Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dimana : g = berat jenis kayu kering udara"

Transkripsi

1 1. TEGANGAN-TEGANGAN IZIN 1.1 BERAT JENIS KAYU DAN KLAS KUAT KAYU Berat Jenis Kayu ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaan kering udara. Sehingga berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering udara. Berat jenis menentukan kekuatan kayu. Selain berat jenis kekuatan kayu juga ditentukan oleh mutu kayu. Mutu kayu dibedakan dalam (dua) macam, yaitu mutu A dan mutu B yang selanjutnya dapat dibaca pada KKI (eraturan Konstruksi Kayu Indonesia) 1961 (NI-) pasal 3. Kekuatan Kayu digolongkan dalam klas kuat I, II, III, IV dan V. Tegangan-tegangan izin untuk kayu mutu A dengan klas kuat tertentu dapat dilihat pada daftar Iia KKI Untuk kayu mutu B tegangan-tegangan ijin dalam daftar Iia harus dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,. Apabila diketahui berat-jenis kayu, maka tegangan-tegangan ijin kayu mutu A dapat langsung dihitung dengan rumus seperti terdapat pada daftar IIb KKI 1961, sbb : lt 170.g (kg/cm ) ds// tr//.g ((kg/cm ) ds 40.g ((kg/cm ) // 0.g ((kg/cm ) Dimana : g = berat jenis kayu kering udara Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas harus diberi faktor reduksi sebesar 0,. Jika suatu kayu diketahui jenisnya maka dengan menggunakan lampiran I KKI 1961 dapat diketahui berat jenisnya. Dari lampiran I tersebut untuk perhitungan tegangan ijin sebagai berat jenis kayu diambil angka rata-rata dengan catatan bahwa perbedaan antara berat jenis maksimum dengan berat jeins minimum tidak boleh lebih dari 100 % berat jenis minimum, atau Bjmaks Bjmin Bjmin Jika perbedaan tersebut lebih dari 100 % harus digunakan berat jenis yang minimum, misalnya kayu keruing dari lampiran I KKI 1961 no. mempunyai Bj maks = 1,01 dan Bj min = 0,51, maka Bjmaks Bjmin 1,01 0,51 0,5 Bjmin 0, 51 sehingga dapat digunakan Bj ratarata = 0,76. Halaman 1

2 Dengan cara lain kita dapat langsung menggunakan klas kuat kayu yang terendah dari lampiran I tersebut. Disarankan untuk menggunakan rumus yang ada untuk menghitung tegangan ijin apabila telah diketahui berat jenis kayu. Kelas kuat kayu juga digunakan untuk menentukan medulus kenyal (elastisitas) kayu sejajar serat (E), yang dapat dilihat pada daftar I KKI Jadi apabila telah diketahui berat jenis kayu, maka untuk menentukan modulus kenyal kayu harus diketahui pula klas kuat kayu. Untuk itu hubungan antara klas kuat dan berat jenis kayu didapat sbb : Kelas Kuat Berat Jenis Kering Udara Kuat Lentur (Kg/cm ) Kuat Tekan (Kg/cm ) I II III IV V 0,90 0,60 0,90 0,40 0,60 0,30 0,40 0, Sumber : eraturan Konstruksi Kayu Indonesia, FAKTOR REDUKSI Harga tegangan-tegangan ijin dalam daftar IIa KKI 1961 maupun rumus tegangan yang telah diberikan di atas adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang bersifat tetap dan permanen, serta untuk konstruksi yang terlindung, jadi : Untuk sifat pembebanan tetap, faktor reduksi = 1 Untuk konstruksi terlindung, faktor reduksi = 1 Apabila pembebanan bersifat sementara atau khusus dan konstruksi tidak terlindung, maka harga tegangan ijin tersebut harus dikalikan dengan faktor reduksi sbb : Untuk konstruksi tidak terlindung, faktor reduksi = 5/6 Untuk konstruksi yang selalu basah (terendam air), faktor reduksi = /3 Untuk pembebanan yang bersifat sementara, faktor reduksi = 5/4 Untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran, dll), faktor reduksi = 3/ Faktor reduksi tersebut di atas juga berlaku untuk mereduksi kekuatan alat-alat sambung. 1.3 ENGARUH ENYIMANGAN ARAH GAYA TERHADA ARAH SERAT KAYU Apabila arah gaya yang bekerja pada bagian-bagian konstruksi menyimpang dengan sudut terhadap arah serat kayu, maka tegangan ijin desak atau tarik kayu harus dihitung sebagai berikut : ds//. sin ds// ds Faktor reduksi seperti yang diuraikan di atas juga harus diperhitungkan. Halaman

3 . ELEMEN-ELEMEN KONSTRUKSI.1 BATANG TARIK Didalam menentukan luas tampang batang yang mengalami tarikan harus diperhitungkan berkurangnya luas tampang akibat adanya alat-alat sambung. Untuk itu dalam hitungan selalu digunakan luas tampang netto (F nt ). Besarnya nilai F nt yakni : Fnt c. F br Dimana : c = adalah faktor perlemahan akibat adanya alat sambung F br = luas tampang bruto Besarnya faktor perlemahan dapat diambil seperti di bawah ini : 10 % untuk sambungan dengan paku 0 % untuk sambungan dengan baut dan sambungan gigi 0 % untuk sambungan dengan kokot dan cincin belah 30 % untuk sambungan dengan pasak kayu 0 % untuk sambungan dengan perekat. BATANG DESAK..1 Batang Tunggal Didalam merencanakan batang desak harus diperhatikan adanya bahaya tekuk, tetapi tidak perlu memperhatikan faktor perlemahan seperti batang tarik. Besarnya faktor tekuk () tergantung dari angka kelangsingan batang (). Halaman 3

