BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dengan adanya hasil pertemuan dari World Summit on the Information Society

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian Jasa

BAB III LANDASAN TEORI. A. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model ini menggabungkan delapan model sekaligus, yaitu:

Model-Model User Acceptance

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pikkarainen et al. (2004: 204) mendefinisikan E-banking sebagai sebuah

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teknologi Komputer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. proses bisnis. Teknologi informasi adalah seperangkat alat untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara langsung, kapan saja, dan dimana saja. bernama UWKS Academic Smart Mobile. Aplikasi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. manual (kertas). Pengumpulan data secara manual dapat mengurangi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

BAB 1 PENDAHULUAN. keseharian kita. Begitu juga alat transportasi. Di Indonesia, terdapat tiga jenis

Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Evaluasi Penerimaan Teknologi Informasi Mahasiswa di Palembang Menggunakan Model UTAUT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pengertian Sistem

BAB 2 TINJAUAN TEOROTIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi Stikom Institutional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistemsubsistem

PENDAHULUAN. sebagai e-learning. Namun dalam perkembangannya e-learning memiliki

TINJAUAN BEBERAPA MODEL TEORI DASAR ADOPSI TEKNOLOGI BARU

SKRIPSI HALAMAN SAMPUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AUDITOR TERHADAP PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERILAKU PENGGUNA SISTEM UNIKOM KULIAH ONLINE MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Tercatat dalam statistik Bank Indonesia (2012), banyaknya perusahaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. populer dan lebih manjanjikan dalam dunia bisnis adalah internet. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENERIMAAN JEJARING SOSIAL GOOGLE+ PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI WILAYAH JAKARTA SELATAN

BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI. 2.1 Payment Gateway

Fitri Imandari Endang Siti Astuti Muhammad Saifi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN TEKNOLOGI SISTEM UJIAN ONLINE DENGAN MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian

KAJIAN TERHADAP PERILAKU PENGGUNA SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

LANDASAN TEORI. akhir ini, adapun teori-teori yang digunakan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Artikel Ilmiah. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh gelar Sarjana Sistem Informasi. Peneliti: Indahyana Putri Manafe

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI PENERAPAN FROFAST MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111.

BAB I PENDAHULUAN. (hardware) dan perangkat lunak (software) memberikan kekuatan untuk mengelola

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mengambil keputusan yang tepat, Tata Sutabri (2004:6). Informasi yang bersifat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perbandingan Usabilitas Aplikasi Taxi Online Android (Grab-car dan Uber) Menggunakan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 19 / PER/M.KOMINFO / 12 / 2010 TENTANG

PENERAPAN MODEL UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY ( UTAUT) DALAM MENGANALISIS PENGGUNAAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SIMULASI

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Penerapan Metode UTAUT untuk Memahami Penerimaan Aplikasi Kamus Istilah Akuntansi pada Smartphone

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) adalah model yang mengadopsi theory of

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENERIMAAN TEKNOLOGI INFORMASI DI BEBERAPA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI KOTA PALEMBANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. akurat, dan secepat mungkin. Meningkatnya kebutuhan ini seiring dengan

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Internet sudah menjadi alat komunikasi online yang sangat penting

MODEL PERILAKU PENGGUNAAN TIK PADA UMKM DI WILAYAH BEKASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN UTAUT

PENERAPAN METODE UTAUT (UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY) DALAM MEMAHAMI PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN WEBSITE KKN LPPM UNISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. 1. Teori Technology Acceptance Model (TAM)

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini menjadikan internet sebagai bagian penting

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fokus utama penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder sebagai. dasar untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI TERRHADAP KINERJA INDIVIDU

BAB III METODE PENELITIAN

eksternal (external variables) pada keyakinan (beliefs), sikap (attitudes), dan niat

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah penggunaan internet. Dalam setiap hal pasti memiliki kemanfaatan

Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi menggunakan Pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use Technology

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of

BAB I PENDAHULUAN. Era perkembangan informasi saat ini berkembang sangat pesat seiring

PENERAPAN METODE UTAUT UNTUK MEMAHAMI PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN APLIKASI TRANSPORTASI ONLINE (STUDI KASUS : WILAYAH JABODETABEK)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi adalah manusia yang secara psikologi memiliki suatu perilaku (behavior)

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

HUBUNGAN FAKTOR PENERIMAAN APLIKASI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTERMENGGUNAKAN MODEL UTAUT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi untuk meningkatkan pelayanannya. Teknologi informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat menjadi bagian dari sarana

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DENGAN MINAT PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam diagram alur penelitian di bawah ini : Diagram Alur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Logika dan Desain Pemrograman adalah salah satu mata kuliah yang ada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya hasil pertemuan dari World Summit on the Information Society (WSIS) dan melihat angka tingkat kepemilikan komputer serta data disparitas ketersediaan infrastruktur antara pedesaan dan perkotaan mendorong Kementrian Komunikasi dan Informatika membuat Rencana Strategis (Renstra) tahun 2010-2014. Dengan tujuan tersedianya akses komunikasi dan informatika yang merata diseluruh indonesia (mengecilnya kesenjangan digital), tersedianya akses dan layanan komunikasi dan informatika yang modern dengan indikator yang tampak dan salah satu target pencapaian tahun 2014 adalah tingkat penetrasi pengguna internet sekurang-kurangnya 50 persen dan tersedianya layanan akses informasi dan komunikasi di wilayah non komersial dengan target capaian tahun 2014 desa yang dilayani akses internet mencapai 80 %. Salah satu perwujudan dari rencana strategis tahun 2010-2014 dalam menjawab berbagai tujuan pencapaian di tahun 2014 Menkominfo adalah memberikan bantuan program penyediaan jasa akses internet pada wilayah pelayanan universal telekomunikasi kecamatan. Perwujudan program tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 48/PER/M.KOMINFO/11/2010 tentang penyediaan jasa akses internet pada wilayah pelayanan universal telekomunikasi internet kecamatan. Pada pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) internet kecamatan di laksanakan melalui penyediaan PLIK di 1

