A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

dokumen-dokumen yang mirip
A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU

PERHITUNGAN PANJANG BATANG

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur.

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

PENELITIAN TERHADAP KEGAGALAN STRUKTUR RANGKA ATAP KAYU BENTANG 12 METER DAN METODE PERBAIKAN STRUKTURNYA

PERHITUNGAN IKATAN ANGIN (TIE ROD BRACING )

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T.

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

III. DASAR PERENCANAAN

TAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

STRUKTUR KAYU BATANG TEKAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Sambungan diperlukan jika

STUDI PUSTAKA KINERJA KAYU SEBAGAI ELEMEN STRUKTUR

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

I. Perencanaan batang tarik

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

BAB I. Perencanaan Atap

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

V. PENDIMENSIAN BATANG

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

BAB 1 PERHITUNGAN PANJANG BATANG

TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR KAYU UNTUK BANGUNAN GEDUNG

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

LAMPIRAN I (Preliminary Gording)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS

Komponen Struktur Tarik

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA STRUKTUR

E. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 3. PERENCANAAN TRAP TRIBUN DIMENSI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB IV ANALISA & HASIL PERANCANGAN. Bab ini menjelaskan mengenai Perancangan dan Perhitungan struktur atas

PERENCANAAN BATANG MENAHAN TEGANGAN TEKAN

Kata Kunci : Tegangan batang tarik, Beban kritis terhadap batang tekan

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA

Gambar 5.1 Rangka Kuda-Kuda

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

4. Perhitungan dimensi Kuda-kuda

Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu

BAB IV ANALISIS A1=1.655 L2=10. Gambar 4.1 Struktur 1/2 rangka atap dengan 3 buah kuda-kuda

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA UNTK BERBAGAI TYPE TUGAS AKHIR M. FAUZAN AZIMA LUBIS

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa 2 lantai TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

CAHYA PUTRI KHINANTI Page 3

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

Transkripsi:

A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah 3 m dan sudut kemiringan atap adalah 30 terhadap batang horizontal. Kayu yang digunakan memiliki Kode Mutu E dengan klasifikasi Kelas A. Rencana kuda kuda dan atap dapat dilihat pada Gambar dan Gambar. 7 6 BC8 BC0 BC9 8,0 BC5 BC 0 0 BC6 BC BC7 33 3 BC 33 BC3 4 BC BC4 0 BC3 0 5 0,66 3,00,00,00 3,00 0,00 Gambar Rencana Kuda Kuda

Luas Atap Yang Membebani Satu Titik Buhul 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 Bumbungan Rangka Atap Gording 3,00,00,00 3,00 Gambar Rencana Atap Berdasarkan gambar rencana kuda - kuda dan gambar rencana atap, beberapa data untuk perencanaan seperti luas atap dan panjang gording yang membebani masingmasing titik buhul kuda - kuda serta panjang batang kuda kuda dapat di analisis. Luas atap dapat dilihat pada gambar rencana atap (Gambar ). Panjang elemen kuda - kuda dapat diperoleh berdasarkan Gambar, yaitu sebagai berikut :

Tabel Panjang Bentang Per Elemen o Batang Panjang ( m ) BC 3,05 BC,03 3 BC3,03 4 BC4 3,05 5 BC5 3,46 6 BC6,0 7 BC7,7 8 BC8,3 9 BC9,3 0 BC0,0 BC,7 BC,0 3 BC3 3,46 Sumber : Perhitungan Berdasarkan Gambar Rencana B. PERECAAA GORDIG. Data data: Beban pada gording Ukuran gording = 60/0 mm Luas gording = 0,06 0, = 0, 007 m² Berat per satuan volume Berat sendiri gording = 600 Kg/m³ = 6000 /m³ = Luas gording x Bj = ( 0,06 0, 6000) = 43,0 /m 0, m 0,06 m 3

