Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Siswa Sdn Sawahan I/340 Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah dengan makan.

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

ABSTRAK. Hubungan Sarapan Dan Tidak Sarapan Terhadap Indeks Prestasi Dan Kecerdasan Emosi Pada Siswa/I SMU X Di Bandung

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

JURNAL MEYKE R. DOMILI NIM :

ABSTRAK HUBUNGAN SARAPAN DENGAN TINGKAT KONSENTRASI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011 DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. merasa lelah dan sulit untuk berkonsentrasi pada sore harinya, penelitian

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar merupakan proses pemusatan perhatian dan. untuk memilih dan fokus pada suatu objek yang dipandang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID SD NEGERI DI KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makan. Selain itu anak sekolah umumnya tidak pernah lepas dari makanan jajanan, karena anak

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU AKUNTANSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMA SWASTA SE-KOTA PEKANBARU

BAB 2 DATA DAN ANALISA

*Hp: /

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. Keywords: learning achievement, routine breakfast, school aged children

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

PENGARUH PENYULUHAN GIZI DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SARAPAN PAGI SISWA SEKOLAH DASAR

KEBIASAAN SARAPAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWASD

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap

BAB I PENDAHULUAN. pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK. 2008, Sarapan atau breakfast (dalam bahasa Inggris), break (istirahat)

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA ABSTRAK

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU SARAPAN PAGI PADA ANAK SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH PONOROGO. Oleh: ALUN ALIKA NIM

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UNIVERSITAS RIAU

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ENERGI SARAPAN PAGI DAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR (Studi di Kelas IV dan V SD Negeri 4 Cikoneng Kabupaten Ciamis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. orang yang mual setelah sarapan pagi karena tidak terbiasa. Alasan tidak

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK N 1 PAYAKUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN PERILAKU SARAPAN PADA SISWA(I) SMU. 1. Apakah yang saudara ketahui tentang gizi seimbang?

Pengaruh Kondisi Ekonomi keluarga, Motivasi Belajar, dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa. Sri Rejeki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik pada pagi hari. Sarapan pagi termasuk dalam 10 Pedoman Umum Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG. Identitas Responden

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

HUBUNGAN METODE MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

Transkripsi:

Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Siswa Sdn Sawahan I/340 Surabaya Fahrul Rahma fahrulrahma_fr@yahoo.co.id Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Abstrak Belajar merupakan unsur yang sangat mendasar dalam proses belajar mengajar, dan dalam belajar tersebut mutlak dibutuhkan konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar ikut serta dalam menentukan prestasi belajar. Pada usia sekolah banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, salah satunya adalah masalah kecukupan gizi. Cara memperbaiki masalah kecukupan gizi anak sekolah agar prestasi belajar tidak terganggu, dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pola makan di keluarga. Salah satunya dengan menekankan kebiasaan sarapan pagi. Sarapan pagi memberikan 13 % kontribusi pada gizi seimbang, sehingga dapat membantu meningkatkan kinerja otak dalam mengingat dan menangkap materi pelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menjelaskan ada tidaknya hubungan antara sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa-siswi kelas IV, SDN Sawahan I/340 Surabaya. Penelitian ini bersifat penjelasan dengan menggunakan metode statistik deskriptif dan analisis nutrisi survey. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Sampel pada penelitian ini berjumlah 66, terdiri dari 36 laki-laki dan 30 perempuan yang nantinya akan dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara (i) ekonomi keluarga dengan kebiasaan sarapan pagi dan (2) kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar. Kata kunci : ekonomi keluarga, sarapan pagi, prestasi belajar, anak sekolah dasar. Abstract Learning is a fundamental element in the learning process, and it absolutely requires learning concentration. Learning concentration takes part in determining the learning achievement. At school age, many factors influence learning achievement, one of which is nutritional adequacy issues. In order to fix the nutritional adequacy issue of the students that learning achievement is not disturbed, it can be carried out by improving the dietary habit in the family. One of them is by emphasizing the habit of breakfast. Breakfast provides 13% contribution to a balanced nutrition, as a result it is able to assist the performance of the brain in memorizing and comprehending the course materials. The purpose of this study was to demonstrate and elucidate the relationship between breakfast and students academic achievement of class IV, SDN Sawahan I / 340 Surabaya. This study was an explanation by using descriptive statistics method and analysis of nutrition survey. The data collection in this study was conducted by observing and interviewing by using questionnaires. The samples in this study were 66, they consisted of 36 men and 30 women who would be segregated by sex. The data analysis in this study was descriptive analysis. The result indicated that there was a significant relationship between (1) family economics with breakfast habit and (2) breakfast habit with academic achievement. Keywords: academic achievement, breakfast, elementary school students, family economics. AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 576

