Program Bimbingan Belajar Untuk Mengembangkan Resiliensi Akademik Siswa Boarding School (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan secara jelas mengenai pendekatan dan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy

BAB III METODE PENELITIAN

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

SILABUS. A.3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan

SURVEI KEPUASAN KERJA GURU PEMBIMBING/ KONSELOR SEKOLAH SMP NEGERI DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

HUBUNGAN BIMBINGAN KARIR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI SISWA KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 2 KANDAT KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

2015 PROGRAM BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT

PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP

BAB III METODE PENELITIAN

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TENTANG TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA TERHADAP PEMAHAMAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

SILABUS MATA KULIAH. C. Deskripsi Mata Kuliah

III. METODE PENELITIAN. suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah. Sukardi

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah.

BAB III METODE PENELITIAN. Bhakti Pekanbaru, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

PENGARUH LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP ORIENTASI KARIR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif.

2015 PROGRAM BIMBINGAN KARIER BERDASARKAN PROFIL KEPUTUSAN KARIER PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Layanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II PERILAKU AGRESIF DAN PROGRAM LATIHAN ASERTIF

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ketercapaian Standar Kompetensi Mahasiswa KKN-PPL Berdasarkan

Efektifitas Layanan Orientasi Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi

PETUNJUK TEKNIS 1. IDENTITAS MATA KULIAH. Nama Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling. Kode Mata Kuliah : KD 302

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data

Titis Fitri Putri Astuti ( ) Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS X SMK BINA KARYA PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: bimbingan kelompok, buzz group, komunikasi interpersonal.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEDISIPLINAN KERAPIHAN BERSERAGAM PADA SISWA KELAS XII IPS 1 SMA NEGERI 1 COLOMADU TAHUN PELAJARAN

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian menggunakan dua pendekatan yaitu secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ahli (expert judgment), inventori dinyatakan layak digunakan dan dapat diuji

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

METODE PENELITIAN. Penelitian dalam pengembangan modul kesetimbangan kimia berbasis multipel

BAB III METODE PENELITIAN

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PELAKSANAANBIMBINGAN DAN KONSELING DI SDN MOJOLANGU 1 MALANG SKRIPSI OLEH: YULIA FITRIANI NIM :

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSEDUR PENGENDALIAN DOKUMEN DAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MTs MUSLIMAT NU PALANGKARAYA

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

45 Program Bimbingan Belajar Untuk Mengembangkan Resiliensi Akademik Siswa Boarding School (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMA) Rafael Lisinus Ginting rafaelginting@gmail.com Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan Abstrak Performa akademik yang baik merupakan tuntutan sekaligus ciri keberhasilan siswa dalam bidang akademik. Oleh karena itu sekolah berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan akademik yang terbaik tak terkecuali sekolah dengan sistem boarding school. Siswa yang dapat memenuhi tuntutan akademik pastinya akan menunjukan performa yang terbaik, tetapi sebaliknya, siswa yang tak mampu bertahan di tengah tekanan dan persaingan tentu akan tenggelam ditambah dengan problematika boarding school lainnya. Resiliensi akademik dengan tujuah aspeknya yaitu pengaturan emosi, pengendalian dorongan, optimisme, efikasi diri, empati, analisis sebab akibat dan membuka diri dapat membantu siswa untuk bertahan di lingkungan akademik dengan tuntutan tinggi seperti boarding school. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran resiliensi akademik siswa boardings school dan menyusun program bimbingan belajar yang efektif untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa boarding school. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat resiliensi akademik siswa SMA boarding school berada pada kategori sedang. Rekomendasi diberikan kepada: (1) pihak sekolah diharapkan mampu memberikan perhatian terhadap kondisi psikologis siswa (2) guru pembimbing diharapkan mengembangkan program bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi akademik dengan strategi yang lebih beragam (3) peneliti selanjutnya menggunakan tekhnik konseling tertentu untuk menangani siswa dengan resiliensi akademik pada kategori rendah. Kata kunci: resiliensi, akademik, boarding school, bimbingan akademik PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Terdapat dua fenomena dalam sistem pendidikan Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini, yakni munculnya sekolahsekolah terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah) dan penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut Boarding School. Sekolah Menengah Atas Boarding School merupakan salah satu pendidikan jenjang menengah yang mengintegrasikan pendidikan dengan kurikulum konvensional dan keagamaan. Nama lain dari istilah sekolah Boarding School adalah sekolah berasrama. Para siswa mengikuti pendidikan regular dari pagi sampai siang di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau nilai-nilai khusus sepanjang hari. Selama 24 jam siswa berada di bawah pendidikan dan pengawasan para guru dan pembimbing. Boarding School menuntut siswanya mengikuti berbagai aktivitas dan tuntutan akademik. Siswa Boarding School dengan tuntutan tugas akademik yang tinggi dan keterbatasan interaksi dengan dunia luar memerlukan bantuan instrumental dari

