Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

Jurnal Kesehatan Kartika 50

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN TABANAN

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

MEDIA INFORMATIF TENTANG PERAWATAN KEHAMILAN PADA KELAS IBU HAMIL

Tingkat Partisipasi Ibu Hadir Tidak Hadir

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

PENDAHULUAN ISSN : Jul Tumbol 1, Telly Mamuaya 2, Fredrika N Losu 3. 1,2,3 Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado.

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN CAKUPAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA. Kiftiyah

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

KUESIONER Partisipasi Masyarakat terhadap Pelayanan Posyandu Di Puskesmas A.Yani

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGKAL KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2016 Rickah Liva Yulianti Akademi Kebidanan Manna Abstrak: Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang berfungsi memudahkan masyarakat dalam mengetahui atau memeriksakan kesehatan. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 5 orang ibu diketahui bahwa sebanyak 2 ibu (40%) mempunyai pengetahuan yang cukup tentang posyandu dan 3 ibu lainnya (60%) mempunyai pengetahuan yang kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tungkal. Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tungkal yang berjumlah 1.383 orang, dengan sampel 93 orang (Simple Random Sampling). Pengambilan data dilakukan menggunakan data primer, kemudian data diolah secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita sebagian besar (48,8%) memiliki pengetahuan cukup tentang posyandu, 58,1% ibu masih kurang aktif untuk membawa balitanya mengikuti berbagai kegiatan dalam posyandu. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa X 2 hitung (15,951) > X 2 tabel (5,991) dengan nilai ρ=0,000 < 0,05, yang berarti bahwa ada pengetahuan terhadap keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tungkal. Simpulan penelitian adalah ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tungkal. Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan Posyandu PENDAHULUAN Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang berfungsi memudahkan masyarakat dalam mengetahui atau memeriksakan kesehatan, terutama untuk ibu hamil dan anak balita agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan berbagai program-program kesehatan, sehingga posyandu menjadi wadah titik temu antara pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat (Utami, 2014). Program posyandu merupakan strategi pemerintah untuk 13

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kelahiran. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012) AKI dan AKB di Indonesia masing-masing mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan 32 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh mengalami lonjakan dibandingkan tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup untuk AKI dan 26,9 per 100.000 kelahiran hidup untuk AKB, sementara target RPJMN pada tahun 2019 AKI sebesar 306 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB 24 kematian setiap 1000 kelahiran hidup. Berbagai faktor dapat mempengaruhi naik dan turunnya AKB dan AKI, diantaranya belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan seperti Posyandu secara optimal oleh masyarakat. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran aktif ibu balita atau peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti 14 imunisasi, pemantauan tumbuh kembang balita, pemeriksaan ibu hamil, dan KB yang meningkat. Tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Agar tercapai itu semua maka ibu yang memiliki balita hendaknya aktif dalam kegiatan posyandu agar status gizi balitanya terpantau (Risqi, 2013). Kesenjangan antara angka pencapaian partisipasi masyarakat atau ketidakteraturan ibu dalam melakukan kunjungan bulanan ke Posyandu dengan target pada Posyandu dimungkinkan oleh beberapa faktor. Pengetahuan yang baik diharapkan dapat mempengaruhi partisipasi ibu dalam membawa anaknya ke posyandu (Notoatmodjo, 2010). Didalam Renstra Kementrian Kesehatan 2010-2014 dan Instruksi Presiden RI No.3 tahun 2010 telah ditetapkan bahwa pada tahun 2014 sekurangnya 80% anak ditimbang secara teratur di Posyandu. Pencapaian kegiatan pemantauan pertumbuhan pada tahun 2011 adalah 71,4% dan beberapa provinsi telah mencapai diatas 80%, sedangkan

