketentuan bahwa buah dikatakan masak jika terdapat dua brondolan yang lepas per kg TBS. Setelah buah masak dipanen, buah akan diangkut untuk segera dilakukan pengolahan kemudian diekstraksi menjadi CPO. Buah yang tertunda pengolahannya atau buah restan akan meningkatkan kandungan ALB yang menyebabkan menurunnya kualitas CPO karena ALB adalah reaksi enzimatik yang terus meningkat sejak TBS mulai matang.

61 Pengaruh Buah Restan terhadap Kandungan ALB Buah dengan kriteria baik sulit diperoleh, karena TBS dengan kualitas yang baik dapat diperoleh apabila manajemen panen sudah tertata dengan baik. Selain itu, TBS juga harus dalam keadaan sehat dan tidak cacat karena pelukaan buah yang biasa terjadi dari panen hingga buah dibawa ke PMKS. Transportasi pengangkutan buah juga harus cepat dilakukan untuk menghindari buah tertinggal lama di lapangan (restan). Buah restan yang ada dari awal panen TBS hingga akhir pengolahan TBS meliputi : Buah restan yang tertinggal di TPH karena tidak dapat diangkut ke PMKS karena infrastruktur (jalan) yang kurang memadai, Buah restan yang sudah diangkut ke truk dari TPH namun diantar ke PMKS besok harinya dan buah yang ditunda pengolahannya di PMKS agar PMKS dapat melakukan pengolahan TBS esok hari demi kontinyuitas pengolahan PMKS. Pengaruh buah restan yang dilihat keterhubungannya dengan kandungan ALB CPO, adalah total keseluruhan buah restan yang disebutkan diatas, yang dihitung dari TBS kebun PT JAW dan PT EMAL. Buah restan ini sebenarnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kenaikan kandungan ALB. Secara langsung, buah restan juga akan menyebabkan turunnya kualitas CPO, karena kandungan ALB menjadi tolok ukur kualitas CPO. Kualitas CPO dapat dipertahankan dengan cara menekan jumlah buah restan yang tertinggal lama di lapangan, mempercepat transportasi pengiriman TBS ke PMKS dan mengurangi pelukaan buah yang terjadi saat panen (Hakim, 2007). Dapat dilihat dari Tabel 13 yang memuat hasil perhitungan pemusatan dari persentase TBS restan total yang diolah di PMKS PT EMAL oleh tim dari laboratorium, dapat dilihat bahwa persentase bobot rata-rata TBS restan yang diolah ini berkisar antara 28.95 % hingga 61.13 % dari total TBS yang diolah setiap harinya. Data tersebut merupakan hasil perhitungan dari data PMKS yang diamati mulai dari bulan Juli 2008 hingga Mei 2009. Rata-rata bobot TBS restan yang diolah setiap bulan selama periode waktu pengamatan sebesar 189.48 ton atau sebesar 42.59 %.

Tabel 13. Rata-rata Harian Bobot Buah Restan per Bulan, Juli 2008 - Mei 2009 Bulan Buah total Buah restan ALB (ton/hari) (Ton/hari) (%) (%) Juli 368.35 130.55 36.00 4.53 Agustus 466.76 139.70 28.95 4.51 September 519.99 155.06 31.99 4.24 Oktober 615.25 182.68 29.67 4.67 November 489.80 151.23 30.98 3.76 Desember 547.73 284.27 48.74 3.95 Januari 450.22 214.36 61.13 4.15 Febuari 455.30 195.92 44.26 4.11 Maret 403.24 179.25 59.10 4.39 April 495.72 227.83 56.28 4.27 Mei 532.58 223.49 41.40 3.95 485.90 189.48 42.59 4.23 Sumber: Perhitungan dari data Lampiran 5 Buah restan yang diolah oleh PMKS PT EMAL masih dinilai tinggi dan mencapai hampir setengah dari total TBS yang diolah. Untuk kepentingan komersil, buah memang harus langsung diolah dan diekstraksi menjadi CPO karena setiap TBS memiliki nilai investasi yang tinggi. Jumlah buah restan harian di PMKS PT EMAL ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap fluktuasi kandungan ALB aktual CPO yang dihasilkan. lain : Jumlah buah restan yang tinggi diakibatkan oleh beberapa hal, diantara 1. Pabrik mengejar kontinyuitas pengolahan buah, karena produksi TBS yang dihasilkan masih dibawah kapasitas mesin terpasang 2. Di perkebunan ini tidak ada musim panen puncak, sehingga produksi TBS kurang memadai sebagai bahan baku PMKS agar dapat berproduksi secara kontinyu 3. Infrastruktur jalan yang menjadi urat nadi perusahaan masih dinilai kurang memadai 4. Menghemat biaya produksi dari total keseluruhan biaya yang diperlukan untuk menjalankan kinerja pabrik. 62

63 Berikut ini adalah Gambar 15 yang memperlihatkan hubungan jumlah persentase buah restan yang diolah dengan kandungan ALB CPO yang dihasilkan di PMKS PT EMAL. Bobot (%) 64.00 59.50 55.00 50.50 46.00 41.50 37.00 32.50 Restan (%) ALB (%) ALB (%) 4.80 4.60 4.40 4.20 4.00 3.80 3.60 28.00 3.40 Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Gambar 15. Hubungan Buah Restan dengan Kandungan ALB CPO yang dihasilkan PMKS PT EMAL, Juli 2008 - Mei 2009 Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan, Buah restan ini berkorelasi positif mempengaruhi kandungan ALB sebesar 21.4 % yang dibuktikan dengan taraf 5 %. Selama penulis melakukan pengamatan di PMKS PT EMAL, TBS yang diolah tanpa ada campuran buah restan, ALB yang dihasilkan adalah 4.11 %. Namun, ketika buah restan ini diikutsertakan dalam pengolahan, maka setiap 1 % buah restan dari total TBS yang diolah, akan meningkatkan kandungan ALB sebesar 0.278 %. Perhitungan diatas didapat dari persamaan linier dengan R : 4.7 % yaitu : Y = 4.11 + 0.00278x Keterangan : : Kandungan ALB CPO (%) : Jumlah buah Restan (%)