46 lingkungan sekitar terutama konselor sebagai salah satu pelaksana dari komponen sekolah agar mampu membantu menyiapkan psikis siswa yang kondusif dalam menghadapi tuntutantuntutan akademik. Menurut Schoon (2006) daya tahan siswa dalam menghadapi tuntutan akademik disebut sebagai resiliensi akademik. Dari wawancara penulis dengan siswa maupun dengan pembina asrama, pada awal tahun ajaran terdapat siswa yang memilih keluar dari sekolah karena tidak dapat beradaptasi dengan sistem Boarding School. Banyak siswa merasa tidak bahagia dan tertekan dengan segala peraturan dan kebiasaan di asrama. Permasalahan-permasalahan ini berimbas pada timbulnya permasalahan pada performa akademik siswa di sekolah. Reivich (2002) dari Universitas Pennsylvania telah melakukan penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan fakta di atas menemukan bahwa resiliensi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan, karena resiliensi merupakan faktor esensial bagi kesuksesan dan kebahagiaan (Reivich and Shatte, 2002:11). Terkait dengan fenomena di atas, maka bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen integral dari pendidikan di sekolah harus mampu mengembangkan potensi siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan resiliensinya sehingga dapat menghadapi berbagai tuntutan akademik. Bertitik tolak dari masalah di atas, maka diperlukan adanya peningkatan kemampuan resiliensi akademik siswa Boarding School melalui program bimbingan akademik di sekolah. Rumusan Masalah Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji gambaran kemampuan resiliensi akademik pada siswa SMA Boarding School dan membuat program bimbingan belajar hipotetik yang efektif untuk mengembangkan kemampuan resiliensi akademik pada Siswa. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan awal untuk penelitian lanjutan yang lebih mendalam, sehingga dapat menumbuhkan minat penelitian untuk melakukan kajian teoritis terkait konsep resiliensi. Secara praktis penelitian dapat menambah wawasan sehingga dapat meningkatkan kemampuan diri dalam

47 beradaptasi dengan lingkungan baru dan dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam hidup. Selain itu, sebagai calon guru Bimbingan dan Konseling penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya keilmuan dan keterampilan ketika terjun langsung ke lapangan. Manfaat lain dari penelitian ini adalah menjadi bekal pengalaman dalam mengadakan penelitian di masa yang akan datang, khususnya penelitian yang berkenaan dengan resiliensi. Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan bimbingan dan konseling khususnya bimbingan konseling belajar. Selain itu, dapat dijadikan referensi bagi proses perkuliahan dan bagi peneliti selanjutnya. KAJIAN PUSTAKA Konsep Boarding School Sekolah dengan sistem pendidikan Boarding School adalah sekolah dengan asrama, dimana peserta didik, para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah. Sekolah dengan sistem asrama bukanlah hal yang baru lagi di Indonesia, karena sudah sejak lama sistem Boarding School ini diperkenalkan lewat baik secara langsung maupun melalui tayangan televisi. Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah berasrama. Di sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional. Untuk menjawab kemajuan zaman, sekolah-sekolah dengan sistem boarding telah merancang kurikulumnya dengan orientasi kebutuhan masa depan. Konsep Kompetensi Akademik Kata kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau memiliki keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan. Johnson (Adriani, 2003) memandang kompetensi sebagai perbuatan (performance) yang secara rasional dapat memenuhi tujuan dalam kondisi yang diinginkan. Dikatakan performance yang rasional, karena orang yang melakukannya harus mempunyai tujuan atau arah dan ia tahu apa dan mengapa ia berbuat demikian. Tujuan kompetensi adalah untuk

