KATA KERJA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SANGGAU DI MELIAU

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS REDUPLIKASI BAHASA MELAYU DIALEK RESUN KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA

AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

Oleh: RIA SUSANTI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK TAMBELAN KABUPATEN BINTAN

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM.

ANALISIS MORFEM BEBAS DAN MORFEM TERIKAT SUB DIALEK MELAYU PANCUR KABUPATEN LINGGA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUB DIALEK MANTANG BESAR KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

ANALISIS REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA DALAM DIALEK BAHASA MELAYU DESA PENGUJAN KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

DERIVASI DALAM ROMAN DI BAWAH LINDUNGAN KA BAH KARYA HAMKA JURNAL

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS AFIKSASI SUB DIALEK MELAYU TEMBELING KAMPUNG GUNTUNG KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

ANALISIS PENGGUNAAN KONFIKS PER-AN

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TEKS DESKRIPSI KARYA SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 PADANG

ANALISIS TATA KALIMAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK TAMBELAN KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas)

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA MORFEM BAHASA MELAYU SUB-DIALEK DESA LANJUT KECAMATAN SINGKEP PESISIR KABUPATEN LINGGA

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PENGGUNAAN REDUPLIKASI (KATA ULANG) PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

KATA ULANG BAHASA DAYAK SALAKO

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

MODALITAS DALAM BAHASA JAWA

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Maret 2014 THE ABILITY TO CHANGE ACTIVE SENTENCE INTO PASSIVE SENTENCE STUDENT CLASS X MA GISTING

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

PROSES MORFOLOGIS KATA MINTA DAN SINONIMNYA. Siti Azizah*), Ary Setyadi, dan Sri Puji Astuti

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

KATA KERJA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SANGGAU DI MELIAU Fitria Ariyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email :ariyanifitria4@gmail.com Abstract This research deals with the field of morphology, especially about of verbs BMDS in Meliau. The research was distributed by the ins and outs of the structure of words and the influence of changes in the structure of the word against word class and word meanings in the Malay language. The problem that is discussed in this research is the description of the verb form, the process of formation of the noun verb, verb syntax function in BMDS in Meliau. This research uses descriptive Linguistics methods with qualitative form. Data collection techniques used refer to the look, interviews, Record and note the data Gatherer with a tool in the form of a list of the basic verb form in English then translated into the Malay language. Based on the data analysis there are as many as 120 verb, each taken data derivation of nouns into verbs, adjectival derivation into a verb, adverb derivation into a verb, and the verb itself. The study was successfully brought together 115 Malay dialect verbs, while the 5 verbs cannot decline verbs. The function of this verbs is a verb functioning as a predicate, object, subject, job description, and complement. Keyword : verb, BMDS in Meliau Di Indonesia terdapat berbagai macam bahasa daerah, selain sebagai alat penghubung dalam masyarakat, bahasa daerah berfungsi sebagai lambang kebanggaan dan identitas daerah. Keberadaan bahasa daerah juga sangat penting dalam pengembangan bahasa Indonesia. Kosakata dalam bahasa daerah dapat dimanfaatkan sebagai pemerkaya kosakata bahasa Indonesia. Keberadaan bahasa daerah semakin terancam kelestariannya. Keadaan ini dipacu oleh adanya pembaura budaya dalam masyarakat. Pembauran budaya menyebabkan menyebabkan terjadinya pencampuran bahasa daerah dengan unsurunsur bahasa asing. Ancaman lain terhadap bahasa daerah dapat terjadi karena adanya perubahan pola hidup masyarakat, dari pola hidup tradisional ke pola hidup modern. Perubahan pola hidup ini berdampak pada kecenderungan masyarakat untuk meninggalkan budaya lama ke arah yang lebih modern. Berdasarkan persoalan di atas, pengkajian linguistik terhadap bahasa daerah perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar peran dan fungsi daerah tetap terjaga dan dipertahankan. Pengkajian linguistik bahasa daerah merupakan wujud dari pelestarian bahasa daerah agar tidak hilang ditelan zaman. Mengingat kajian linguistik sangat luas, peneliti akan lebih memfokuskan penelitiannya pada bidang morfologi. Morfologi adalah bagian ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahanperubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Kajian morfologi bahasa daerah membahas tentang seluk beluk kata dalam bahasa daerah. Kajian ini sangat bermanfaat bagi seseorang yang ingin mempelajari bahasa suatu daerah. Hal ini dikarenakan setiap pembelajaran bahasa selalu dimulai dengan pembelajaran tentang kata. Adapun bagian-bagian morfologi yakni nomina, verba, adjektiva, morfem, fonem, afiks, dan proses pengulangan. Dari sekian banyak

