Ringkasan Eksekutif TELEKOMUNIKASI DAN INTERNET ANGGARAN TIK PEMERINTAH PUSAT INDUSTRI TIK PERDAGANGAN LUAR NEGERI KOMODITAS TIK SDM PENDIDIKAN BIDANG TIK HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BIDANG TIK
TELEKOMUNIKASI DAN INTERNET Pada tahun 2009 densitas TIK rata-rata negara-negara ASEAN meningkat menjadi sekitar 12,54 telepon tetap 79,63 selular, 3,66 pelanggan internet dan15,22 pengguna internet per 100 penduduk. Untuk keempat indikator TIK tersebut, densitas TIK Indonesia masih di bawah rata-rata ASEAN, dengan14,77 telepon tetap, 69,25 telepon selular, 0,74 pelanggan internet dan 8,70 pengguna internet per 100 penduduk ndonesia. Keberadaan fasilitas TIK di desa/kelurahan Indonesia tahun 2008 sangat bervariasi, baik untuk keberadaan telepon kabel, telepon umum, sinyal selular maupun keberadaan warnet. Terlihat perbedaan yang cukup signifikan antara keberadaan fasilitas telepon, dimana 87,14% desa/kelurahan telah terjangkau sinyal selular sedangkan baru 32,76% desa/kelurahan terjangkau layanan telepon kabel. Keterjangkauan fasilitas TIK di rumah tangga Indonesia tahun 2009 cukup bervariasi, dimana terlihat perbedaan yang cukup signifikan dalam ketersediaan fasilitas telepon, dengan 61,84% rumah tangga telah memiliki/menguasai (minimum 1) telepon selular (baik nasional maupun lokal/fwa), dan hanya 10,36% rumah tangga memiliki fasilitas telepon kabel dalam rumah tangganya. xiv
TELEKOMUNIKASI DAN INTERNET Penetrasi telepon Indonesia pada tahun 2009 mencapai 84,02 telepon per 100 penduduk, dengan penetrasi telepon tetap 14,77 dan telepon selular 69,25 per 100 penduduk. Pada periode 2007-2009 teledensitas Indonesia mengalami pertumbuhan sekitar 24,39% per tahun, di mana peningkatan teledensitas selular lebih pesat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 24,77% dibandingkan dengan telepon tetap dengan rata-rata pertumbuhan 22,54%. Pada tahun 2009 proporsi telepon tetap untuk umum (telepon umum) sekitar 1%, dari seluruh telepon tetap di Indonesia. Pelanggan nontelum berbasis kabel terdiri dari pelanggan residensial (79%), bisnis (21%) dan sosial (~0%). Sementara itu, pelanggan nirkabel dikelompokkan berdasarkan skema pembayaran pascabayar (3%) dan prabayar (97%). Sekitar 87% telum berupa warung telekomunikasi (wartel) dan 13% telum kartu/koin (TUKK). Trafik Sambungan Langsung Internasional (SLI) pada periode tahun 2005-2009 cenderung meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan 30,98% per tahun. Komposisi trafik panggilan internasional keluar-masuk, lebih didominasi trafik masuk, dimana pada tahun 2009, 74% trafik SLI (3.183 juta menit) adalah trafik masuk dan 26% (1.137 juta menit) adalah trafik keluar. xv
TELEKOMUNIKASI DAN INTERNET Peningkatan jumlah pelanggan selular Indonesia cukup pesat, dari sekitar 560 ribu pelanggan pada tahun 1996, hingga melampaui angka 160 juta pelanggan pada tahun 2009. Dengan demikian rata-rata pertumbuhan selular Indonesia dalam kurun waktu 1 dekade terakhir (2000-2009) sekitar 55% per tahunnya. Komposisi pelanggan selular Indonesia didominasi 97% pelanggan prabayar, dan sisanya 3% pelanggan pascabayar. Pada tahun 2009 rata-rata 8,40% dari rumah tangga Indonesia telah memiliki komputer. Terlihat dari grafik, persentase tertinggi rumah tangga yang memiliki komputer adalah rumah tangga di pulau Jawa, dengan persentase sebesar 10,93%. Sementara itu, yang terendah adalah rumah tangga di kawasan Bali dan Nusa Tenggara (7,93%). Moda akses internet, (anggota) rumah tangga Indonesia sangat bervariasi. Pada tahun 2009, persentase rata-rata rumah tangga Indonesia yang mengakses internet dari rumah adalah 2,74%. Persentase tertinggi rumah tangga mengakses internet dari warnet (6,69%) di bandingkan tempat lainnya, dimana wilayah dengan persentase akses internet tertinggi adalah di Jawa, sedangkan yang terkecil di Maluku Papua. xvi