48 mengembangkan manusia yang bermutu yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan. Berkaitan dengan kompetensi belajar, American School Counselor Association (ASCA) merumuskan standar kompetensi akademik siswa Sekolah Menengah Atas untuk diimplementasikan dalam program bimbingan sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa mencapai keberhasilan bidang akademik, memaksimalkan komitmen belajar, menghasilkan kualitas kinerja akademik yang tinggi, dan mempersiapkan pencapaian tujuan belajar dalam mencapai cita-cita di masa depan. Konsep Resiliensi Akademik Resiliensi akademik didefinisikan sebagai pencapaian tingkat tinggi dari motivasi dan penampilan di sekolah di tengah situasi yang menimbulkan stress. Resiliensi merepresentasikan sebuah dinamika proses perkembangan yang mengacu kepada kemampuan untuk memelihara penyesuaian yang positif walaupun berada dalam tuntutan akademik yang tinggi (Cem Ali, 2004). Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa resiliensi merupakan kapasitas individu untuk beradaptasi dengan situasi akademik, dengan merespon secara sehat dan produktif untuk memperbaiki diri melalui proses dinamis antara faktor internal dan faktor eksternal individu sehingga mampu menghadapi dan mengatasi tuntutan akademik Reivich dan Shatte (2002) memaparkan tujuh kemampuan yang membentuk Resiliensi, yaitu 1) pengaturan emosi atau kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan, tenang dan fokus (Reivich & Shatte, 2002); 2) pengendalian dorongan atau kemampuan Individu untuk mengendalikan keinginan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri (Reivich & Shatte, 2002); 3) optimisme atau ketika kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang (Reivich & Shatte, 2002). Optimisme sangat terkait dengan karakteristik yang diinginkan oleh individu yaitu kebahagiaan (Peterson dan Chang; dalam Siebert, 2005); 4) empati atau kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain (Greef, 2005); 5) analisis sebab akibat merujuk pada kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara akurat

49 penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi. Individu yang tidak mampu mengidentifikasikan penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan yang sama; 6) efikasi diri. Bandura (Atwater & Duffy, 1999) mendefinisikan efikasi diri sebagai kemampuan individu untuk mengatur dan melaksanakan suatu tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam keseharian, individu yang memiliki keyakinan pada kemampuan mereka untuk memecahkan masalah akan tampil sebagai pemimpin, sebaliknya individu yang tidak memiliki keyakinan terhadap efikasi diri mereka akan selalu tertinggal dari yang lain, dan; 7) membuka diri atau kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa (Reivich & Shatte, 2002). Komponen Program Bimbingan dan Konseling Muro dan Kottman, (Yusuf, 2005 : 26-31) mengemukakan bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu : 1) layanan dasar; 2) layanan responsif; 3) layanan perencanaan individual ; dan 4) dukungan sistem METOE PENELITIAN Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan metode yang digunakan adalah deskriptif. Deskripsi data yang diperoleh akan dijadikan rujukan bagi pembuatan program bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi siswa Boarding School. Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumplan data dan penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Populasi dan Sampel Lokasi penelitian adalah SMA Christus Sacerdos P. Siantar. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas Gramatica A sedangkan sampel dalam penelitian ini merupakan sampel jenuh, yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel, karena jumlah populasi yang sedikit yaitu kurang dari 50 (Sugiyono:2007,124). Pengembangan Instrumen Pengumpul Data 1. Pedoman Skoring

