BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

dokumen-dokumen yang mirip
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 106 AKUNTANSI MUSYARAKAH

Akuntansi Musyarakah ED PSAK 106 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUSYARAKAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

BAB II LANDASAN TEORITIS. seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi syariah yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

Materi: 11 AKUNTANSI MUSYARAKAH (Partnership)

AKUNTANSI MUSYARKAH (psak 106)

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

AKUNTANSI BANK SYARIAH

5. Tujuan laporan keuangan syariah untuk tujuan umum adalah :

BAB 5 PENUTUP. Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus pada Koperasi Jasa Keuangan. Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya), maka penulis dapat menarik

BAB II LANDASAN TEORI

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI MUSYARAKAH TERHADAP PSAK 106 PADA BANK SYARIAH X

LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Pertanyaan Wawancara

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DAN STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA DALAM TRANSAKSI MUSYARAKAH PEMBIAYAAN MODAL KERJA PT.

BAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

III.2. ISTISHNA. B. Dasar Pengaturan 01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. 02. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna.

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN BANK MEGA SYARIAH

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN BANK MEGA SYARIAH

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB II LANDASAN TEORI. Sunnah Nabi. Konsekuensinya, apapun nilai yang dibutuhkan dalam analisis dan

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN

BAB IV PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA UNTUK USAHA DAGANG DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KANTOR CABANG PAYAKUMBUH

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam. BMT memiliki kegiatan yaitu memajukan usaha masyarakat yang mampu beroperasi secara produktif dan investasi dengan tujuan memajukan kehidupan ekonomi masyarakat kecil dengan cara mengajak masyarakat untuk sadar pentingnya arti dari kegiatan menabung, serta memberikan fasilitas pembiayaan ekonomi kepada masyarakat yag membutuhkan. Kegiatan BMT ikut memliki peran sosial yaitu membina titipan Zakat, Infaaq, Shodaqah, Wakaf dan Fidhyah serta dana sosial lainnya yang dilakukan sesuai kebijakan dan amanah yang telah diberikan. Peran BMT tidak hanya sebagai tempat menghimpun dan menyaluran dana, tetapi juga dapat membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah dalam bentuk layanan jasa keuangan yang diperlukan masyarakat kecil. Masyarakat yang memiliki kendala/masalah dapat mengunjungi BMT dan menceritakan apa kendala yang dihadapi, dengan demikian BMT dapat memberikan saran dan masukan. Misalnya BMT merekomendasikan produk-produk apa saja yang sebaiknya dapat digunakan untuk kendala tersebut. Salah satu produk BMT yang banyak digunakan pada BMT Surya Asa Artha adalah akad musyarakah, karena lokasi BMT yang dekat dengan pasar dan sebagian 50

51 nasabah yang membutuhkan pembiayaan adalah para pedagang pasar yang membutuhkan tambahan modal. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nuning Agustina selaku manajer BMT Surya Asa Artha, maka dapat disebutkan mekanisme pembiayaan musyarakah yang ada di BMT Surya Asa Artha Sleman, Yogyakarta meliputi proses sebagai berikut: 1. Untuk mengajukan pembiayaan nasabah terlebih dahulu harus mengunjungi BMT Surya Asa Artha. 2. Dalam pengajuan pembiayaan nasabah dapat mengisi formulir permohonan pembiayaan. Pada saat nasabah melakukan pengisian formulir pihak BMT wajib menginformasikan mengenai: a. Pembiayaan yang diberikan untuk membiayai usaha apa. b. Jumlah yang dibutuhkan. c. Jangka waktu pembiayaan. 3. Melengkapi syarat-syarat pengajuan pembiayaan, seperti: a. Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk) suami-istri/orang tua b. Fotocopy KK (Kartu Keluarga) c. Fotocopy Surat Nikah d. Rekening Listrik e. Slip Gaji f. Fotocopy jaminan g. Siap Disurvey h. Fotocopy NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) (jika ada)