Pendahuluan Manusia dituntut untuk selalu memenuhi kebutuhannya, karena itulah manusia tidak pernah berhenti untuk beraktivitas, mulai dari pagi hingga sore hari, bahkan terkadang sampai tengah malam. Seperti halnya, siswa yang mengikuti proses belajar mengajar dari pagi hingga siang hari, dimana pada pagi hari adalah waktu dimana siswa mulai melakukan aktivitasnya. Siswa memerlukan energi sebagai pendorong atau penggerak untuk melakukan aktivitas. Energi manusia diperoleh dari makan pagi ini dikarenakan kalori tubuh manusia sangat rendah di pagi hari. Yudi berpendapat (2008 dalam Sukiniarti 2015:316) bahwa makan pagi memiliki manfaat dalam memberi energi untuk otak, sarapan dapat membantu meningkatkan daya ingat dan konsentrasi sebelum tiba waktunya makan siang dan sebagai pengganti waktu malam yang tidak terisi oleh makanan setelah tidur selama kurang lebih 8 jam. Oleh karena itu, zat gula dalam tubuh akan menurun, maka sarapan merupakan cara untuk menggantikan energi yang di butuhkan oleh tubuh. Hasil penelitian Auliana, (2012) dalam Sukiniarti (2015:316) mengatakan bahwa untuk mengoptimalkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kepandaian, dan kematangan sosial diperlukan komposisi seimbang antara karbohidrat (45%-65%), protein (10%- 25%), lemak (30%), dan berbagai macam vitamin lain. Oleh karenanya, di pagi hari setelah seseorang tidak mengkonsumsi makanan selama 12 jam, kadar gula darah dalam tubuh menjadi menurun. Padahal, glukosa dalam darah adalah satu-satunya penyuplai energi bagi otak untuk bekerja secara optimal. Bila glukosa darah anak rendah, apalagi sampai di bawah 70 mg/dl (hipoglekemia), maka akan terjadi penurunan konsentrasi belajar, tubuh menjadi melemah, pusing dan gemetar. Selain itu, jika dibandingkan dengan organ tubuh lainnya, otak adalah pengguna energi terbesar dalam tubuh manusia. Sarapan juga mempengaruhi kinerja otak, Menurut Yudi (2008) dalam Sukiniarti (2015:316) mengatakan bahwa makan pagi memiliki manfaat dalam memberi energi untuk otak, sarapan dapat membantu meningkatkan daya ingat dan konsentrasi sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak, hal ini didukung dengan pendapat Klienman (2013) dalam Sukiniarti (2015:315) yang menunjukkan bahwa makan pagi berkaitan erat dengan kecerdasan mental, artinya makan pagi memberikan nilai positif bagi AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 577

