Kemampuan berpikir analitis mahasiswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri bebas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pusat kajian statistik pendidikan Amerika (National Center for Educational

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan pembelajaran fisika dengan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar kognitif

Analisis kebutuhan siswa terhadap pembelajaran fisika berbasis inkuiri di sekolah menengah atas

BAB III METODE PENELITIAN. konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan metode quasi

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke Volume 6 Nomor ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN PEER ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN DIRECT INSTRUCTION

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian. Prosedur Penelitian

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

III. METODE PENELITIAN. (eksperimen semu) non-equivalent control group design. Desain ini hampir sama

BAB III METODE PENELITIAN. KH. Ahmad Dahlan 130, Kota Yogyakarta. Adapun mengenai pelaksanaan. Sabtu, 28 November 2015 tahun ajaran 2015/2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

Pengaruh Penerapan Metode Guided Inquiry terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA N 2 Banguntapan

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SMP NEGERI 1 RAWAMERTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2013: 77) jenis

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA TERPADU BERBASIS MODEL CONNECTED TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs N YOGYAKARTA II

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak lima kali pertemuan yaitu satu

Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Gerbang Logika Berbasis IT Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Dan Hasil Belajar Mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

IMPLEMENTASI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya metode ini yaitu quassi exsprimen (Sugiyono, 2010: 3).

BAB III METODE PENELITIAN. Problem Based Learning (PBL) dan model Group Investigation (GI)

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 7

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMA NEGERI 3 LUMAJANG

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Quasi

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP SIKAP PADA MATEMATEMATIKA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS SISWA IX SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE BAMBOO DANCING TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN SCAFOLDING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP INTEGRAL MAHASISWA. Satrio Wicaksono Sudarman 1), Nego Linuhung 2)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis quasi eksperiment.

PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI BERMEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUAL KELAS XI POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN MATERI POPULASI HEWAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

Fajrul Wahdi Ginting dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan

Dian Vitayana, Yusuf Kendek dan Fihrin Abstrak Kata Kunci :

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Al-Huda Jati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan judul penelitian yaitu Perbedaan Metode Inquiry dan

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 54 Makalah Pendamping Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa ISSN : 2527-6670 Kemampuan berpikir analitis mahasiswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri bebas Nita Depit Setyani 1, Suparmi 2, Sarwanto 3 1,2,3) Program Studi Magister Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret, Jln. Ir. Sutami 36 A Surakarta, Telp. (0271) 669124 e-mail : 1) nitadepitsetyani@gmail.com, 2) soeparmi@staff.uns.ac.id, 3) sarwanto@staff.fkip.uns.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir analitis mahasiswa dengan penerapan model pembelajaran inkuiri bebas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain Two-Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian merupakan mahasiswa semester II pendidikan fisika Universitas Sebelas Maret, Surakarta sejumlah 29 mahasiswa kelas eksperimen dan 29 mahasiswa kelas kontrol. Data diperoleh menggunakan pretest dan posttest kemudian dihitung gain ternormalisasi (N-gain). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji-t dua sampel tidak berhubungan (independent sample t-test). Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan N-gain kemampuan berpikir analitis kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan signifikansi sebesar 0,001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri bebas dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis mahasiswa. Kata kunci: Kemampuan Berpikir Analitis, Model Inkuiri Bebas Pendahuluan Sejak tahun 2016 kurikulum yang digunakan di perguruan tinggi berorientasi KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Berdasarkan Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 bahwa karakteristik proses pembelajaran di perguruan tinggi terdiri atas sifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa. Menggarisbawahi bagian saintifik dan berpusat pada mahasiswa, dimana sifat saintifik mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga tercipta lingkungan akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidah ilmu pengetahuan serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kebangsaan. Sedangkan berpusat pada mahasiswa artinya proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan. Hal tersebut menegaskan bahwa proses pembelajaran di perguruan tinggi harus mengarahkan mahasiswa untuk menggunakan pendekatan ilmiah yang berpusat pada mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Avaliable online at : http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/snpf