52 4. Melakukan wawancara terkait pembiayaan. 5. Formulir pengajuan pembiayaan yang telah diisi kemudian akan dibahas oleh manajemen untuk diproses dan dianalisis. 6. Untuk memastikan data yang diberikan nasabah pada saat akad sesuai dengan fakta yang terdapat dilapangan, maka pihak BMT melakukan survey untuk melihat baik jaminan maupun kemampuan usaha nasabah. 7. Setelah survey selanjutnya pihak BMT melakukan analisa yaitu dengan menghitung pemasukan (pendapatan) dikurangi dengan pengeluaran (beban) lalu mengahasilkan pendapatan bersih. 30% dari pendapatan bersih tersebut merupakan kemampuan nasabah untuk melakukan angsuran kepada BMT. 8. Jika dari analisa tersebut nasabah sanggup dan bersedia, maka pihak BMT bersedia untuk mendanai pembiayaan. 9. Jika pembiayaan disetujui/acc maka segera dilakukan pembuatan akad dan pencairan dana. Sistem perhitungan bagi hasil dalam aplikasi prosedurnya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Profit sharing merupakan perhitungan dengan konsep bagi hasil yang dilakukan dari perhitungan total pendapatan setelah dikurangi dengan segala bentuk biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha tersebut yang berguna untuk menghasilkan pendapatan. Revenue sharing merupakan proses perhitungan dengan konsep bagi hasil pendapatan sebelum memperhitungkan kewajiban-kewajiban operasional. Penerapan revenue sharing kurang sesuai dengan prinsip bagi hasil, karena

53 pada prinsip bagi hasil investor juga memiliki tanggung jawab terhadap dana yang diamanatkannya, investor juga mempunyai bagian dalam pengelolaan dana, jika terjadi kerugian dalam pengelolaan usaha maka shohibul mall ikut menanggung kerugian tersebut. Oleh sebab itu BMT Surya Asa Artha menerapkan prinsip bagi hasil atas dasar profit sharing. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nuning Agustina selaku manajer BMT Surya Asa Artha menyebutkan Pada akad musyarakah, BMT akan melihat pendapatan nasabah setiap bulannya yang berguna untuk menentukan nisbah bagi hasil antara BMT sebagai mitra pasif dan nasabah sebagai mitra aktif. Keuntungan yang dijalankan nasabah sebagai mitra aktif akan dibagika kepada BMT sebagai mitra pasif sesuai nisbah yang telah ditentukan. Kerugian akan ditanggung secara bersama-sama sesuai dengan porsi setiap mitra, kecuali kerugian tersebut timbul akibat dari kelalaian pengelola usaha (mitra aktif) yang dilakukan dengan unsur kesengajaan. Setelah melakukan pencairan dana pembiayaan, BMT Surya Asa Artha akan melakukan monitoring pada setiap nasabahnya, biasanya monitoring tersebut dilakukan setelah tiga bulan akad berjalan dan monitoring akan dilaksanakan selama tiga bulan sekali. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nuning Agustina selaku manajer BMT Surya Asa Artha menyebutkan Cakupan yang akan dilihat dari monitoring yaitu pada pendapatan nasabah, jika pendapatan nasabah semakin tinggi maka usaha nasabah tersebut semakin maju, selain itu jika nasabah