TELEKOMUNIKASI DAN INTERNET Proporsi pelanggan internet Indonesia tahun 2009 adalah 9,47% dari seluruh pengguna internet. Dengan estimasi jumlah pengguna internet tahun sekitar 30 juta, densitas pengguna internet Indonesia adalah sekitar 12,97 pengguna per 100 penduduk. Dalam satu dekade terakhir (2000-2009) rata-rata pertumbuhan densitas pengguna internet adalah sekitar 44% per tahun. Estimasi jumlah pengguna internet Indonesia sampai pertengahan 2010 diperkirakan mencapai 33 juta. Walaupun pada tahun 2008 terjadi penurunan nama domain.id menjadi sekitar 33.627 nama domain, secara rata-rata dalam kurun waktu 2006-2010 terjadi peningkatan jumlah domain.id sebesar 19,82% per tahun. Jumlah subdomain terbanyak pada tahun 2010 adalah co.id (49%), lalu setelahnya web.id (26%) dan sch.id (9%), sedangkan sisanya sebesar 16% adalah or.id, go.id, ac.id, net.id dan mil.id. Pada pertengahan tahun 2010, dari 107 perusahaan terdapat sekitar 306 kantor Penyelenggara Jasa Internet (PJI) yang beroperasi di 80 kota di seluruh Indonesia. Setiap perusahaan dapat memiliki 1 atau lebih kantor PJI di daerah, dan sebaliknya beberapa kota dapat memiliki lebih dari 1 PJI. Di pulau Jawa, terdapat 194 kantor PJI yang beroperasi di 39 kota di Jawa, sedangkan di wilayah Papua Maluku terdapat 8 PJI di 6 kota di kawasan tersebut. xvii
ANGGARAN TIK PEMERINTAH PUSAT Belanja TIK Pemerintah Pusat untuk tahun anggaran 2010 mengalami kenaikan hampir Rp. 2 triliun atau kenaikannya sekitar 18,24% dibandingkan dengan belanja TIK pemerintah pusat untuk tahun anggaran 2009. Dengan melihat belanja TIK pada 3 (tiga) tahun anggaran, yaitu 2008, 2009, dan 2010, kecenderungan belanja TIK pemerintah pusat semakin naik. Menurut Peruntukannya, Belanja TIK Pemerintah Pusat disebarkan pada 5 (lima) Jenis Belanja. Dimana pada TA 2010 untuk Jenis Belanja Barang (kode akun 52) mengalami kenaikan yang sangat siginifikan (75,21%), dan mengambil proporsi terbesar dari Belanja TIK Pemerintah Pusat. Pada Tahun Anggaran 2010, Belanja TIK terbesar yang dikeluarkan menurut fungsi adalah Fungsi Ekonomi (04) sebesar Rp.4,3T atau sekitar 33,28% dari Total Belanja TIK Pemerintah Pusat. Kedua adalah Fungsi Pelayanan Umum (01) dengan realisasi belanja sebesar Rp. 3,4T (26,93%), lalu Fungsi Keamanan dan Ketertiban (03) dengan Rp. 2.1T (16,5%) dan Fungsi Pendidikan (10) dengan Rp. 1,1T (8,7%). xviii
INDUSTRI TIK Lima propinsi terbesar dalam jumlah industri Menengah dan Besar Jaringan dan Jasa Telekomunikasi pada tahun 2009 ada di propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. Jawa Barat mempunyai jumlah industri terbanyak (227 buah; 15,3%). Industri Jasa Jaringan Telepon Bergerak Seluler merupakan Industri Menengah dan Besar (IMB) utama pada tahun 2009 dalam kategori Industri Jaringan dan Jasa Telekomunikasi yang direpresentasikan dalam bentuk banyaknya jumlah usaha. Jumlah usaha pada industri ini mencakup 68,6% dari total jumlah usaha yang ada. Jawa Barat merupakan propinsi dengan usaha Industri Menengah dan Besar Manufaktur TIK terbanyak dengan 124 buah perusahaan (39% dari total industri manufaktur TIK Indonesia). Walaupun demikian, secara rata-rata tiap perusahaan manufaktur TIK di Jawa Barat bukan penyerap terbanyak tenaga kerja. Tiap industri di Kep Riau menyerap tenaga kerja terbanyak dengan nilai rasio 859 (tiap 1 perusahaan menyerap rata-rata 859 tenaga kerja). xix