bagian morfologi, peneliti memfokuskan penelitian pada bidang kata kerja. Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Dalam linguistik, kata biasa disebut dengan morfem atau kombinasi morfem yang dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Kata juga diartikan sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal maupun gabungan morfem (Kridalaksana, 2011: 110). Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Dalam linguistik, kata biasa disebut dengan morfem atau kombinasi morfem yang dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Mengingat kajian linguistik sangat luas, peneliti akan lebih memfokuskan penelitiannya pada bidang morfologi. Morfologi adalah bagian ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Kajian morfologi bahasa daerah membahas tentang seluk beluk kata dalam bahasa daerah. Kajian ini sangat bermanfaat bagi seseorang yang ingin mempelajari bahasa suatu daerah. Hal ini dikarenakan setiap pembelajaran bahasa selalu dimulai dengan pembelajaran tentang kata. Adapun bagian-bagian morfologi yakni nomina, verba, adjektiva, morfem, fonem, afiks, dan proses pengulangan. Dari sekian banyak bagian morfologi, peneliti memfokuskan penelitian pada bidang kata kerja. Pemilihan daerah penelitian harus memiliki kriteria (Mahsun, 2007: 138) yaitu: 1) daerah pengamatan itu tidak berdekatan atau bertetangga dengan kota besar; 2) mobilitas penduduknya masih rendah; 3) berpenduduk maksimal 6.000 jiwa; 4) daerah tersebut berusia minimal 30 tahun. Kajian ini berfokus pada bentuk kata kerja, proses pembentukan kata turunan kata kerja, dan fungsi sintaksis kata kerja. Bentuk kata kerja disini yang diutamakan adalah kata kerja bentuk dasar yaitu kata kerja yang belum mengalami proses pembentukkan kata turunan. Satu di antara jenis kata adalah kata kerja. Menurut Ramlan (1985: 49-50), katakata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frase dinegatifkan dengan kata tidak disebut sebagai verbal atau kata kerja. Jadi, kata-kata berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, termasuk kata kerja. Menurut Keraf (1991: 71) verba adalah katakata yang menyatakan perbuatan, proses, gerak, keadaan atau terjadi sesuatu. Bauer (1988: 80) menjelaskan gagasannya tentang pendekotomia morfologi dalam bukunya yang berjudul Introducing Linguistic Morphology.Ia menyatakan bahwa morfologi dapat dipilah berdasarkan dua cabang yaitu morfologi derivasional dan morfologi infleksional. Infleksi merupakan bagian dalam sintaksis karena bersifat melengkapi bentuk-bentuk leksem dan derivasi menjadi bagian dari leksis karena menyediakan leksem-leksem baru. Sejalan dengan gagasan Bauer, Matthews dalam bukunya Morphology: An Introduction to the Theory of Word Strusture (1974) membagi morfologi menjadi dua bidang, yaitu morfologi infleksional dan morfologi leksikal. Dalam pandangannya, Mathews membedakan antara proses infleksi dengan proses pembentukkan kata yang mencakup derivasi dan komposisi. Secara eksplisit ia menyebutkan bahwa yang termasuk dalam ruang lingkup pembentukan kata haya morfologi derivasional (leksikal), sedangkan morfologi infleksional tidak. Morfologi leksikal mengkaji kaidah-kaidah pembentukan kata yang menghasilkan katakata baru yangsecara leksikal berbeda (beridentitas baru) dari kata yang menjadi dasarnya. Hal ini berbeda dengan morfologi infleksional yang mengkaji hasil-hasil pembentukan kata yang berasal dari leksem yang sama. Menurut Keraf (1991: 71) verba adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan, proses, gerak, keadaan atau terjadi sesuatu

