PENDAHULUAN Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan ekstrem, cukup mudah pengembangannya dan tidak memerlukan lahan yang luas dalam pemeliharaannya (Moran-Fehr dan Boyaglozu, 1999; Budisatria, 2006; Budisatria et al., 2010). Selain itu, ternak kambing juga banyak digunakan sebagai sarana pengentasan kemiskinan dan program pemulihan sumber penghasilan masyarakat yang terkena bencana alam (Budisatria dan Udo, 2013). Menurut Haryanto et al. (1997), kambing Bligon yang merupakan kambing lokal Indonesia juga mempunyai keistimewaan dari segi reproduksinya, yaitu memproduksi cempe sepanjang tahun, tidak dipengaruhi musim seperti ternak-ternak dari daerah sub-tropis, dan mempunyai tingkat prolifikasi yang relatif tinggi. Kinerja ternak kambing sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor yang dibawa ternak itu sejak lahir dan merupakan faktor turunan dari induk, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang ada disekitar ternak seperti pakan, penyakit, tata laksana, iklim, dan lain-lain. Usaha peternakan kambing rakyat skala kecil yang dijalankan secara tradisional di desa Girisekar, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta adalah suatu model peternakan yang umum dilakukan oleh peternakpeternak kecil (pemillikan ternak kurang dari 10 ekor) di daerah Gunungkidul. Faktor-faktor seperti kondisi tanah yang tandus dan musim kemarau yang relatif panjang, kemampuan masyarakat dalam manajemen 1
pemberian pakan yang masih rendah serta tidak cukupnya pemahaman dalam pemuliaan, reproduksi dan pengendalian penyakit menyebabkan produktivitas kambing menjadi rendah. Pemanfaatan sumber daya lokal, termasuk bahan pakan secara maksimal merupakan langkah strategis dalam mencapai efisiensi produksi kambing. Penentuan prioritas dalam upaya mengeksplorasi dan eksploitasi berbagai bahan pakan alternatif pada akhirnya perlu didasarkan kepada pertimbangan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi bahan pakan antara lain ditentukan oleh pola volume dan logistik ketersediaannya serta tingkat kompetisi dengan pengguna lain. Keragaman bahan baku pakan yang tinggi menawarkan fleksibilitas yang tinggi bagi peternak, namun juga menawarkan kompleksitas bagi nutrisionis agar dapat dimanfaatkan secara efisien. Dari segi kuantitas, maka pakan lokal berserat tinggi (materi lingoselulosa) merupakan yang terbesar.beberapa kendala dalam pemanfaatan hasil sisa tanaman adalah 1) palatabilitas rendah, 2) nilai nutrisi rendah, 3) penanganan relatif sulit (pengeringan, penggilingan, transportasi dan penyimpanan), 4) ketersediaan musiman, serta 5) adanya potensi penggunaan untuk keperluan lain. Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan gudang ternak, baik sapi maupun kambing. Masalah pakan timbul karena tidak tersedianya hijauan pakan secara berkelanjutan sepanjang tahun. Semua jenis hijauan pakan dan legum yang tumbuh di daerah ini sangat tergantung pada suplai air. 2
Musim hujan hanya berlangsung sekitar 5 bulan dari bulan Januari Mei dan musim kemarau berlangsung selama 8 bulan dari bulan Juni Desember. Pada musim hujan terdapat pakan ternak yang berlimpah seperti rumput Raja (Pennisetum hybrid), tebon Jagung (Zea mays stalks) dan glirisidia ditambah jerami kacang tanah dan kedelai sedangkan pada musim kemarau jumlahnya berkurang (Wigati, 2010). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pakan di Gunungkidul, terutama pada musim kering adalah dengan fermentasi pakan menggunakan Biofit sebagai inokulum. Peningkatan kualitas pakan melalui teknologi fermentasi dapat menurunkan kadar serat dan meningkatkan kadar protein, mengubah struktur kimia substrat dari senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, serta mengeliminasi zat antinutrisi sekaligus meningkatkan kualitas substrat (Pujaningsih, 2005). Pemberian pakan dengan sistem pakan komplit akan terhindar dari seleksi pakan sehingga sebagian besar bagian pakan akan dapat dikonsumsi dan cenderung tidak selektif saat makan. Hijauan dan konsentrat yang digunakan dalam complete feed yaitu pakan lokal yang terdiri dari daun gamal, tebon jagung, klobot jagung, batang pisang, daun jati, gaplek, bekatul, dan pollard. Hijauan tersebut mempunyai kandungan nutrien yang rendah, sehingga perlu dilakukan pengolahan awal untuk meningkatkan kualitas pakan melalui proses fermentasi. Penggunaan bahan pakan lokal untuk complete feed diharapkan dapat meminimalisir biaya pakan karena menggunakan bahan pakan yang sudah tersedia di sekitar tempat tinggal 3
peternak tanpa harus membeli dan melaui proses fermentasi juga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisi complete feed itu sendiri. Mariyono dan Romjali (2007) menyatakan, complete feed merupakan salah satu pengembangan teknologi formulasi pakan, yaitu semua bahan pakan yang terdiri atas hijauan (limbah pertanian) dan konsentrat dicampur menjadi satu campuran yang homogen dan diberikan kepada ternak sebagai satu-satunya pakan tanpa tambahan rumput segar. Salah satu cara untuk meningkatkan kecernaan hijauan pakan lokal yang umumnya mempunyai kandungan serat yang tinggi dan kadar protein yang rendah adalah dengan melakukan fermentasi pakan menggunakan biofit sebagai inokulum. Biofit yang mengandung multimikrobia seperti bakteri selulolitik, proteolitik dan amilolitik diduga dapat meningkatkan nilai nutrisi pakan lokal yang akan difermentasi. Fermentasi merupakan salah satu teknologi untuk meningkatkan nilai gizi pakan berserat tinggi. Complete feed dengan bahan pakan lokal diharapkan dapat meminimalisir biaya pakan dan melaui proses fermentasi juga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisi complete feed itu sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh fermentasi complete feed yang menggunakan bahan pakan lokal sebagai bahan pakan sumber seratterhadap kualitas complete feed, konsumsi pakan, kecernaan nutrien, pertambahan bobot badan harian (PBBH), konversi pakan dan income over feed cost (IOFC) pada ternak kambing. Tujuan Penelitian 4
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian complete feed yang difermentasi terhadap kualitas complete feed, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, kecernaan nutrien, konversi pakan, feed cost per gain dan IOFC. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi kepada petani maupun peternakan modern mengenai potensi bahan pakan lokal bila dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak kambing, dan dapat mengetahui teknik peningkatan nutrisi bahan pakan lokal melaui proses fermentasi dan memberikan informasi IOFC usaha ternak kambing dengan mengunakan bahan pakal lokal. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan data yang sangat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di bidang peternakan kambing. 5