INDUSTRI TIK Kab. Bekasi dan Kota Batam keduanya bersama-sama memiliki 47,8% IMB manufaktur TIK. 27 kabupaten/kota lainnya memiliki 52,2% sisanya secara bersama-sama. Sedangkan Kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) memiliki 47,2% dari total industri manufaktur TIK Indonesia dengan 52,7% diantaranya terletak di Kab. Bekasi. Pola Biaya Input, Nilai Output, dan Nilai Tambah pada tahun 2008 mirip seperti pola pada tahun 2006, namun dengan nilai sedikit lebih rendah pada tahun 2008. Walaupun Biaya Input dan Nilai Output pada tahun 2008 jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun 2004, akan tetapi Nilai Tambah yang dihasilkan pada tahun 2008 tidak jauh berbeda dengan tahun 2004. Sejak tahun 2004 nilai persentase pada PMA menurun sekitar 2%. Jika pada tahun 2004 nilai persentasenya adalah 8,87%, maka pada tahun 2008 nilainya hanya tinggal 6,82%. xx
PERDAGANGAN LUAR NEGERI KOMODITAS TIK Walaupun Persentase kenaikan ekspor pada tahun 2009 kecil, tetapi pertumbuhannya positif jika dibandingkan total ekspor Indonesia untuk semua komoditas pada tahun 2009 yang mempunyai pertumbuhan negatif sebesar 17,6%. Singapura merupakan negara tujuan ekspor utama untuk komoditas ini dengan nilai persentase pada tahun 2009 sebesar 23% atau setara dengan USD 1,51 miliar. Nilai ini mencapai 14,76% dari total ekspor semua komoditas ke Singapura (USD 10,26 miliar). Impor dari 10 negara utama asal impor komoditas TIK tahun 2009, sebagian besar mengalami penurunan nilai (9 dari 10 negara). Hanya impor dari negara China yang mengalami sedikit persentase penurunan yaitu sekitar 4,1%. xxi
PERDAGANGAN LUAR NEGERI KOMODITAS TIK Penurunan terbesar ekspor baik dalam jumlah dan persentase pada tahun 2009 terjadi pada ekspor ke negara ASEAN; sedangkan penurunan terbesar nilai impor terjadi dari negara APEC dan penurunan persentase terbesar terjadi pada impor dari negara UE(Uni Eropa). Komoditas Peralatan Audio dan Video pada tahun 2009 mengalami surplus sebesar USD 2,48 miliar. Nilai surplus ini merupakan nilai surplus terbesar selama periode tahun 2005-2009. Nilai surplus ini hampir tiga kali lipat nilai surplus pada tahun 2008. Surplus perdagangan komoditas TIK dengan Amerika Serikat pada tahun 2009 mencapai 2 kali lipat surplus pada tahun sebelumnya; sedangkan China merupakan negara yang selalu mendatangkan defisit neraca perdagangan komoditas TIK selama periode tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, defisit perdagangan dengan negara China lebih dari separuh total defisit (51,1%). xxii
SDM PENDIDIKAN TIK Pada tahun ajaran 2008/2009 Perguruan Tinggi di Indonesia berjumlah 3.131 buah, dari jumlah tersebut terbesar adalah Sekolah Tinggi, yaitu sebanyak 1.376 buah atau 43,95% dari seluruh Perguruan Tinggi, dan yang terkecil adalah Institut sebanyak 65 buah atau 2,08%. Sebesar 27,25% dari 3.083 Perguruan Tinggi menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang TIK, dengan jumlah dosen tetap di bidang TIK sebanyak 15.165 atau 5,68% dari 266.762 dosen tetap dan jumlah mahasiswa aktif bidang TIK adalah sebanyak 386.092 orang (11,95% dari total mahasiswa). Dari 840 Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang TIK, 37,86% (terbanyak) di antaranya berbentuk Universitas dan 13,21%(terkecil) berbentuk Politeknik. Di 840 Perguruan Tinggi tersebut diselenggarakan 1.812 program studi di bidang ilmu TIK, yang tersebar pada Universitas sebanyak 693 program studi (38,25%), dan terkecil adalah Institut sebanyak 84 (4,64%) xxiii