54 tersebut seorang pedagang maka BMT akan melihat dari barang dagangannya, apakah barang dagangannya semakin banyak atau tidak. Jika barang dagangan nasabah semakin banyak, hal tersebut menandakan bahwa usaha yang dikelola nasabah semakin maju. Selain itu, BMT juga memonitoring dari segi angsuran yaitu dengan melihat apakah nasabah dapat melakukan pembayaran angsuran tepat pada waktunya atau tidak. BMT akan memberikan toleransi keterlambatan pembayaran angsuran kepada nasabah selama dua bulan, jika setelah bulan ketiga nasabah belum melakukan pembayaran angsuran, maka pihak BMT akan melakukan penagihan secara berkala. Akad musyarakah yang paling banyak dilakukan di BMT Surya Asa Artha sejauh ini adalah musyarakah permanen merupakan akad musyarakah yang mempunyai ketetapan bahwa setiap mitra memiliki bagian dana yang bersifat tetap sampai akhir masa akad (Yaya et al. 2009). Akad pembiayaan musyarakah dapat dikatakan selesai apabila nasabah telah mengembalikan seluruh sisa pembiayaan serta kewajiban lainnya pada pihak BMT. Pada saat berakhir masa akad nasabah belum mengembalikan pokok pinjaman pembiayaan, maka pihak BMT mengalokasikan dana tersebut sebagai piutang dan akan melakukan penagihan sampai nasabah melunasinya. Nasabah seperti ini dapat dikategorikan sebagai pembiayaan macet.

55 Tabel 4.1 Penerapan Rukun dan Syarat pada Praktik Akad Musyarakah Musyarakah Terpenuhi Rukun: 1. Terdapat mitra aktif (nasabah) dan mitra pasif (BMT). 2. Objek musyarakah berupa modal kerja. 3. Ada ijab kabul. 4. Ada nisbah keuntungan. Syarat: 1. Mitra pembiayaan harus cakap hukum dan baligh. 2. Akad dituangkan secara tertulis. 3. Modal berupa uang tunai dan harus diketahui jumlahnya 4. Diperuntukkan bagi kedua belah pihak yaitu BMT dan nasabah. 5. Proporsi bagi hasil harus dijelaskan dalam akad. 6. Kerugian yang mungkin ditanggung sesuai dengan kesepakatan. B. Evaluasi Penerapan Akad Musyarakah dengan PSAK 106 Segala bentuk keberadaan yang berwjud wajib mengikuti dan manaati kebijakan yang telah ditentukan oleh pihak yang memiliki wewenang. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) memiliki wewenang dalam menetapkan standar akuntansi agar seluruh laporan keuangan entitas dapat diperbandingkan antara satu dengan yang lain. Dewan Standar Akuntansi Syariah telah mengatur perlakuan akuntansi untuk segala bentuk operasionalisasi dalam akuntansi

56 syariah. Dewan Standar Akuntansi Syariah merupakan satuan unit khusus dari Ikatan Akuntansi Indonesia. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Syariah menerbitkan hasil kerja yaitu PSAK untuk setiap transaksi syariah yang terdiri dari PSAK No. 101 yang membahas tentang Laporan Keuangan Bank Syariah, PSAK No. 102 yang membahas tentang Akuntansi Murabahah, PSAK No. 103 yang membahas tentang Akuntansi Salam, PSAK No. 104 yang membahas tentang Akuntansi Istishna, PSAK No. 105 yang membahas tentang Akuntansi Mudharabah, PSAK No. 106 yang membahas tentang Akuntansi Musyarakah, PSAK No. 107 yang membahas tentang Akuntansi Ijarah, PSAK No. 108 yang membahas tentang Akuntansi Asuransi Syariah, PSAK No. 109 yang membahas tentang Akuntansi Zakat, Infaq, dan Shoaqah, dan PSAK No. 110 tentang Akuntansi Sukuk. Dalam penelitian ini mengenai evaluasi perlakuan akuntansi yang merupakan salah satu produk pembiayaan BMT Surya Asa Artha yaitu akuntansi pembiayaan musyarakah. PSAK 106 yang digunakan sebagai variabel dasar untuk mengevaluasi pembiayaan akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha. PSAK 106 terdiri dari beberapa bagian yaitu pendahuluan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif, penyajian, pengungkapan, ketentuan transisi, tanggal efektif dan penarikan. Penelitian ini menggunakan bagian PSAK 106 yaitu karakteristik (yang terdapat pada bagian