4 ltk imin Dimana : l tk = panjang tekuk yang tergantung dari sifat-sifat ujung batang yakni sbb : Untuk jepit sendi : l tk 1/.l. Untuk jepit bebas : l tk. l Untuk sendi sendi : l tk l Untuk konstruksi rangka : l tk l i min = jari-jari inersia minimum Hubungan antara dan dapat dilihat pada daftar III KKI 1961, selanjutnya tegangan desak yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan desak yang diijinkan. I min F br ds. ds// Fbr Untuk merencanakan dimensi batang desak tunggal, sebagai pedoman awal dapat digunakan rumus-rumus sbb : Untuk kayu klas kuat I Untuk kayu klas kuat II Untuk kayu klas kuat III Untuk kayu klas kuat IV I min min 40. I 50. I 60. min I 80. min tk tk tk tk. l. l. l. l tk tk tk tk Dimana : tk = gaya desak (ton) l tk = panjang tekuk (m) I = dalam cm 4 min.. Batang Ganda Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga maupun empat batang tunggal yang digabungkan dengan diberi jarak antara. emberian jarak ini dengan maksud untuk memperbesar momen inersia yang berarti juga memperbesar daya dukung. Besarnya momen inersia terhadap sumbu bebas bahan dalam hal ini sumbu Y (lihat Gambar.1) harus diberi faktor reduksi sehingga besarnya dihitung sbb : Iy 1/4. (It 3. Ig) Dimana : I t = momen inersia yang dihitung secara teoritis (apa adanya) I = momen inersia yang dihitung dengan menganggap bagian-bagian ganda g menjadi tunggal Untuk momen inersia terhadap sumbu X tidak perlu direduksi. Halaman 4

5 Gambar.1 Batang Ganda Terhadap Sumbu Bebas Bahan Disyaratkan bahwa a.b, jika a >.b, maka untuk menghitung I t tetap diambil a =.b.3 BALOK LENTUR ada sebuah balok yang dibebani momen lentur harus dipenuhi syarat batas tegangan lentur dan lendutan. Tengangan lentur yang terjadi tidak boleh melampaui tengangan lentur yang diijinkan. lt Mmax Wn lt Dimana : W n = c. W c = adalah faktor perlemahan seperti batang tarik W = Momen tahanan = 1/6. b. h Lendutan yang terjadi tidak boleh lebih besar dari lendutan yang diijinkan seperti yang disyaratkan pada KKI 1961 pasal 1.5. Sedangkan syarat panjang bentang balok yang efektif dapat dilihat pada KKI 1961 pasal 1.1 Halaman 5

6 .4 BALOK YANG MENDUKUNG MOMEN DAN GAYA NORMAL.4.1 Lenturan dan Tarikan ada konstruksi yang mengalami lenturan dan tarikan, tegangan yang terjadi tidak diijinkan lebih besar dari tegangan tarik yang disyaratkan, yakni : tot Fnt. Mmax Wn tr// Dimana : tr// lt.4. Lenturan dan Desak ada konstruksi yang mengalami lenturan dan desakan, tegangan yang terjadi tidak diijinkan lebih besar dari tegangan desak yang disyaratkan, yakni : tot Fbr.. Mmax Wn ds// Dimana : ds// lt Halaman 6

7 3. SAMBUNGAN DAN ALAT-ALAT SAMBUNG 3.1 SAMBUNGAN DENGAN BAUT Garis tengah (diameter) baut paling kecil harus 10 mm (3/8 ), sedangkan untuk sambungan baik bertampang satu maupun bertampang dua dengan tebal kayu lebih besar dari pada 8 cm, harus dipakai batu berdiameter paling kecil 1,7 mm (1/ ). Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 (tiga) golongan menurut kekuatan kayu yaitu golongan I, II dan III. Agar sambungan dapat memberikan hasil kekuatan yang sebaik mungkin, hendaknya b = b/d yang diambil dari angka-angka yang tercantum dibawah ini. a. Golongan I untuk kayu klas kuat I (Kayu Rasamala) Sambungan bertampang satu : = 50. l. d. (1 0,60. sin ) atau b = 4,8 = 40. d. (1 0,35. sin ) Sambungan bertampang dua : = 15. m. d. (1 0,60. sin ) atau = 3,8 = 50. l. d. (1 0,60. sin ) b = 480. d. (1 0,35. sin ) b. Golongan II untuk kayu klas kuat II (Kayu Jati) Sambungan bertampang satu : = 40. l. d. (1 0,60. sin ) atau b = 5,4 = 15. d. (1 0,35. sin ) Sambungan bertampang dua : = 100. m. d. (1 0,60. sin ) atau = 4,3 = 00. l. d. (1 0,60. sin ) b = 430. d. (1 0,35. sin ) c. Golongan III untuk kayu klas kuat III Sambungan bertampang satu : = 5. l. d. (1 0,60. sin ) atau b = 6,8 = 170. d. (1 0,35. sin ) Sambungan bertampang dua : = 60. m. d. (1 0,60. sin ) Halaman 7