aktivitas otak, otak dapat berfungsi secara optimal. Secara tidak langsung, dapat memberikan pengaruh positif terhadap diri manusia dalam menjalakan aktifitasnya sehari-hari. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan ada tidaknya hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar siswa. Melalui penelitian ini, diharapkan mampu mengungkap dan menjelaskan yang terjadi di lapangan, Berkaitan dengan pernyataan penelitian, bahwa kebiasaan makan pagi memberikan kontribusi yang positif bagi seseorang, terutama bagi anak sekolah. Metode Desain penelitian ini adalah koresional, di lakukan di SDN Sawahan I/340 Surabaya. Sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV yang berusia 9-11 tahun, dengan kreteria bersedia menjadi sampel penelitian dan sarapan pagi. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan teknik total sampling. Teknik ini di gunakan oleh peneliti karena peneliti ingin mengambil semua anggota populasi untuk menjadi bagian dari sampel penelian (Sugiono, 2010). Data penelitian ini berkaitan dengan karakteristik sampel dan variabel penelitian yang meliputi jenis kelamin, usia, kalori sarapan pagi dan aktivitas sehari-hari. Jenis kelamin dan usia diperolehdan di kumpulkan dengan menggunakan form penelitian. Pada kalori sarapan pagi dan aktifitas siswa di peroleh dari hasil observasi dan wawancara, untuk mengetahui besar kalori sarapan pagi di bedakan dalam 3 kategori yaitu kurang, baik dan berlebih. Penelitian tersebut menggunakan nutrisi survey untuk menghitung kalori. Hasil Penelitian Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang baik untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga merupakan pendidikan yang sempurna baik secara sifat dan wujudnya, untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, pengajar dan pemberi contoh (Tirtaraharja dan Sulo, 2000: 169). Ekonomi Keluarga AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 578

Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dalam mendidik dan mempengaruhi perkembangan budi pekerti anak. Yerikho (2007) menyatakan, keluarga sangat mempengaruhi pendidikan anak, pada umumnya anak yang berasal dari keluarga menengah atas, akan lebih mendapatkan pengarahan dan bimbingan yang baik dari orang tuanya, sebaliknya anak yang berlatar belakang dari keluarga yang berekonomi rendah, anak akan cenderung kurang mendapatkan bimbingan dan pengarahan yang cukup dari orang tuanya, karena orang tuanya akan lebih memusatkan perhatiannya pada bagaimana caranya untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal, motivasi dari keluarga merupakan faktor eksternal yang sangat di butuhkan anak dalam mencapai hasil belajar yang maksimal. Soekanto (2001), ekonomi merupakan posisi seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan lingkungan pergaulan, prestasi, hak dan kewajiban yang berkaitan dengan sumber daya. Ekonomi dapat diartikan berbagai yang menyangkut kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas sangat erat hubungannya dengan kondisi ekonomi keluarga. Kondisi ekonomi keluarga dapat ditinjau dari status perekonomian keluarga, baik dari penghasilan maupun mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Berdasarkan penggolongannya, BPS (2008) membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu: 1) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata dibawah Rp 1.500.000,00 per bulan 2) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 1.500.000 s/d Rp 2.500.000,00 per bulan 3) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 2.500.000,00 s/d Rp 3.500.000,00 per bulan 4) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000,00 per bulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan diperoleh 11.1% siswa dan 10 % siswi golongan pendapatan sangat tinggi, 30.6 % siswa dan 33.3 % siswi golongan pendapatan tinggi, 33.3 % siswa dan 33.3 % siswi golongan pendapatan sedang dan 25 % siswa dan 23.4 siswi golongan pendapatan rendah. Distribusi variabel Kategori Ekonomi AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 579

Keluarga Siswa-Siswi dapat dilihat pada table III.1. Tabel III.1 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kategori Ekonomi Keluarga Siswa-Siswi >3.50 0.000 2.500.000 3.500.000 1.500.000 2.500.000 < 1.500.000 SISWA (Laki- Laki) SISWI (Perempua n) N % N % 4 11.1 3 10 11 30.6 12 33.3 1 0 1 0 33.3 33.3 9 25 7 23.4 Kebiasaan sarapan pagi adalah suatu perbuatan yang di lakukan siswasiswi secara berulang-ulang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan dengan jumlah kalori 20 % - 30 % dari total kebutuhan konsumsi makanan dalam satu hari dan di lakukan secara teratur (Yuliati dkk, 1999: 4) Makan pagi merupakan kegiatan yang harus dipenuhi oleh setiap individu karena dalam melakukan aktivitas manusia membutuhkan energi. Anak usia Sekolah Dasar (SD), yang dikategorikan masih dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan, oleh karena itu makan pagi atau sarapan mutlak sangat diperlukan untuk menunjang aktivitasnya, terutama di jam-jam belajar di sekolah, Sukarniati (2015: 315) Menurut Kleinman (2013) dalam Kurniati (2015: 315), bahwa anak yang tidak sarapan pagi cenderung tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar. Sutarno (2007), mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif anak usia 7-11 tahun sudah lebih mampu berpikir, belajar, mengingat dan berkomunikasi, karena proses kognitif mereka tidak terlalu egosentris lagi dan sudah lebih logis. itu semua perlu ditunjang dalam hal makanan yang bergizi dalam asupan makanan setiap makan pagi (setiap hari) agar maksimal perkembangan kognitifnya. Berikut distribusi variabel kalori pada sampel lakilaki dan perempuan dapat dilihat pada tabel III.2 dan tabel III.3. Tabel III.2 Distribusi Variabel Kalori dan Prestasi Siswa Kalori Prestasi Jumlah A A- B+ B AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 580