57 pendahuluan), pengakuuan dan pengukuraan, akuntansi untuk mitra pasiif, penyajian dan pengungkapan. C. Hasil Evaluasi Kesesuaian Penerapan Akad Musyarakah dengan PSAK 106 Evaluasi kesesuaian penerapan akuntansi musyarakah pada BMT Surya Asa Artha dengan PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah pada penelitiian ini terdirii dari lima bagian, yaiitu: 1. Karakteristik Musyarakah Karakteristik dalam PSAK 106 terdapat pada bagian pendahuluan. Bagian karakteristik yang dimulai dari paragraf lima sampai dengan paragraf dua belas. Dalam PSAK 106 paragraf 05 menyebutkan bahwa para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya salah satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nuning Agustina selaku manajer di BMT Surya Asa Artha yang menyebutkan bahwa BMT memberikan pembiayaan akad musyarakah hanya pada usaha yang sudah berjalan saja, dari usaha yang sudah berjalan tersebut dapat dilihat pendapatan per hari nasabah yang nantinya akan diakumulasikan selama

58 satu bulan, 30% dari pendapatan satu bulan tersebut akan ditentukan angsuran yang dapat dibayarkan nasabah. Dalam praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. BMT dan nasabah secara bersamasama mengkontribusikan dananya pada suatu usaha yang akan dikelola oleh nasabah sebagai mitra aktif. Pengembalian dana pokok pembiayaan tergantung pada lama akad yang dilaksanakan. Lamanya akad tergantung pada kesepakatan antara BMT dan nasabah yang telah ditentukan di awal akad. Pengembalian akad dapat dilakukan secara bertahap selama akad musyarakah berlansung. Dalam PSAK 106 paragraf 06 menyebutkan bahwa investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas. Praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha sudah sesuai dengan PSAK 106. BMT hanya melakukan pemberian pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas, dan tidak melakukan pembiayaan dalam bentuk nonkas. Pencairan dana dapat dilakukan secara tunai kepada nasabah. Dalam PSAK 106 paragraf 07 menyatakan bahwa karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja adalah:

59 a. Pelanggaran terhadap akad, antara lain, penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya dan pendapatan operasional; atau b. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip. Praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha sudah sesuai dengan PSAK 106. Sesuai dengan fatwa DSN-MUI memperbolehkan adanya permintaan jaminan. Pada syarat pembiayaan musyarakah, BMT Surya Asa Artha juga meminta nasabah untuk menyertakan jaminan yang berguna untuk menjaga dan melindungi kepentingannya dalam pembiayaan usaha yang diberikan kepada nasabah. Jaminan tersebut dapat dicairkan oleh BMT sebagai mitra pasif apabila nasabah sebagai pengelola usaha melakukan kelalaian atau kesalahan yang dilakukan secara disengaja. Dalam PSAK 106 paragraf 08 menyebutkan bahwa jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang. Praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha belum menerapan standar ini, dikarenakan belum pernah terjadi perselisihan antara pihak BMT dengan nasabah. Dalam PSAK 106 paragraf 09 menyatakan bahwa keuntungan usaha musyarakah dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para mitra. Sedangkan kerugian dibebankan

60 secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas). Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nuning Agustina selaku manajer BMT Surya Asa Artha yang menyebutkan Setiap bulan nasabah selaku pengelola usaha akan melaporkan hasil pendapatan usahanya kepada pihak BMT, selanjutnya hasil pendapatan tersebut akan dianalisis sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan diawal akad. Praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. Keuntungan yang diperoleh oleh pengelola dana (nasabah) atas usahanya, akan dibagi kepada BMT sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan, dan kerugian dibagi sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra. Nasabah dapat melaporkan keuntungan usaha dan membayarnya setiap bulan atau per periode pelaporan seperti yang telah ditetapkan didalam akad. Dalam PSAK 106 paragraf 10 menyatakan jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang lebih besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnnya. Praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. Porsi dana yang disediakan BMT lebih besar

