BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar pada umumnya berasal dari peningkatan jumlah penduduk kota itu sendiri serta pertambahan penduduk dari arus urbanisasi dari desa ke kota (Panudju, 1999:8). Fenomena akan kebutuhan ruang terbuka kota yang jumlahnya sangat terbatas, dituntut untuk dapat mewadahi berbagai aktivitas/kegiatan. Akibatnya konflik penggunaan ruang terbuka antar berbagai kepentingan, baik kepentingan sosial, ekonomi, budaya, maupun estetika kota tidak dapat hindari. Konflik kepentingan di ruang terbuka publik kota lazim terjadi di berbagai negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, hal tersebut tidak selalu merupakan akibat dari perencanaan dan perancangan kota yang kurang matang ataupun lemahnya penegakan hukum, tetapi juga akibat kurangnya pemahaman tentang fungsi dan peran yang seharusnya diemban oleh suatu ruang terbuka publik, baik oleh masyarakat, maupun oleh pihak Pemerintah Daerah setempat. Keberadaan ruang terbuka publik di dalam kota sangatlah penting, baik bagi penduduk kota maupun lingkungan kota tersebut. Penyediaan ruang terbuka publik di dalam kota mutlak dilakukan, karena memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai fungsi sosial dan budaya, fungsi ekonomi, fungsi psikologi, fungsi ekologi, dan fungsi estetika. Penyediaan sebuah ruang, khususnya Ruang Terbuka Publik harus dapat digunakan untuk menampung berbagai aktivitas masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya (Carr, 1992:19). Salah satu fungsi ruang publik ad alah sebagai tempat bertemu, berinteraksi dan silaturrahmi antarwarga. Ruang publik juga dapat digunakan sebagai tempat rekreasi dengan bentuk kegiatan yang khusus, seperti berolahraga dan bersantai (Ahmad, 2002:32). 1
Keberhasilan penataan ruang terbuka publik yang telah dicapai di suatu kota belum tentu dapat diterapkan pada kota yang lain, karena masing-masing tempat memiliki permasalahan dan potensi yang berbeda-beda, baik menyangkut kondisi fisik dan lingkungan, sosial-ekonomi dan sosial-budaya masyarakat, maupun kemampuan lembaga yang berwenang menangani masalah ini. Oleh karenanya perlu adanya upaya untuk memahami berbagai faktor yang melatar-belakangi terbentuknya berbagai aktivitas di ruang publik, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan penataan ruang publik. I.2. Gambaran Umum Kota Palu Kota Palu merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah. Secara Administratif Kota Palu dibagi dalam 4 kecamatan dan 43 kelurahan. Luas wilayah Kota Palu adalah 395,06 km2 yang diapit oleh pegunungan di sisi timur dan barat, dan teluk yang memanjang. Kota Palu terletak dalam 0,36 0,56 Lintang Selatan dan 119,45 121,1 Bujur Timur dan berada tepat di bawah lintang garis Katulistiwa, dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Donggala Sebelas Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sigi Sebelas Barat Berbatasan dengan Kabupaten Donggala 2
Gambar 1.2a. Peta Wilayah Kota Palu Sumber : BPS Kota Palu 2008 Pertumbuhan penduduk kota serta arus urbanisasi yang semakin meningkat di Kota Palu tentunya tidak dapat dielakan, hal ini merupakan suatu fenomena yang sering terjadi disetiap perkotaan baik di Indonesia maupun kota-kota lain. Akan tetapi keterbatasan ruang kota, serta kebutuhan warga akan sebuah ruang tentunya merupakan tantangan bagi pemerintah setempat untuk bagaimana memanfaatkan ruang kota tersebut agar dapat menampung berbagai aktivitas warganya. Saat ini pemerintah Kota Palu sedang membenah