Pengaruh Curah Hujan terhadap Jumlah Buah Restan Curah hujan yang tinggi memang berdampak positif bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan produktivitas TBS. Namun, Yahya (1990) menyatakan bahwa curah hujan mempengaruhi rasio bunga jantan dan betina yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Data lengkap curah hujan PT JAW dapat dilihat pada Lampiran 3. Namun bagi transportasi TBS yang dilakukan kebun PT JAW, curah hujan yang tinggi justru menjadi penghambat aktivitas pengangkutan buah dan transportasi TBS ke pabrik. Akibat terhambatnya aktivitas tersebut adalah meningkatnya jumlah buah restan dan memperpanjang waktu pengiriman TBS ke pabrik. Sesuai dengan Naibaho (1998) bahwa alat transportasi dan jalan adalah hal yang sangat penting dan merupakan urat nadi utama bagi suatu perkebunan kelapa sawit. Secara statistik, curah hujan belum mempengaruhi kandungan ALB CPO secara signifikan namun dampak yang diberikan besar terhadap transportasi dan pengangkutan TBS. Tabel 14. Rata-rata Harian Bobot Buah Restan PT JAW dan Jumlah Hujan per Bulan, Juli 2008 - April 2009 Bulan Restan Hari Jumlah hujan (ton/hari) hujan/bulan (mm/bulan) Juli 60.13 6.00 115.00 Agustus 69.96 10.00 192.00 September 82.73 13.00 287.00 Oktober 136.84 15.00 273.00 November 74.24 15.00 401.00 Desember 158.74 16.00 253.00 Januari 262.99 18.00 308.00 Febuari 102.85 11.00 109.00 Maret 54.75 15.00 299.00 April 207.32 12.00 267.00 121.06 13.00 250.00 Sumber: Perhitungan dari data Lampiran 3 dan 5 Dapat dilihat dari Tabel 14 yang memuat hasil perhitungan pemusatan dari jumlah TBS restan PT JAW dan jumlah hujan per bulan, dapat dilihat bahwa jumlah bobot rata-rata TBS restan per hari setiap bulan berkisar antara 54.75 ton hingga 263 ton dari total TBS yang dipanen setiap harinya. Data tersebut merupakan hasil perhitungan dari data kantor kebun PT JAW yang diamati mulai dari bulan Juli 2008 hingga April 2009. Rata-rata bobot TBS restan yang ada di 64

65 PT JAW setiap bulan selama periode waktu pengamatan sebesar 121.06 ton. Jumlah curah hujan tertinggi yaitu 401 mm/bulan terjadi pada bulan November dan curah hujan terendah berada pada bulan Februari yaitu 109 mm/bulan dan jumlah rata-rata hujan setiap bulan adalah 250 mm. Berikut ini adalah Gambar 16 yang memperlihatkan hubungan jumlah curah hujan bulanan terhadap fluktuasi jumlah buah restan yang terjadi di PT JAW, pada bulan Juli 2008 April 2009. Bobot (ton) 265 Restan Hujan (mm/bulan) 415 222 353 179 291 136 229 93 167 50 Gambar 16. Hubungan Jumlah Curah Hujan dengan Jumlah Buah restan di PT JAW, Juli 2008 - April 2009 Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan, jumlah hujan ini berkorelasi positif mempengaruhi jumlah buah restan sebesar 11.4 % dengan P-value sebesar 73.8 %. Selama penulis melakukan pengamatan di PT JAW, jumlah buah restan tanpa dipengaruhi oleh jumlah hujan adalah 37.7 ton TBS. Namun, ketika hari hujan dan intensitasnya meningkat dalam bulan tertentu, maka setiap kenaikan intensitas hujan sebesar 1 mm/bulan, jumlah buah restan akan meningkat sebesar 0.016 ton. Perhitungan diatas didapat dari persamaan linier dengan R : 1.3 %. Persamaan linier tersebut yaitu : Keterangan : Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr : buah restan (ton) : jumlah hujan (mm/bulan) Y = 38.7 + 0.016x 105

66 Gambar 16 menunjukkan bahwa curah hujan mempengaruhi secara langsung jumlah buah restan yang ada di kebun PT JAW, hal ini juga akan memberikan kontribusi besar terhadap jumlah buah restan yang diolah oleh PMKS PT EMAL yang akan meningkatkan kandungan ALB CPO produk PMKS PT EMAL. Dalam kasus ini, infrastruktur menjadi jalan keluar agar ketika curah hujan tinggi buah dapat diangkut dengan cepat dari lapangan ke TPH dan dikirim dengan baik dan tepat waktu menuju PMKS. Perbaikan dan pembangunan infrastruktur serta penggunaannya yang optimal akan memberikan keuntungan, antara lain : 1. Penggunaan armada angkut PT JAW dapat dioptimalkan, sehingga menekan jumlah buah restan dan mempercepat pengiriman buah ke PMKS. 2. Menekan biaya produksi atas bongkar muat TBS yang berulang dari traktor bergandeng MF 390 ke truk pengangkut TBS ke PMKS dari total keseluruhan biaya yang diperlukan utuk pengelolaan panen TBS. 3. Efisiensi terhadap waktu pemuatan TBS dari traktor bergandeng MF 390 ke truk pengangkut TBS ke PMKS.