ibukota kecamatan yang terdiri dari, PLIK yang bersifat tetap dan PLIK yang bersifat bergerak (mobile). Berjalanya program Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) yang telah tersebar di wilayah yang masih tertinggal dalam akses informasi dan komunikasi merupakan langkah baru pemerintah untuk menjadikan masyarakat melek terhadap perkembangan teknologi, tentunya dengan didukung fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang memadai. Fasilitas teknologi informasi yang diberikan pemerintah pada Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) antara lain memperkenalkan komputer, pelayanan akses internet, pelayanan publik (pembayaran PLN, pembuatan KTP dll secara online) dan melakukan Video conference melalui yahoo massager, skype dan MSN. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu wilayah yang mendapatkan bantuan Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK). Kementrian kominfo memberikan lima unit bantuan Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) dan menunjuk Kabupaten Bojonegoro sebagai pengelola dan penanggung jawab atas bantuan tersebut. Dari kelima bantuan tersebut dua di antaranya berada di wilayah kabupaten Lamongan dan kabupaten Tuban serta tiga unit lain ditempatkan di wilayah kabupaten Bojonegoro. Bantuan yang telah ditempatkan di wilayah yang sudah di tentukan masing-masing diberi nama oleh dinas Kominfo kabupaten Bojonegoro antara lain yaitu Mobil-PLIK yang ditempatkan di wilayah kabupaten Lamongan di beri nama Mobil-PLIK Distrik 10 Bojonegoro, untuk di wilayah Tuban diberi nama Mobil-PLIK Distrik 11 Bojonegoro, dan untuk wilayah kabupaten Bojonegoro antara lain diberi nama Distrik 12 Bojonegoro 2

yang berada di kecamatan Sumberejo, Distrik 13 Bojonegoro berada di kecamatan Purwosari, Distrik 14 berada di kecamatan Kasiman. Kabupaten Bojonegoro sendiri mempunyai luas wilayah sekitar 230.706 Ha yang terbagi dalam 28 kecamatan dan 430 desa, jumlah penduduk Kabupaten Bojonegoro berjumlah 1.472.865 jiwa dan sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani. Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) merupakan langkah nyata pemerintah dalam mengatasi kesenjangan digital serta percepatan teknologi informasi, dengan adanya Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) masyarakat kabupaten Bojonegoro khususnya yang berada di daerah terpencil ditambah dengan pembangunan infrastuktur Teknologi Informasi yang masih kurang dapat memanfaatkan layanan yang ada khususnya dalam pencarian informasi melalui internet. Pada tahun 2012 Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kabupaten Bojonegoro mendapatkan penghargaan ISO Award dari Kementrian Komunikasi dan Informatika sebagai pengguna Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan dengan dua kriteria penilaian yaitu terkait karya tulis Mobil-PLIK dan pembinaan kecamatan Mobil- PLIK. Dari lima unit Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan yang diserahkan kepada Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Bojonegoro yang dinilai berhasil dan di tunjuk sebagai percontohan adalah Mobil-PLIK Distrik 13 Bojonegoro yang menjalankan program layanan internet kecamatan di Lima kecamatan diantaranya kecamatan Purwosari, kecamatan Malo, kecamatan Kalitidu, kecamatan Ngasem, dan kecamatan Ngraho. Menurut Badan Pusat Statistik kabupaten Bojonegoro (2013) menyebutkan sampai akhir tahun 2012, dari kelima kecamatan yang menjadi sasaran Mobil-PLIK 3

Bojonegoro Distrik 13 hanya sebagian yang memiliki sarana informasi dan komunikasi khusunya Warung Internet (Warnet) yaitu kecamatan Ngasem, kecamatan Kalitidu dan kecamatan Ngraho. Adanya fasilitas Warung Internet (Warnet) dibeberapa kecamatan itupun belum menjangkau sampai kepelosok desa. Hal ini dikarenakan dalam satu kecamatan hanya memiliki 3 sampai 7 warung internet. Hasil data diatas menunjukkan bahwa kesenjangan digital terjadi dikabupaten Bojonegoro dan menjadikan alasan mengapa dinas Kominfo kabupaten Bojonegoro menempatkan salah satu bantuan Mobil-PLIK di lima Kecamatan yang masuk dalam target Mobil-PLIK Distrik 13, dengan tujuan untuk mengenalkan dan memanfaatkan internet khususnya bertujuan untuk mengurangi kesenjangan digital. Kurangnya sarana infrastruktur Informasi dan komunikasi yang belum memadai di kabupaten Bojonegoro menjadikan Mobil-PLIK berjalan sesuai dengan fungsinya dan di nobatkan sebagai program layanan percontohan. Hal ini menjadi menarik ditengah kecenderungan perkembangan teknologi yang sangat pesat khususnya media internet, pengoprasian program Mobil-PLIK sebagai sesuatu yang baru dan berjalan kurang lebih dua tahun lamanya ditengah-tengah masyarakat, telah menjadikan masyarakat belajar bagaimana memanfaatkan dan menggunakan fasilitas yang diberikan Mobil-PLIK khususnya fasilitas akses internet untuk membantu kehidupan sehari-hari sehingga menciptakan masyarakat yang melek informasi. Melihat masyarakat yang notabenya bermata pencaharian petani, pedagang dan pelajar peneliti tertarik untuk mencari tahu faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan fasilitas layanan internet pada Mobil-PLIK 4