50 Instrumen yang digunakan untuk memperoleh profil resiliensi akademik siswa berupa skala likert yang merupakan seperangkat pernyataan positif dan negatif tertulis untuk dijawab oleh responden dengan menyediakan empat alternatif jawaban. 2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen Instrumen yang digunakan terdiri atas instrument untuk mengungkap resiliensi akademik siswa dan instrument untuk melakukan verifikasi program. Kisi-kisi instrumen resiliensi akademik siswa dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian yang dijabarkan dalam bentuk pernyataan skala. Selain itu ada juga kisi-kisi pedoman observasi. 3. Uji Coba Instrumen Penelitian Instrumen ditimbang oleh dua orang ahli yang bekerja sebagai dosen di jurusan bimbingan dan konseling Universitas Negeri Medan. Uji keterbacaan item kepada 8 orang siswa yang bukan sampel. Setelah itu dilakukan uji validitas dan reliabilitas item yang terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan, dengan rumus Product Momen Pearson sebagai berikut: r hitung N XY X Y 2 2 2 2 N X X N Y Y Kaidah keputusan : Jika t hitung berarti valid sebaliknya t hitung < > t tabel t tabel berarti tidak valid. Riduwan, 2004: 109-110). Pengujian reliabilitas alat pengumpul data menggunakan rumus Koefisien Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut.. 2 k i 11 1 2 k 1 t r (Arikunto, 2002:171) Tabel 2 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,81 r 1,00 Sangat Tinggi 0,61 r 0,80 Tinggi 0,41 r 0,60 Cukup 0,21 r 0,40 Rendah 0,00 r 0,20 Sangat Rendah (Arikunto, 2008:75) Penyusunan Program Bimbingan Belajar untuk Mengembangkan Resiliensi Akademik. Penyusunan program dimulai dengan melakukan analisis terhadap data yang diperoleh mengenai gambaran resiliensi akademik siswa Boarding School. Data yang masuk dijadikan dasar pembuatan dan pengembangan program yang terdiri atas aspek-aspek landasan penyusunan program, proses penyusunan

51 program, isi program dan evaluasi program. Setelah penyusunan program selesai, selanjutnya dilakukan uji validasi Hasil validasi program merupakan rujukan yang selanjutnya dilakukan revisi untuk rumusan program bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa. Penyusunan rumusan program dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan hasil validasi program. Rumusan program yang dihasilkan menjadi rekomendasi bagi layanan bimbingan belajar di sekolah. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian menunjukan bahwa 8 orang siswa atau sekitar 19,5% memiliki tingkat resiliensi pada kategori tinggi, 26 orang siswa atau 63,4% memiliki tingkat resiliensi yang pada kategori sedang, dan 7 orang siswa atau 17% memiliki tingkat resiliensi pada kategori rendah. Namun perlu diperhatikan pula bahwa siswa yang memiliki tingkat resiliensi akademik dengan kategori sedang dan rendah presentasenya lebih banyak daripada siswa dengan resiliensi akademik kategori tinggi, sehingga diperlukannya pengembangan resiliensi akademik bagi siswa Gambaran Tingkat Resiliensi Akademik Siswa 1. Aspek Pengaturan Emosi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek pengaturan emosi sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 25 siswa atau 61%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 9 siswa atau 21,9% dan siswa dengan kategori rendah yaitu 7 siswa dengan presentase 17,1%. Pencapaian siswa pada indikator menunjukan sikap fokus terhadap tuntutan akademik sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 22 siswa dengan presentase 53,6 % dan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu 7 siswa atau 17,1%; pencapaian siswa pada indikator menunjukan sikap tenang menghadapi tuntutan akademik sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 24 siswa atau 58,5% dan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu 11 siswa dengan 26,9%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator menunjukan sikap fokus terhadap tuntutan akademik dan menunjukan sikap tenang

