PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

Transkripsi

1 PENGANTAR Latar Belakang Peningkatan produksi peternakan tidak terlepas dari keberhasilan dalam kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam kegiatan produksi ternak sangat penting mengingat biaya pakan merupakan komponen yang terbesar dalam usaha peternakan. Khususnya dalam usaha ternak ruminansia, ketersediaan hijauan pakan di Jawa dan penyediaan bahan baku konsentrat yang bersaing dengan kebutuhan manusia maupun untuk bahan bakar (biofuel) merupakan masalah utama yang sampai saat ini masih terjadi. Untuk itu perlu adanya usaha pemecahan masalah antara lain dengan memanfaatkan produk samping seperti limbah kulit buah kakao atau yang disebut dengan pod kakao. Indonesia telah menargetkan untuk menjadi penghasil kakao terbesar di dunia pada tahun 2014, walaupun sampai tahun 2012 produksi kakao Indonesia masih kalah dari Pantai Gading dan Ghana. Negara Pantai Gading memproduksi buah kakao sekitar 1,6 juta ton di tahun 2010, sedangkan Ghana, meskipun dihambat masalah penyakit yang menyebar, tetap menduduki peringkat kedua dalam produksi kakao di dunia. Data dari Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan, Indonesia memproduksi 574 ribu ton kakao di tahun 2010 (Informasi Pertanian dan Perkebunan, 2013). Produksi kakao tahun 2012 sebesar ton atau meningkat 17 persen dari produksi 2011 sebesar ton. Pada 2014, Indonesia berkomitmen untuk mengalahkan kedua negara tersebut. Sebagai pendukung, pemerintah terus menggalakkan Gerakan Nasional (Gernas) Kakao (Investor Daily, 2013). 1

2 Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor andalan penyumbang devisa bagi negara di sektor non-migas dan sebagai sumber pendapatan utama bagi banyak petani (setelah komoditas karet dan minyak sawit dalam bentuk crude palm oil) terutama sejak terjadinya krisis ekonomi. Luas areal perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,78 juta hektar dengan rata-rata pertumbuhan lahan 4,42% per tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2013). Jember merupakan salah satu daerah yang potensial menghasilkan limbah dari pengolahan kakao, karena selain banyak petani rakyat menanam pohon kakao, juga terdapat PTP XII sebagai penghasil kopi dan kakao. Semakin meningkatnya produksi kakao baik karena pertambahan luas areal pertanaman maupun yang disebabkan oleh peningkatan produksi persatuan luas, akan meningkatkan jumlah limbah buah kakao. Komponen limbah buah kakao yang terbesar berasal dari pod kakao, yaitu lebih dari 70% dari total buah (Alemawor et al., 2009), atau 75% dari total buah (Nurani dan Mahata, 2009). Jika dilihat dari data produksi buah kakao yang mencapai ton/tahun, maka pod kakao yang dihasilkan sebesar 624 ribu ton/tahun. Apabila pod kakao ini tidak ditangani secara serius maka akan menimbulkan masalah lingkungan. Tumpukan pod kakao juga merupakan masalah dalam usaha perkebunan kakao yaitu sebagai pembawa (carrier) penyakit penggerek buah kakao (PBK) dibanding nilai kemanfaatannya. Penggerek buah kakao merupakan jenis penyakit yang paling banyak ditemui di perkebunan kakao di Indonesia (Wahyudi dan Misnawi, 2007). Pod kakao sebetulnya mempunyai kandungan gizi yang cukup baik untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak pengganti sebagian hijauan, karena 2

3 mempunyai kandungan protein kasar (PK) 8% dan energi total digestible nutrients (TDN) 50,8% (BPPT Sulawesi Selatan, 2008). Penggunaan pod kakao sebagai pakan dibatasi oleh adanya zat antinutrisi yaitu suatu zat alkaloid yang disebut theobromin (3,7 dimethylxantine). Kandungan theobromin dalam pod kakao dapat mengurangi konsumsi pakan pada ternak, dan dapat mengganggu kesehatan ternak apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Pod kakao yang diberikan secara langsung pada ternak akan menurunkan berat badan ternak, sebab kandungan lignoselulosa yang tinggi menyebabkan kecernaan pod kakao rendah. Kandungan selulosa dan hemiselulosa pod kakao masing-masing sebesar 35% dan 11% (Alemawor et al., 2009). Upaya peningkatan kualitas pod kakao dapat dilakukan baik secara fisik, kimia, biologi atau kombinasinya. Perlakuan secara fisik meliputi penggilingan, pembuatan pellet, penyinaran radiasi dan proses pengeringan. Perlakuan secara kimia dapat dilakukan perendaman asam atau basa, sedangkan perlakuan biologi dapat dilakukan secara fermentasi. Pada saat ini di lapangan sedang berkembang bahan aditif untuk complete feed berbahan baku limbah berupa inokulum mikrobia. Para petani menggunakan inokulum tersebut untuk meningkatkan nilai nutrisi produk pakannya. Keunggulan perlakuan dengan fermentasi inokulum mikrobia adalah selain mudah aplikasinya, dapat digunakan untuk peningkatan nilai nutrien produk. Produk inokulum komersial yang beredar di pasaran sebagian besar produksi luar negeri. Indonesia sangat terbuka kesempatan untuk mengembangkan inokulum dengan menggunakan isolat bakteri lokal. Tingginya keanekaragaman mikroorganisme yang ada di Indonesia sangat memungkinkan 3