SDM PENDIDIKAN TIK Program Studi bidang TIK jika dilihat berdasarkan strata pendidikan pada tahun ajaran 2008/2009, mayoritas berada pada strata pendidikan S1 sebanyak 954 program studi atau 53% dari program studi TIK di perguruan tinggi, dan yang terendah ada pada strata S3 dan D2 masingmasing sebanyak 8 program studi. Jumlah mahasiswa aktif bidang TIK terbanyak pada Program Studi Informatika.Pada program ini jumlah mahasiswanya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Program Studi TIK dengan jumlah mahasiswa paling sedikit adalah program studi Telekomunikasi dengan jumlah mahasiswa yang cukup fluktuatif dalam 3 tahun belakangan. Persentase SMK TIK di Indonesia sebesar 24,86% dari SMK yang ada di Indonesia. Diantara berbagai wilayah Indonesia, jumlah SMK terbanyak yang menyelenggarakan bidang studi TIK adalah di wilayah Jawa. xxiv
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL TIK Permintaan Paten Teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia selama periode 2003-Agustus 2009, meliputi 12,12% dari total permintaan paten, di mana pada tahun 2005 merupakan tahun dengan jumlah permintaan paten TIK terbanyak selama periode tersebut. Permintaan paten produk/metoda TIK yang termasuk dalam 2 kelas klasifikasi IPC, yaitu dalam seksi G (Physics) dan seksi H (Electricity). Pada periode 2003- Agustus 2009, persentase permintaan paten TIK yang termasuk dalam seksi H lebih besar (59%) yang masuk dalam seksi G (41%). Secara lebih rinci, dengan pengelompokan paten TIK berdasarkan OECD yang terdiri dari 4 kelompok produk/metoda, sebagian besar permintaan paten pada periode 2004-Agustus 2009 merupakan permintaan paten produk telekomunikasi (48%). Selanjutnya, permintaan paten kelompok peralatan komputer perkantoran adalah 20%, produk elektronik dan produk TIK lainnya masingmasing, 17% dan 15%. xxv
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL TIK Dilihat dari negara asal perusahaan peminta paten, perusahaan dari Amerika Serikat mendominasi permintaan paten produk TIK, untuk produk telekomunikasi, peralatan komputer perkantoran dan produk TIK lainnya, sedangkan untuk peralatan elektronik perusahaan Jepang banyak mengajukan paten. Salah satu jenis hak kekayaan intelektual adalah hak cipta atas penciptaan terhadap suatu karya, baik karya seni, sastra, ilmu pengetahuan, maupun karya penciptaan program komputer yang merupakan salah satu bidang dalam TIK. Pada periode 2003- Agustus 2009, hak cipta program komputer adalah sekitar 2% dari seluruh permintaan hak cipta di Indonesia, atau sejumlah 1.823 permintaan hak cipta program komputer. WIPO mengklasifikasikan disain industri dalam 32 kelas dan 223 sub-kelas, dimana untuk TIK ada pada kelas 14, Recording, Communication dan Information Retrieval Equipment. Pada kelas tersebut terdapat 3 subkelas yaitu 14.1,14.2,14.3, 14.4. Tahun 2005 terjadi pendaftaran terbanyak untuk disain industri TIK, yaitu 32% dari pendaftaran disain industri tahun 2003-Agustus 2009. xxvi