ISSN: 2557-8944 55 Salah satu model pembelajaran yang bersifat saintifik dengan menggunakan pendekatan ilmiah adalah model pembelajaran inkuiri bebas. Menurut Sanjaya (2006) pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan. Model inkuiri bebas menurut pendapat Kindsvatter, et. al. dalam Suparno (2013) merupakan suatu kegiatan belajar mengajar inkuiri yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk memcahkan sendiri masalah yang dihadapi. Pada Inkuiri bebas siswa berpikir, menentukan hipotesis, menentukan peralatan yang diperlukan, merangkainya, dan mengumpulkan data secara mandiri. Model pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran yang mencakup tujuan pembelajaran, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaan (Arend, 1997). Ciri khas model pembelajaran adalah adanya sintaks atau tahapan-tahapan pembelajaran yang relatif pasti. Sintaks model pembelajaran inkuiri bebas yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada sintaks yang diungkapkan oleh Sanjaya (2006) yang meliputi 6 tahap (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menganalisis data, (6) merumuskan kesimpulan. Seperti halnya model pembelajaran pada umumnya, model pembelajaran inkuiri bebas juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut pendapat beberapa ahli (Bruner dalam Sund dan Trowbridge (1973), Sanjaya (2006), Opara, et. al. (2011)) dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran inkuiri antara lain (1) Pembelajaran bersifat student centered, (2) membangun self-concept, (3) mengembangkan kemampuan/talenta, (4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi dan akomodasi informasi, (5) pembelajaran lebih bermakna, (6) menghindari pembelajaran yang hanya bersifat verbal. Sedangkan kelemahannya antara lain (1) sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, (2) sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran, (3) kegiatan pembelajaran memerlukan waktu yang lebih lama. Menganalisis merupakan salah satu aspek kognitif dalam taksonomi Bloom. Anderson dan Krathwohl (2010) menjelaskan proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagiannya dan menentukan hubungan antar bagian secara keseluruhan. Kemampuan berpikir analitis merupakan kemampuan berpikir seseorang untuk memecah suatu hal kedalam bagian-bagiannya serta mencari hubungan antar bagian dalam konsep tersebut. Lebih lanjut Anderson dan Krathwohl menjabarkan bahwa menganalisis meliputi tiga proses kognitif, yaitu: membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Elder dan Paul (2007) mengemukakan delapan unsur berpikir analisis yaitu: (1) Merumuskan tujuan, (2) Mengemukakan pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan, (3) Menggunakan informasi, (4) Membuat kesimpulan yang logis, (5) Menggunakan konsep yang mendasar, (6) Membuat asumsi, (7) Mengimplikasikan dan konsekuensi, (8) Menggunakan referensi/wacana lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 indikator kemampuan berpikir analitis yaitu 1. Menginterpretasi informasi dan ide (A1) 2. Mengunakan konsep yang sudah diketahui dalam pemecahan suatu permasalahan (A2) 3. Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas penyelidikan atau penelitian (A3) 4. Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan suatu masalah masuk akal (A4) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir analitis mahasiswa pada kelas eksperimen (menerapkan model pembelajaran inkuiri bebas) dan kelas kontrol (tidak menerapkan model pembelajaran inkuiri bebas). Materi yang digunakan dalam penelitian adalah listrik dinamis. Metode Penelitian Kemampuan Berpikir Analitis Mahasiswa dalam Pembelajaran (Nita Depit Setyani)