Beban Vertikal (Penutup Atap) Berat atap seng gelombang (BWG 4) = 0 Kg/m² = 00 /m² Berat sendiri atap seng = Jarak gording x Bj = (,46 00) 3 = 346 /m Beban Hidup (L) Beban hidup (L) = 70 Kg = 700 Beban Angin Beban angin = 45 Kg/m = 450 /m. Pembebanan Beban Mati (D) Berat penutup atap = 346 /m Berat gording = 43,0 /m + Total = 389,0 /m D x = D sin α = 389,0 sin 30 = 94,60 /m D y = D cos α = 389,0 cos 30 = 337,06 /m Beban hidup (L) L = 700 L x = L sin α = 700 sin 30 = 350 L y = L cos α = 700 cos 30 = 606, Beban angin (W) Beban angin = 45 Kg/m = 450 /m Koefisien angin tekan (C ) = 4

= = 0, Koefisien angin isap (C ) = (PMI Pasal 4.3 Ayat.b, Hal 0) W tekan = W tekan = = 3,40 /m W isap = W isap = = - 6,80 /m Perhitungan momen untuk beban angin M x tekan = M x tekan = = 350,30 m M y tekan = M y tekan = = 0 m M x isap = M x isap = = - 700,65 m M y isap = M y isap = = 0 m 3. Perhitungan momen Beban pada sumbu kuat: M x (D) = M x (D) = 5

= 8,9 m M x (W) = L = 3 m M x tekan = = 350,30 m M x isap = = - 700,65 m M x (L) = L = 3 m M x (L) = = 6,50 m Beban pada sumbu lemah: M y (D) = L = 3 m M y (D) = = 379,9 m M y (W) = L = 3 m M y tekan = = 0 m M y isap = = 0 m M y (L) = L = 3 m M y (L) = = 454,66 m 6

Momen terfaktor: Kombinasi pembebanan sementara (DL + LL + W tekan ) m [SI 03 xxxx 000 butir 4..] m [SI 03 xxxx 000 butir 4..] Kombinasi pembebanan sementara (DL + LL + W isap ) m [SI 03 xxxx 000 butir 4..] m [SI 03 xxxx 000 butir 4..] Tegangan acuan kayu: E w = 000 MPa dan F b = 54 MPa Dimensi gording: Momen inersia penampang: mm 4 Momen statis penampang: mm 4 7

mm 3 mm 3 Karena nilai banding penampang d/b (0/60) =,00. Maka pada balok tidak diperlukan pengekang lateral [SI 03 xxxx 000 butir 8..], C l =,00 ilai C t diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38 < C maka nilai C t =,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, C F =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.]. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 5 mm x 5 mm, F b =,00 nilai C M = (F b /C F ) = (,00/,00 =,00) < 8 Mpa maka C M =,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-]. Faktor reduksi tegangan untuk batang lentur, φ b = 0,85 dan faktor waktu (λ) pada kombinasi pembebanan maka λ = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3., hal III-]. F ' C C C C F = 54 MPa bx = m t pt F bx M ' S F = 44000 54 = 7776000 MPa x = x bx F ' C C C C F = 54 MPa by = m t pt F by M ' S F = 7000 54 = 3888000 Mpa y = y by 4. Kontrol tegangan: Kontrol tegangan lentur (DL + LL + W tekan ) M b ux λφ M x + M b uy λφ M y,00 8

3 3 96,95 0 98,48 0 +,00 0,8 0,85 7776000 0,8 0,85 3888000 0,8 + 0,45,00 0,63,00 OK! Kontrol tegangan lentur (DL + LL + W isap ) M b ux λφ M x + M b uy λφ M y,00 3 3,9 0 98,48 0 +,00 0,8 0,85 7776000 0,8 0,85 3888000 0,0 + 0,45,00 0,47,00 OK! 5. Kontrol lendutan balok: Lendutkan ijin: L 3000 maks = ; maks = = 0 mm 300 300 Lendutkan akibat beban tetap: E' E C C C = 000 MPa = w m r pt Lendutkan sumbu kuat: 5 384 wx L E' I x 4 ; 5 384 Lendutkan sumbu lemah: 4 94,60 3000 0 000 8640000 3 ;,3 mm 5 384 wy L E' I y 4 ; 5 384 4 337,06 3000 0 000 60000 3 ; 7,84 mm Lendutkan total: total = (( x ) + ( y ) ) 0,5 = ((,3) + (7,84) ) 0,5 = 7,9 mm < maks OK! Jadi, dimensi balok dapat digunakan. 9

