19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya perubahan ringan berupa deplesi folikel limfoid dan pembentukan kista. Deplesi yang ringan hampir ditemukan pada setiap kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan, relatif sedikit kista yang terbentuk dan deplesi tidak terlalu banyak. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, kelompok F1 yang diberi formula ekstrak tanaman Temulawak, Sambiloto, Meniran, dan Temu Ireng mengalami deplesi folikel limfoid dan kista yang relatif sedikit lebih banyak. Perubahan umum berupa kista dan deplesi folikel yang ditemukan pada gambaran histopatologi seluruh kelompok perlakuan diduga diakibatkan oleh pemberian vaksin selama pemeliharaan ayam. Menurut Wahyuwardani et al. (2011) vaksinasi dapat menyebabkan perubahan histopatologi pada organ bursa Fabricius, namun penyembuhan dapat lebih cepat terjadi. Kista merupakan suatu daerah yang kosong pada sel. Kista terbentuk akibat deplesi folikel limfoid yang terjadi secara terus menerus. Deplesi pada bursa Fabricius terjadi akibat nekrosa sel-sel limfoid sehingga jumlahnya berkurang dan ditunjukkan dengan kerenggangan sel-sel limfoid dalam tiap folikel, kemudian folikel limfoid akan menjadi mengkerut sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan folikel limfoid normal. Tingkat keparahan deplesi dipengaruhi oleh jumlah sel yang mengalami nekrosa (Wardani 2009). Perubahan yang sama juga ditemukan pada kelompok F2 yang diberi formula ekstrak tanaman Temulawak, Meniran, dan Temu Ireng, namun kista yang terbentuk relatif lebih sedikit dibandingkan F1. Pembentukan kista dan deplesi folikel limfoid pada kelompok F2 sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada F3 dan F4, sangat sedikit terbentuk kista dan deplesi folikel juga sedikit ditemukan dan tidak berbeda jauh dengan gambaran bursa Fabricius pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak Temulawak dan Temu Ireng serta pemberian kombinasi
21 Bursa Fabricius merupakan organ limfoid primer pada unggas yang menjadi tempat perkembangan sel-sel limfosit. Sel limfosit berdiferensiasi dari bentuk semula sebagai lymfoid stem cells yang kemudian berproliferasi dan matang menjadi sel limfosit yang fungsional. Pada unggas, lymfoid stem cells selanjutnya berdiferensiasi menjadi limfosit T pada organ timus dan menjadi limfosit B pada organ bursa Fabricius. Sel limfosit pada bursa Fabricius akan berkembang dalam suatu folikel limfoid yang berbentuk seperti kancing bulat (button). Semakin banyak sel limfosit yang berkembang dan matang maka folikel limfoid tersebut akan padat penuh berisi sel limfosit (Murtini et al. 2006). Formula Temulawak dan Temu Ireng memperlihatkan pengaruh yang hampir sama dengan formula Meniran dan Sambiloto. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan dari kurkumin yang terkandung dalam Temulawak, kandungan Andrographolide dalam Sambiloto, dan kandungan flavonoid dalam Meniran dan Temu Ireng. Kurkumin selain dapat menghambat replikasi virus, berfungsi sebagai imunostimulator fagositosis dan meningkatkan kemampuan limfosit (Sufiriyanto dan Indradji 2007). Menurut Jarukamjorn dan Nemoto (2008), kandungan Andrographolide dalam sambiloto dapat mengganggu jalur pemindahan materi genetik virus dan bakteri sehingga efektif untuk melawan agen infeksi. Flavonoid yang terkandung dalam Meniran dan Temu Ireng merupakan komponen yang bersifat imunomodulator yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh hingga mampu menangkal serangan virus, bakteri atau mikroba lainnya (Suhirman dan Winarti 2007). Selain itu, pemberian ekstrak benalu teh yang mengandung flavonoid mampu meningkatkan jumlah folikel limfoid aktif dan bersifat sebagai mitogen (Murtini et al. 2006). Mitogen merupakan agen yang mampu menginduksi pembelahan sel, baik sel T maupun sel B (Miksusanti 2010).
