BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta berpenampilan menarik dilakukan oleh kaum pria.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan gaya atau mode yang sedang in di dunia. Hal ini dapat

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan mereka sebagai pria atau wanita. Seorang pakar psikologi

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. gagasan serta berinteraksi dengan lingkungan. Bahasa memegang peranan yang

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BUDAYA POPULER DAN PESAN PERSUASIF MAJALAH PEREMPUAN. dalam Rubrik Rupa-rupa, Majalah Femina edisi Januari Desember 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam menciptakan brand identity, position, dan image yang kuat

I. PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu dan era globalisasi, saat ini dapat terlihat fenomena

BAB 1 PENDAHULUAN. berdirinya beberapa salon terkemuka di Indonesia. Tak jarang para investor asing

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah salah satu bagian dari ekspresi gender

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling disukai adalah kegiatan berbelanja produk fashion. Produk

Self Presentation Model Androgini dalam Lingkungan Pertemanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang apa yang terjadi di seluruh dunia dan di sekitar mereka, selalu ada

BAB I PENDAHULUAN. Fashion bukan hanya tentang pakaian namun mencakup peran dan makna pakaian

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting mengenai peran serta posisi seseorang di kehidupan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

2015 LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. setiap saat fashion berubah-ubah baik dari model, bahan maupun motif/coraknya

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih cerdas dalam memilih suatu produk, terutama untuk produk fashion seperti

SELF & GENDER. Diana Septi Purnama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

Bab 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru

Lembar Identitas Informan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan cenderung mudah berpindah saluran dan retailer yang berbeda

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan fashion, model busana, rancangan pakaian, gaya kostum dan lain-lain di Indonesia sudah sampai dititik yang mengesankan. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat perbelanjaan yang menjual/ mengiklankan macam-macam gaya fashion. Tak ketinggalan juga di sepanjang jalan pun banyak sekali toko toko yang memajang display gaya-gaya fashion yang begitu variatif. Istilah fashion sering digunakan dalam arti positif, sebagai sinonim untuk glamour, keindahan dan gaya atau style yang terus mengalamai perubahan dari satu periode ke periode berikutnya, dari generasi ke generasi. Juga berfungsi sebagai refleksi dari status sosial dan ekonomi, fungsi yang menjelaskan popularitas banyak gaya sepanjang sejarah kostum. Fashion atau mode semakin menjadi industri yang menguntungkan di dunia internasional sebagai akibat dari munculnya rumah-rumah mode terkenal di dunia dan majalah fashion. Trend dan musim fashion sebagian besar didorong oleh perancang busana yang membuat dan menghasilkan artikel pakaian. Dalam hal ini istilah Bisnis Fashion akan digunakan dalam arti bisnis yang berhubungan dengan pakaian modis atau pakaian sebagai industri kreatif yang diciptakan dan diproduksi oleh perancang busana. Tidak ada yang menyangkal bahwa karya perancang busana memiliki kontribusi besar untuk 1

2 industri garmen, karena saat ini para pengusaha garmen akan perlu menggunakan keahlian para desainer 'untuk selalu up to date agar tidak ketinggalan dengan tren fashion dunia. Ini menunjukan betapa masyarakat sekarang ini sudah sangat menyadari akan kebutuhan fashion yang lebih dari sekedar berpakaian, tapi juga bergaya dan trendi. Karena pakaian adalah salah satu mesin komunikasi (Umberto Eco, 1976) atau sarana komunikasi dalam masyarakat, maka masyarakat sadar atau tidak sadar bisa menilai kepribadian seseorang dari apa yang di pakainya. Menurut Desmond Morris, dalam Man watching: A field guide to human behavior (1977): pakaian juga menampilkan peran sebagai pajangan budaya ( cultural display ), yang di dalamnya membawa suatu pesan dan gaya hidup suatu masyarakat atau komunitas tertentu atau lebih spesifiknya pakaian merupakan ekspresi identitas pribadi. Pesatnya pertumbuhan industri fashion Indonesia juga mengakibatkan munculnya wajah- wajah baru di dunia modeling, tak terkecuali model Androgini. Eddy Betty dan Yossafat adalah dua nama perancang Indonesia yang pernah mempercayakan rancangan nya pada model Androgini. Istilah model Androgini memang masih asing di Indonesia namun model Androgini bisa diartikan sebagai model yang multifungsi. Model androgini ini adalah model yang di satu sisi bisa menjadi pria gagah yang tampan, tapi di satu sisi lagi bisa menjadi wanita cantik nan halus. Androgini tidak mengenal keterikatan batas gender dalam berpenampilan, seperti bunglon.

3 Dalam masyarakat kita laki-laki dianggap sebagai jantan dan perempuan dianggap sebagai mahluk yang halus dan lembut. Kita dilahirkan dengan jenis kelamin masing-masing dan kita dilatih untuk mengembangkan identitas kelamin yang cocok dengan jenis yang kita warisi. Latihan ini sudah dimulai sebelum lahir dengan pemilihan pakaian, alat-alat mainan dan warna kamar, baju bayi yang akan dilahirkan:biru untuk laki-laki dan merah muda bagi perempuan. Jika perilaku kita tidak sesuai dengan peranan jenis kelamin yang tradisional maka gambaran diri diragukan. Mereka yang ada dalam garis Androgini selalu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sekali waktu bisa berpenampilan selayaknya pria, namun di waktu lain bisa juga berperan sebagai wanita. Bisa juga, mereka yang disebut androgini sulit untuk dideskripsikan ataupun dikelompokkan dalam satu gender. Terlalu cantik jika dikategorikan pria, tapi juga terlalu memilki struktur tubuh maskulin bila dikategorikan wanita dan juga sebaliknya. Model androgini ibarat model yang berada di antara garis pemisah antara gender pria dan wanita bahkan dia bisa menghilangkan garis pemisah tersebut. Di dunia fashion internasional, banyak yang sudah mengetahui eksistensi model pria yang kerap didandani sebagai wanita bernama Andrej Pejic, seorang model asal Australia yang berhasil menghebohkan dunia mode karena menjadi model untuk produk bra. Selama ini Adrej pejic memang lebih sering memperagakan busana wanita dibandingkan busana