56 ISSN: 2527-6670 Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir analitis mahasiswa sebagai dampak penerapan model pembelajaran inkuiri bebas adalah metode eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Two-Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian merupakan mahasiswa semester II pendidikan fisika Universitas Sebelas Maret, Surakarta yang dipilih secara random sampling. Kelas B sebagai kelas eksperimen (29 mahasiswa) dan kelas A sebagai kelas kontrol (29 mahasiswa). Data diperoleh menggunakan pretest dan posttest dengan instrumen kemampuan berpikir analitis berupa soal pilihan ganda sejumlah 10 soal. Dari hasil pretest dan posttest kemudian dihitung gain ternormalisasi (N-gain). Hipotesis penelitian adalah ada perbedaan kemampuan berpikir analitis mahasiswa pada kelas eksperimen (menerapkan model pembelajaran inkuiri bebas) dan kelas kontrol (tidak menerapkan model pembelajaran inkuiri bebas). Analisis data untuk dilakukan dengan menggunakan uji-t dua sampel tidak berhubungan (independent sample t-test) (Sugiyono, 2014). Hasil dan Pembahasan Sebelum kegiatan pembelajaran, mahasiswa baik dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi soal pretest. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis inkuiri bebas pada kelas eksperimen dan pembelajaran tidak menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri bebas pada kelas kontrol. Setelah dua kali kegiatan pembelajaran pada masing-masing kelas, kemudian diberi soal posttest untuk mengukur kemampuan berpikir analitis mahasiswa. Dari hasil pretest dan posttest tersebut kemudian dihitung skor gain ternormaliasasi (N-gain) masingmasing mahasiswa. N-gain dihitung dengan menggunkan persamaan: Skor posttest Skor pretest < g >= Skor maksimum yang mungkin Skor pretest <g>= gain ternormalisasi (Hake, 1998) Nilai pretest, posttest, dan N-gain rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Skor Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Rata-rata Pretest Posttest N-gain Eksperimen 27,93 77,93 0,69 Kontrol 22,76 66,21 0,56 Untuk mengetahui signifikasi perbedaan N-gain kemampuan berpikir analitis kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan uji statistik menggunakan uji-t dua sampel tidak berhubungan (independent sample t-test). Sebelum dilakukan uji lanjutan, N-gain kemampuan berpikir analitis diuji prasyarat terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan homogenitas. Berdasarkan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program IBM SPSS Statistic 18, diketahui bahwa (1) hasil uji normalitas untuk N-gain kelas eksperimen diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,064 > 0,05 sehingga H 0 diterima, maka data terdistribusi normal, (2) hasil uji normalitas untuk N- gain kelas kontrol diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,200 > 0,05 sehingga H 0 diterima, maka data terdistribusi normal. Sedangkan hasil uji homogenitas dengan uji Levene diperoleh signifikansi untuk N-gain sebesar 0,802 > 0,05 sehingga H 0 diterima, maka variansi data sama (homogen). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data N-gain kemampuan berpikir analitis kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika III Juli 2017: 54 59

Rata-rata N-gain ISSN: 2557-8944 57 Selanjutnya dilakukan uji N-gain dengan uji-t dua sampel tidak berhubungan (independent sample t-test) untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil independent sample t-test menunjukan bahwa signifikansi dari t-test for Equality of Means untuk N-gain sebesar 0,001 0,05 sehingga H 0 ditolak. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kemampuan berpikir analitis kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan antara kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki skor ratarata N-gain lebih tinggi dibanding skor N-gain rata-rata kelas kontrol. Hal ini berarti model pembelajaran inkuiri bebas efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis mahasiswa. Sedangkan peningkatan kemampuan berpikir analitis masing-masing indikator disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Kemampuan Berpikir Analitis Masing-masing Indikator Indikator Kode Eksperimen Kontrol Pretest Posttest N-gain Pretest Posttest N-gain Menginterpretasi A1 9,31 21,38 0,55 4,38 16,90 0,49 informasi dan ide Mengunakan konsep A2 3,45 15,52 0,71 3,10 11,03 0,46 yang sudah diketahui dalam pemecahan suatu permasalahan Membuat dan A3 6,55 17,24 0,79 7,93 17,59 0,85 mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas penyelidikan atau penelitian Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan suatu masalah masuk akal A4 8,62 23,79 0,69 6,90 20,69 0,56 Jika data tersebut disajikan dalam histrogram, tampak pada gambar 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 N-gain Kemampuan Berpikir Analitis A1 A2 A3 A4 Indikator Kemampuan Berpikir analitis Eksperimen Kontrol Gambar 1. Histrogram Rata-rata N-gain Kemampuan Berpikir Analitis Untuk melihat perbedaan N-gain masing-masing indikator kemampuan berpikir analitis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan dengan uji rerata N-gain dengan uji-t dua sampel tidak berhubungan (independent sample t-test) masing-masing Kemampuan Berpikir Analitis Mahasiswa dalam Pembelajaran (Nita Depit Setyani)