Sementara itu, Suharto dan Iryanto (2004: 14) berpendapat bahwa verba adalah semua kata yang menyatakan perbuatan dan perilaku. Alwi dkk, (2003: 98) mengemukakan bentuk-bentuk verba Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, yakni(1) verba asal: verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis, dan (2) verba turunan: verba yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung pada tingkat keformalan bahasa dan/atau pada posisi sintaksisnya. Verba turunan di bagi menjadi tiga subkelompok, yakni (a) verba yang dasarnya adalah dasar bebas tetapi memerlukan afiks supaya dapat berfungsi sebagai verba, (b) verba yang dasarnya bebas tetapi dapat pula menjadi afiks, dan (c) verba yang dasarnya adalah dasar terikat dan memrlukan afiks. Verba turunan berafiks adalah verba yang terbentuk karena adanya perubahan afiks. Menurut Ramlan (2001: 55) afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan pokok kata yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau kelompok kata. Alwi dkk (2003: 102) mengemukakan ada empat macam afiks yang dipakai unruk menurunkan verba yaitu: prefiks, surfiks, infiks, dan konfiks. Di samping ketiga subkelompok verba turunan itu, ada juga verba turunan berbentuk kata berulang dan kata majemuk. Menurut Alwi dkk.(2003: 162) jika ditinjau dari segi fungsi, verba (maupun frasa verba) terutama menduduki fungsi predikat. Walaupun demikian, verba dapat pula menduduki fungsi lain seperti, subjek, objek, dan keterangan (dengan perluasan berupa objek, pelengkap, dan keterangan). Berkaitan dengan pendidikan, tujuan penelitian Bahasa Melayu Dialek Sanggau di Meliau bagi dunia pendidikan diharapkan dapat memberikan masukkan bagi para guru bahasa Indonesia dalam menyampaikan materi tentang kata kerja kepada siswa dengan menggunakan contoh-contoh dari bahasa daerah sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut. Terkait dengan SK dan KD, peneliti menemukan rencana pembelajaran SMK yaitu Standar Kompetensi : 2.4 Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia satara tingkat madya., dan Kompetensi Dasar : 2.4 Membaca untuk memahami makna kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat dalam konteks bekerja. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Kuntoro (dalam Johari, 2007: 35) metode deskripsi merupakan metode penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atau suatu keadaan dengan jelas tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Emzir (2010: 3), deskriptif data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Menurut Nawawi (2012: 67) metode deskriptif merupakan prosedur untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut McMilan dan Schumacher (dalam Syamsudin, 2011: 73) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang disebut juga pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian. Menurut Moleong (dalam Jabrohim, 1998: 2-3), penelitian kualitatif bertujuan membangun persepsi alamiah sebuah objek, jadi peneliti mendekatkan diri kepada objek secara utuh (holistic). Penelitian kualitatif cenderung menekankan pada faktor kontekstual. Tujuan penelitian yang kontekstual adalah untuk mencari kekhususan yang ada didalam ramuan unik tujuan lain adalah untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori. Jadi, bentuk penelitian kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan data penelitian yang dideskrepsikan

dalam bentuk kata-kata agar memudahkan pemahaman terhadap bentuk, proses pembentukan kata turunan, dan fungsi sintaks kata kerja dalam bahasa Melayu Dialek Sanggau di Meliau. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik perekaman. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang menjadi instrument kunci.instrumen pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah daftar kata kerja yang berfungsi untuk mengungkapkan penggunaan kata kerja dalam Bahasa Melayu Dialek Sanggau di Meliau dan juga alat perekam untuk membantu peneliti dalam menyimak informasi yang digunakan oleh informan. Agar penelitian ini dapat terarah untuk mecapai tujuan penelitian, peneliti telah menetapkan informan yang dapat membantu dalam penelitian ini. Adapun syarat-syarat sebagai informan menurut Mahsun (2012: 141) adalah berjenis kelamin pria atau wanita,berusia 25-65 tahun (tidak pikun), orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang meninggalkan desa itu, berpendidikan (minimal tamatan SD atau sederajat), berstatus sosial menengah, pekerjaan petani atau buruh, dapat berbahasa Indonesia, dan sehat jasmani dan rohani. Langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah menghubungi informan yang benar-benar dapat membantu meneliti dalam penelitian serta menentukan kapan dan di mana proses wawancara dilakukan, menyiapkan alat-alat tulis dan pertanyaan yang akan diajukan kepada informan, menyiapkan alat rekam berupa handphone untuk merekam proses wawancara, mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan kepada informan serta mencatat hal-hal penting yang diucapkan oleh informan seputar masalah penelitian, menstranskripsikan data dan mengubah data dalam rekaman dalam bentuk tulisan agar mudah dianalisis, menerjemahkan data yang telah di transkripsikan ke dalam bahasa Indonesia agar mudah menganalisis data, dan mengidentifikasi data berupa kata kerja dalam Bahasa Melayu Dialek Sanggau di Meliau, dan mengklasifikasi data berdasarkan permasalahan yang dirumuskan. Menurut Moleong (2012: 326), ada delapan teknik pengecekan atau pemeriksaan keabsahan data yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan atau keajengan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negativ, pengecekan anggota, uraian rinci, dan auditing. Teknik pengecekan keabsahan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kecukupan referensi. Untuk mengatasi data tentang verba Bahasa Melayu Meliau, maka diperlukan langkah- langkah antara lain: (1) menganalisis bentuk kata kerja, (2) menganalisis proses pembentukan kata turunan kata kerja, (3) menganalisis fungsi sintaksis kata kerja, dan (4) membuat simpulan tentang bentuk, proses pembentukan kata kerja dan fungsi sintaksis kata kerja Bahasa Melayu Dialek Sanggau di Meliau. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Proses penganalisisan data dimulai dari pengenalan bentuk kata kerja dalam bahasa melayu dialek Sanggau di Meliau baik yang berasal dari kata benda, sifat, keterangan maupun berasal dari kata kerja itu sendiri. Adapun bentuk kata kerja yang telah dijelaskan di atas sebelumnya sebagai berikut; (1) Kata Kerja Asal Data BMDS Bahasa Indonesia ajak beri peleset 1) Mak Li ajak Arum ke pasar 2) Kita harus memberi sedekah kepada orang yang memerlukan