52 menghadapi tuntutan akademik belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa 2. Aspek Pengendalian Dorongan Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek pengendalian dorongan sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 23 siswa atau 56,1%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 9 siswa atau 21,9%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 9 siswa dengan presentase atau 21,1 %. Pencapaian siswa pada indikator siswa memiliki kesabaran sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 18 siswa yaitu 43,9 % dan siswa dengan kategori rendah yaitu 11 siswa dengan presentase 34,2%; pencapaian siswa pada indikator siswa mampu megelola diri sebagian siswa berada pada kategori sedang yaitu 21 siswa dengan presentse 51,3%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 9 siswa dengan presentse 21,9%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa memiliki kesabaran dan siswa mampu mengelola diri dalam menghadapi tuntutan akademik belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa 3. Aspek Optimisme Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek optimisme sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 25 siswa atau 61%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 6 siswa atau 14,6%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 10 siswa dengan presentase 24,3% Pencapaian siswa pada indikator siswa memiliki harapan sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 25 siswa dengan presentase 61% dan siswa dengan kategori rendah yaitu 10 siswa dengan presentase 24,4%; pencapaian siswa pada indikator siswa mampu menunjukan kerja keras sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 23 siswa dengan presentse sekitar 56,1%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 7 siswa dengan presentse 17,1%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa memiliki harapan dan siswa menunjukan kerja keras belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua

53 indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa 4. Aspek Empati Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek empati berada pada kategori sedang yaitu 22 siswa atau 53,6 %, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 7 siswa atau 17,1%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 12 siswa dengan presentase 29,3%. Pencapaian siswa pada indikator siswa mengenali emosi yang ditunjukan oleh teman sebagian besar siswa berada pada kategori rendah yaitu 19 siswa dengan presentase 46,3% dan siswa dengan kategori sedang yaitu 8 siswa dengan presentase 19,5%; pencapaian siswa pada indikator siswa mampu merespon emosi yang ditunjukan oleh teman dengan tepat sebagian besar siswa berada pada kategori tinggi yaitu 20 siswa dengan presentase 48,8%, siswa dengan kategori sedang yaitu 7 siswa dengan presentse 17,1% dan siswa. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan kedua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa 5. Aspek Efikasi Diri Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek empati sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 26 siswa atau 63,4 %, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 7 siswa atau 17,1 %, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 8 siswa dengan presentase 19,5%. Pencapaian siswa pada indikator siswa memiliki komitmen sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 28 siswa dengan presentase 68,3% dan siswa dengan kategori sedang yaitu 8 siswa dengan presentase 19,5%; pencapaian siswa pada indikator proaktif sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 26 siswa dengan presentase 63,4%, siswa dengan kategori rendah yaitu 6 siswa dengan presentse 14,6%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa memiliki komitmen dan siswa proaktif belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa 6. Aspek Analisis Sebab Akibat Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek analisis sebab akibat sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 24 siswa atau

54 58,5%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 7 siswa atau sekitar 17,1%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 10 siswa dengan presentase sekitar 24,4%. Pencapaian siswa pada indikator siswa memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah akademik yang muncul sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 26 siswa dengan presentase 63,3% dan siswa dengan kategori rendah yaitu 6 siswa dengan presentase 14,6%; pencapaian siswa pada indikator mampu menganalisis kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan akademik sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 26 siswa dengan presentase 63,5%, siswa dengan kategori rendah yaitu 6 siswa dengan presentse 14,6%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah akademik yang muncul dan siswa mampu menganalisis kemapuan diri dalam menghadapi tuntutan akademik belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa. 7. Aspek Membuka Diri Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek membuka diri sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 29 siswa atau sekitar 70,7%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 7 siswa atau sekitar 17,1%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 5 siswa dengan presentase sekitar 12,2%. Pencapaian siswa pada indikator siswa mampu menemukan tujuan dan makna sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 30 siswa dengan presentase sekitar 73,2% dan siswa dengan kategori rendah yaitu 6 siswa dengan presentase 14,6%; pencapaian siswa pada indikator mampu mengapresiasi pengalaman yang telah didapatkan sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 27 siswa dengan presentase 65,8%, siswa dengan kategori rendah yaitu 3 siswa dengan presentse 7,3%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa mampu menemukan tujuan dan makna dan mengapresiasi pengalaman yang telah didapatkan belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa.