8 atau = 5,7 = 10. l. d. (1 0,60. sin ) b = 340. d. (1 0,35. sin ) Dimana : = kekuatan ijin baut dalam kg yang diambil yang terkecil; = sudut penyimpangan arah gaya terhadap arah serat kayu; l = tebal kayu tepi dalam cm; m = tebal kayu tengah dalam cm; d = garis tengah (diameter) baut dalam cm; Hasil kekuatan ijin baut yang diambil harus dikalikan dengan faktor reduksi seperti dalam pembahasan sub bab 1. diatas, yakni : r.. Dengan demikian dapat dihitung jumlah baut (n) yang akan direncanakan dengan persamaan : n Untuk kayu klas kuat di bawah III jarang digunakan sehingga tidak diberikan perumusannya. erencanaan sambungan dengan alat sambung baut harus memperhatikan syarat-syarat yang berlaku sesuai dengan KKI enempatan baut-baut dapat di lihat pada gambar dibawah ini : r Halaman 8

9 Gambar 3.1 enempatan Jarak-Jaak Baut o Arah gaya membentuk sudut (0 90 ) dengan arah serat kayu seperti gambar diatas, maka antara sumbu baut dan tepi kayu yang dibebani dalam arah gaya ditentukan dengan meninterpolasi linier diantara harga 5.d dan 6.d. o Contoh misalkan arah gaya membentuk sudut 45 dengan perumpamaan 0 untuk o jarak 5.d dan 90 untuk jarak 6.d dengan meninterpolasi linier maka akan diperoleh jarak 5,5.d. o 3. SAMBUNGAN DENGAN AKU Kekuatan paku untuk sambungan tampang satu dapat dilihat pada daftar Va (KKI 1961, hal. 6). Apabila pada sambungan digunakan paku yang memenuhi syarat untuk sambungan tampang dua, maka kekuatan paku dalam daftar Va dapat dikalikan dua. anjang paku untuk sambungan tampang satu biasanya diambil sebagai berikut : l p,5.l (l tebal kayu muka) Sedangkan untuk sambungan tampang dua biasanya diambil sebagai berikut : l p,5.m l (m tebal kayu tengah) Dari daftar Va tampak bahwa tebal kayu muka tempat awal paku masuk dibatasi 4 cm. Sehingga apabila tebal kayu lebih dari 4 cm, maka kekuatan paku tidak dapat dihitung berdasarkan daftar Va tersebut. Jadi apabila tidak menggunakan daftar V, kekuatan paku dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut : Sambungan bertampang satu : = 0,5. l. d. kd untuk l 7.d = 3,5. d. kd untuk l 7.d Halaman 9

10 Sambungan bertampang dua : = m. d. kd untuk m 7.d = 7. d. kd untuk m 7.d Harga kd (kokoh desak kayu) dapta dilihat pada daftar Va sesuai dengan Bj kayu yang bersangkutan. Dalam perencanaan, sambungan dengan alat sambung paku harus memperhatikan syarat-syarat dalam KKI Gambar 3. enempatan Jarak aku 3.3 SAMBUNGAN DENGAN ASAK asak adalah alat penyambung yang dimasukkan ke dalam takikan-takikan di dalam kayu yang akan dibebani oleh tekanan dan gesekan. asak hanya boleh dibuat dari kayu keras (lihat daftar IV, KKI hal. 0), besi atau baja. asak kayu keras yang mempunyai tampang persegi empat panjang, memasangnya harus sedemikian sehingga serat-seratnya terletak sejajar dengan serat-serat batang kayu yang disambung Sambungan dengan asak Kayu ersegi Sambungan dengan pasak kayu hanya digunakan untuk sambungan tampang (dua) saja. Arah serat kayu pada pasak dibuat sejajar dengan arah serat kayu pada batang yang disambung (batang asli). Ukuran-ukuran pasak itu harus diambil sebagai berikut : Tinggi pasak (t) : t 1,5 cm anjang pasak (a) : a 5.t dengan syarat : 10 cm a 15 cm Tegangan tekan yang diijinkan untuk kayu di dalam sambungan ini dapat diambil dari daftar II (KKI 1961, hal. 6) dengan mengigat jenis muatannya, kemudian tegangan tekan yang diijinkan tersebut harus dikalikan dengan faktor direduksi. Antara masing-masing pasak demikian juga antara pasak dan ujug kayu harus diberi baut pelengkap dengan garis tengah (diameter) baut 1,7 cm (1/ ). Halaman 10