C. PERHITUGA BEBA BEBA PADA KUDA KUDA. Perhitungan beban akibat berat kuda kuda sendiri pada titik buhul Kayu 60/0 mm adalah batang atas dan batang bawah, Kayu 60/0 mm adalah batang diagonal. Berat sendiri kuda - kuda yang bekerja pada satu titik buhul dengan rumus ; 0,5 x berat sendiri seluruh batang kuda - kuda yang terletak pada satu titik buhul. Titik buhul B Batang BC = ( 3,05 0,06 0, 6000) Batang BC5 = ( 3,46 ( 0,06 0,) 6000) = 65,88 = 74,74 Total = 39,6 + Titik buhul B Batang BC = ( 3,05 0,06 0, 6000) Batang BC = (,03 0,06 0, 6000) Batang BC6 = (,0 0,06 0, 6000) = 65,88 = 43,85 = 5,9 Total = 35,65 + Titik buhul B3 Batang BC = (,03 0,06 0, 6000) Batang BC3 = (,03 0,06 0, 6000) Batang BC7 = (,7 0,06 0, 6000) Batang BC0 = (,0 0,06 0, 6000) = 43,85 = 43,85 = 46,87 = 43,4 0

Batang BC = (,7 0,06 0, 6000) = 46,87 Total = 4,86 + Titik buhul B4 Batang BC3 = (,03 0,06 0, 6000) Batang BC4 = ( 3,05 0,06 0, 6000) Batang BC = (,0 0,06 0, 6000) = 43,85 = 65,88 = 5,9 Total = 35,65 + Titik buhul B5 Batang BC4 = ( 3,05 0,06 0, 6000) Batang BC3 = ( 3,46 ( 0,06 0,) 6000) = 65,88 = 74,74 Total = 39,6 + Titik buhul B6 Batang BC5 = ( 3,46 ( 0,06 0,) 6000) Batang BC6 = (,0 0,06 0, 6000) Batang BC7 = (,7 0,06 0, 6000) Batang BC8 = (,3 ( 0,06 0,) 6000) = 74,74 = 5,9 = 46,87 = 49,89 Total =,68 +

Titik buhul B7 Batang BC8 = (,3 ( 0,06 0,) 6000) Batang BC9 = (,3 ( 0,06 0,) 6000) Batang BC0 = (,0 0,06 0, 6000) = 49,89 = 49,89 = 43,4 Total = 43,0 + Titik buhul B8 Batang BC9 = (,3 ( 0,06 0,) 6000) Batang BC = (,7 0,06 0, 6000) Batang BC = (,0 0,06 0, 6000) Batang BC3 = ( 3,46 ( 0,06 0,) 6000) = 49,89 = 46,87 = 5,9 = 74,74 Total = 97,4 +. Perhitungan beban akibat gording Ukuran gording = 60/0 mm Luas gording = 0,06 0, = 0, 007 m² Berat per satuan volume = 600 Kg/m³ = 6000 /m³ Berat gording = Luas gording x Bj x jarak kuda kuda = ( 3,00 0,06 0, 6000) = 9,60 0, m 0,06 m