disebagian provinsi lainnya masih rendah. Terkait dengan upaya tersebut, Kementrian Kesehatan Memutuskan menyelenggarakan Bulan Penimbangan pada setiap bulan November dimulai bulan November 2012 bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Bengkulu Selatan tahun 2014 diketahui bahwa cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan minimal 8 kali di Kabupaten Bengkulu Selatan mencapai 102,6%, dimana cakupan terendah berada di wilayah kerja Puskesmas Tungkal yaitu sebesar 20,9% (Dinas Kesehatan Bengkulu Selatan, 2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara kepada 5 orang ibu diketahui bahwa sebanyak 2 ibu (40%) mempunyai pengetahuan yang cukup tentang posyandu dan sebanyak 3 ibu lainnya (60%) mempunyai pengetahuan yang kurang. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk 15 melakukan penelitian terkait faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu. Penelitian ini berfokus pada Hubungan antara pengetahuan terhadap keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tungkal Kabuapten Bengkulu Selatan Tahun 2016. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tungkal Kabupaten Bengkulu Selatan pada bulan 23 Mei - 23Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tungkal yang berjumlah 1.383 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling yang berjumlah 93 orang, dengan kriteria inklusi: 1) Ibu bersedia menjadi responden; 2) Ibu yang mempunyai KMS balita. 3) Hadir di posyandu Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.

HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Ibu Balita di Wilayah Puskesmas Tungkal No Variabel F % 1 Umur 1.Dewasa Awal 53 57 2.Dewasa Akhir 40 43 2 Pendidikan 1.Tinggi 18 19,4 2.Sedang 40 43 3.Dasar 35 37,6 3 Pekerjan 1.Bekerja 49 52,7 2. Tidak Bekerja 44 47,3 4 Jarak 1. 1 Km 57 61,3 2. > 1 Km 36 38,7 6 Jumlah Anak 1.Primipara 31 33,3 2. Multipara 46 49,5 3.Grandeultipara 16 17,2 Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Tungkal sebagian besar (57%) berada pada usia dewasa awal; 43% dengan tingkat pendidikan dalam kategori sedang; 52,7% bekerja di luar rumah; 49,5% dengan jarak rumah ke posyandu 1 Km, dan 49,5% dengan paritas multipara. 2. Analisis Univariat Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita tentang Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tungkal No Pengetahuan F % 1 20 21,5 20 2 45 48,8 45 3 28 30,1 28 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa dari 93 ibu didapatkan sebagian besar (48,8%) ibu memiliki pengetahuan cukup tentang posyandu dan hanya 21,5% ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang posyandu. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Keaktifan Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tungkal No Keaktifan F % 1 Aktif 39 41,9 2 Tidak Aktif 54 58,1 Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar (58,1%) ibu masih kurang aktif untuk membawa balitanya mengikuti berbagai kegiatan dalam posyandu. 16

3. Analisis Bivariat Tabel 4 Hubungan Pengetahuan terhadap Keaktifan Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tungkal Pengetahuan Keaktifan Tidak Total X² ρ Aktif Aktif F % F % F % Baik 16 80 4 20 20 100 Cukup 16 35,6 29 64,4 45 10015.950.00 Kurang 7 25 21 75 28 100 Jumlah 30 38 68 100 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa dari 20 ibu yang berpengetahuan baik sebagian besar (80%) ibu balita aktif dalam kegiatan posyandu, dari 45 ibu yang mempunyai pengetahuan cukup sebagian besar (64,4%) ibu balita tidak aktif dalam kegiatan posyandu dan dari 28 ibu yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar (75%) ibu balita tidak aktif dalam kegiatan posyandu. Hasil uji statistik dengan perhitungan Chi-Square diperoleh nilai X 2 hitung (15,951) > X 2 tabel (5,991) dengan nilai ρ=0,000 < 0,05 dan df = 2, yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan terhadap keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja 17 Puskesmas Tungkal Kabupaten Bengkulu Selatan. PEMBAHASAN 1. Univariat Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana tabel 4.2 tingkat pengetahuan ibu balita tentang posyandu sebagian besar dalam kategori cukup. Hasil pengisian kuesioner dari keseluruhan responden, hanya 32 responden (34,4%) yang memahami tentang tujuan khusus posyandu, 19 responden (20,4%) yang mengerti tentang grafik garis pertumbuhan balita pada KMS dan bahkan hanya 21 responden (22,6%) yang mengetahui jadwal pemberian kapsul vitamin A bagi anak balita di Posyandu (Lampiran kuesioner No. 2, 14 dan 15). Hasil ini menunjukkan bahwa ibu balita belum terlalu memahami tentang hal-hal yang berhubungan dengan berbagai kegiatan posyandu. Pengetahuan yang dimiliki ibu balita hanya bersifat pengetahuan tentang posyandu secara umum misalnya kepanjangan dari Posyandu atau pelayanan yang didapat dalam