Distrik 13 di kabupaten Bojonegoro dengan menggunakan empat prediktor yang di kembangkan oleh Venkathes (2003) yang biasa disebut dengan teori penerimaan dan pemanfaatan teknologi informasi Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas peneliti menarik suatu rumusan masalah antara lain adalah sebagai berikut: Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan fasilitas layanan internet pada Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) Distrik 13 di Kabupaten Bojonegoro? Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa prediktor dari teori yang di kembangkan oleh Vanketesh (2003) yang di beri nama Unified Theory of Acceptance and Use of Technology dan didalamnya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan teknologi sistem infromasi baru untuk khalayak antara lain Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, Facilitating Condition dengan menambahkan moderate variabel. Penelitian ini tidak membahas faktor diluar dari prediktor yang telah disebutkan. C. Tujuan Penelitian Adapun dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat ditentukan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan fasilitas layanan internet pada Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) Distrik 13 di kabupaten Bojonegoro 5

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik dari segi akademis maupun praktis yaitu antara lain: 1. Segi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, kajian dan dapat bermanfaat sebagai referensi mahasiswa ilmu komunikasi yang dapat menunjang untuk pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Segi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan media baru dimana kurangnya infrastruktur akses internet belum memadai pada wilayah terpencil. Dan di harapkan penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai ilmu komunikasi dan media, sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk melangkapi penelitian bagi pihak yang berkepentingan. E. Kerangka Teori Perkembangan masyarakat pada dasarnya sangat bergantung pada informasi. Informasi sendiri sering dikaitkan dengan perkembangan teknologi seperti komputer dan jaringan. Dengan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi khalayak akan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, dengan adanya asumsi tersebut memunculkan adanya konsep masyarakat informasi. Ketika masyarakat sudah memasuki tahapan masyarakat informasi, maka hampir seluruh masyarakatnya sudah tidak buta huruf. Karena kemampuan membaca merupakan syarat mutlak untuk memasuki masyarakat informasi. Lebih dari itu Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat cepat secara tidak langsung telah menjadi 6

bagian gaya hidup masyarakat yaitu dalam hal pemanfaatan komputer seperti penggunaan internet dengan tujuan pemerataan serta percepatan penyebaran informasi dan pengetahuan bagi masyarakat. Menuju tercapainya suatu masyarakat informasi pemerintah memberikan bantuan Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) yang telah dikembangkan untuk masyarakat tentunya target utama adalah wilayah yang belum memiliki fasilitas teknologi informasi dan komunikasi. Adanya fasilitas Mobil-PLIK yang telah berjalan di tengahtengah masyarakat menimbulkan suatu perilaku tertentu masyarakat khususnya dalam menggunakan fasilitas layanan akses internet yang di sediakan dalam Mobil-PLIK. Maka untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat mempengaruhi frekuensi penggunaan teknologi yang baru khususnya dalam layanan akses internet melalui Mobil- PLIK peneliti ingin membuktikan dengan mengadopsi model penelitian dari Venkatesh et.al (2003) yaitu biasa disebut sebagai teori Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) ). Penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti serupa dengan penelitian yang di lakukan oleh Vankatesh et al (2003) tentang bagaimana penerimaan khalayak terhadap teknologi dan konteks penggunaan khususnya pada teknologi baru. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology UTAUT merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang di kembangkan oleh Venkatesh et.al (2003). UTAUT menunjukkan bahwa behavioral intention dan use behavioral di pengaruhi oleh performance expectancy, effort expectancy, social influence dan facilitating condition. Di bawah ini merupakan penjelasan dalam kerangka teori sebagai bentuk spesifik sesuai dengan arah penelitian. Penjelasan dari dalam kerangka teori penelitian didapat 7

dari buku, jurnal ataupun paper yang mendasari metodologi penelitian yang sesuai adalah sebagai berikut: 1. Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Perkominfo) 48/PER/M.KOMINFO/11/2010 pasal 1 ayat (9) menjelaskan bahwa Internet kecamatan adalah lokasi penyediaan jasa akses internet pada kecamatan di daerah tertinggal daerah terpencil, daerah perintisan, daerah perbatasan, dan daerah tidak layak secara ekonomis, serta wilayah yang belum terjangkau akses layanan internet. Sedangkan dalam buku Putih KOMINFO (2012: 26) menjelaskan bahwa pembangunan internet kecamatan tidak hanya untuk melakukan pembangunan ruang akses internet bersama akan tetapi juga akan dilakukan push konten yang produktif dan juga portal konten-konten yang bermanfaat. Konfigurasi dari arsitektur jaringan yang disyaratkan untuk menuju ke server konten-konten yang berada di Jakarta tersebut adalah sebesar 256 kbps untuk downlink dan 128 untuk uplink sehingga memungkinkan untuk memberikan layanan yang bersifat interaktif. Selanjutnya Permenkominfo 48/PER/M.KOMINFO/11/2010 pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) internet kecamatan di laksanakan melalui penyediaan PLIK di ibukota kecamatan yang terdiri dari, PLIK yang bersifat tetap dan PLIK yang bersifat bergerak (mobile). Pada pasal 2 ayat 3 (a) menyebutkan bahwa Pusat Layanan Internet kecamatan yang bersifat bergerak menyediakan; 5 (lima personal computer multimedia beserta Operating System (OS), 1 (satu) server berisikan aplikasi push and store content, billing system dan pencatatan identitas pengguna, modem, printer 8

multifungsi, peripheral jaringan, keamanan jaringan, meubeller untuk komputer, catu daya, backup catu daya, daftar tarif, kendaraan roda 4 (empat) dan tanda pengenal Pusat Layanan Internet Kecamatan di atur dalam dokumen lelang yang di tetapkan oleh BPPPTI. Sedangkan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (2012) menyebutkan manfaat program Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) antara lain: a. Sarana memperkenalkan komputer serta internet kepada masyarakat termasuk di daerah perbatasan. b. Mempercepat pemerataan informasi dan teknologi sampai ke masyarakat. c. Mempercepat penyampaian informasi dan pengetahuan untuk masyarakat sekitar. d. Sarana penyuluhan untuk masyarakat dalam bentuk interaktif. e. Sarana pelatihan baik untuk pekerja maupun pelajar. f. Sarana pelayanan publik seperti pembuatan KTP, KK serta berbagai perijinan lainya. g. Dapat melakukan video conference (tatap muka) dengan fasilitas seperti yahoo massager, skype, MSN. Adapun hasil yang diharapkan dalam kegiatan pelayanan Universal Telekomunikasi Internet Kecamatan dalam konteks ini Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) sebagai salah satu programnya adalah agar Masyarakat Kecamatan khususnya pedesaan dapat memanfaatkan fasilitas internet dalam rangka untuk membuka akses informasi guna peningkatan wawasan baru masyarakat sesuai dengan profesinya dan menjadikan masyarakat sebagai masyarakat informasi. 9

2. Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan model terpadu yang dikembangkan oleh Venkatesh et al (2003) berdasarkan sosial kognitif dengan mengkombinasi delapan model penelitian yang berhubungan dengan penerimaan dan penggunaan teknologi informasi. Delapan teori yang di kombinasikan oleh Venkatesh et al (2003) antara lain Theory of Reasoned Action (TRA), theory of Planned behavior (TPB), The Technology Acceptance Model (TAM), the Motivational Model (MM), A Model Combining the Technology Acceptance Model and the Theory of Planned Behavior (C-TAM-TPB), the Model of PC Untilization (MPCU), The Innovation Diffusion theory (ID) and Socio Cognitive Theory (SCT). Kombinasi dari delapan model penelitian di atas menghasilkan teori terpadu untuk mengetahui bagaimana penerimaan dan penggunaan teknologi baru oleh masyarakat. Penjelasan dan konstruk dari ke delapan teori diatas adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Models anda Theories of Individual Acceptance (Model dan Teori Penerimaan Individu) Model Teori Konstruk Model Definisi Theory of Reasoned Action (TRA) Teori Attitude Toward Behavior Subjective Norm Perasaaan postif atau negatif dari seorang individu (pengaruh evaluatif) tentang melakukan suatu perilaku (Fishbein dan Ajzen 1975, p.216) Persepsi bahwa sebagaian besar seseorang berfikir petingnya dia harus atau tidak melakukan suatu perilaku (Fishbein dan Ajzen 1975, p.302) 10

Technology Acceptance Model (TAM) Motivation Model (MM) Theory Of Planned Behavior (TPB) Combined TAM and TPB (C- TAM-TPB) Percieved Usefulness Perceived Ease of Use Extrinsic Motivation (Motivasi ekstrinsik) Intrinsic Motivation (Motivasi Intrinsik) Attitude Toward Behavior Subjetive Norm Perceived Behavioral control Attitude Toward Behavior Subjective Norm Perceived Usefulness Tingkat dimana seseorang meyakini bahwa menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerja atau pekerjaanya (Davis 1989, p.320) Tingkat dimana seseorang percaya bahwa dengan menggunakan sistem tertentu akan bebas dari upaya Davis 1989, p.320) Persepsi bahwa para pengguna akan melakukan suatu aktivitas karena dianggap berperan dalam mencapai hasil yang berbeda dari kegiatan itu sendiri, seperti peningkatan prestasi kerja, mebayar atau promosi (Davis et.al, 1992, p 112) Persepsi bahwa pengguna akan melakukan suatu kegiatan tanpa penguatan yang jelas selain proses melakukan kegiatan tersebut (Davis et.al, 1992, p 112) Adaptasi dari model teori TRA Adaptasi dari Model teori TRA Persepsi kemudahan atau kesulitan dalam melakukan suatu perilaku (Ajzen 1991, p.188). Jika dalam konteks penelitian IS persepsi internal dan eksternal hambatan dalam melakukan perilaku (Taylor and Tood 1995b, p149). Adaptasi dari model teori TRA/TPB Adaptasi daridari model teori TRA/TPB Adaptasi dari model teori TAM 11

Model of PC Utilization (MPCU) Perceived Adaptasi dari model teori TRA/TPB Behavioral Control Sejauhmana seseorang yakin bahwa dengan menggunakan teknologi dapat Job-Fit meningkatkan pekerjaanya (Thompson et.al. 1991, p.129) Complexity Berdasarkan pemikiran Rogers dan Shoemaker (1971) complexity dapat diartikan sejauh mana suatu inovasi tergolong sulit dimengerti dan digunakan (Thompson et.al. 1991, p.128) Long-term Hasil yang memiliki pay-off dimasa Consequences mendatang (Thompson et.al 1991, p.120) Affect Toward Berdasarkan pemikiran Triandis, yang Use mempengaruhi penggunaan adalah perasaan sukacita, kegembiraan atau kesenangan, depresi atau jijik, ketidaksenangan atau benci yang berhubungan dengan seorang individu dengan melakukan tindakan tertentu (Thompson et.al. 1991, p.127) Social Factors Berasal dari Triandis faktor sosial adalah internalisasi individu mengacu pada kelompok budaya subyektif, dan perjanjian interpersonal individu yang telah dibuat dengan orang lain dalam situasi sosial tertentu (Thompson et.al. 1991, p.126) Facilitating Dalam konteks IS kondisi fasilitas Condition merupakan penyediaan dukungan bagi pengguna PC yang mana mungkin dapat mempengaruhi pemanfaatan sistem 12

Innovation Diffusion Theory (IDT) Social Cognitive Theory (SCT) Relative Advantage Ease of Use Image Vasibility Compatibility Result Demonstrability Voluntariness of Use Outcome Expectations Performance (Thompson et. Al.1991, p. 129) Tingkat dimana suatu inovasi dianggap sebagai hal yang lebih baik dari pada pendahulunya (Moore dan Benbasat 1991, p.195) Tingkat dimana suatu inovaso diaggap sebagai hal yang sulit untuk digunakan (Moore dan Benbasat 1991, p.195) Tingkat dimana penggunaan suatu inovasi dianggap dapat meningkatkan citra atau status seseorang dalam sistem sosial (Moore dan Benbasat 1991, p.195) Tingkat dimana seseorang dapat melihat orang lain menggunakan sistem dalam organisasi (Moore dan Benbasat 1991, p.195) Tingkat dimana suatu inovasi dianggap telah konsisten dengan nilai-nilai yang ada, kebutuhan dan pengalaman masa lalu dari calon pengadopsi (Moore dan Benbasat 1991, p.195) Perwujudan dari hasi menggunakan inovasi, termasukobservability dan penularan mereka (Moore dan Benbasat 1991, p.203) Tingkat dimana penggunaan inovasi dianggap bersifat sukarela atau atas kehendaknya (Moore dan Benbasat 1991, p.195). Konsekuensi yang berhubungan dengan perilaku kinerja. Secara khusus, harapan kinerja berhubungan dengan hasil pekerjaan 13