61 dari porsi dana nasabah, oleh karena itu nisbah bagi hasil yang diterima oleh BMT lebih besar dari pada nasabah. Dalam PSAK 106 paragraf 11 menyatakan bahwa porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi yang disalurkan. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nuning Agustina selaku manajer yang menyatakan Setiap bulan nasabah selaku mitra aktif akan melaporkan hasil pendapatan usahanya kepada pihak BMT. Praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. Sebelum akad musyarakah dimulai, nasabah dan pihak BMT telah menentukan kesepakatan nisbah terlebih dahulu. Keutungan yang diperoleh mitra aktif (nasabah) akan dibagi kepada BMT sebagai mitra pasif berdasarkan nisbah yang telah ditentukan, dimana nisbah bagi hasilnya yaitu 60% : 40% dari pendapatan per bulan nasabah. Dalam PSAK 106 paragraf 12 menyatakan bahwa pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan akuntansi tersendiri. Praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. Pihak BMT memiliki catatan akuntansi untuk setiap akad musyarakah per nasabah yang kemudian akan dicantumkan dalam laporan keuangan akad musyarakah.

62 2. Pengakuan dan Pengukuran Akad Musyarakah Dalam PSAK 106 paragraf 13 menyebutkan bahwa untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut. Praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. Selama ini dalam berjalannya akad pembiayaan musyarakah setiap bulannya nasabah sebagai pengelola dana selalu memberikan informasi kepada BMT tentang laporan keuangnnya, dari laporan tersebut BMT dapat menganalisis lebih lanjut. Nasabah sebagai pengelola usaha bebas dalam melakukan pencatatan laporan keuangannya, ini dikarenakan belum adanya format khusus yang digunakan. Pada saat dana dicairkan BMT Surya Asa Artha mengukur pembiayaan akad musyarakah sejumlah uang yang diserahkan kepada nasabah sebagai pengelola dana. 3. Akuntansi Untuk Mitra Pasif a. Pada Saat Akad Dalam PSAK 106 paragraf 27 menyebutkan bahwa investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non-kas kepada mitra aktif.

63 Dalam praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106, BMT mengakui dana yang disalurkan dalam bentuk kas sebagai pembiayaan musyarakah, pada saat yang bersamaan dengan pencairan atau penyerahan dana kepada nasabah. Penyerahan dana dilakukan setelah adanya kesepakatan akad pembiayaan musyarakah antara pihak BMT dan nasabah. Dalam PSAK 106 paragraf 28 menyebutkan bahwa pengukuran investasi musyarakah: 1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan 2) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai: a) Keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad; atau b) Kerugian pada saat terjadinya. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nuning Agustina selaku manajer BMT Surya Asa Artha yang menyebutkan Pada akad musyarakah BMT dapat dikatakan sebagai penyedia modal atau uang, pada pembiayaan yang disalurkan hanya berbentuk uang cash, dan BMT tidak menyediakan pembiayaan berbentuk selain kas, jika pembiayaan dalam bentuk aset nonkas maka pada BMT Surya Asa Artha masuk dalam kategori akad murabahah.

64 Selama ini BMT Surya Asa Artha hanya melakukan pembiayaan akad musyarakah dalam bentuk kas dan tidak melakukan pembiayaan akad musyarakah dalam bentuk nonkas. Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dinilai sebesar kas yang dibayarkan. Dalam PSAK 106 paragraf 29 menyebutkan bahwa investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan, dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada). Dalam praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha belum pernah menerapkan standar ini, dikarenakan pembiayaan yang diberikan selalu berupa kas dan belum ada penerapan praktik akad musyarakah dalam bentuk nonkas. Dalam PSAK 106 paragraf 30 menyebutkan bahwa biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra. Dalam praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. Pada saat nasabah melakukan pengajuan pembiayaan akad musyarakah, maka tahap selanjutnya BMT akan melakukan survey ke usaha nasabah (pembiayaan BMT hanya dilakukan pada usaha yang sudah berjalan saja). Biaya yang

