Before-After Met Hara s POV Aku bangun dari tidurku, tidur yang membuatku semakin tersiksa, kalau boleh pilih aku lebih memilih tidak ada malam agar aku tidak tidur panjang. Kenapa? Karena tiap malam aku berkeringat,batuk,sesak nafas dll. Panas? Tidak, dikamar ini ada AC dan juga kipas angin. Huh, apa lagi kalau bukan penyakit? Aku benci harus mengakui bahwa umurku tinggal berjalan 30 hari lagi, entah itu benar atau tidak, karena setahu ku yang menentukan hidup atau mati seseorang bukan dokter tapi tuhan. Iyakan? Penyakit ini semakin menyiksaku membuatku sakit dan menderita. Bagaimana tidak, aku, Cho Hara seorang remaja berumur 17 tahun yang terpaksa harus kehilangan masa muda ku termasuk sekolah- hanya karena penyakit tolol ini.
Menyebalkan bukan? Dan sekarang aku hanya bisa mendekam di rumah sakit, melakukan berbagai macam perawatan dan meminum segala macam obat-obatan yang belum tentu bisa menyembuhkanku. Bukankah seharusnya sekarang aku bermain bersama teman-teman sebayaku? Shopping mungkin? Dsk aku benci hidupku, hidupku gelap,suram. Yah itulah kehidupan seorang Cho Hara Kreeek... pintu kamar terbuka, seperti orang sakit pada umumnya seseorang berpakaian putih-putih datang menghampiriku ya, apalagi kalau bukan memeriksaku? Oh tuhan bisakah di akhir-akhir hidupku tidak usah ada penyiksaan seperti ini? Aku benar-benar muak, sangat muak. Bagaimana keadaanmu Hara-ya? ucap sang suster Bukankah seharusnya aku yang bertanya keadaanku sekarang? Cih 2
Seperti hari-hari yang lalu. Aku tetap merasakan hal yang sama, bahkan semakin parah Kataku ketus lalu membuang muka Suster Jung hanya membalas dengan senyuman. eonni, aku mau kebukit. Boleh ya? pintakku pada sang suster yang kebetulan yeojachingu dari oppaku Hara, kau itu sakit mana boleh ke bukit? Pasti dokter Kim tidak mengizinkanmu katanya lalu kembali mencatat Eonni, ayolah... untuk 1 bulan saja. Aku ingin sekali menghirup udara bebas. Boleh ya? pintaku sedikit memelas dan menarik-narik tangannya layaknya anak kecil yang minta di belikan permen kepada eommanya. Hara, aku tidak berhak mengizinkanmu, lebih baik kau minta izin kepada dokter Kim. Tunggu biar ku panggilkan ucapnya lalu menekan beberapa tombol telepon kamar ini *** 3
Hhhhh... sekarang aku berada di bukit, menikmati indahnya matahari pagi. Aku menaiki bukit ini sendirian karena aku menyuruh oppa dan Kara eonni menunggu di bawah. Kutarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan. Haha aku bahkan sudah tidak ingat kapan aku terakhir menghirup udara segar seperti ini. Hmm maksudku udara yang tanpa bau obatobatan sedikit pun. Aku segera merebahkan tubuhku diatas hamparan rumput hijau sambil melihat keatas. Semoga ini tidak akan pernah berakhir gumamku Perbedaan itu indah nona. Kalau kau mau ini tidak akan berakhir itu berarti kau tidak mau melihat bagaimana keadaan bukit ini jika senja atau malam ucap seseorang yang mungkin adalah seorang lelaki. 4
Aku benci malam. Bahkan sangat membencinya lanjutku tanpa mempedulikan siapa orang itu Malam itu indah ucapnya singkat lalu bankit dari posisinya semula Bangunlah ucapnya sambil mengulurkan tangan Aku meraih tangannya dan bangkit dari posisiku. Dia tersenyum kearahku lalu kembali memandang kedepan, akupun hanya membalas dengan senyuman Kenapa kau benci malam? tanya nya. Malam itu menyeramkan. Aku tidak suka kalau harus ada malam, dia menyiksaku ucapku Dia terkekeh Itu karena kau tidak pernah menikmati malam lanjutnya Ken s POV 5
Entah kenapa, pagi ini aku ingin sekali ke bukit. Padahal sudah setahun lebih aku tidak pernah mengunjunginya. Ah ya aku Shim Rae Ken. Aku melihat seorang gadis dari kejauhan entah itu hanya halusinasiku atau bukan tapi dia mirip sekali dengan Minzy, mantanku yang sudah meninggal. Tidak, dia masih hidup di dalam hatiku. Aku mengajaknya berbincang-bincang sejenak. Ternyata benar, dia bukan Minzy Dia membenci malam, bahkan sangat membencinya. Dia adalah remaja yah kira-kira berumuran 17 atau 18 tahun lah dia bermata cokelat dan berambut hitam panjang 6