Outcome Expectations personal Self-Efficacy Affect Axienty Sumber: Venkatesh et.al (2003) yang terkait (Compeau and Higgins 1995b). Konsekuensi pribaditentang perilaku. Secara khusus, tuntutan pribadi berurusan dengan harga diri dan rasa keberhasilan individu (Compeau and Higgins 1995b). Putusan seseorang dalam menggunakan suatu teknologi (misalnya komputer) untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas tertentu. Keinginan individu untuk perilaku tertentu (misalnya, menggunakan komputer). Dapat membangkitkan reaksi kecemasan atau emosiaonal dalam melakukan perilaku (misalnya, menggunakan komputer). Venkatesh et al (2003) membagi Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) menjadi empat konsep yang dapat diamati dan diukur (konstruk) dengan memainkan peranan penting pada penggunaan konsep dari behavioral intention dan use behavior yaitu Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, dan facilitating condition. Tidak hanya itu Venkanthes et.al (2003) menambahkan empat moderator kunci dalam model UTAUT, empat moderator kunci tersebut untuk model UTAUT antara lain gender, age, experience, dan voluntary of system. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology secara empiris telah diuji dengan tujuan untuk mengetahui dan memastikan validitasnya. Hasil dari model UTAUT terbukti mampu dapat menjelaskan 70 persen varian pengguna, dimana nilai varian pengguna lebih tinggi dari delapan model yang sebelumnya dengan hasil nilai antara 17% sampai dengan 53% (Venkatesh et al, 2003). 14

Dari kempat konsep yang di temukan oleh Venkatesh et.al (2003) yaitu Performance expectancy, effort expectancy, social influence dan facilitating conditions masing-masing berhubungan dengan intention behavior yang pada akhirnya telah mempengaruhi Use behavior. Use behavior sendiri dalam theory UTAUT adalah pengukuran user acceptance dari sebuah sistem. Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.3 Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology(UTAUT) Venkatesh et al (2003) Secara rinci empat faktor dari Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) yang memiliki peranan penting dalam teori UTAUT dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Performance Expectancy (Harapan Terhadap Kinerja) Performance expectancy merupakan salah satu konstruk hasil dari penggabungan delapan model teori yang disebutunified Theory of Acceptance 15

and Use of Technology (UTAUT) pengertian Performance expectancy menurut Venkatesh et.al (2003:447) adalah: Performance expectancy is defined as the degree to wich an individual believes that using the system will help him or her to attain gains in job performance Performance expectancy merupakan tingkat pengharapan atau kepercayaan seseorang pengguna sistem terhadap sebuah sistem yang membantu dalam pekerjaanya. Kelima konstruks dari berbagai model yang berhubungan dengan performance expectancy menggunakan (TAM/TAM2 dan C-TAM-TPB), motivasi ekstrinsik (MM), job-fit (MPCU), relatif keuntungan (IDT), dan hasil harapan (SCT). Konstruk Performance Expectancy (Harapan terhadap kinerja) berakar pada persepsi dalam masing-masing model, model Davis et.al, (1989), Thompson et al. (1991) dan model Moore dan Benbasat (1991). Model dari Davis et.al (1989) menyebutkan bahwa perceived usefulness merupakan tingkat dimana seseorang meyakini bahwa menggunakan sistem akan meningkatkan kinerja dalam pekerjaanya.venkatesh dan Morris (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh penting mafaat dalam pemahaman respon individual dalam teknologi informasi. Venkatesh dan Davis (2000:201) membagi dimensi perceived usefulness menjadi beberapa indikator sebagai berikut: 1. Penggunaan sistem mampu meningkatkan kinerja individu (improves job performance). 2. Penggunaan sistem mampu menambah tingkat produktifitas individu (increase productivity). 16

3. Penggunaan sistem mampu meningkatkan efektifitas kinerja individu (enchances effectiveness). 4. Penggunaan sistem bermanfaat bagi individu (the system is useful). Selanjutnya model Thompson et al. (1991) menyebutkan bahwa dimana kemampuan sistem (teknologi) dapat meningkatkan prestasi kinerja bagi individu itu sendiri. Sedangkan model Moore dan Benbasat (1991) menyebutkan bahwa penggunaan sistem akan menghasilkan inovasi jika dibandingkan tanpa menggunakan sistem (dalam Venkatesh et.al, 2003). Harapan terhadap kinerja disini merupakan tingkatan keyakinan pengguna terhadap sistem atau teknologi yang digunakan untuk meningkatkan hasil kinerja. Pengguna disini terdiri dari pengguna langsung layanan internet dari Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK), jadi kinerja yang diharapkan pengguna dapat memanfaatkan layanan internet untuk menghasilkan performansi kinerja yang maksimal. b. Effort Expectancy (Harapan terhadap Usaha) Effort expectancy merupakan konstruk kedua dari model teori penggabungan delapan model teori yang disebutunified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) pengertian Effort expectancy menurut Venkatesh et.al (2003:450) merupakan tingkat kemudahan dalam penggunaan suatu teknologi atau sistem. Effort expectancy berasal dari tiga konstruk model antara lain: persepsi kemudahan penggunaan (TAM/TAM2), kompleksitas (MPCU), dan kemudahan penggunaan (IDT). Adanya konstruk Effort Expectancy (harapan terhadap usaha) 17