kegiatan posyandu. Hal inilah yang menyebabkan pengetahuan ibu termasuk dalam kategori cukup. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi motivasi, minat dan perilaku seseorang. Melalui perilaku tersebut dapat memberikan kecenderungan pada seseorang yang tampak secara nyata dapat berubah dan memperoleh kesempatan dalam memperbaiki diri sendiri. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Ibu yang hadir ke Posyandu untuk menimbang dan memantau pertumbuhan balitanya, juga akan mendapatkan informasi atau pengalaman belajar dari objek yang dikenalkan. Ibu-ibu yang tidak mau belajar atau membaca informasi dari sumber informasi yang ada di posyandu, akan 18 mempunyai kecenderungan tidak secara rutin menimbang dan memantau pertumbuhan balitanya ke posyandu (Gafuri 2011). Menurut asumsi peneliti, bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu, kecenderungan untuk membentuk sikap positif akan lebih besar. Sehingga akan membentuk perubahan sikap ibu yang merupakan dorongan terjadinya perubahan perilaku. 2. Bivariat Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dari 20 ibu yang berpengetahuan baik hampir seluruh ibu 80% nya (16 orang) cenderung aktif dalam kegiatan posyandu. Hasil uji statistik dengan perhitungan Chi- Square diperoleh nilai X 2 hitung (15,951) > X 2 tabel (5,991) dengan nilai ρ=0,000 < 0,05 dan df = 2, yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan terhadap keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tungkal. Hal ini, sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan

oleh Triwahyudiningsih (2009) tentang hubungan antara sikap ibu balita terhadap keaktifan dalam kegiatan posyandu dengan menunjukkan hasil adanya hubungan yang signifikan. Untuk lebih jelasnya, hasil penelitian dapat dilihat dari grafik berikut. Baik; 80 Tidak Baik; 20 Tidak Cukup; 64,4 Cukup; 35,6 Tidak Kurang ; 75 Aktif Tidak Kurang Aktif ; 25 Grafik 1 Hubungan Pengetahuan terhadap Keaktifan Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tungkal Hasil grafik menunjukkan bahwa proporsi keaktifan ibu ke posyandu dalam penelitian pada responden dengan pengetahuan kategori baik jauh lebih besar (80%) dibandingkan pada responden dengan kategori cukup dan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin aktif ibu membawa balitanya ke posyandu. Begitupula sebalikanya, 19 semakin rendah tingkat pengetahuan ibu maka semakin tidak aktif ibu membawa balitanya ke posyandu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cahyaningrum (2015) bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik serta wawasan dan informasi yang luas tentang posyandu akan mempengaruhi ibu lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan balitanya. Menurut Kristiani (2009) kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran aktif ibu balita atau peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang balita, pemberian Vitamin A, penunggulangan diare, pemeriksaan ibu hamil, dan KB yang meningkat. Keaktifan ibu pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh data bahwa proporsi pengetahuan responden dalam kategori cukup dalam penelitian, menurut peneliti salah satunya