4 pria, bahkan pria ini telah dinobatkan sebagai 100 model perempuan terseksi di dunia oleh salah satu majalah pria dewasa. Indonesia pun memiliki beberapa model Androgini, salah satu pionirnya adalah Darell Ferhostan dan Wisnu Genu. Dengan rambut yang indah Darell dan Genu terlihat sangat berbeda dari model pria pada umumnya. Di antara puluhan kaum androgini, Dareel Ferhostan dan Wisnu Genu langsung memikat dunia fashion. Foto-fotonya begitu memukau dalam berbagai kesempatan. Terkadang terlihat tampan dengan tampilan pria dan di lain kesempatan ia terlihat cantik dengan busana wanita. Darell dan Genu adalah seorang model yang bisa berperan sebagai wanita, dan juga pria. Berpakaian seperti lawan jenis adalah bagian dari profesionalitas sebagai model dan sehari-harinya ia berpenampilan layaknya lelaki kebanyakan. Dengan postur yang ideal ditambah segala keunikkan yang dimiliki, termasuk faktor Androgini didalamnya tidak berlebihan bila mereka menjadi salah satu dari sekian nama model pendatang baru yang menjanjikan. Menjadi individu androgini, terutama berada di masyarakat yang memiliki pandangan (stereotype) tertentu terhadap jenis kelamin, harus lebih terbuka pada pengalaman, fleksibel, menerima hal yang bersebrangan, tidak ambil pusing dengan norma-norma sosial, dan mandiri sebagaimana sifatsifat yang ada pada orang-orang kreatif. Androgini adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Sandra Bem, seorang psikolog Universitas Stanford pada tahun 1974. Pada tahun

5 1977, ia mengeluarkan sebuah inventory pengukuran gender yang diberi nama The Bem Sex Role Inventory. Berdasarkan respon dari item-item pada inventory ini, individu diklasifikasikan memiliki salah satu dari orientasi peran gender: maskulin, feminin, androgini, dan undifferentiated. Menurutnya, individu yang feminin adalah seseorang memiliki angka yang tinggi pada sifat feminin dan memiliki angka rendah dari sifat maskulin, individu yang maskulin adalah seseorang yang memiliki angka yang tinggi pada sifat maskulin dan memiliki angka yang rendah pada sifat feminin. Individu androgini adalah laki-laki atau perempuan yang memiliki angka tinggi pada sifat maskulin dan feminin. Individu undifferentiated memiliki angka yang rendah pada sifat maskulin dan femininnya. Konsep androgini berhubungan dengan keterpaduan antara perilaku dengan ciri-ciri kepribadian yang secara tradisional bertautan dengan jenis kelamin yang satu atau yang lain. Orang androginus bersifat dua, baik lakilaki maupun perempuan dan mampu menanggapi setiap situasi dengan perilaku yang paling efektif. Orang androginus dapat lemah lembut dan halus dalam satu situasi dan dapat juga keras kepala dan agresif dalam situasi yang lain. Jadi, androgini mengandung arti kepribadian yang dapat disesuaikan. 1 Pada saat bekerja di atas panggung atau beraksi di depan lensa kamera model androgini terlihat sangat berlawanan dengan jenis kelamin nya, namun dalam keseharian model androgini mengenakan pakaian yang 1 Drs. Djarkasih, Organizations, 5 th edition, Jakarta: Erlangga, 2011, hal 80

6 sesuai dengan gender mereka. Sehari-hari model androgini tidak menggunakan pakaian atau aksesoris wanita, sangat jauh dari kesan feminim. Dalam keseharian mereka harus bisa membawa diri, menjaga sikap dan mencitrakan diri sebagai model androgini. Menjual konsep androgini untuk pertama kali nya di industri mode Indonesia membuat Darel dan Genu harus bekerja keras untuk membangun citra androgin secara tidak berlebihan agar tidak disamakan dengan laki-laki gemulai. Pada awal nya banyak penolakan yang diterima mereka namun sekarang perjuangan untuk memperkenalkan konsep androgini kepada industri mode di Indonesia membuahkan hasil. Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang di angkat dalam skripsi ini adalah PENCITRAAN ANDROGINI DALAM INDUSTRI MODE INDONESIA

7 1.2 Perumusan Masalah Untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan latar belakang diatas penulis mengambil rumusan, Bagaimana pencitraan andorgini Darell Ferhostan dan Wisnu Genu dalam industri mode Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk menggambarkan pencitraan androgini sebagai nilai jual fashion oleh Darell Ferhostan dan Wisnu Genu dalam mengenalkan konsep model androgini. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang Fenomenologi Model Androgini di Industri Mode Indonesia diharapkan memiliki manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis/ Akademis 1.1 Menambah wawasan dan pemahaman tentang fenomena pencitraan dalam industri mode Indonesia. 1.2 Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan pengetahuan mandalam tentang makna mode Androgini di Indonesia.