di bangun dari model dari Davis et.al (1989), Thomson et.al (1991) dan model Moore dan Benbasat (1991). Model Davis et.al (1989) menyebutkan bahwa persepsi kemudahan dalam penggunaan merupakan tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem akan bebas dari upaya. Venkatesh dan Davis (2000:201) membagi dimensi persepsi kemudahan penggunaan menjadi beberapa indikator sebagai berikut: 1. Interkasi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti (Clear and Understandable). 2. Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem tersebut (does not require a lot of mental effort). 3. Sistem mudah digunakan (easy to use). 4. Mudah mengoperasikan sistem sesuai dengan apa yang ingin individu kerjakan (easy to get the system to do what he/she wants to do). Selanjutnya model Thomson et.al (1991) menyebutkan bahwa kompleksitas merupakan tingkat dimana suatu sistem dianggap sebagai relative sulit untuk dipahami dan digunakan. Sedangkan model Moore dan Benbasat (1991) menyebutkan bahwa tingkat dimana pengguna merasakan kesulitan dalam penggunakan suatu inovasi baru dalam sistem. Tingkat kemudahan yang diharapkan dalam faktor effort expectancy disini adalah para pengguna mendapatkan informasi yang cepat tentunya melalui penggunaan layanan internet pada Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK). 18

c. Sosial Influence (pengaruh Sosial) Social Influence menurut Venkatesh et.al (2003: 451) adalah tingkat dimana seorang individu memandang penting faktor lingkungan (lingkup social) sebagai pendorong dalam menggunakan suatu sistem. Dimana orang lain dianggap penting oleh pengguna tersebut karena memberikan dorongan untuk menggunakan teknologi informasi dalam suatu pekerjaanya. Pengaruh sosial sebagai penentu langsung dari niat perilaku yang direpresentasikan sebagai norma subyektif dalam TRA, TAM2, TPB / DTPB dan C-TAM-TPB, faktor-faktor sosial di MPCU, dan gambar dalam IDT. Tiga indikator yang digunakan dalam social influence antara lain adalah norma subyektif, faktor sosial dan image.adanya konstruk Social influence berdasarkan dari model Thompson et al. (1991), Moore dan Benbasat (1991), (Ajzen 1991; Taylor and Todd 1995a, 1995b). Indikator norma subyektif yaitu persepsi bahwa sebagaian besar seseorang berfikir petingnya dia harus atau tidak melakukan suatu perilaku (Fishbein dan Ajzen 1975, p.302). Berasal dari Triandis faktor sosial adalah internalisasi individu mengacu pada kelompok budaya subyektif, dan perjanjian interpersonal individu yang telah dibuat dengan orang lain dalam situasi sosial tertentu (Thompson et.al. 1991, p.126). Sedangkan indikator indikator image menurut Moore dan Benbasat (1991, p.195) tingkat dimana penggunaan suatu inovasi dianggap dapat meningkatkan citra atau status seseorang dalam sistem sosial Peran pengaruh sosial dalam keputusan penerimaan teknologi menurut Venkatesh et.al (2003) kompleks dan tunduk pada berbagai pengaruh kontingen. 19

Pengaruh sosial memiliki dampak pada perilaku individu melalui tiga mekanisme: kepatuhan, internalisasi, dan identifikasi (Venkatesh dan Davis 2000; Warshaw 1980). Dalam penelitian ini pengaruh sosial terkait dengan adanya pihak lain seperti keluarga, sahabat, kerabat, tetangga yang memberikan pengaruh, motivasi dorongan dalam penggunaan layanan internet pada Mobil Pusat layanan Internet Kecamatan (MPLIK) baik itu dalam pencarian dan penerimaan suatu informasi. d. Facilitating condition (Kondisi Fasilitas) Facilitating condition menurut Venkatesh et.al (2003: 453) didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang meyakini bahwa ifrastruktur organisasi dan infrastruktur teknis yang ada untuk mendukung penggunaan sistem. Dalam definisi diatas konsep dari facilitating condition diwujudkan oleh tiga konstruksi yang berbeda yaitu persepsi pengendalian perilaku (TPB / DTPB, C-TAM-TPB), memfasilitasi kondisi (MPCU), dan kompatibilitas (IDT). Akar konstruk facilitating condition dalam teori Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) di bangun dari persepsi Kontrol Perilaku (Ajzen 1991; Taylor dan Todd 1995a, 1995b) yang mencerminkan persepsi kendala internal dan eksternal terhadap perilaku dan meliputi kondisi memfasilitasi self efficacy, kondisi sumber daya memfasilitasi, dan teknologi. Selanjutnya, menurut Thompson et.al. 1991 (dalam Venkhatesh, 2003) kondisi fasilitas merupakan faktor-faktor obyektif lingkungan yang menyebabkan kemudahan dalam penggunaan suatu sistem, termasuk penyediaan dukungan komputer. Sedangkan menurut model Moore dan Benbasat (1991) menyebutkan 20

bahwa compatibility merupakan tingkat dimana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, kebutuhan, dan pengalaman dari pengadopsi potensial. Dalam penelitian ini kondisi fasilitas merupakan kyakinan adanya faslitas yang mendukung pengguna dalam penggunan layanan internet pada Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK). Kondisi Fasilitas yang terkait dalam hal ini adalah penyediaan komputer, jaringan internet dll. e. Behavioral intention (Sikap Terhadap Penggunaan Teknologi) Sikap terhadap penggunaan teknologi merupakan reaksi keseluruhan afektif individu dalam menggunakan suatu sistem teknologi. Empat konstruk yang digunakan adalah TRA, TPB, C-TAM, TPB dan indikator yang diambil dalam variabel ini adalah sikap terhadap perilaku yang diambil dari Teori Tindakan Beralasan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), perasaan terhadap pengguna pada Model Pemanfaatan Teknologi Informasi oleh Thomson et.al (1991), motivasi intrinsik dari Davis et.al (1992) dan perasaan yang di munculkan dalam Teori Kognitif Sosial dari Compeau et.al (1999). Adanya konstruk sikap terhadap perilaku dalam teori Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) berasal dari Teori Tindakan beralasan (Fishbein dan Ajzen, 1975). Sikap terhadap perilaku merupakan perasaan positif maupun negatif individu setelah melakukan perilaku. Perasaan terhadap pengguna merupakan perasaan senang maupun tidak senang yang dimunculkan oleh khalayak ketika melakukan kegiatan. Triandis (1977) (dalam Venkatesh et.al, 2003) konstruk perasaan di munculkan karena 21