disebabkan tingginya tingkat pendidikan responden dalam penelitian yaitu 43% dengan tingkat pendidikan dalam kategori sedang (SLTA). Hasil ini sejalan dengan penelitian Cahyaningrum (2015) yang mengungkapkan bahwa ibu yang aktif dalam kegiatan posyandu dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, umur, jumlah anak, jarak ke pelayanan kesehatan dan peran kader. Alasan ibu yang mempunyai balita tidak datang ke posyandu karena tidak mengetahui manfaat posyandu, karena merasa telah membawa anaknya ke dokter, faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor penghambat ibu balita memanfaatkan penimbangan balita di Posyandu. Berdasarkan karakteristik ibu diperoleh data bahwa ibu yang aktif berkunjung ke posyandu sebagian besar yaitu sebanyak 28 ibu (71,8%) berada pada usia dewasa awal; 19 ibu (48,7%) dengan pendidikan terakhir SLTA; 23 ibu (58,9%) bekerja sebagai ibu rumah tangga; 31 ibu (79,5%) dengan jarak rumah 1 km 20 dari posyandu dan 19 ibu (48,7%) dengan paritas primipara. Ibu yang aktif ke posyandu pada usia dewasa awal (15-31 tahun) disebabkan karena ibu memiliki kemampuan kognitif dan penilaian moral yang lebih kompleks sehingga mendorong ibu untuk mengambil keputusan dalam berperan aktif berkunjung ke posyandu lebih besar dibandingkan dengan usia yang lebih tua. Ibu pada usia dewasa awal lebih berfikiran untuk maju dan sangat mengkhawatirkan perkembangan balitanya. Menurut Bauman (1961) dan Koos (1954) (dalam Friedman, 2008), mengemukakan bahwa semakin terdidik keluarga maka semakin baik pengetahuan keluarga tentang kesehatan. Hal lain juga yang turut berpengaruh dalam aktif atau tidaknya keluarga untuk datang menimbangkan balitanya yaitu faktor geografi, dimana letak dan kondisi geografis wilayah tersebut. Hasil penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Hayya (2010) bahwa kondisi geografis diantaranya jarak dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat

berpengaruh terhadap keaktifan membawa balitanya ke posyandu. Jenis pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap banyaknya waktu luang yang dimilikinya dalam turut serta berbagai kegiatan di dalam masyarakat (Slamet, 1993 dalam Ocbrianto, 2012 Posyandu memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu memiliki fungsi preventif dan salah satu pelayanan posyandu terdapat penyuluhan yang apabila diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari diharapkan akan dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari halhal buruk yang dapat menimbulkan keresahan di masyarakat khususnya bayi dan balita seperti halnya dengan adanya kasus vaksin palsu. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan pengetahuan terhadap keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tungkal, dimana nilai X 2 hitung (15,951) > X 2 21 tabel (5,991) dengan nilai ρ=0,000 < 0,05, dimana ibu yang berpengetahuan baik sebagian besar ibu balita aktif dalam kegiatan posyandu, ibu yang mempunyai pengetahuan cukup sebagian besar ibu balita tidak aktif dalam kegiatan posyandu dan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar ibu balita tidak aktif dalam kegiatan posyandu. Pihak-pihak terkait misalnya Dinas Kesehatan melalui puskesmas dalam kegiatan posyandunya hendaknya bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat untuk tetap memberikan imunisasi pada balita karena imunisasi memiliki peran yang sangat baik bagi perkembangan bayi dan balita. Adanya kasus vaksin valsu bisa menjadi pelajaran bagi pihak yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan untuk lebih bersifat waspada terhadap ancaman yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Perlu diberikan pelatihan dan ketrampilan untuk kader dalam hal penyuluhan, sehingga pengetahuan kader semakin luas dan nantinya akan

disalurkan kepada masyarakat dalam setiap kegiatan rutin posyandu. Penyuluhan diberikan secara rutin agar masyarakat dapat memperoleh manfaat dari penyuluhan tersebut dan minat masyarakat untuk datang ke posyandu semakin meningkat. RUJUKAN (Daftar Pustaka) Cahyaningrum. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu di Posyandu Nusa Indah Desa Jenar Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen. Jurnal Stikes Ngudi Waluyo. Vol 1 (1): 1-8. Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan 2014. Kabupaten Bengkulu Selatan. Friedman. (2008). Partisipasi Pria dan Dukungan Suami. Pustaka : Jakarta. Gafuri. (2011). Gambaran pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan tentang posyandu di Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Tahun 2010. Skripsi Program Studi S1 Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru. Kristiani. (2009). Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Di Kota Denpasar. [Internet] dalam: http://lrckmpk.ugm.ac.id, diakses 11 Maret 2016. Notoatmodjo. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta. Risqi. (2013). Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu. Widyatama. Vol 22 (1). Triwahyudianingsih. (2009). Hubungan Antara Sikap Ibu Balita Terhadap Keaktifan Dalam Kegiatan Posyandu III Dusun Boto Kabupaten Tulungagung. KTI Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Utami. (2014). Peranan Keaktifan Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita Untuk Menunjang Sistem Informasi Perkembangan Balita. Jurnal Ilmiah Sinus. 22