58 ISSN: 2527-6670 indikator. Hasil independent sample t-test pada indikator A1 menunjukan bahwa signifikansi dari t-test for Equality of Means untuk N-gain sebesar 0,454 > 0,05 sehingga H 0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk kemampuan menginterpretasi informasi dan ide. Hasil independent sample t-test pada indikator A2 menunjukan bahwa signifikansi dari t-test for Equality of Means untuk N-Gain sebesar 0,022 < 0,05 sehingga H 0 diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk kemampuan mengunakan konsep yang sudah diketahui dalam pemecahan suatu permasalahan. Rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hasil independent sample t-test pada indikator A3 menunjukan bahwa signifikansi dari t-test for Equality of Means untuk N-Gain sebesar 0,713 > 0,05 sehingga H 0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk kemampuan membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas penyelidikan atau penelitian. Sedangkan untuk indikator A4, hasil independent sample t-test pada indikator A4 menunjukan bahwa signifikansi dari t-test for Equality of Means untuk N-gain sebesar 0,303 > 0,05 sehingga H 0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk kemampuan memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan suatu masalah masuk akal. Dari uraian tersebut, indikator kemampuan berpikir analitis yang memiliki beda N-gain untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya pada indikator kemampuan berpikir analitis yang kedua, yaitu kemampuan mengunakan konsep yang sudah diketahui dalam pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri bebas dapat membantu mahasiswa memahami konsep dengan lebih baik. Hal tersebut disebabkan karena melalui model pembelajaran inkuiri, mahasiswa menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari, sehingga pemahaman mahasiswa pada konsep tersebut lebih mendalam. Sesuai dengan yang diungkapkan Opara, et. al. (2011) bahwa salah satu keuntungan menerapkan model pembelajaran inkuiri adalah dapat meningkatkan proses pemahaman konsep dan hubungan antar konsep tersebut. Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri bebas yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis mahasiswa. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kemampuan berpikir analitis kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kemampuan berpikir analitis kelas eksperimen dan kelas kontrol pada indikator menginterpretasi informasi dan ide. 3. Ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kemampuan berpikir analitis kelas eksperimen dan kelas kontrol pada indikator mengunakan konsep yang sudah diketahui dalam pemecahan suatu permasalahan 4. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kemampuan berpikir analitis kelas eksperimen dan kelas kontrol pada indikator membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas penyelidikan atau penelitian. 5. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara N-gain kemampuan berpikir analitis kelas eksperimen dan kelas kontrol pada indikator memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan suatu masalah masuk akal. Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri bebas dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis mahasiswa pada materi listrik dinamis. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika III Juli 2017: 54 59

ISSN: 2557-8944 59 Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada mahasiswa semester II pendidikan fisika Universitas Sebelas Maret, Surakarta dan semua pihak yang membantu dalam kegiatan penelitian. Daftar Pustaka Anderson, L. W. Dan Krathwohl, D.R. (Eds.) (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Bloom. Terj. Prihantoro, A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Buku asli diterbitkan 1956) Arend, R. (1997). Classroom Intruction and Management. Central Elde, L. and Paul, R. (2007). The Thinker s Guide to Analytic Thinking: The Element of Thinking and The Standart They Must Meet. www.criticalthinking.org. Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Score.Indiana: Indiana University Opara, J. A.dan Oguzor, N.S. (2011). Inquiry Instructional Method and the School Science Currículum. Current Research Journal of Social Sciences, 3(3). 188-198. Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sund, R.B. dan Trowbridge, L. W. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Ohio: Columbus. Suparno, P. (2013). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik & Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma. Kemampuan Berpikir Analitis Mahasiswa dalam Pembelajaran (Nita Depit Setyani)