terdapat pemikiran bahwa dalam menghubungkan niat individu dalam berperilaku, yang mempengaruhi penggunaan adalah perasaan sukacita, kegembiraan atau kesenangan, depresi atau jijik, ketidaksenangan atau benci yang berhubungan dengan seorang individu dengan melakukan tindakan tertentu. Konstruk perasaan yang tedapat dalam Teori Kognitif Sosial Compeau et.al (1999) berbeda dengan konstruk perasaan terhadap penggunaan, karena konstruk perasaan lebih mengarah pada kecenderungan individu berperilaku. Keempat konstruk diatas merupakan sebuah kesatuan konstruk yang membentuk variable sikap terhadap penggunaan teknologi. Karena adanya persaamaan tujuan yaitu untuk mengukur sikap individu ketika akan menggunakan dan setelah menggunakan sebuah sistem atau teknologi. f. Use Behavior (Perilaku Penggunaan Teknologi) Use behavior (perilaku penggunaan) merupakan tindakan atau kegiatan nyata yang ingin di capai dalam penggunaan teknologi. Davis et.al (1989) dalam Technology Acceptance Model (TAM) menyatakan bahwa keberhasilan sebuah system dapat di jelaskan dengan penerimaan pengguna terhadap system tersebut, ini diukur dengan dua variabel antara lain Anggapan kebergunaan (Perceived Usefulness) dan Anggapan kemudahan (perceived Usefulness). Dengan adanya model tersebut menjelaskan bahwa kegunaan persepsian dan kemudahan penggunaan persepsian juga membentuk niat individu untuk berperilaku (menggunakan atau tidak menggunakan) system tersebut. Dalam penelitian mengenai sistem informasi yang dilakukan oleh Davis et.al (1989) juga menjelaskan bahwa pengaruh niat untuk perilaku akan 22

dihubungkan dengan proses psikologi sosial, yang mana dalam psikologi sosial untuk berperilaku merupakan teori dasar potensial dalam penentuan perilaku dari individu. Selain itu, Fishbein dan Ajzen (1975) menyebutkan dalam teori perencanaan niat untuk berperilaku di pengaruhi oleh macam domain antara lain sikap individu dan norma subyektif. Jika dikaitkan dengan niat individu ketika berperilaku dalam penggunaan internet, pada dasarnya variabel yang berkaitan dengan penggunaan dari perilaku penggunaan layanan internet pada Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) adalah intensitas pengguna untuk menggunakan dan tidak menggunakan sistem dalam pemenuhan kebutuhan informasi tersebut. 3. Variabel Moderator Teori Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Di samping empat faktor yang terdapat dalam model UTAUT, Vankatesh et al (2003) menambahkan variabel moderator dalam model UTAUT empat moderator kunci untuk model UTAUT ini adalah gender, age, experience, dan voluntary of system. Variabel moderator (Sugiyono, 2008:39) adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Akan tetapi, Venkatesh et al (2003) merekomendasikan bahwa ketika sebuah teknologi semakin di kenal, maka gender akan menjadi variabel yang tidak berpengaruh terhadap niat penggunaan teknologi tersebut. Hal ini di harapkan sesuai dengan keadaan masyarakat di Indonesia karena teknologi informasi sudah cukup di 23

kenal oleh masyarakat, akan tetapi penggunanya memang masih terbatas karena infrastruktur yang kurang menunjang. Age (usia) memoderasi berbagai variabel dalam penelitian mengenai perilaku penggunaan teknologi informasi, terutama yang bertujuan untuk mengetahui perilaku pengadobsian sebuah teknologi (Morris dan Venkathes, 2000). Dalam kaitanya dengan pengertian usia yang lebih muda atau tua dalam penelitian sebelumnya Morris dan Venkathes (2000) menggolongkan usia pekerja yang lebih tua yaitu yang berusia di atas 40 tahun, sedangkan pekerja yang berusia di bawah 40 tahun adalah pekerja yang lebih muda. Experience (pengalaman) merupakan derajat praktis terhadap suatu tugas yang di miliki seseorang. Apabila seseorang mempunyai pengalaman terhadap suatu pekerjaan maka mental orang tersebut akan mengalami penurunan (Hong et.al 2007). Usia dan pengalaman di prediksikan akan lebih berpengaruh pada niat untuk menggunakan, sebab dalam penelitian Venkatesh et.al (2003) variabel usia dan pengalaman memoderasi hampir seluruh hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependenya, sehingga pemoderasi ini di munculkan dalam penelitian. Variabel kesukarelaan (voluntary of system) di gunakan untuk melihat khalayak dalam penggunaan teknologi tersebut. Penggabungan empat variable moderator yang menurut Venkatesh et.al (2003) bertujuan untuk dapat memperhitungkan pengaruh dinamis termasuk konteks organisasi, pengalaman pengguna dan karakteristik demografis. Dalam berbagai penjelasan dalam kerangka teori diatas, maka peneliti menarik serta menggambarkan dalam bentuk suatu konsep untuk memudahkan peneliti dalam 24

menggambarkan dan mengaplikasikan teori yang di gunakan dalam penelitian ini. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Fasilitas layanan MPLIK Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Performance Expectancy Effort Expectancy Social Influence Facilitating Condition Use Behavioral Efek Moderasi terdiri: 1. Gender 2. Age Gambar 1.2 Kerangka Konsep F. Model Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan hipotesis penelitian kali ini yang sudah di kembangkan oleh Venkatesh et.al (2003) karena penelitian ini serupa dengan penelitian Venkatesh et.al (2003) yaituu mengenai perilaku penggunaan teknologi informasi oleh khalayak khususnya media internet. Namun, dalam penelitian ini peneliti menggunakan UTAUT sebagai landasan untuk mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap frekuensi penggunaan layanan internet pada Mobil Pusat Layanan 25

