BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta dan masyarakat (Saragih, 2009). merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

I. PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah maupun Negara.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wilayah dan Pembangunan Wilayah. terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), diantaranya

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah penggaguran, manjaga keseimbangan neraca pembayaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

15. Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Paket C Program IPS

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.


BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan pembangunan diantaranya pembangunan bidang perekonomian. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (untuk nasional/negara diukur dengan pertumbuhan PDB dan daerah dengan PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu ; modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno : 2005). Sejalan dari itu maka pemerintah sebagai pemegang kekuasaan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara mempunyai peranan penting dalam mencapai dan mewujudkan tujuan pembangunan. Peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) peranan alokasi, mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien; (2) peranan distribusi pendapatan atau kekayaan; dan (3) peranan stabilisasi perekonomian (Mangkoesobroto : 2001). Peranan stabilisasi perekonomian dilakukan karena keadaan perekonomian tidak selalu sesuai dengan yang diinginkan dan dapat menghambat tujuan pembangunan seperti tingkat inflasi yang tinggi, meningkatnya pengangguran dan lain sebagainya. Persoalan ini dapat diatasi dengan mengendalikan perekonomian yaitu melalui kebijakan fiskal.

Kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah tercermin dalam APBN untuk pemerintah pusat dan APBD untuk pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota). Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan, pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agrerat dalam perekonomian. Pengeluaran Pemerintah Indonesia seperti yang termuat dalam APBN maupun APBD pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin meliputi belanja pegawai, barang, pemeliharaan, perjalanan dinas, pinjaman beserta bunga dan subsidi yang kesemua jenis pengeluaran tersebut sifatnya adalah merupakan pengeluaran konsumsi. Sedangkan pengeluaran pembangunan terbagi menurut sektor-sektor pembangunan yang lebih bersifat sebagai akumulasi stok kapital atau kata lainnya pengeluaran pembangunan berupa belanja modal dan pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah untuk pelaksanaan proyek-proyek terdiri dari sektorsektor pembangunan dengan tujuan untuk melakukan investasi. APBN maupun APBD secara prinsip hampir sama yaitu berbentuk neraca yang menggambarkan alokasi penerimaan dan pengeluaran baik secara rutin maupun pembangunan. Kebijakan pemerintah daerah dapat tercermin dari pengalokasian pengeluaran pemerintah yang memperhatikan prioritas pembangunannya, kebutuhannya, aspirasi masyarakat dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat besarnya pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dari total APBD Kota Tebing Tinggi. Secara total pengeluaran rutin memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran pembangunan.

Hal ini diantaranya dipengaruhi besarnya jumlah pegawai yang otomatis membutuhkan biaya pengeluaran rutin yang lebih besar pula. Tabel 1.1. Pengeluaran Pembangunan dan Pengeluaran Rutin Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 (dalam Ribu Rupiah) Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Pengeluaran Pembangunan 62.267.545,00 120.855.412,00 182.681.481,00 181.704.853,00 114.960.973,00 Pengeluaran Rutin 135.193.180,00 161.718.470,00 147.140.154,00 180.841.566,00 214.355.788,00 Total Pengeluaran Pemerintah 197.460.725,00 282.573.882,00 329.821.635,00 362.546.419,00 329.316.761,00 Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 Pengakuan akan pentingnya peranan investasi, baik investasi publik maupun swasta, dalam menunjang pembangunan diawali dengan diperkenalkannya model pertumbuhan setelah berakhirnya perang dunia kedua, yaitu pada tahun 1950 1960an oleh para pakar pembangunan seperti Rostow dan Harrod-Domar. Rostow berpendapat bahwa diantara sekian banyak strategi pokok pembangunan untuk tinggal landas adalah pengerahan atau mobilisasi dana tabungan, baik dalam mata uang domestik maupun valuta asing guna menciptakan bekal investasi yang memadai untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi (Todaro : 2004). Selanjutnya Todaro menjelaskan bahwa salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi adalah akumulasi modal (capital accumulation), yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.

Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Investasi akan menimbulkan efek pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian. Peningkatan investasi tidak hanya akan meningkatkan permintaan agregat, tetapi juga meningkatkan penawaran agregat melalui meningkatnya stok capital dan kapasitas produksi. Investasi yang akan masuk ke suatu daerah diharapkan akan menciptakan lapangan kerja baru hingga dan akan meningkatkan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan menggerakan perekonomian daerah. Ketepatan perhitungan ICOR sangat dibutuhkan dalam menentukan besarnya kebutuhan investasi. Tingkat keuntungan yang diramalkan, tingkat bunga, ramalan mengenai ekonomi di masa depan, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan perubahannya, keuntungan yang diperoleh, situasi politik, pengeluaran yang dilakukan pemerintah serta kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat menjadi faktor penentu ditanamkannya investasi disuatu daerah. Nilai investasi yang ditanamkan di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 mengalami peningkatan sebagaimana yang ditunjukan pada tabel 1.2. berikut : Tabel 1. 2. Perkembangan Investasi Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Investasi (Juta Rupiah) 170.684,69 170.283,31 175.542,12 180.800,93 209.867,76 Perkembangan (%) 12,87 (0,24) 3,09 3,00 16,08 Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 Indikator dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena aktivitas perekonomian adalah suatu proses

penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat (Mankiw, 2003). Kota Tebing Tinggi yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional membutuhkan investasi yang cukup besar guna mendorong pertumbuhan ekonomi, yang sebagian besar diharapkan berasal dari investor. Merujuk pada Visi Kota Tebing Tinggi yaitu Kota Jasa dan Perdagangan dengan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2025 maka dalam lingkup daerah, salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro adalah dengan melihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan. Perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi ditunjukan dari perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi atas dasar harga konstan yang dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1.3. Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 PDRB (Juta Rupiah) 923.200,00 978.410,00 1.037.465,00 1.099.238,00 1.165.932,00 Perkembangan (%) 5,33 5,98 6,04 5,95 6,07 Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 Pengeluaran pemerintah, investasi merupakan diantara objek penelitian yang banyak diminati kalangan peneliti. Banyaknya teori-teori tentang pengaruh pengeluaran

pemerintah dan investasi menjadi cerminan dan indikatornya. Terkait dengan hal ini dan menyikapi fenomena sebagaimana latar belakang yang dikemukakan di atas maka Penulis tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota, ICOR, Investasi terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah-masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah tingkat bunga dan tingkat upah berpengaruh terhadap investasi di Kota Tebing Tinggi? 2. Apakah investasi berpengaruh terhadap kesempatan kerja di Kota Tebing Tinggi? 3. Apakah tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi? 4. Bagaimanakah pengaruh langsung, tidak langsung dan total efek tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga dan tingkat upah terhadap investasi di Kota Tebing Tinggi; 2. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap kesempatan kerja di Kota Tebing Tinggi; 3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi. 4. Untuk mengetahui pengaruh langsung, tidak langsung dan total efek tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi 1.4. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain : 1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui terkait tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, kesempatan kerja, dan perekonomian Kota Tebing Tinggi. 2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam menentukan kebijakan pembangunan daerah khususnya bagi aparatur perencana. 3. Sebagai bahan acuan atau refrensi bagi penelitian selanjutnya terutama yang berminat terkait dengan tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran

pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, kesempatan kerja, dan perekonomian daerah.