Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi

dokumen-dokumen yang mirip
Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== KRITERIA ASESOR LISENSI PEDOMAN BNSP

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

Komite Akreditasi Nasional

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN ASESOR LISENSI PEDOMAN BNSP

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

Auditor Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 178 TAHUN 2004

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

Lisensi No: BNSP-LSP-063-ID

PANDUAN MUTU 1. RUANG LINGKUP

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

JUDUL SKEMA: PENGEMBANG APLIKASI WEB

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Kompetensi. Kelembagaan. Audit Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

LSP Teknologi Informasi Indonesia

PANDUAN UJI KOMPETENSI

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI TRANSMISI/JARINGAN

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

PANDUAN UJI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

PANDUAN UJI KOMPETENSI

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

SUPERVISOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

Bahan Ajar PANDUAN MUTU

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

LSP Teknologi Informasi Indonesia

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN LPJK PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR TAHUN 2012 TENTANG KOMITE LISENSI UNIT SERTIFIKASI DAN TATA CARA PEMBERIAN LISENSI

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

MANAJER PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SUB KONTRAK ASESOR

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL ASSOCIATE SISTEM PLAMBING & ADVANCED ASSOCIATE SISTEM PLAMBING

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 79 /POJK.04/2017 TENTANG PENDAFTARAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

PANDUAN UJI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

PANDUAN UJI KOMPETENSI

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004

PANDUAN UJI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT & ADVANCED SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT

BAB III LANDASAN TEORI

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI KOMPUTER PANDUAN MUTU. NomorDokumen : 01/LSPKOMPUTER/PM/VII/2015 NomorSalinan : 00 Edisi : 1 Status Distribusi :

SOP (STANDARD OPERATING PROCEDURE)

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN & ADVANCED SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PEMELIHARAAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SUPLAI AIR & ADVANCED SPESIALIS SUPLAI AIR

Pendahuluan 12/17/2009

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI

Pedoman: PD Rev. 02

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi 1. Ruang lingkup 1.1. Pedoman ini merupakan kriteria dan persyaratan umum lembaga pelatihan asesor lisensi berdasarkan sistem lisensi Lembaga Sertifikasi Profesi Indonesia, termasuk pengembangan dan pemeliharaan skema pemeliharaan profesi asesor. 1.2. Pedoman ini perlu dibuat agar pihak terkait yang berminat untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pelatihan asesor lisensi mempunyai gambaran yang jelas sesuai dengan arah dan sasaran yang ingin dicapai. 2. Acuan Normatif Dokumen yang diacu berikut diperlukan dalam penerapan pedoman ini adalah Pedoman BNSP 201, Pedoman BNSP 202, Pedoman BNSP 203, dan Pedoman BNSP 204. Apabila ada perubahan (amademen), dokumen yang diacu menggunakan dokumen yang mutakhir. 3. Istilah dan Definisi 3.1. Asesor Lisensi (selanjutnya disebut asesor) adalah seseorang yang memiliki kualifikasi untuk melaksanakan asesmen dalam rangka asesmen manajemen mutu dalam sistem lisensi Lembaga Sertifikasi Profesi. 3.2. Asesor Kepala untuk Lisensi (seterusnya disebut sebagai Asesor Kepala) adalah asesor yang memenuhi persyaratan butir 3.1 dokumen ini. Penilaian dapat dilaksanakan secara menyeluruh oleh Asesor Kepala, atau oleh suatu Tim Asesmen dibawah tanggung jawab Asesor Kepala. Seorang yang memenuhi persyaratan asesor kepala dapat ditetapkan sebagai ketua Tim Asesmen. 3.3. Calon asesor adalah seorang yang mempunyai kualifikasi keahlian/pendidikan dan pelatihan yang sama dengan asesor namun belum mempunyai pengalaman asesmen yang sama dengan asesor. 3.4. Audit Kecukupan adalah pemeriksaan atau penilaian yang rinci atas suatu dokumentasi mutu LSP dengan maksud untuk memastikan bahwa semua unsur-unsur yang terdapat dalam pedoman BNSP 201 dan 202 telah dimuat dengan cukup dalam dokumentasi mutu. 3.5. Asesmen adalah penilaian lapangan pada LSP/LSP cabang/tuk untuk membuktikan bahwa kebijakan dan prosedur serta ketentuan yang dimuat dalam dokumentasi mutu BNSP diterapkan secara taat asas. 3.6. Instruktur pelatihan asesor lisensi adalah personel yang memiliki kualifikasi/kemampuan untuk memberikan pelatihan asesor lisensi sesuai dengan pedoman ini. 4. Penyelenggara pelatihan 4.1. Ketentuan umum 4.1.1 Lembaga penyelenggara pelatihan harus berbadan hukum sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia. 4.1.2 Lembaga penyelenggara pelatihan harus menyediakan sumber daya yang memadai untuk menyelenggarakan pelatihan. 4.1.3 Lembaga penyelenggara pelatihan harus mempunyai kebijakan dan prosedur tertulis dan terdokumentasi. 4.1.4 Lembaga penyelenggara pelatihan harus mempunyai struktur organisasi yang terdokumentasi. 1 dari 6