11 Gambar 3.3 enempatan Jarak asak Kayu ersegi 3.3. Sambungan dengan asak Kayu Bulat Kubler Alat sambungan ini dapat digunakan untuk sambungan tampang dua atau lebih, kekuatan pasak kubler dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.1 Kekuatan asak Kubler untuk Kayu dengan Bj = 0,6 Diameter Garis Tengah Lebar Jarak t Kayu Kayu antara asak Muka d Baut min. pasak (cm) (cm) (cm) (cm) (ton) (cm) (cm) (cm) 6,6 1,6 1,7 1, ,6 1,7 1, ,6 1,7 1, Untuk Bj lainnya maka angka-angak pada tabel diatas harus diberi faktor pengkali sebanding dengan Bj-nya, yaitu Bj/0,6. Apabila arah gaya membentuk sudut terhadap arah serat kayu, maka kekuatan pasak berkurang sebagai berikut : //. (1 0,5. sin ) Cara memilih ukuran pasak dengan memperhatikan ukuran kayu minimum, misalkan pasak akan diletakkan setangkup dengan lebar kayu 14 cm, maka dapat diambil pasak 10 cm atau yang lebih kecil lagi sesuai dengan kebutuhan kekuatan pasak. ada prinsipnya jumlah pasak yang terpasang / digunakan semakin sedikit akan semakin baik karena menghemat panjang plat sambung. Halaman 11

12 Gambar 3.4 enempatan Jarak asak Kayu Bulat Kubler 3.4 SAMBUNGAN DENGAN CINCIN BELAH KREUGERS Cincin belah sebaiknya digunakan untuk sambungan tampang (dua) atau lebih dan pada satu sambungan dibatasi maksimal ada 3 (tiga) pasang cincin belah. Kekuatan cincin belah kreugers perpasangan untuk kayu dengan berat jenis 0,6 dapat dilihat pada Tabel 3.. Untuk Bj-lain harus diberi faktor pengkali sebanding dengan Bj-nya. Cincin belah ini sebaiknya digunakan untuk sambungan tampang dua atau lebih dan pada satu sambungan dibatasi maksimal ada 3 (tiga) pasang cincin belah. Apabila arah gaya yang membentuk sudut terhadap arah serat kayu maka kekuatan cincin belah berkurang sebagai berikut : //. (1 0,30. sin ) Cara memilih cincin belah tersbut berturut-turut dengan memperhatikan lebar kayu minimum, tebal kayu tengah minimum, tebal kayu tepi minimum dan jarak kayu muka yang direncanakan. enempatan jarak sambungan dengan cincin belah kreugers sama halnya dengan enempatan Jarak asak Kayu Bulat Kubler hanya saja sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 3.5 SAMBUNGAN DENGAN KOKOT BULLDOG Kekuatan kokot bulldog dapat dilihat pada Tabel 3.3 untuk kayu dengan Bj = 0,5. Untuk Bjlain harus diberi faktor pengkali sebanding dengan Bj-nya. Apabila arah gaya membentuk sudut terhadap arah serat kayu, maka kekuatan kokot bulldog berkurang sbb : //. (1 0,5. sin ) Cara memilih kokot bulldog tersebut dengan memperhatikan lebar kayu minimum dan tebal kayu muka minimum, serta diameter baut yang direncanakan. Halaman 1

13 Tabel 3. Kekuatan Cincin Belah Kreugers untuk Kayu dengan BJ = 0,6 Tanda Cincin Belah 100/19 100/5 100/31 15/5 15/31 15/37 /31 /37 /43 a b c d e f g h i Garis tengah cincin belah, D (mm) Tinggi cincin belah, H (mm) Tebal cincin belah, S (mm),0,0,0,5,5,5 3,1 3,0 3,0 Berat cincin belah, (gram) Garis tengah baut, d (mm) Cincin tutup x x x x x x 6 x 9 x 9 x 9 Lebar kayu min. h (mm) Tebal kayu tengah min, m (mm) Tebal kayu tepi min, l (mm) Kayu muka min, (mm) Jarak antar baut (mm) per pasang cincin belah dengan kayu muka Kayu muka (mm) (ton) 1,8,0,0,3,,6,5 3,0 3,0 3,5 3,5 4,0 4,0 4,8 4,6 5,4 5, 6,0 Halaman 13

14 Tabel 3.3 Kekuatan Kokot Bulldog untuk Kayu dengan Bj = 0,5 Bulldog Ukuran Standard Bulat (4,8 cm) Dengan gigi tinggi,5 (6, cm) Bulat,5 (6, cm) Bulat 3 (7,5 cm) Tinggi/tebal, mm Lubang Baut, mm Ukuran terkecil kayu, in/cm,5 x 0, 6,35 x 1,905, x 7/8 6,985 x, 3 x 1 7,6 x,54 3,5 x 1 8,89 x,54 Jarak antara ujung kayu sampai baut, cm (in) 4 (1,5 ) 6 (,5 ) 5,5 (,5 ) 7 (3 ) Jarak antar baut, cm (in) 7 (3 ) 9 (3,5 ) 9 (3,5 ) 11 (4,5 ) Diameter Baut, in mm 3/8 10 1/ 1 5/8 3/8 10 1/ 1 5/8 3/8 10 1/ 1 5/8 3/4 0 3/8 10 1/ 1 5/8 Beban maximum per-bulldog, ton 0, 0,3 0,5 0,4 0,5 0,6 0,4 0,5 0,6 0,6 0,5 0,7 0,8 Tabel Sambungan Bulldog Ukuran Standard Bulat 3, (9,5 cm) Bulat 4,5 (11,7 cm) ersegi 4 x 4 (10 x 10 cm) ersegi 5 x 5 (13 x 13 cm) Lonjong 3 x 5 (7 x 13 cm) Tinggi/tebal, mm Lubang Baut, mm x x ,5 Ukuran terkecil kayu, in/cm Jarak antara ujung kayu sampai baut, cm (in) 4 x 1,5 10, x 3,1 9 (3,5 ) 6 x 15,4 x 5,08 9 (3,5 ) 4,5 x 1,5 11,43 x 3,81 11 (4,5 ) 6 x 15,4 x 5,08 15 (6 ) 4 x 10, x 5, cm Jarak antar baut, cm (in) 14 (5,5 ) 14 (5,5) 17 (7 ) 3 (9 ) 18 1 cm Diameter Baut, in mm 1/ 1 5/8 3/4 0 3/ / 1 5/8 3/4 0 3/4 0 7/ /4 0 7/8 1 6 Beban maximum per-bulldog, ton 0,9 1,0 1, 1,5 1,7 1,3 1,5 1,7 1,7 1,8 0 1,3 1,4 1,5 Halaman 14