55 Rumusan Program Hipotetik Bimbingan Belajar Untuk Mengembangkan Resiliensi Akademik Siswa Kelas Gramatica SMA Christus Sacerdos P. Siantar Program hipotetik bimbingan belajar dimaksudkan untuk mengembangkan resiliensi siswa terhadap tuntutan akademik. Program bimbingan belajar ini disusun berdasarkan hasil penelitian resiliensi akademik yang sudah dilaksanakan. Sistematika program hipotetik yang akan dibuat adalah sebagai berikut : a) dasar pemikiran, b) deskripsi analisis kebutuhan, c) visi dan misi program, d) tujuan program, e) sasaran program, f)alokasi waktu g) personel yang dilibatkan, h) mekanisme kerja antar personel, komponen program, g) rencana operasional, h) pengembangan tema, i) sarana dan prasarana, j) rencana evaluasi. 1. Gambaran Pencapaian Resiliensi Akademik Siswa Per-Aspek Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan,didapatkan gambaran bahwa sebagian besar pencapaian aspek resiliensi akademik berada pada kategori sedang sampai dengan tinggi. Pencapaian siswa dengan kategori tinggi berada pada aspek pengaturan emosi yaitu 67,5%, optimisme 73,5%, efikasi diri 68,8%, analisis sebab akibat 68,8%, dan membukan diri 74,9%. Pencapaian siswa dengan kategori sedang berada pada aspek pengendalian dorongan yaitu 61,9% dan empati 61,5%. 2. Gambaran Pencapaian Resiliensi Akademik Siswa Per-Indikator Gambaran pencapaian siswa terhadap resiliensi akademik perindikatornya lebih variatif dari pada gambaran peraspek. Berikut dijelaskan gambaran pencapaian siswa terhadap resiliensi akademik perindikatornya. Dari empat belas indikator dalam penelitian ini,sebagian besar pencapaian indikator 12 berada pada kategori sedang,. Kedua belas indikator pada kategori sedang adalah tersebut adalah siswa menunjukan sikap fokus terhadap tuntutan akademik yaitu 53,6%, siswa menunjukan sikap tenang menghadapi tuntutan akademik yaitu 58,5%, siswa memiliki kesabaran yaitu 43,5%, siswa mampu mengelola diri yaitu 51,3%, siswa memiliki harapan yaitu 61%, siswa menunjukan kerja keras sebesar 56,1%, siswa memiliki komitmen 68,3%, proaktif 63,4%, siswa memiliki memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah akademik yang muncul sebesar 63,5%, siswa mampu menganalisis kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan akademik sebesar 63,5%, siswa

56 mampu menemukan tujuan dan makna sebesar 73,2%, siswa mampu mengapresiasi pengalaman yang telah didapatkan sebesar 65,8%. Dari empat belas indikator hanya satu indikator yang berada pada kategori rendah yaitu indikator siswa mampu mengenali emosi yang ditunjukan oleh teman dengan presentase 46,3%, dan satu indikator yang berada pada kategori tinggi yaitu siswa mampu merespon emosi yang ditunjukan oleh teman dengan tepat sebesar 48,8%. Dari penjelasan gambaran pencapaian resiliensi akademik siswa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program yang akan dibuat adalah program yang menekankan pada fungsi bimbingan, yaitu merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh individu. Potensi dan kekuatan akademik yang dimaksud adalah resiliensi akademik dalam rangka memfasilitasi siswa mencapai perkembangan yang optimal dalam aspek akademik. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian terdahulu maka ada beberapa hal yang patut ditelaah sebagai bahan kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Secara umum kategori resiliensi akademik siswa Boarding School berada pada kategori sedang. 2. Aspek resiliensi paling tinggi yang dimiliki oleh siswa adalah membuka diri dan yang paling rendah adalah empati. Sedangkan pencapaian indikator yang paling tinggi yang dimiliki oleh siswa adalah siswa menemukan dan makna belajar dan pencapaian indikator paling rendah yaitu mengenali emosi yang ditunjukan oleh teman. 3. Program bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa Boarding School merupakan program hipotetik yang berdasarkan need assessment efektif untuk mengembangkan resiliensi akademik Siswa SARAN Guru Bimbingan dan Konseling Melakukan analisis kebutuhan (need assesmen) lebih mendalam sebagai landasan dalam mengembangkan dan melaksanakan program bimbingan belajar