Kurang - - 3 9 11 Baik - 5 7 9 21 Kelebihan - - 3-3 Berdasarkan tabel III.2 dapat lihat distibusi variabel kalori dan prestasi siswa laki-laki, terdapat sampel kalori baik dengan tingkat prestasi 5 sampel kalori baik tingkat prestasi A-, 7 sampel kalori baik dengan tingkat prestasi B+ dan 9 sampel kalori baik tingkat prestasi B-, sampel kalori kurang dengan tingkat prestasi 3 sempel kalori kurang tingkat prestasi B+ dan 9 sampel kalori kurang tingkat prestasi B- dan sampel kalori kelebihan dengan tingkat prestasi 3 sampel kalori kelebihan tingkat prestasi B+. Gambar III.1 Diagram Sarapan Pagi dan Prestasi Laki-Laki Angka 4 = Nilai B Sarapan : 0-370 = kalori yang masuk ke tubuh (kurang) 370-570 = kalori yang masuk ke tubuh (baik) >570 = kalori yang masuk ke tubuh (berlebih) Pada diagram III.1 sarapan dan prestasi laki-laki menunjukkan bahwa sarapan menentukan tingkat prestasi mereka di mana siswa dengan nilai A- memiliki 400-500 kalori yang di mana kalori tersebut mereka dapat saat mereka mengkonsumsi sarapan pagi dan siswa dengan tingkat prestasi mereka di mana siswa dengan nilai B lebih signifikan memiliki 50-370 kalori yang di mana kalori tersebut mereka dapat saat mereka mengkonsumsi air teh dan kue saja, oleh sebab itu kebiasaan sarapan pagi menentukan tingkat prestasi belajar siswa di sekolah. Tabel III.3 Keterangan : Angka 1= Nilai A Angka 2 = Nilai A- Angka 3 = Nilai B+ Distribusi Variabel Kalori dan Prestasi perempuan Kalori Prestasi Jumlah A A- B+ B Kurang - 1 5 10 16 Baik 2 4 5 1 12 Kelebihan - 2 - - 2 AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 581

Dari tabel III.3 dapat dilihat distribusi variabel kalori dan prestasi siswi perempuan, terdapat sampel kalori baik dengan tingkat prestasi 2 sampel kalori baik tingkat prestasi A, 4 sampel kalori baik dengan tingkat prestasi A-, 5 sampel kalori baik tingkat prestasi B+ dan 1 sampel kalori baik tingkat prestasi B, terdapat sampel kalori kurang dengan tingkat prestasi 1 sampel kalori kurang tingkat prestasi A-, 5 sampel kalori kurang dengan tingkat prestasi B+ dan 10 sampel kalori kurang tingkat prestasi B- dan terdapat sampel kalori kelebihan dengan tingkat prestasi 2 sampel kalori kelebihan tingkat prestasi A. Gambar III.2 Diagram distribusi prestasi dengan kalori perempuan. Keterangan : Angka 1 = Nilai A Angka 2 = Nilai A- Angka 4 = Nilai B Sarapan : 0-370 = kalori yang masuk ke tubuh (kurang) 370-570 = kalori yang masuk ke tubuh (baik) >570 = kalori yang masuk ke tubuh (berlebih) Tabel IV.1 Tabel Kalori Sarapan pagi siswa laki-laki. Pada diagram III.2 sarapan dan prestasi perempuan menunjukkan bahwa sarapan menentukan tingkat prestasi mereka di mana siswa dengan nilai A memiliki 400-450 kalori yang di mana kalori tersebut mereka dapat saat mereka mengkonsumsi sarapan pagi dan siswa dengan tingkat prestasi mereka di mana siswa dengan nilai B memiliki 90-370 kalori yang di mana kalori tersebut mereka dapat saat mereka mengkonsumsi air teh dan kue saja, oleh sebab itu kebiasaan sarapan pagi menentukan tingkat prestasi belajar siswa di sekolah. Pembahasan Sampel Laki Laki Angka 3 = Nilai B+ AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 582