4.1.5 Lembaga penyelenggara pelatihan harus bertanggung jawab terhadap keseluruhan penyelenggaraan pelatihan. 4.1.6 Lembaga penyelenggara pelatihan harus mendokumentasikan semua kegiatan dan substansi pelatihan yang dilakukannya, terutama mengenai kurikulum/silabus, instruktur, metodologi pelatihan dan prosedur untuk memperoleh sertifikat. 4.1.7 Lembaga penyelenggara pelatihan harus dapat memberikan penilaian obyektif terhadap kelulusan peserta pelatihan. 4.1.8 Lembaga penyelenggara pelatihan seharusnya diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi Pelatihan Kerja. 4.2. Struktur organisasi Struktur organisasi lembaga penyelenggara pelatihan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepercayaan terhadap mutu penyelenggaraan pelatihannya. Lembaga penyelenggara pelatihan harus: a) mempunyai jumlah personel tetap dengan jumlah dam kualifikasi yang memadai di bawah tanggung jawab seorang eksekutif senior; b) mendokumentasikan tugas dan tanggung jawab setiap personel secara jelas; c) memiliki sistem mutu untuk memberikan keyakinan atas kemampuannya dalam menyelenggarakan pelatihan; d) memiliki kebijakan dan prosedur untuk menyelesaikan pengaduan, perselisihan dan permohonan banding yang diterima dari peserta pelatihan atau dari pihak lain tentang penanganan pelatihan atau hal-hal lain yang berkaitan. 4.3. Subkontrak Penyelenggara pelatihan yang telah diakreditasi dapat mensubkontrakkan sebagian pekerjaan penyelenggaraan pelatihan asesor lisensi. Subkontrak tersebut harus dituangkan dalam dokumen perjanjian yang sekurang-kurangnya mencakup ketentuan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak termasuk kerahasiaan dan konflik kepentingan, serta penyelenggara pelatihan harus: a) bertanggung jawab penuh untuk pelaksanaan pelatihan termasuk seluruh kegiatan yang dilakukan oleh mitra kerjanya; b) menjamin bahwa organisasi atau perseorangan yang menjadi mitra kerjanya mampu dan taat terhadap ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pedoman ini; c) memiliki dan menyimpan catatan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh mitra kerjanya untuk menunjukkan bahwa mitra kerja tersebut memenuhi persyaratan penyelenggara pelatihan. Instruktur yang bekerja atas nama mitra kerjanya harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Pedoman ini. Mitra kerja tersebut tidak diperkenankan mensubkontrakkan pekerjaannya ke pihak lain. 4.4. Sistem mutu Lembaga penyelenggara pelatihan harus menentukan dan memelihara kebijakan serta prosedur penyelenggaraan administrasi pelatihan yang didokumentasikan dalam bentuk panduan mutu dan dokumen pendukungnya yang sekurang-kurangnya memuat seluruh elemen persyaratan Pedoman ini, antara lain: 2 dari 6