22 Rasio Total Luasan Folikel terhadap Luasan Plika Bursa Fabricius Hasil analisis statistik terhadap rasio total luasan folikel terhadap luasan plika bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat yaitu Temulawak, Sambiloto, Meniran, dan Temu Ireng dapat dilihat dari Tabel 2. Tabel 2 Rasio total luasan folikel terhadap luasan plika Perlakuan Rasio total luasan folikel terhadap luasan plika Kontrol 0.4141 ± 0.0752 a 41,4 F1 0.3544 ± 0.0538 a 35,4 F2 0.3552 ± 0.0580 a 35,5 F3 0.4235 ± 0.0949 a 42,3 F4 0.5551 ± 0.1154 b 55,5 Persentase (%) Keterangan: Huruf superskript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). F1 = Temulawak, Temu Ireng, Sambiloto, dan Meniran; F2 = Temulawak, Temu Ireng, dan Meniran; F3 = Temulawak dan Temu Ireng; F4 = Meniran dan Sambiloto; K = kontrol negatif. Dari semua kelompok perlakuan, kelompok yang mempunyai rasio total luasan folikel terhadap luasan plika tertinggi adalah kelompok F4, yaitu kelompok yang diberi formula ekstrak Sambiloto dan Meniran. Hasil kelompok F3 yang diberi formula Temulawak ditambah Temu Ireng berada pada urutan kedua diikuti kontrol, F2 dan F1. Secara analisis statistik, kelompok F4 berbeda nyata dengan kelompok kontrol dan kelompok lain dan memperlihatkan tingkat rasio total luasan folikel terhadap luasan plika tertinggi. Sedangkan kelompok F1, F2, dan F3 tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol. Hasil yang berbeda nyata pada kelompok perlakuan F4 yang diberi formula Meniran dan Sambiloto diduga mengalami proliferasi limfosit yang diakibatkan oleh potensi Meniran dan Sambiloto sebagai imunomodulator yang memiliki kandungan senyawa flavonoid. Menurut Mulyantini (2010), imunomodulator bekerja dengan cara meningkatkan proses pematangan sel yang berperan dalam respons imun dan meningkatkan proses proliferasi sel, sehingga
23 jumlah antigen yang dapat dieliminasi lebih banyak dan titer antibodi yang dihasilkan lebih tinggi. Untuk menimbulkan respons imun, sel B dan sel T harus saling berinteraksi satu dengan lainnya. Secara umum, sel B yang mengenali dan mengikat antigen yang spesifik memerlukan kerjasama dengan sel T-penolong (Th). Kandungan flavonoid dalam Meniran dan Sambiloto diduga dapat meningkatkan ekspresi interleukin-2 serta meningkatkan produksi faktor pertumbuhan dan diferensiasi (growth and differentiation factor) untuk sel B. Interleukin-2 dapat meningkatkan pertumbuhan sel yang memiliki ekspresi interleukin-2 termasuk Th dan Tc. Sel Th berperan penting dalam proliferasi sel B untuk menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Untuk aktifasi lengkap dari sel B masih diperlukan signal dari Th berupa B Cell Growth Factor (BCGF) dan B Cell Differentiating Factor (BCDF). BCGF akan merangsang proliferasi sel B dan BCDF merangsang diferensiasi menjadi sel plasma dan membentuk antibodi (Radji 2010). Menurut Haskito (2011), ekstrak daun srikaya yang mengandung flavonoid dapat bekerja sebagai imunostimulan dengan cara meningkatkan pertambahan jumlah limfosit B. Penelitian Ziaran et al. (2005) menyebutkan bahwa pemberian flavonoid pada mencit menyebabkan augmentasi dari IL-1, IL-2, IL-4, dan CD + 4/CD + 8 yang dapat meningkatkan produksi antibodi. Flavonoid juga dapat berfungsi sebagai antioksidan dengan cara menghambat terbentuknya radikal bebas, menghambat peroksidasi lemak dan mengubah struktur membran sel. Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya juga melalui daya tangkap terhadap radikal bebas (Junieva 2006). Sifat antioksidan dalam flavonoid diduga dapat melindungi jaringan terhadap radikal bebas yang terlibat dalam beberapa kondisi patologis seperti kanker dan peradangan kronis (Sharma et al. 2009).