15 4. SAMBUNGAN GIGI 4.1 SAMBUNGAN GIGI Sambungan gigi berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya desak, sambungan ini dapat dibuat dalam 3 (tiga) keadaan, yakni : 1. Gigi tegak lurus pada batang mendatar;. Gigi tegak lurus pada batang diagonal; 3. Gigi menurut garis bagi sudut luar; Gambar 4.1 Sambungan Gigi Menurut Garis Bagi Sudut Luar Kedalaman gigi (tv) dapat dihitung dengan rumus sebagai beriktu : Keadaan 1 t v. Cos b. Halaman 15

16 Keadaan t v. Cos b. Keadaan 3 t v. Cos b. 1/. 1/. Dari ketiga keadaan tersebut yang paling baik dan sering dipakai adalah keadaan 3. Apabila o o 0 60 maka untuk menghitung tv pada keadaan 3 dapat menggunakan rumus praktis sebagai berikut : Kayu klas kuat I : t v 11. b Kayu Jati : Kayu klas kuat II : Kayu klas kuat III : Kayu klas kuat IV : t v 93. t v 73. t v 50. t v 37. b b b b Untuk ketiga keadaan tersebut juga harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Kedalaman gigi ( t v ) o 50 t v 1/4. h 50 o t v 1/6. h o o t v harus diinterpolasi linier Kayu muka ( l v ) H lv b. // dimana : H =. cos l v 15 cm Apabila terdapat tv atau lv yang terlalu besar sehingga tidak memungkinkan untuk menyambung di tempat yang bersangkutan, maka ada beberapa cara untuk mengatasinya : 1. Dipakai gigi rangkap. Memperlebar batang-batang kayu setempat 3. Mempertinggi batang-batang kayu setempat 4. Menggunakan kokot pada bidang takikan. Halaman

V. PENDIMENSIAN BATANG

V. PENDIMENSIAN BATANG V. PENDIMENSIAN BATANG A. Batang Tarik Batang yang mendukung gaya aksial tarik perlu diperhitungkan terhadap perlemahan (pengurangan luas penampang batang akibat alat sambung yang digunakan). Luas penampang

Lebih terperinci

PERENCANAAN BATANG MENAHAN TEGANGAN TEKAN

PERENCANAAN BATANG MENAHAN TEGANGAN TEKAN PERENCANAAN BATANG MENAHAN TEGANGAN TEKAN TUJUAN: 1. Dapat menerapkan rumus tegangan tekuk untuk perhitungan batang tekan. 2. Dapat merencanakan dimensi batang tekan. PENDAHULUAN Perencanaan batang tekan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

SIFAT MEKANIK KAYU. Angka rapat dan kekuatan tiap kayu tidak sama Kayu mempunyai 3 sumbu arah sumbu :

SIFAT MEKANIK KAYU. Angka rapat dan kekuatan tiap kayu tidak sama Kayu mempunyai 3 sumbu arah sumbu : SIFAT MEKANIK KAYU Angka rapat dan kekuatan tiap kayu tidak sama Kayu mempunyai 3 sumbu arah sumbu : Sumbu axial (sejajar arah serat ) Sumbu radial ( menuju arah pusat ) Sumbu tangensial (menurut arah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAKSI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PANJANG BATANG

PERHITUNGAN PANJANG BATANG PERHITUNGAN PANJANG BATANG E 3 4 D 1 F 2 14 15 5 20 A 1 7 C H 17 13 8 I J 10 K 16 11 L G 21 12 6 B 200 200 200 200 200 200 1200 13&16 0.605 14&15 2.27 Penutup atap : genteng Kemiringan atap : 50 Bahan

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI BATANG

PERENCANAAN DIMENSI BATANG PERECAAA DIMESI BATAG Pendahuluan Berdasarkan tegangan yang bekerja batang dapat diklasifikasikan: 1. Batang menahan tegangan tarik 3. Batang menahan tegangan lentur Terjadi Geser 2. Batang menahan tegangan

Lebih terperinci

1. Sambungan tampang satu 2. Sambungan tampang dua

1. Sambungan tampang satu 2. Sambungan tampang dua SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT Dikelompokkan menjadi dua macam: 1. Sambungan tampang satu 2. Sambungan tampang dua 1 SAMBUNGAN TAMANG SATU Arah gaya Arah gaya h Tampak depan b 1 b 2 Tampak penampang Baut teriris