3. Perhitungan beban terhadap atap Berat atap seng gelombang (BWG 4) = 0 Kg/m² = 00 /m² Berat atap seng = Jarak gording x Jarak kuda kuda x Bj = 4. Perhitungan beban hidup (L) Beban hidup (L) = 70 Kg = 700 5. Perhitungan beban akibat angin Beban angin tekan = 3,40 /m Beban angin isap = -6,80 /m Jarak kuda kuda = 3,00 m Beban angin untuk setiap titik buhul = beban angin x jarak daerah beban untuk titik buhul, dimana panjang daerah beban = 0,5 x panjang batang Tabel Perhitungan Beban Angin Tekan Titik 6 7 Panjang Daerah Beban Angin Batang Yang Beban Tekan Berseberangan (m) () BC5 3,46 538,7 Total 538,7 BC5 3,46 538,7 BC8,3 359,67 Total 898,39 BC8,3 359,67 Total 359,67 Sumber : Perhitungan Berdasarkan Gambar Rencana 3

Tabel 3 Perhitungan Beban Angin Isap Titik 5 8 7 Panjang Daerah Batang Yang Beban Beban Angin Isap Berseberangan (m) () BC3 3,46 077,44 Total 077,44 BC3 3,46 077,44 BC9,3 79,33 Total 796,78 BC9,3 79,33 Total 79,33 Sumber : Perhitungan Berdasarkan Gambar Rencana Tabel 4 Rekapitulasi Gaya Gaya Batang (Tarik dan Tekan) omor Batang Besar Gaya - Gaya Yang Bekerja Pada Truss () Tarik (+) Tekan (-) BC 963, 0,00 BC 943,7 0,00 BC3 9704,0 0,00 BC4 97,76 0,00 BC5 0,00 33,50 BC6 57,66 0,00 BC7 0,00 8,9 BC8 0,00 888,37 BC9 0.00 8394,37 BC0 5974,37 0,00 BC 0,00 398,43 BC 64,9 0,00 BC3 0,00 584,4 Sumber : Perhitungan Berdasarkan SAP 000 versi 7.4 D. KOTROL DIMESI BATAG TEKA Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar, elemen batang terbuat dari kayu ukuran balok 60/0 dan panjang 3 m dengan kayu kelas A kode mutu E- dan balok di beri beban tekan maksimum 33,50.. Sifat penampang balok b = 0,06 m ; h = 0, m 4

0, m 0,06 m Jari jari girasi (r) mm 4 mm 4 ry < rx, maka rmin = 7,3 mm 4 Ke =,0 (sendi sendi) [SI 03 xxxx 000 butir 7.. (Gambar 7..)] Angka kelangsingan (KeL)/r =. Menghitung kuat tekan Kayu dengan kode mutu E- memiliki kuat tekan sejajar serat Fc = 4 MPa dan modulus elastisitas lentur Ew = 000 MPa [SI 03 xxxx 000 butir 3. (Tabel 3.)], faktor reduksi φ = 0,90 [SI 03 xxxx 000 butir 4.3.5 (Tabel 4.3.)] ilai C t diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38 < C maka nilai C t =,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, C F =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.]. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 5 mm x 5 mm, F b =,00 nilai C M = (F b /C F ) = (,00/,00 =,00) < 8 Mpa maka C M =,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-], faktor tahan stabilitas φs = 0,85 dan faktor tahanan tekan φc = 0,90 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan, c = 0,80 untuk batang massif [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3., hal III-]. 5

Kuat sejajar serat: MPa MPa 3. Menghitung faktor beban MPa MPa MPa 4. Menghitung tahanan tekan terkoreksi 5. Kontrol tekanan tekan berfaktor OK! 6