wajah kotanya. Berbagai kebijakan pembangunan wilayah kota di berbagai sektor terus digalakkan. Salah satunya penataan sarana dan prasarana di sepanjang pesisir pantai teluk palu, Kenapa pada kawasan pesisir pantai?, karna kawasan tersebut sangat potensial dan memiliki daya tarik tersendiri bagi kota maupun masyarakat Kota Palu itu sendiri. Pembangunan serta penataan sarana dan prasarana sedang berlangsung dikawasan tersebut antara lain, pembangunan jalan di sepanjang pesisir pantai yang menghubungkan antara Palu Barat dengan Palu Utara, penataan jalur pejalan kaki di sepanjang tepian pantai, pembangunan taman-taman publik di seputaran kawasan pesisir pantai, serta pembangunan sarana dan prasarana lainnya. Hal ini tentunya merupakan bentuk 3
keseriusan pemerintah kota palu untuk mempercantik wajah kotanya, serta peningkatan kualitas ruang perkotaan dan memberikan ruang sosial bagi masyarakatnya. Kawasan Pantai Taman Ria Kawasan Pantai Talise Kawasan pesisir Teluk Palu terpisahkan oleh sungai yang membelah kawasan tersebut menjadi dua bagian yaitu sisi barat dan sisi utara, pada sisi barat atau lebih dikenal dengan kawasan pantai taman ria merupakan kawasan wisata kota yang memiliki beragam aktivitas dan atraksi wisata budaya. Adapun aktivitas tersebut di antaranya aktivitas rekreasi, olahraga, perdagangan dan jasa komersial, sosial pemerintahan, pendidikan dan kebudayaan, serta kegiatan sektor non formal. Sedangkan pada kawasan sebelah utara yaitu kawasan Pantai Talise merupakan kawasan padat pemukiman dan komersial, Aktivitas yang sering dijumpai pada kawasan ini berupa aktivitas yang bersifat formal. Oleh karena itu peneliti disini lebih tertarik mengkaji kawasan pantai taman ria dengan pertimbangan beragam aktivitas yang terjadi pada kawasan tersebut. Gambar 1.2b. Kawasan pesisir Teluk Palu Sumber : google earth 2010 4
I.2.1. Tinjauan Kawasan Taman Ria Pantai Taman Ria merupakan salah suatu obyek wisata Kota Palu yang paling banyak dikunjungi baik warga lokal maupun wisatawan, selain letaknya yang berada di pusat kota, pantai Taman Ria juga menawarkan berbagai keindahan alam, salah satu yang paling di gemari oleh masyarakat lokal adalah panorama pantai dan pegunungan yang mempesona. Selain keindahan alamnya, terdapat berbagai wahana bermain anak-anak, gedung pentas kesenian, jalur promanade dan lain sebagainya, yang semuanya merupakan fasilitas yang bersifat publik Gambar 1.2.1a. Kawasan pantai Taman Ria Palu ( Hasil survey 2010 ) Kawasan Taman Ria merupakan salah satu landmark Kota Palu dengan beragam aktivitas didalamnya. Adapun aktivitas yang berlangsung olahraga, seni dan budaya, serta kegiatan sektor informal, di antaranya aktivitas rekreasi, menjadikan kawasan ini tidak pernah sepi dari kunjungan masyarakat. Mulai dari masyarakat yang berkepentingan untuk aktivitas-aktivitas tertentu hingga masyarakat yang hanya ingin menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan santai maupun menikmati panorama di sekitar kawasan pantai Taman Ria. 5