a) semua aspek administrasi pelatihan, termasuk penerimaan peserta, daftar hadir, jumlah peserta, persyaratan peserta, persyaratan instruktur, fasilitas dan peralatan yang digunakan; b) sistem pengendalian dokumen untuk pemeliharaan dan pemutakhiran prosedur dan materi pelatihan; c) pemilihan pelatihan instruktur, evaluasi kecakapan dan kinerja instruktur dan rekaman; d) penyimpanan rekaman setiap pelaksanaan pelatihan, termasuk statistik perencanaan dan kualitasnya; e) evaluasi peserta pelatihan, keputusan lulus tidaknya peserta; f) pelaksanaan ujian dan ujian ulang, termasuk keamanan dan kerahasiaan bahan ujian, jawaban dan penandaan versi soal ujian; g) pemberian sertifikat kehadiran dan kelulusan; h) penyimpanan soal ujian dan catatan evaluasi harian; i) perselisihan, pengaduan dan permohonan banding. 4.5. Audit internal dan tinjauan manajemen 4.5.1. Lembaga penyelenggara pelatihan harus menyelenggarakan audit internal periodik minimal satu kali dalam setahun terhadap seluruh prosedur secara sistematis dan terencana untuk membuktikan bahwa sistem utu tersebut diterapkan dengan efektif. Lembaga penyelenggara pelatihan harus menyelenggarakan pengamatan proses pelaksanaan pelatihan. Lembaga penyelenggara pelatihan harus menjamin bahwa: a) personel yang bertanggung jawab pada bidang yang diaudit diberitahu tentang hasil audit; b) tindakan perbaikan dilaksanakan secara terjadwal dan dengan cara yang tepat dan; c) hasil audit direkam. 4.5.2. Manajemen lembaga peyelenggara pelatihan dengan tanggung jawab eksekutif senior harus melakukan tinjauan manajemen minimal satu kali dalam setahun untuk menjamin kesinambungan kesesuaian dan efektivitasnya dala memenuhi persyaratan Pedoman ini serta kebijakan mutu dan tujuan yang ditetapkan. Rekaman tinjauan manajemen ini harus dipelihara. 4.6. Sistem pengendalian dokumen Lembaga penyelenggara pelatihan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan dokumen dan data yang berkaitan dengan kegiatan pelatihan. Dokumen tersebut harus dinjau dan disetujui kecukupannya oleh personel yang berwenang sebelum diterbitkan beserta pengembangan awal atau setiap amndemen berikutnya atau perubahan yang sedang dilakukan. Daftar seluruh dokumen dengan masing-masing status terbitan dan status amandemennya harus dipelihara. Distribusi seluruh dokumen tersebut harus dikendalikan untuk menjamin bahwa dokumen yang sesuai dapat diperoleh oleh personel lembaga penyelenggara pelatihan atau organisasi lain jika diperlukan. 4.7. Rekaman Penyelenggara pelatihan harus memelihara sistem rekaman untuk memperhatikan kesesuaian yang berkesinambungan terhadap ketentuan dalan dokumen ini. Rekaman tersebut harus dipelihara selama jangka waktu minimal lima tahun kecuali jika ditentukan secara khusus. 3 dari 6

Rekaman lembaga penyelenggara pelatihan sekurang-kurangnya mencakup: a) data penyelenggaraan pelatihan termasuk tanggal pelatihan dan tempat pelatihan; b) biodata peserta, instruktur, termasuk data jumlah peserta yang lulus dan yang tidak lulus; c) salinan setiap versi soal-soal ujian tertulis, catatan evaluasi harian dan catatan lainnya yang relevan (salinan-salinan ini harus disimpan untuk waktu minimal 2 tahun); d) salinan sertifikat peserta; e) materi pelatihan; f) dokumen lainnya yang relevan; g) informasi tentang prosedur penanganan perselisihan, pengaduan dan permohonan banding; h) lokasi, waktu, iklan atau promosi yang berkenaan denga pelatihan, biaya pelatihan; i) nama-nama instruktur dan kualifikasinya; j) identifikasi masalah selama penyelenggaraan pelatihan; k) nama-nama peseta yang mengikuti ujian ulang; l) nilai, status dan identifikasi sertifikat masing-masing peserta. 4.8. Kerahasiaan Lembaga penyelenggara pelatihan harus menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan olen peserta pelatihan, kecuali seizin yang bersangkutan. 5. Personel lembaga penyelenggara pelatihan 5.1. Umum 5.1.1. Personel yang terlibat dalam pelatihan harus memiliki kualifikasi/kemampuan untuk melaksanakan fungsinya. 5.1.2. Informasi tentang kualifikasi/kemampuan, pelatihan dan pengalaman yang relevan untuk setiap personel yang terlibat dalamn penyelenggaraan pelatihan harus dipelihara oleh lembaga penyelenggara pelatihan. Rekanan pelatihan dan pengalaman harus dijaga kemutakhirannya. 5.1.3. Tugas dan tanggung jawab bagi masing-masing personel harus tersedia secara tertulis. 5.2. Kriteria kualifikasi instruktur pelatihan asesor lisensi 5.2.1. Untuk menjamin bahwa mutu lulusan pelatihan asesor lisensi dapat dipertanggungjawabkan, maka kriteria minimal tentang kemampuan instruktur pelatihan harus memenuhi kriteria minimal yang telah ditetapkan dalam Pedoman ini. 5.2.2. Kriteria minimal instruktur, minimal harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebagai berikut: a) menguasai metodologi pelatihan; b) menguasai tehnik asesmen dan audit sistem lisensi dan aspek terkait; c) mampu mengevaluasi kemampuan peserta; d) berpengalaman menjadi instruktur atau minimal telah mengikuti pelatihan instruktur; e) mampu berkomunikasi dengan baik; 4 dari 6