E. KOTROL DIMESI BATAG TARIK Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar, elemen batang terbuat dari kayu ukuran balok 60/0 mm dan panjang 3 m dengan kayu kelas A kode mutu E- dan balok di beri beban tarik maksimum 97,76.. Menghitung kuat tarik sejajar Faktor tahanan kayu kelas mutu A = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel.4, hal II-7], faktor kuat tarik sejajar serat Ft// = 50 MPa. MPa. Menghitung tahanan tarik terkoreksi ilai C t diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38 < C maka nilai C t =,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, C F =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.]. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 5 mm x 5 mm, F b =,00 nilai C M = (F b /C F ) = (,00/,00 =,00) < 8 Mpa maka C M =,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-], faktor koreksi tahan api Crt =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan, faktor tahanan serat φt = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal VI-3]. 3. Menghitung kebutuhan luas 7

mm Penampang pada daerah sambungan menentukan tegangan yang timbul karena terjadi pengurangan luas tampang akibat terdapat lubang alat sambung. Untuk itu kegiatan perencanaan diperkirakan terjadi pengurangan luas penampang sebesar 5% sehingga luas penampang bruto yang diperlukan adalah mm Pilih dimensi batang 60/0 mm yang memiliki luas 700 mm (boros pemakaian sehingga dianjurkan pakai dimensi batang 60/80) 4. Kontrol tahanan tarik Luas penampang yang ditetapkan kemudian dikontrol untuk melihat besar tahanan bahan OK! F. SAMBUGA MEKAIS MEGGUAKA BAUT. Sambungan pada batang BC5 dan BC a. Menghitung tahanan perlu sambungan gigi tunggal Sudut sambungan (θ = 0 ) terhadap BC, tebal kayu BC5 dan BC (b = 60 mm), sudut yang dibentuk oleh BC (θ = 0 ) terhadap BC5. Tinggi balok (h = 0 mm), faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan, faktor tahanan tekan φ = 0,90 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], panjang kayu muka (l m = 00 mm), kuat geser kayu (F v = 6,) berdasarkan Kode Mutu E- [Bahan Ajar Modul 8

Struktur Kayu, Tabel., hal II-8]. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 5 mm x 5 mm, F b =,00 nilai C M = (F b /C F ) = (,00/,00 =,00) < 8 Mpa maka C M =,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III- ]. ilai C t diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38 < C maka nilai C t =,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal. 33,50 BATAG BC BALOK 6/ BATAG BC5 BALOK 6/ BEHEL U 40,4 00 30 Celah 0 mm 963, 90 0 60 40 Penguat Gambar 3 Detail Batang BC5 dan BC b. Menghitung kuat tumpu kayu Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): 9

Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): c. Menghitung tahanan geser kayu bagian muka mm mm /mm OK! 0

. Sambungan pada batang BC, BC6 dan BC a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 80 ), tebal kayu BC6, BC dan BC = 60 mm, banyaknya baut (n = ). 57,66 BATAG BC6 BALOK 6/ BATAG BC BALOK 6/ 80 BATAG BC BALOK 6/ 943,7 963, Gambar 4 Detail Batang BC, BC6 dan BC b. Menghitung kuat tumpu kayu Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb):

Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4

d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV 3

e. Menghitung nilai koreksi : Faktor aksi kelompok (C g ) Menurut DS dari U.S (Tabel hal 7) mm =,6 in Interpolasi nilai Cg: A s = 5 in C g = 0,98 A s = in C g = 0,99 A s =,6 in f. Menghitung nilai koreksi : Geometrik (C ) Jarak tepi Jarak tepi yang tidak dibebani =,5D = 9,05 mm < 30 mm Karena a > a opt, maka C =,00 Jarak antar baris Karena I m /D = 60/,70 = 4,7, maka jarak antar baris pengencang adalah 60 mm. Jadi C =,00 g. Menghitung tahanan lateral acuan ijin sambungan (Z u ), maka 57,66 < 60,76 OK! 4

3. Sambungan pada batang BC5, BC6, BC7 dan BC8 Sambungan irisan antara batang BC5 dan BC6 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 60 ), tebal kayu BC5, BC6, BC7 dan BC8 = 60 mm, banyaknya baut (n = 4). BATAG BC8 BALOK 6/ 888,37 BATAG BC6 BALOK 6/ BATAG BC5 BALOK 6/ 53 BATAG BC7 BALOK 6/ 60 33,50 8,9 57,66 Gambar 5 Detail Batang BC5, BC6, BC7 dan BC8 b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC5 dan BC6 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): 5

Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 6

d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV 7

Sambungan irisan antara batang BC5 dan BC6 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 60 ), tebal kayu BC5, BC6, BC7 dan BC8 = 60 mm, banyaknya baut (n = 4). b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC5 dan BC6 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F em// ) /mm 8

ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F es ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s 9

Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV Sambungan irisan antara batang BC8 dan BC7 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 53 ), tebal kayu BC5, BC6, BC7 dan BC8 = 60 mm, banyaknya baut (n = 4). b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC6 dan BC7 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): 30

Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em53 ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 3

d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV 3

Sambungan irisan antara batang BC8 dan BC7 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 53 ), tebal kayu BC5, BC6, BC7 dan BC8 = 60 mm, banyaknya baut (n = 4). b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC6 dan BC7 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): 33

ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es53 ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em// ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m 34

Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV e. Menghitung nilai koreksi : Faktor aksi kelompok (C g ) Menurut DS dari U.S (Tabel hal 7) mm =,6 in Interpolasi nilai Cg: A s = 5 in C g = 0,98 A s = in C g = 0,99 A s =,6 in f. Menghitung nilai koreksi : Geometrik (C ) 35

Jarak tepi Jarak tepi dengan beban = 4D = 50,80 mm < 55 mm Jarak tepi yang tidak dibebani =,5D = 9,05 mm < 0 mm Karena a > a opt, maka C =,00 Jarak ujung Karena batang horizontal tidak terputus pada sambungan (batang menerus, maka factor koreksi jarak ujung tidak dihitung) Jarak antar baris Karena I m /D = 60/,70 = 4,7, maka jarak antar baris pengencang adalah 5D (5 x,70 = 63,50 mm). Jarak antar baris pengencang pada gambar adalah 65 mm. Jadi C =,00 g. Menghitung tahanan lateral acuan ijin sambungan (Z u ), maka 33,50 < 4549,47 OK! 4. Sambungan pada batang BC8, BC9 dan BC0 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur 36

baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 60 ), tebal kayu BC8, BC9 dan BC0 = 60 mm, banyaknya baut (n = 3). BATAG BC8 BALOK 6/ BATAG BC9 BALOK 6/ 60 60 888,37 BATAG BC0 BALOK 6/ 8394,37 5974,37 Gambar 6 Detail Batang BC8, BC9 dan BC0 b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC8, BC9 dan BC0 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): 37

ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em60 ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan 38

Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV e. Menghitung tahanan lateral acuan ijin sambungan (Z u ), maka 8394,37 < 0797,58 OK! 5. Sambungan pada batang BC, BC7, BC0, BC dan BC3 39

Sambungan irisan antara batang BC7 dan BC a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 33 ) terhadap BC dan BC7, tebal kayu BC, BC7, BC0, BC dan BC3 = 60 mm. 5974,37 BATAG BC7 BALOK 6/ BATAG BC BALOK 6/ BATAG BC0 BALOK 6/ 8,9 398,43 67 67 BATAG BC BALOK 6/ 33 33 BATAG BC3 BALOK 6/ 943,7 9704,0 Gambar 7 Detail Batang BC, BC7, BC0, BC dan BC3 b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC7 dan BC Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): 40

Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em67 ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 4

d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV Sambungan irisan antara batang BC7 dan BC a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur 4

baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 33 ) terhadap BC dan BC7, tebal kayu BC, BC7, BC0, BC dan BC3 = 60 mm. b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC7 dan BC Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es67 ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em// ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 43

d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s 44

Moda Kelelehan IV e. Menghitung tahanan lateral acuan ijin sambungan (Z u ) (Pelat bagian kiri), maka 943,7 < 6089,4 OK! (Pelat bagian kanan), maka 9704,0 < 6089,4 OK! 45