Kalori Sehari Kalori 20%/ Hari Sarapan Selisih 20% dari Sarapan 2392 478 455-23 3 1777 355 395 40 2 3003 600 500-100 3 2412 482 450-32 2 2021 404 100-304 4 1945 389 472 83 2 1806 361 100-261 4 1971 394 320-74 4 1848 369 500 131 3 2355 471 550 79 4 1788 357 490 133 4 2106 421 481 60 3 2029 405 100-305 4 2449 489 430-59 3 2284 456 395-61 4 2170 433 350-83 4 2124 424 410-14 4 2093 418 420 2 2 3290 657 453-222 3 2455 491 230-261 4 3102 620 284-336 3 2465 492 464-28 3 2742 548 498-50 3 2064 412 50-362 4 2843 568 590 22 3 2111 422 390-32 4 2416 483 400-83 4 2274 454 66-388 4 2291 458 56-402 4 2277 455 72-383 3 2580 516 476-40 2 2265 453 665 212 3 2089 417 66-351 4 2277 455 450-5 4 1650 330 468 138 4 2311 462 640 178 3 Prestasi Keterangan : 1. Makan Pagi : 1 = Sarapan 2 = Tidak Sarapan 2. Prestasi : 1 = A 2 = A- 3 = B+ 4 = B Berdasarkan tabel IV.1 dapat lihat Kalori Sarapan pagi siswa laki-laki, dimana kalori dapat dilihat distribusi kalori dan prestasi siswa bahwa terdapat siswa dengan selisih kalori sarapan kurang banyak / -304 mendapatkan nilai B, siswa dengan selisih kalori sarapan kurang sedang / -100 mendapatkan nilai B+, siswa dengan selisih kalori sarapan kurang banyak / -32 mendapatkan nilai A-. Hal itu semua memperlihatkan bahwa anak yang kurang kalori di tidak mendapatkan energi untuk menyerap pelajaran. Perut yang tidak terisi saat memulai aktifitas menjadi siswa lemas dan malas untuk memulai kegiatan, tetapi ada anak yang kalori sarapannya kuarang mendapatkan nilai A- hal tersebut juga tidak mengabaikan masalah kecerdasan individu. Siswa dengan selisih kalori sarapan lebih sedikit / +40 mendapatkan nilai A- dan siswa dengan selisih kalori sarapan AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 583

lebih sedikit / +212 mendapatkan nilai B+. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan perut yang terisi makanan membuat anak bisa berkonsentrasi yang menyebabkan prestasi mereka baik. Kalori sarapan berlebih juga tidak menjamin prestasi mereka di mana itu terlihat anak dengan kalori yang berlebih banyak mendapatkan nilai di bawah. Siswa yang terlalu kenyang menyebabkab anak mengantuk hal tersebut mempengaruhi prestasi siswa dikarenakan, saat belajar mereka tidur dan tidak memperhatikan pelajaran yang menyebabkan anak tersebut mendapatkan nilai kurang baik. Sampel Perempuan Tabel IV.2 Tabel Kalori Sarapan pagi siswi Perempuan. 2395 479 130-349 3 2465 493 402-91 1 2455 491 500 9 3 2205 440 462 22 3 2089 417 449 32 2 2185 437 200-237 2 2729 545 66-479 4 2470 494 590 96 2 3074 614 120-494 4 1969 393 408 15 1 2060 412 320-92 3 2480 496 191-305 4 2615 522 130-392 4 2470 494 98-396 4 2480 498 105-393 4 1968 394 66-328 4 1977 396 420 24 3 2045 409 110-299 4 2100 420 480 60 3 Keterangan : 1. Makan Pagi : 1 = Sarapan 2. Prestasi : 1 = A 2 = Tidak Sarapan 2 = A- Kalori Sehari Kalori 20% Sarapa n Selisih 20% dari Sarapan Pre stas i 3 = B+ 4 = B 1900 380 398 18 2 2265 453 120-333 4 2153 431 191 240 4 1794 359 459 100 4 2181 436 485 49 3 2111 422 600 178 2 1775 355 500 145 2 2080 416 420 4 2 2080 416 355-61 3 2153 431 354-77 3 1957 391 120-271 3 Berdasarkan tabel IV.2 dapat lihat Kalori Sarapan pagi siswa perempuan, dimana kalori dapat dilihat distribusi kalori dan prestasi siswa bahwa terdapat siswa dengan selisih kalori sarapan kurang banyak / -479 mendapatkan nilai B, siswa dengan selisih kalori sarapan kurang sedang / -177 mendapatkan nilai B+, siswa AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 584