57 untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa. Menggunakan program bimbingan belajar yang telah disusun berdasarkan analisis kebutuhan untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa. Peneliti Selanjutnya Menggunakan metode yang lebih beragam dan menarik dalam memberikan layanan bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi akademik sehingga persentase resiliensi akademik yang dicapai siswa lebih optimal. Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam. Sejauh ini, cukup sulit menemukan hasilhasil penelitian yang khusus mengeneai resiliensi akademik. Dengan digunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam dapat menambah referensi mengenai resiliensi akademik. Mengadakan penelitian mengenai resilensi akadmeik pada subjek dengan diversity yang berbeda seperti anak jalanan dan pada sekolah dengan kategori ekonomi siswa menengah kebawah. Menggunakan pendekatan dan teknik tertentu untuk mengintervensi siswa yang memiliki resiliensi akademik rendah. DAFTAR PUSTAKA Atwater, E. & Duffy, K.G. 1997. Psychology For Living. USA: Prentice-Hall,Inc. Bahri, Syaiful. 2002. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:PT Rineka Cipta. Isaacson, B. 2002. Characteristics and Enhancement of Resiliency in Young People : A Research Paper (Pdf Versions. Retrieved March 15 2008 from the University of Winsconsin-Stout Tersedia :http://www.uwstout.ede/lib/thesis /2002/2002isaacsonb.pdf.(20 Februari 2013) James S, Muro & Kottman Terry. 1981. Guidance and Counseling In The Elementary and Middle Schools & Practical Approach. Iowa: WmC Brown Communication, Inc. Muro, J.J Kottman. 1995. Guidance and Counseling in Elementary and Middle school. A Practical Approach. Lowa: Wm.CBrown Communication, Inc. Masten, A. S., Garmezy, N., Tellegen,A., Pellegrini, D. S., Larkin, K., & Larsen, A. 1988. Competence and stress school children: The moderating effects of individual and family qualities. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 29, 745-764. Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama

58 Prayitno Amti dan Erman. 1999. Dasar- Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :PT Rineka Cipta Reivich K & Shatte A 2002. The Reilience Factor : 7 Essential Skills For Overcoming Life s Inevitable Obtacles USA. Broadways Books. Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama Yusuf, Syamsu. 2006. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA). Bandung: Pustaka Bani Qurasyi Rutter M. 1987. Psychosocial Resilience And Protective Mechanism :American Journal Of Ortopsychiatry, Vol 57. P.316-331. Retrieved February 15, 2006, From The American Psychology Association. Tersedia :www.apa.org/journals/pro.html (2 Februari 2013) Sarwono, S. W. 2002. Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Schoon, Ingrid. 2006. Risk and Resilience Adaptations In Changing Times. New York: Cambridge University Press. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Sukardi. Dewa Ketut. 2000. Analisis Tes Psikologi Dalam Penyelenggaraan Bimbingan Belajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Waxman, Hersh. 2003. Review Of Research On Eucational Resilience. California : Center For Research On Education, Diversity & Excellency. Willis, Sofiyan. 1992. Problema Remaja. Bandung: Angkasa