4 untuk ditemukannnya isolat potensial guna dapat dikembangkan sebagai inokulum dalam proses fermentasi. Hasil fermentasi pod kakao sangat potensial untuk dijadikan sebagai pakan ruminansia bermutu. Ternak ruminansia yang saat ini cukup menarik untuk dikembangkan adalah ternak domba. Potensi domba dilihat dari segi ekonomi, sosial dan budaya sangat nyata. Domba mampu memberikan penghasilan sebesar 14% sampai 25% dari total pendapatan petani. Keanekaragaman sumberdaya genetik (plasma nutfah) ternak domba merupakan aset besar bangsa Indonesia. Ternak domba lokal mempunyai keunggulan, antara lain daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tropis dan mempunyai sifat reproduksi yang baik (Ngadiono, 2009). Atas dasar tersebut maka penelitian ini dirancang untuk mengkaji efektivitas penggunaan inokulum mikrobia yang berupa campuran berbagai mikrobia seperti mikrobia selulolitik, asam laktat dan amilolitik dalam mengatasi masalah antinutrisi berupa theobromin dan serat kasar dengan memanfaatkan kemampuan degradasi bakteri selulolitik dengan mengukur aktivitas enzim selulase, xanthin oksidase (XO) dan kemampuan degradasi theobromin serta kualitas produk hasil fermentasinya. Selain itu dikaji pula peran bakteri asam laktat yang mempunyai kemampuan meningkatkan daya simpan hasil fermentasi karena kemampuan bakteri asam laktat yang menghasilkan asam laktat yang bersifat preservative. Hasil fermentasi pod kakao yang dihasilkan sangat potensial untuk dijadikan sebagai pakan ruminansia yang bermutu. 4

5 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai manfaat pod kakao sebagai bahan pakan domba, sedangkan tujuan khususnya adalah: 1. Isolasi bakteri selulolitik dan bakteri asam laktat, serta mengetahui dosis penggunaan inokulum mikrobia dan waktu inkubasi yang optimum dalam proses fermentasi pod kakao secara anaerob. a. Mengetahui kemampuan pertumbuhan bakteri total dan bakteri asam laktat selama fermentasi pod kakao secara anaerob oleh inokulum mikrobia, dan menganalisis penurunan kandungan serat dan theobromin, serta mengetahui dosis penggunaan inokulum mikrobia dan waktu inkubasi yang optimum dalam fermentasi pod kakao. b. Mengisolasi bakteri selulolitik dari pod kakao yang difermentasi menggunakan inokulum mikrobia, serta menguji kemampuan isolat bakteri selulolitik yang diperoleh dalam menghasilkan enzim selulase, serta kemampuannya dalam mendegradasi theobromin. 2. Evaluasi kualitas nutrien complete feed berbahan baku utama pod kakao secara in vitro. a. Mengevaluasi kualitas nutrien complete feed berbahan baku utama pod kakao hasil fermentasi dengan penambahan inokulum mikrobia. b. Menguji pengaruh pemberian complete feed (dengan bahan baku utama pod kakao) hasil fermentasi terhadap fermentasi mikrobia rumen domba. 3. Evaluasi kualitas nutrien complete feed berbahan baku utama pod kakao secara in vivo. a. Mengevaluasi nilai cerna secara in vivo dari complete feed dengan bahan baku utama pod kakao terhadap kualitas hasil fermentasi. 5

6 b. Mengevaluasi kinerja produksi serta aseptabilitas produk pod kakao hasil fermentasi pada domba yang diberi pakan complete feed berbahan baku utama pod kakao hasil fermentasi. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Mengetahui landasan ilmiah penggunaan feed aditif berupa inokulum mikrobia yang sedang berkembang di masyarakat saat ini dengan memberikan informasi yang mendalam mengenai kinerja bakteri selulolitik dalam mendegradasi serat lignoselulosa dan senyawa alkaloid theobromin, juga peran dari adanya bakteri asam laktat dalam proses fermentasi pod kakao. 2. Diharapkan dapat menghasilkan produk luaran berupa pakan yang awet dan bermutu sebagai complete feed berbasis pod kakao ataupun pod kakao sebagai pengganti hijauan yang pemberiannya dapat mencapai 50% dari total pakan, dan masih dalam level aman untuk dikonsumsi ternak. 3. Mendapatkan formula pakan komplit berbasis pod kakao hasil fermentasi yang berpengaruh baik terhadap kinerja produksi ternak ruminansia dalam hal ini pada domba jantan yang sedang tumbuh. 6