Pada hari-hari libur atau momen-momen tertentu, aktivitas rekreasi di kawasan ini akan semakin meningkat dengan semaraknya kegiatan-kegiatan hiburan yang sengaja digelar untuk menghibur masyarakat secara a gratis. Keberadaan pedagang kaki lima juga semakin menambah kemeriahan kawasan ini, sehingga masyarakat pengunjung dari waktu ke waktu khususnya untuk kepentingan berekreasi, menghabiskan waktu luang sambil menikmati pantai, menonton pertunjukan, maupun hanya sekedar jajan makanan dan minuman sering kita jumpai. Gambar 1.2.1b. Aktivitas Kawasan ( Hasil survey 2010 ) Berbagai aktivitas di kawasan Pantai Taman Ria biasanya terjadi pada sore dan malam hari, namun aktivitas yang berlangsung hanya sebatas ruang jalan dan ruang jalur pejalan kaki yang berbatasan langsung dengan pantai, sementara ruang-ruang terbuka yang berada di sisi selatan jalan belum termanfaatkan oleh pengunjung. Suasana tropis lembab juga belum nampak disepanjang kawasan karenaa masih kurangnya tanaman-tanaman peneduh di sepanjang kawasan, pentingnya vegetasi dalam sebuah ruang terbuka publik untuk dapat meningkatkan kualitas ruang maupun kawasan. Namun disepanjang tepian pantai berdiri kios-kios pedagang kaki lima yang berjualan makanan dan minuman khas daerah setempat, serta jajanan yang tidak mendapat tatanan desain yang sesuai dengan karakter arsitektur setempat. Anehnya sebagian dari kios pedagang kaki lima tersebut berdiri di atas jalur pejalan kaki, sehingga pergerakan kendaraan maupun pengguna jalur pejalan kaki sering tergangu. Parkir kendaraan pengunjung dan pedagang yang menempati badan jalan menambah crowded pada ruang jalan kawasan taman ria. 6
Gambar 1.2.1c. Aktivitas Pengunjung ( Hasil survey 2010 ) Tingginya aktivitas pada kawasan taman ria, merupakan peluang bagi perkembangan kawasan tersebut, oleh karena itu untuk pengembangan kegiatan rekreasi dengan memanfaatkan potensi ruang publik di kawasan Taman Ria Palu sudah sepatutnya mendapat perhatian lebih, mengingat hal ini merupakan sesuatu yang baru dalam pembangunan Kota Palu. Disamping itu, upaya ini juga dilakukan sebagai alternatif pilihan untuk melakukan kegiatan rekreasi perkotaan yang bersifat modern bagi masyarakat Kota Palu dan sekitarnya. Namun yang perlu dicermati adalah tidak terwadahinya aktivitas-aktivitas yang berlangsung di kawasan Taman Ria dapat menjadi kendala bagi berkembangan kawasan tersebut. Hal yang perlu dilakukan sebagai dasar dari kajian ini adalah mengidentifikasi dan mengkaji kecenderungan aktivitas kawasan Taman Ria yang telah mengalami perkembangan fungsi sebagai kawasan ruang terbuka publik dengan beragam aktivitas, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga dapat ditentukan arah kebijaksanaan yang positif bagi keberlanjutan kawasan tersebut. 7
I.3. Rumusan Masalah Latar belakang permasalahan yang terungkap di atas memunculkan isu-isu yang terkait dengan beragam aktivitas di kawasan ruang terbuka publik Pantai Taman Ria Palu, sehingga dapat disimpulkan rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Keterbatasan ruang jalan dan ruang jalur pejalan kaki di sepanjang tepian pantai Taman Ria tidak sesuai dengan jumlah pengguna yang memanfaatkan ruang tersebut, sehingga konflik penggunaan ruang tidak dapat terhindarkan 2. Beragam aktivitas yang terjadi pada kawasan taman ria yang merupakan potensi bagi perkembangan kawasan tidak didukung oleh fasilitas-fasilitas penunjang yang mewadahi kegiatan-kegiatan di dalamnya. 3. Berdirinya kios-kios PKL di sepanjang pantai, menutupi pandangan kearah pantai yang merupakan daya tarik kawasan. Sehingga pantai terkesan sebagai halaman belakang (back area). Rumusan permasalahan tersebut perlu pembahasan dalam usaha mencari solusi arahan rancangan yang dapat menyelesaikan masalah. Untuk mengarahkan perkembangan kawasan, maka tahap selanjutnya diperlukan pertanyaan penelitian yang dapat membantu mencari variabel-variabel penelitian melalui tinjauan pustaka yang berkaitan dengan perumusan masalah. 1.4. Pertanyaan Penelitian Beberapa pokok rumusan masalah di atas, menimbulkan pertanyaan penelitian yang akan menjadi bahan penelitian lebih lanjut, antara lain : 1. Seperti apakah setting fisik di kawasan pantai taman ria? 2. Seperti apakah karakteristik aktivitas di kawasan Pantai Taman Ria? 3. Bagaimana hubungan aktivitas yang terjadi dengan setting fisik kawasan pantai taman ria? 8