3) Mega terpeleset di kamar mandi (2) Derivasi Kata Benda Menjadi Kata Kerja Data BMDS Bahasa Indonesia ayun mengayun cangkul nyangkul 1) ayunkan adikmu dulu dia sedang mengayun adiknya 2) dia sedang mencangkul kebun (3) Derivasi Kata Sifat Menjadi Kata Kerja Data BMDS Bahasa Indonesia abai mengabaikan cair mencair 1) Febri mengabaikan ibunya 2) dia mencairkan coklat untuk membuat kue (4) Derivasi Kata Keterangan Menjadi Kata Kerja DataBMDS Bahasa Indonesia mengurangi melebihkan. 1) jangan mengurangu gula itu 2) lebihkan beras tu sedikit Contoh di atas merupakan bentuk kata kerja BMDS di Meliau. Proses Penurunan Kata Kerja BMDS di Meliau Afiks pembentuk kata kerja adalah prefiks, surfiks, dan konfiks.prefiks pembentuk kata kerja BMDS di Meliau adalah di-, dan b -.Selain itu, dalam kata kerja BMDS di Meliau terdapat bentuk nasalisasi N (n-), N (m-), N ( -), dan N ( - ).Surfiks pembentuk kata kerja BMDS di Meliau yaitu Surfiks sedangkan konfiks pembentuk kata kerja BMDS di Meliau adalah konfiks di-. Prefiks pembentuk kata kerja BMDS di Meliau antara lain didan b -. Pefiks a) Prefiks di- + memberi + mengembalikan b) Prefiks b - + mengobrol + bersembunyi c) Prefiks N (nasalisasi) N + mengangkut N + mengayak Surfiks Surfiks pembentuk kata kerja BMDS di Meliau yaitu e + ek rebuskan + ek ambilkan Konfiks Konfiks pembentuk kata kerja BMDS di Meliau yaitu di-e + + ek saringkan + + ek diperiksa Selain konfiks, dalam BMDS di Meliau terdapat beberap gabungan afiks pembentuk verba antara lain: m m-, di-e, dan n-. a) Gabungan afiks verba m - + + ek memberikan

+ + ek mencicipi b) Gabungan konfiks di-ek + + ek + + ek Kata Kerja Turunan Reduplikasi 1) Kata Ulang Murni Contoh diaktifkan dihaluskan makan - ] makan-makan jalan - jalan-jalan + - + Mereka + makan-makan + di rumah nenek. Mereka makan-makan dirumah nenek. + + - + Ibu + mengajakku + jalan-jalan + keliling pasar. Ibu mengajakku jalan-jalan keliling pasar. 2) Kata Ulang Sebagian Contoh - berayunayun -g bergerakgerak + + - Angin + membuat tali itu + berayunayun. Angin membuat tali itu berayun-ayun. + -g + Ada sesuatu + yang bergerak-gerak + di dalam air. Ada sesuatu yang bergerak-gerak di dalam air. 3) Kata Ulang dengan Perubahan Fonem - bolak-balik -s senyam-senyum + - + + Dia + bolak-balik + mencari + rumahmu. Dia bolak-balik mencari rumahmu. + -s + Ayah + senyam-senyum + nonton TV. Ayah senyam-senyum nonton TV. Verba Turunan Majemuk 1) Verba Majemuk Dasar merokok menjelaskan Contoj dalam kalimat + + Juari + suka + merokok. Juari suka merokok. ++ Bu guru + menjelaskan + materi hari ini. Bu guru menjelaskan materi hari ini. 2) Verba Majemuk Berafiks bertolak pinggang berdiam diri Mengapa + kamu + brtolak pinggang? Mengapa kamu bertolak pinggang? May + suka + berdiam diri. May suka berdiam diri. Berdasarkan uraian di atas,diketahui bahwa dalam BMDS di Meliau tidak terdapat verba majemuk berulang. Hal ini menunjukkan bahwa setiap bahasa memiliki kata kerja sendiri atau lebih spesifik.namun, secara umum dapat disimpulkan bahwa kata kerja dibagi menjadi dua yaitu kata kerja dasar dan kata kerja turunan. Kata kerja turunan terbagi lagi menjadi tiga yaitu kata kerja turunan berafiks, kata kerja turunan