dengan selisih kalori sarapan kurang banyak / -91 mendapatkan nilai A. Hal itu semua memperlihatkan bahwa anak yang kurang kalori di tidak mendapatkan energi untuk menyerap pelajaran. Perut yang tidak terisi saat memulai aktifitas menjadi siswa lemas dan malas untuk memulai kegiatan, tetapi ada anak yang kalori sarapannya kuarang mendapatkan nilai A hal tersebut juga tidak mengabaikan masalah kecerdasan individu. Siswa dengan selisih kalori sarapan lebih sedikit / 15 mendapatkan nilai A dan siswa dengan selisih kalori sarapan lebih banyak / +240 mendapatkan nilai B. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan perut yang terisi makanan membuat anak bisa berkonsentrasi yang menyebabkan prestasi mereka baik. Kalori sarapan berlebih juga tidak menjamin prestasi mereka di mana itu terlihat anak dengan kalori yang berlebih banyak mendapatkan nilai di bawah. Sarapan pagi terbukti mampu membuat anak-anak lebih konsentrasi saat belajar di sekolah. Sarapan pagi yang dimaksud disini tentunya asupan gizi yang dikonsumsi memenuhi keperluan untuk hidup sehat. zat-zat makanan yang berguna bagi kesehatan. Maka anak yang kurang gizi mudah lelah, tidak mampu berpikir, dan tidak berkonsentrasi penuh dalam belajar. Mereka banyak makan karena kegiatannya menuntut energi yang banyak. Oleh karenanya apabila asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan tubuh, maka akan membuat aktivitas mereka berkurang, termasuk cara belajar dan konsentrasi mereka terhadap pelajaran. Menurut Khomsan (2010), sarapan pagi sangat bermanfaat bagi kesehatan, salah satunya bagi anak sekolah. Sarapan pagi dapat membantu meningkatkan konsentrasi, ini terjadi karena pasokan nutrisi yang dimiliki dari sarapan pagi dapat membantu meningkatkan kinerja otak. Hasil penelitian Auliana,R (2012) mengatakan bahwa untuk mengoptimalkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kepandaian, dan kematangan sosial diperlukan komposisi seimbang antara karbohidrat (45%-65%), protein (10%- 25%), lemak (30%), dan berbagai macam vitamin lain. Kalori tersebut di dapatkan pada saat siswa dan siswi sarapan pagi. Banyak faktor yang menyebabkan anak tidak suka makan pagi. Hasil penelitaian Sukiniarti (2015:318) penyebab anak tidak mau makan pagi yaitu (1) karena tidak terbiasa makan pagi sejak kecil, sehingga anak tersebut di beri uang saku untuk jajan di sekolahan, (2) anak tidak sempat makan pagi, anak hanya minum air dan makan kue, (3) tidak ada AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 585