4. Bagaimana arahan untuk menentukan setting fisik yang dapat mewadahi ragam aktivitas di kawasan Taman Ria? 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penyelesaian masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai wacana pengembangan ilmu, khususnya Ilmu Arsitektur di bidang Desain Kawasan Binaan yang berhubungan dengan aktivitas pada kawasan ruang terbuka publik dalam usaha menghidupkan potensi-potensi kawasan dan diharapkan dapat menjadi acuan penelitian yang berhubungan dengan pokok pembahasan permasalahan 2. Membantu Pemerintah Daerah/Kotamadya Palu menemukan pokok penyelesaian masalah di kawasan ruang terbuka publik yang berhubungan dengan beragam aktivitas serta bagaimana strategi menghidupkan potensi kawasan sehingga dapat dijadikan arahan dalam pengembangan kota khususnya mengenai Detil Tata Ruang Kota Palu 1.6. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menggambarkan eksisting kawasan Pantai Taman Ria sebagai kawasan Ruang Publik dengan beragam aktivitas di dalamnya. 2. Mengidentifikasi hubungan setting fisik kawasan dengan beragam aktivitas yang berlangsung di sepanjang tepian pantai Taman Ria untuk mengetahui kebutuhan ruang dan pengguna sebagai parameter arahan desain perkembangan Ruang Terbuka Publik di kawasan Pantai Taman Ria. 9
1.6. Keaslian Penelitian No 1 2 Nama Peneliti Hanifa Rosalia 2006 V. Reni Vitasurya 2004 Judul dan Tahun Lokasi Fokus Konflik antara peruntukan dengan Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik di kawasan Alun-alun Pekalongan. 2006 Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan aktivitas formal dan informal di ruang jalan Jendral Sudirman,Salatiga(batas TuguTaman Sari-Jalan A.yani,Salatiga) 2004 Kawasan Alunalun Pekalongan Penggal Jalan Sudirman,Salat iga. (batas Tugu Taman Sari-Jalan A. Yani Salatiga) Identifikasi keragaman aktifitas pengguna kawasan serta faktor-faktor penyebab konfliknya. Identifikasi hubungan akivitas formal dan informal yang tumbuh di depannya serta faktor apa saja yang mempengaruhi Metode Riset Deskripsif rasionalistik Deskripsif rasionalistik 3 Hariswan 2003 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Pada Kawasan Pusat Kota ditinjau dari teori hubungan perilaku dan lingkungannya pada Ruang Terbuka Imam Bonjol Padang. 2003 Ruang square Imam Padang Publik di Bonjol Identifikasi keragaman Fungsi dan aktifitas pengguna kawasan serta faktor-faktor yang mempengaruhi Deskripsif rasionalistik 4 Ruzetta H 2002 Penataan pedestrian kawasan Ruang Publik Kota Simpang Lima, Semarang. 2002 Ruang Publik Square Simpang Lima Semarang. Identifikasi keragaman fungsi dan penataan jalur pedestrian Deskripsif rasionalistik Untuk penelitian yang dilakukan ini, membahas tentang hubungan antara aktivitas dan setting fisik di ruang terbuka publik kawasan pantai taman ria. Metode yang digunakan sama dengan yang dilakukan sebelumnya, yang membedakan adalah komponen setting fisik yang diduga memiliki spesifikasi berbeda pada karakteristiknya, yaitu aktivitas yang terjadi disepanjang koridor jalan merupakan jalur tepian pantai yang merupakan kawasan wisata bahari dikota palu. 10