reduplikasi (pengulangan), turunan majemuk. dan kata kerja Fungsi Kata Kerja BMDS di Meliau Kata kerja BMDS di Meliau pada umumnya berfungsi sebagai predikat.selain itu, kata kerja BMDS di Meliau juga dapat berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap dan keterangan. a. Kata Kerja Berfungsi sebagai Predikat + + + S P O K Destin + mengayak + tepung + untuk + membuat + kue. Destin mengayak tepung untuk membuat kue. b. Kata Kerja Berfungsi sebagai Objek + + + S P O K Pak Ilham + sudah selesai + menggaji + anak buahnya. Pak Ilham sudah selesai menggaji anak buahnya. c. Kata Kerja Berfungsi sebagai Subjek + + + S P O K Lari-larilah + setiap hari + agar + badan sehat. Lari-larilah setiap hari agar badan sehat. d. Kata Kerja Berfungsi sebagai Keterangan + + S P K Dia + mencari tempat + untuk bersembunyi. Dia mencari tempat untuk bersembunyi. e. Kata Kerja Berfungsi sebagai Pelengkap + + S P PEL Rahmad + baru selesai + makan. Rahmad baru selesai makan. Berdasarkan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kata kerja dalam BMDS di Meliau memiliki fungsi sebagai predikat, objek, subjek, keterangan dan pelengkap sesuai dengan tempatnya dalam kalimat. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti, berikut ini simpulan yang diambil dalam penelitian. Bentuk kata kerja BMDS di Meliau berhasil menghimpun data yang terdiri atas 120 kata kerja yang masingmasing diambil dari derivasi kata benda menjadi kata kerja, derivasi kata sifat menjadi kata kerja, derivasi kata keterangan menjadi kata kerja dan kata kerja itu sendiri. Berdasarkan analisis penurunan kata kerja BMDS di Meliau yang telah dilakukan pada penelitian ini berhasil menghimpun 115 kata kerja BMDS di Meliau yang dapat diturunkan berdasarkan afiks, surfiks dan konfiks. Sedangkan 5 kata kerja BMDS di Meliau tidak dapat mengalami penurunan kata kerja, karena kata asalnya hanya memiliki 1 arti.data yang dihimpun dalam analisis fungsi kata kerja BMDS di Meliau masing-masing terdapat dalam analisis fungsi kata kerja. Berdasarkan analisis mengenai kata kerja BMDS di Meliau dapat disimpulkan bahwa kata kerja BMDS di Meliau memiliki bentuk, dapat diturunkan atau mengalami proses penurunan kata, dan memiliki fungsi. Dimulai dari fungsinya sebagai predikat, objek, subjek, keterangan, dan pelengkap. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian yang

serupa dengan tujuan dapat menggali dan mempelajari budaya khususnya dalam bahasa daerahnya, dapat mengenalkan bahasa daerahnya yang ada melalui jurnal maupun kegiatan budayayang ada. Sebaiknya selain kata kerja bahasa daerah juga unsure bahasa yang lain dari suatu bahasa daerah. DAFTAR RUJUKAN Alwi, Hasan. (2008).Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Bauer. (1988). Introducing Linguistic Morphology. (online).(http://pusatbahasaalazar.word press.com/artikel-bahasa/kajianmorfologi-infleksi-dan-derivasi-dalamperspektif-edi-subroto/ diakses 28 Agustus 2017). Jabrohim.(2012). Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Keraf, Gorys. (1993). Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti. (2011).Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Mahsun.(2011). Metode Penelitian Bahasa (Tahapan strategi, Metode, dan Teknik. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada. Moleong, Lexy J. (2011).Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.RemajaRosdakarya Offset. Nawawi, Hadari. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GadjahMada University Press. Ramlan, M. (1985).Tata Bahasa Indonesia Pengolongan Kata.Yogyakarta: Andi Offset. Suharto dan Iryanto.(2004). Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Penerbit Indah.