Lebih terperinci

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS) A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah

Lebih terperinci

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS) A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah

Lebih terperinci

sehingga menjadi satu kesatuan stmktur yang memiliki sifat stabil terhadap maka komponen-komponennya akan menerima gaya aksial desak dan tarik, hal

sehingga menjadi satu kesatuan stmktur yang memiliki sifat stabil terhadap maka komponen-komponennya akan menerima gaya aksial desak dan tarik, hal BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuda - Kuda Papan Kuda-kuda papan adalah rangka kuda-kuda yang komponenkomponennya terbuat dari papan-papan kayu yang didesain sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan

Lebih terperinci

Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu

Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu Arusmalem Ginting Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta Jurnal Janateknika Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

STRUKTUR KAYU. Dosen Pengampu: Drs. DARMONO, M.T.

STRUKTUR KAYU. Dosen Pengampu: Drs. DARMONO, M.T. STRUKTUR KAYU Dosen Pengampu: Drs. DARMONO, M.T. KAYU Sebagai Negara tropis Indonesia kaya akan kayu sebagai hasil hutanya. Terdapat beberapa ribu jenis yang ada di nusantara ini. Ada beberapa macam sifat

Lebih terperinci

penelitian ini perlu diketahui tegangan dan kelas kuat kayu teriebih dahulu sebelum

penelitian ini perlu diketahui tegangan dan kelas kuat kayu teriebih dahulu sebelum BAB HI LANDASAN TEORI Landasan teori mengemukakan hubungan antara kuat tekan batang kayu tunggal dan kayu ganda. 3.1 Karakteristik Kayu Untuk mengetahui karakteristik kayu atau bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013 PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN 1961 NI- DAN SNI 7973:213 Eman 1, Budisetyono 2 dan Ruslan 3 ABSTRAK : Seiring perkembangan teknologi, manusia mulai beralih menggunakan

Lebih terperinci

batang tunggal yang dipisahkan pada ujung-ujungnya dan yang pada pertengahan

batang tunggal yang dipisahkan pada ujung-ujungnya dan yang pada pertengahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Spasi Kolom dari Timber Designers' Manual Spasi kolom dibentuk dari dua atau lebih batang-batang individu atau batang tunggal yang dipisahkan pada ujung-ujungnya dan yang pada

Lebih terperinci

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya Macam-macam Tegangan dan ambangnya Tegangan Normal engetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik,

Lebih terperinci

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal V. BATANG TEKAN Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama kolom. Perencanaan

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur VI. BATANG LENTUR Perencanaan batang lentur meliputi empat hal yaitu: perencanaan lentur, geser, lendutan, dan tumpuan. Perencanaan sering kali diawali dengan pemilihan sebuah penampang batang sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha memilih bahan yang tepat untuk membangun tempat tinggalnya dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I SIFAT DAN JENIS KAYU

BAB I SIFAT DAN JENIS KAYU BAB I SIFAT DAN JENIS KAYU A. PENGERTIAN TENTANG STRUKTUR KAYU. Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Sambungan Sambungan-sambungan pada konstruksi baja hampir tidak mungkin dihindari akibat terbatasnya panjang dan bentuk dari propil propil baja yang diproduksi. Sambungan bisa

Lebih terperinci

Oleh : As at Pujianto

Oleh : As at Pujianto BUKU AJAR STRUKTUR KAYU I Oleh : As at Pujianto Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Lebih terperinci

SAMBUNGAN DENGAN ALAT PENYAMBUNG

SAMBUNGAN DENGAN ALAT PENYAMBUNG Beban ( Kg) AMBUNGAN DENGAN ALAT PENYAMBUNG ambungan dengan alat penyambung adalah sambungan-sambungan yang terdiri dari, antara lain : ) ambungan dengan Bout ) ambungan dengan Paku 3) ambungan dengan

Lebih terperinci

Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu

Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu II.1 Sambungan Kayu Karena alasan geometrik, konstruksi kayu sering kali memerlukan sambungan perpanjang untuk memperpanjang kayu atau

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KAWAT BAJA SEBAGAI PENGGANTI BATANG TARIK PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU

PENGGUNAAN KAWAT BAJA SEBAGAI PENGGANTI BATANG TARIK PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU PENGGUNAAN KAWAT BAJA SEBAGAI PENGGANTI BATANG TARIK PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU Arifien Nursandah Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim 100 Sukolilo, Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API 3.1. Kerangka Berpikir Dalam melakukan penelitian dalam rangka penyusunan tugas akhir, penulis melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: LATAR

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

BATANG GANDA DENGAN KLOS

BATANG GANDA DENGAN KLOS BATANG GANDA DENGAN KLOS A.TUJUAN PERKULIAHAN. TUJUAN UMUM PERKULIAHAN (TUP) Setelah mempelajari materi tentang batang ganda dengan klos, secara umum anda diharapkan : Mampu menjelaskan pengertian batang

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI DENIE SETIAWAN NRP : 9721019 NIRM : 41077011970255 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., MT. FAKULTAS