65 muncul selama berlangsung survey akan dialokasikan ke dalam biaya operasional. b. Selama Akad Dalam PSAK 106 paragraf 31 menyebutkan bahwa bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar: 1) Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada); atau 2) Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada). Dalam praktik akuntasi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. Ketika akad musyarakah berakhir BMT hanya meminta pelunasan sesuai dengan jumlah kas yang serahkan pada awal terjadinya akad. Proses pelunasan dapat dilakukan secara bertahap, sesuai kesepakatan antara BMT dan nasabah. Dalam PSAK 106 paragraf 32 menyebutkan bahwa bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (jika ada).

66 Dalam praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106, pembiayaan musyarakah yang diakui sesuai dengan jumlah kas yang diberikan kepada mitra aktif (nasabah). Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nuninh Agustina menyatakan Pada umumnya nasabah yang melakukan pembiayaan musyarakah lebih banyak menggunakan akad musyarakah permanen. c. Akhir Akad Dalam PSAK 106 paragraf 33 menyebutkan bahwa pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang. Dalam praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. Pada waktu akad musyarakah sudah berakhir, jika terdapat pembiayaan musyarakah pada nasabah yang belum dikembalikan, maka BMT akan mengakuinya sebagai piutang. BMT mengkategorikan jenis transaksi seperti ini sebagai pembiayaan macet. d. Pengakuan Hasil Usaha Dalam PSAK 106 paragraf 34 menyebutkan bahwa pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.

67 Dalam praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. Pendapatan yang diperoleh pengelola usaha (mitra aktif) akan diserahkan kepada BMT sebagai mitra pasif berdasarkan dengan besarnya nisbah yang telah ditentukan. Nisbah tersebut diperlukan untuk memperhitungkan bagi hasil keuntungan yang diperoleh dari pendapatan usaha dan harus disetujui oleh setiap mitra sebelum akad dimulai, dengan demikian jika terjadi perselisihan diantara para mitra akan dapat diselesaikan dengan ketentuan-ketektuan yang telah disetujui pada awal akad. Sedangkan kerugian akan dibagikan sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nuning Agustina selaku manajer BMT Surya Asa Artha menyatakan Jika nasabah mengalami kerugian, maka kewajiban yang perlu dilakukan hanya membayar angsurannya saja tanpa memberikan bagi hasil pendapatan usaha nasabah. 4. Penyajian Akad Musyarakah Peneliti tidak menejaskan PSAK 106 paragraf 35 karena standar penyajian ini dituliskan untuk mitra aktif atau nasabah pembiayaan musyarakah.

68 Dalam PSAK 106 paragraf 36 menyebutkan bahwa mitra pasif menyajikan hal-hal seperti berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan: a. Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah; b. Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian asset nonkas yang diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah. Dalam praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106, kesesuaian tersebut dibuktikan pada neraca laporan keuangan BMT Surya Asa Artha. Kas yang diserahkan BMT pada nasabah dalam penyajiannya diakui sebagai pembiayaan musyarakah pada kas. 5. Pengungkapan Akad Musyarakah Dalam PSAK 106 paragraf 37 menyebutkan bahwa mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas, pada: a. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain; b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

69 Dalam praktik akuntansi akad musyarakah pada BMT Surya Asa Artha telah sesuai dengan PSAK 106. BMT mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan ketentuan-ketentuan utama usaha musyarakah seperti kontribusi dana yang diserahkan antar mitra, ketentuan dalam bagi hasil, serta segala aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dalam menjalankan usaha musyarakah. BMT Surya Asa Artha juga menyajikan laporan keuangan syariahnya yang perlu pengungkapannya untuk dipublikasikan kepada masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan dan memiliki kepentingan agar dapat mengambil keputusan ekonomi yang baik bagi tiap-tiap pihak.