waktu untuk makan pagi, disebabkan karena anak bangun kesiangan, sehingga anak di beri uang saku untuk jajan di sekolah. Temuan data di lapangan anak juga akan mengkonsumsi makanan yang mereka sukai saja, seperti halnya observasi di lapangan nasi goreng adalah menu vaforit anak saat sarapan dengan tambah daging ayam maupun telur goreng di atasanya. Berdasarkan temuan data pada penelitian, adanya temuan di mana anak yang makan pagi mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dan anak yang tidak makan pagi mendapatkan nilai yang lebih baik dari anak yang makan pagi. Hal tersebut memungkinkan adanya faktor lain selain makan pagi yang membuat prestasi anak menjadi baik.. Faktor yang mempengaruhi prestasi yaiti Lingkungan internal berkaitan dengan faktor fisik dan psikis, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan proses interaksi antara anak dengan orang tua, murid dengan guru serta ruang kelas yang menunjang proses belajar. Hasil belajar diperoleh melalui proses evaluasi dalam bentuk ujian yang dilaksanakan setiap materi yang dibahas selesai. Menurut Purwanto (2007:41), hasil belajar setiap individu berbeda, baik tidaknya hasil belajar yang diperoleh individu dipengaruhi oleh faktor fisik, psikis dan lingkungan. Keadaan ekonomi keluarga juga berpengaruh terhadapat prestasi belajar siswa. Pada keluarga yang ekonominya kurang mungkin dapat menyebabkan anak kekurangan gizi, kebutuhan-kebutuhan anak mungkin tidak dapat terpenuhi. Selain ekonomi yang berada di bawh menyebabkan suasana rumah menjadi tidak menyengkan untuk belajar, tetapi itu semua tidak selalu seperti itu. Kesulitan ekonomi bisa menjadi faktor pendorong anak untuk berhasil. Menurut Slameto (1991) keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan hasil belajar anak. Pada ekonomi anak yang berlebih tidak akan menyebabkan kesulitan belajar di karenakan Kebutuhan-kebutuhan anak harus terpenuhi adalah makanan, pakaian, kesehatan, dan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, buku-buku. Fasilitas belajar ini hanya dapat terpenuhi jika orang tuanya mempunyai cukup uang. Anak yang sedang belajar memerlukan fasilitas belajar. Fasilitas tersebut tidak akan di dapat bila orang tua mereka ekonomi sangat tinggi. Temuan data lapangan juga menunjukkan bahwa, terdapat anak yang ikut membantu pekerjaan orang tuanya di karenakan orang AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 586

tuanya denagan penghasilan rendah. Hal tersebut membuat anak tidak dapat belajar dikarenakan membantu orang tua mereka. Dalam lingkungan status sosial ekonomi rendah, interaksi antara orang tua dan anak lebih sedikit di karenakan orang tua lebih giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya daripada interaksi antara anak dengan orang tua dengan status ekonomi tinggi di karenakan adanya waktu antara anak dan orang tua untuk bertukar pendapat dan tanya jawab saat-saat tertentu (sukadji, 2000). Simpulan Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa siswi. siswa dengan selisih kalori sarapan kurang banyak mendapatkan nilai B, siswa dengan selisih kalori sarapan kurang sedang mendapatkan nilai B, siswa dengan selisih kalori sarapan kurang mendapatkan nilai A dan Siswa dengan selisih kalori sarapan lebih sedikit mendapatkan nilai A. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kalori sarapan pagi menentukan prestasi belajar mereka akan tetapi tidak berlebihan dalam kalori sarapan pagi yang membuat anak menjadi mengantuk dan malas belajar, tetapi tidak mengabaikan kecerdasan individual. Daftar Pustaka (BPS), B.P.S., 2008. Analisis Perkembangan Statistik Ketenagakerjaan (Laporan Sosial Indonesia 2007). Jakarta: Badan Pusat Statistik. Khomsan, A., 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Gramedia Pusaka Utama Purwanto, M.N., 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soekanto, S., 2001. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Grafindo Persada. Sugiyono, 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta. Tirtaharardja, U. & Sulo, 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Yerikho, J., 2007. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Pendidikan Anak. Penelitian Pendidikan UPI Bandung. Yuliati, d., 1999. Kebiasaan Makan PagiHubungannya Dengan Kondisi Psikologis Tubuh Pada Anak-Anak Murid SD. Skripsi. Yogyakarta: Keguruan dan Pendidikan. AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 587