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

STRUKTUR BAJA I. Perhitungan Dimensi Batang Tekan

STRUKTUR BAJA I. Perhitungan Dimensi Batang Tekan STRUKTUR BAJA I Perhitungan Dimensi Batang Tekan PLPada suatu batang yang s menerima gaya sebelum hancur terlebih dahulu akan Jadi sebelum sampai pada tegangan akan timbul tegangan tekuk. σ tk P k F Pers

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT Azhari 1, dan Alfian 2, 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau azhari@unri.ac.id ABSTRAK Batang-batang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu akan mempengaruhi kekuatan kayu dalam menerima dan menahan beban yang terjadi pada kayu itu sendiri. Pada umumnya kayu yang memiliki kadar

Lebih terperinci

Analisis Alternatif Rangka Atap..I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 95

Analisis Alternatif Rangka Atap..I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 95 ANALISIS ALTERNATIF RANGKA ATAP BAJA DENGAN RANGKA ATAP KAYU PEMBANGUNAN PASAR REMBIGA MATARAM I GUSTI AGUNG AYU ISTRI LESTARI Staf Pengajar Fak. Teknik Univ. Islam Al-Azhar Mataram ABSTRAK Atap merupakan

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TS 05 SKS : 3 SKS Kolom ertemuan 14, 15 TIU : Mahasiswa dapat melakukan analisis suatu elemen kolom dengan berbagai kondisi tumpuan ujung TIK : memahami konsep tekuk

Lebih terperinci

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya BABH TINJAUAN PUSTAKA Pada balok ternyata hanya serat tepi atas dan bawah saja yang mengalami atau dibebani tegangan-tegangan yang besar, sedangkan serat di bagian dalam tegangannya semakin kecil. Agarmenjadi

Lebih terperinci

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI-5 2002 DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh

Lebih terperinci

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan

Lebih terperinci

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: BAB VIII SAMBUNGAN MOMEN DENGAN PAKU KELING/ BAUT Momen luar M diimbangi oleh

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Sambungan Baut Pertemuan 6, 7 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

I. Perencanaan batang tarik

I. Perencanaan batang tarik IV. BATANG TARIK Komponen struktur yang mendukung beban aksial tarik maupun tekan sering dijumpai pada struktur rangka kuda-kuda. Gaya aksial tarik ataupun tekan memiliki garis kerja gaya yang sejajar

Lebih terperinci

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser] X. TEGNGN GESER 10.1. engertian Tegangan Geser Tegangan geser merupakan tegangan yang bekerja sejajar atau menyinggung permukaan. erjanjian tanda untuk tegangan geser sebagai berikut: Tegangan geser yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Sambungan Baut Pertemuan - 12 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Proses perancangan

Gambar 5.1. Proses perancangan 5. PERANCANGAN SAMBUNGAN BAMBU 5.1. Pendahuluan Hasil penelitian tentang sifat fisik dan mekanik bambu yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bambu, khususnya bambu tali, cukup baik untuk digunakan sebagai

Lebih terperinci

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan 4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI 4.1. Pendahuluan Dalam bidang konstruksi secara garis besar ada dua jenis konstruksi rangka, yaitu konstruksi portal (frame) dan konstruksi rangka batang (truss). Pada konstruksi

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University 3 BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1 4 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University Batang tarik 1 Contoh batang tarik 2 Kekuatan nominal 3 Luas bersih 4 Pengaruh lubang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PEKERJAAN KONSTRUKSI KAYU

BAB I PEKERJAAN KONSTRUKSI KAYU 1 BAB I PEKERJAAN KONSTRUKSI KAYU A. Kompetensi dan Sub Kompetensi Tabel 1. Kompetensi dan Sub Kompetensi Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu No. Komptensi/ Sub Kompetensi I. Menghitung Volume Kebutuhan

Lebih terperinci

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6.1. Pendahuluan Pada dasarnya kekuatan komponen merupakan bagian terpenting dalam perencanaan konstruksi rangka batang ruang, karena jika komponen tidak dapat menahan beban

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR 1. Perhitungan Lantai Kendaraan Direncanakan : Lebar lantai 7 m Tebal lapisan aspal 10 cm Tebal plat beton 20 cm > 16,8 cm (AASTHO LRFD) Jarak gelagar

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tarik

Komponen Struktur Tarik Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Struktur Tarik Pertemuan 2, 3 Sub Pokok Bahasan : Kegagalan Leleh Kegagalan Fraktur Kegagalan Geser Blok Desain Batang Tarik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2 BOEDI WIBOWO 1/3/2011 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, karena dengan

Lebih terperinci

Sambungan diperlukan jika

Sambungan diperlukan jika SAMBUNGAN Batang Struktur Baja Sambungan diperlukan jika a. Batang standar kurang panjang b. Untuk meneruskan gaya dari elemen satu ke elemen yang lain c. Sambungan truss d. Sambungan sebagai sendi e.