f) mempunyai pengalaman dalam program lisensi minimal 1 tahun. 5.2.3. Tugas dan tanggung jawab instruktur a) menyampaikan mata ajaran, membimbing dan memberi tugas kepada peserta pelatihan; b) menilai peserta dengan mengamati secara langsung dan memberikan ujian tertulis. 5.3. Prosedur seleksi instruktur Lembaga penyelenggara pelatihan harus memiliki prosedur untuk : a) seleksi instruktur didasarkan atas kemampuan, pelatihan, kualifikasi dan pengalamannya; b) Penilaian awal dan berkala terhadap instruktur lembaga penyelenggara pelatihan; c) prosedur untuk seleksi instruktur lembaga penyelenggara pelatihan harus terdokumentasi dengan baik. 5.4. Kontrak personel pelatihan Lembaga penyelenggara pelatihan harus mewajibkan personel yang terlibat dalam pelatihan menandatangani kontrak atau dokumen lainnya yang menyatakan komitmen mereka untuk memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga penyelenggara pelatihan termasuk hal-hal yang berkenaan dengan kerahasiaan. Lembaga penyelenggara pelatihan harus mendokumentasikan kesesuaian personel subkontrak dengan persyaratan personel pelatihan yang ditetapkan dalam Pedoman ini. 5.5. Rekaman personel pelatihan 5.5.1. Lembaga penyelenggara pelatihan harus memelihara rekaman yang mutakhir tentang personel pelatihan yang terdiri atas : a) nama dan alamat; b) kualifikasi pendidikan dan status profesional; c) keanggotaan dan jabatan dalam struktur organisasi; d) pengalaman dan pelatihan relevan yang pernah diikuti; e) tanggal rekaman terbaru; f) penilaian kinerja. 5.5.2. Lembaga penyelenggara pelatihan harus menjamin bahwa setiap lembaga yang diberi subkontrak pekerjaan, memelihara rekaman personel sesuai dengan persyaratan Pedoman ini. 6. Perselisihan, pengaduan, permohonan banding Lembaga penyelenggara pelatihan harus menetapkan prosedur untuk penanganan perselisihan, pengaduan dan permohonan banding yang disampaikan oleh peserta atau pihak lain yang terkait. Dalam hal terjadi perselisihan, pengaduan dan permohonan banding, penyelenggara 5 dari 6

pelatihan harus melakukan hal-hal sebagai berikut : a) menyimpan catatan mengenai perselisihan, pengaduan dan permohonan banding serta usaha-usaha perbaikan yang berhubungan dengan pelatihan; b) mengambil tindakan perbaikan, pencegahan, penyelesaian perselisihan, pengaduan dan permohonan banding; c) merekam langkah-langkah yang telah diambil/dilakukan dan mengkaji keefektifannya; d) menginformasikan kepada peserta atai pihak lain yang terkait perihal proses dan hasil penyelesaian perselisihan, pengaduan dan permohonan banding termasuk kemungkinan keterlibatan pihak lain yang terkait. 6 dari 6