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI 03-2847-2002 ps. 12.2.7.3 f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan BAB III A cv A tr b w d d b adalah luas bruto penampang beton yang

Lebih terperinci

FUNGSI PELAT KOPEL BAJA PADA BATANG TEKAN ALBOIN FERDINAND ARIADY TAMBUN

FUNGSI PELAT KOPEL BAJA PADA BATANG TEKAN ALBOIN FERDINAND ARIADY TAMBUN FUNGSI PELAT KOPEL BAJA PADA BATANG TEKAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh ujian sarjana teknik sipil OLEH : ALBOIN FERDINAND ARIADY TAMBUN 06 0404 044

Lebih terperinci

SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA

SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA Sambungan di dalam struktur baja merupakan bagian yang tidak mungkin diabaikan begitu saja, karena kegagalan pada sambungan dapat mengakibatkan kegagalan struktur secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Mei 2010, bertempat di Laboratorium Pengeringan Kayu, Laboratorium Peningkatan Mutu Hasil Hutan dan

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

BAB II PERATURAN PERENCANAAN BAB II PERATURAN PERENCANAAN 2.1 Klasifikasi Jembatan Rangka Baja Jembatan rangka (Truss Bridge) adalah jembatan yang terbentuk dari rangkarangka batang yang membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 5 : Bantalan OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi bantalan dalam konstruksi jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan tipe bantalan serta penggunaan yang tepat sesuai

Lebih terperinci

Gb. 2.9 Balok Menerus

Gb. 2.9 Balok Menerus BALOK TERLENTUR 1 Jarak Bentang a Panjang perletakan dari sebua balok diatas dua perletakan arus diambil paling tinggi l/0 jarak antara kedua ujung perletakan Jarak-bentang diambil sebesar jarak antara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE

KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE Arusmalem Ginting Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta Jurnal Wahana Teknik (Jurnal Bidang Keteknikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Batang Tarik Pertemuan - 2 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax: Kuliah ke-6 Bar (Batang) digunakan pada struktur rangka atap, struktur jembatan rangka, struktur jembatan gantung, pengikat gording dn pengantung balkon. Pemanfaatan batang juga dikembangkan untuk sistem

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

Struktur Baja 2. Kolom

Struktur Baja 2. Kolom Struktur Baja 2 Kolom Perencanaan Berdasarkan LRFD (Load and Resistance Factor Design) fr n Q i i R n = Kekuatan nominal Q = Beban nominal f = Faktor reduksi kekuatan = Faktor beban Kombinasi pembebanan

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam

Lebih terperinci

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu: Sambungan Kayu Sambungan Kayu: Adalah sebuah konstruksi untuk menyatukan dua atau lebih batang kayu untuk memenuhi kebutuhan panjang, lebar atau tinggi tertentu dengan bentuk konstruksi yang sesuai dengan

Lebih terperinci

PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU

PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU 2 PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU Karena alasan geometrik, pada konstruksi kayu sering diperlukan sambungan yang berfungsi untuk memperpanjang batang kayu (overlapping connection) atau menggabungkan beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU ANALISIS SAMBUNGAN PAKU 4 Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, dinding, atau pada struktur rangka rumah. Tebal kayu yang disambung biasanya tidak terlalu tebal berkisar antara 20

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : 1. Kayu Bangunan Struktural : Kayu Bangunan yang digunakan untuk bagian struktural Bangunan dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya

Lebih terperinci

ANALISA TEKUK KOLOM KONSTRUKSI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN PELAT KOPPEL TUGAS AKHIR

ANALISA TEKUK KOLOM KONSTRUKSI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN PELAT KOPPEL TUGAS AKHIR ANALISA TEKUK KOLOM KONSTRUKSI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN PELAT KOPPEL TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh SISKA MONIKA

Lebih terperinci

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI 03 1729 2002 ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Maulana Rizki Suryadi NRP : 9921027 Pembimbing : Ginardy Husada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR Million Tandiono H. Manalip, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email : tan.million8@gmail.com

Lebih terperinci

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan dan atau unsur bangunan, termasuk segala unsur tambahan

Lebih terperinci

sipil. Kekuatan kayu sebagai bahan untuk struktur dipengaruhi oleh beberapa Kayu dapat menahan gaya tekan yang berbeda-beda sesuai dengan kelas

sipil. Kekuatan kayu sebagai bahan untuk struktur dipengaruhi oleh beberapa Kayu dapat menahan gaya tekan yang berbeda-beda sesuai dengan kelas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan salah satu bahan untuk struktur dalam bangunan teknik sipil. Kekuatan kayu sebagai bahan untuk struktur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Balok Lentur Pertemuan - 6 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

PASAK KAYU KUBLER SEBAGAI ALTERNATIF ALAT PENYAMBUNG PADA KONSTRUKSI KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

PASAK KAYU KUBLER SEBAGAI ALTERNATIF ALAT PENYAMBUNG PADA KONSTRUKSI KAYU DI KALIMANTAN SELATAN VOLUME 13, NO. 1, EDISI XXXI EBRUARI 2005 ASAK KAYU KUBLER SEBAGAI ALTERNATIF ALAT ENYAMBUNG ADA KONSTRUKSI KAYU DI KALIMANTAN SELATAN Darmansyah Tjitradi 1 ABSTRACT This paper is as result of the experimental

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU PROFIL TERSUSUN BENTUK

PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU PROFIL TERSUSUN BENTUK PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU PROFIL TERSUSUN BENTUK Mega Nospita Matana Ellen J. Kumaat, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: megamatana@ymail.com ABSTRAK

Lebih terperinci