Internet Kecamatan (MPLIK) dengan tidak menunjukkan variabel behavioral intention karena dalam penelitian ini hanya memfokuskan bagaimana perilaku penggunaan. Selanjutnya, sebagaimana dalam Model UTAUT terdapat variabel moderator sebagai variabel penengah yaitu gender, age, experience, dan voluntary of system untuk mengetahui dengan adanya variabel moderator dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh empat konstruk yaitu Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, dan facilitating condition terhadap behavioral intention dan use behavior. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan empat konstruk Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, dan facilitating condition sebagai variabel (X) dan Use Behavior sebagai variabel (Y) adapaun dua variabel moderator yaitu gender dan age. Dari penjelasan diatas maka kerangka model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Performance Expectancy (X1) H1 Effort Expectancy (X2) Social Influence (X3) H3 H2 H6 H7 Use Behavior (Y) (intensity of Use behavior) Facilitating Condition (X4) H4 H5 H8 H5 H6 Gender Age Gambar 1.3. Model Penelitian 26

G. Hipotesis Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap suatu masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus di buktikan kebenaranya. Dalam Penelitian ini ada beberapa hipotesis yang muncul untuk menjelaskan faktor-faktor apakah yang memperngaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan fasilitas layanan internet pada Mobil-PLIK Distrik 13 di kabupaten Bojonegoro. Hipotesis yang muncul dalam penelitian ini yaitu: Hipotesis H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 Tabel 1.1 Daftar Hipotesis Penelitian Penjelasan Performance expectancy berpengaruh positif terhadap Use behavior Effort expectancy berpengaruh positif terhadap Use behavior Social influence berpengaruh positif terhadap Use behavior Facilitating condition berpengaruh positif terhadap Use behavior Gender dan age memiliki efek moderasi yang mempengaruhi performance expectancy terhadap use behavior Gender dan age memiliki efek moderasi yang mempengaruhi effort expectancy terhadap Use behavior Age memiliki efek moderasi yang mempengaruhi social influence terhadap Use behavior Age memiliki efek moderasi yang mempengaruhi facilitating condition terhadap Use behavior H. Definisi Operasional Variabel Agar tujuan sesuai dengan harapan dan tidak ada penafsiran yang berbeda terhadap keseluruhan dari judul, maka penulis mengemukakan batasan-batasan definisi setiap variabel antara lain: 27

1. Variabel Independen (X) a. Performance Expectancy, merupakan tingkat pengharapan atau kepercayaan seorang pengguna sistem terhadap sebuah sistem yang membantu dalam pekerjaanya, dimana nantinya seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem/teknologi akan memberikan keuntungan dalam kinerja. Performance Expectancy dapat diukur menggunakan tiga dimensi pengukuran yaitu penggunaan sistem akan meningkatkan kinerja, kemampuan sistem dalam meningkatkan kinerja, penggunaan inovasi (sistem baru) dianggap menguntungkan dari model Davis et.al (1992), Moore dan Benbasat (1991) dan Compeau et al. (1999). b. Effort Expectancy, merupakan tingkat kemudahan dalam penggunaan suatu teknologi atau sistem. Effort expectancy dapat diukur menggunakan dua indikator antara lain persepsi kemudahan dalam penggunaan sistem/teknologi dan tingkat pemahaman dalam penggunaan sistem/teknologi model dari Davis et.al (1989) et al (1991) dan Moore dan Benbasat (1991). c. Sosial Influence, adalah sejauh mana seorang individu memandang pentingnya faktor lingkungan kerjanya (lingkup sosial) dalam memberikan kepercayaan untuk penggunaan sistem baru. Indikator yang di gunakan untuk mengukur dari pengaruh sosial yaitu norma subyektif, faktor sosial dan tingkat keyakinan seseorang terhadap orang lain dalam penggunaan suatu sistem model dari Ajzen (1991) dan Thompson et al. (1991). d. Facilitating condition, merupakan tingkat dimana seseorang percaya bahwa sebuah organisasi dan infrastruktur teknis yang ada untuk mendukung penggunaan 28

sistem. Facilitating condition diukur dengan menggunakan dua di mensi pengukuran yaitu persepsi internal dan external perilaku pengguna tentang kondisi fasilitas dan compatibility (kesesuaian pengguna dalam menggunakan suatu sistem/teknologi model dari Ajzen (1991); Taylor dan Todd (1995a), (1995b) dan Thompson et al. (1991). 2. Variabel Dependen (Y) Use Behavior merupakan perilaku yang ingin dicapai dalam penggunaan sistem/teknologi. Perilaku yang ingin dicapai dalam variabel ini diukur dengan menggunakan indikator intensitas penggunaan suatu sistem/teknologi dimana seseorang akan menggunakan atau tidak menggunakan suatu system informasi teknologi hal ini berdasarkan dari model Davis et.al (1989) dan Fishbein & Ajzen (1975). 3. Variabel Moderator (Z) a. Gender b. Age I. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang memungkinkan dilakukan pencatatan analisis data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistik (Riduwan 2005:207). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menyebarkan kuisioner pada sampel yang telah di tentukan di maksudkan untuk mencarai tahu faktor-faktor apakah yang 29

memperngaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan fasilitas layanan internet pada Mobil-PLIK Distrik 13 di kabupaten Bojonegoro. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah wilayah yang termasuk dalam target Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) Bojonegoro Distrik 13 yaitu kecamatan kalitidu, Kecamatan Ngasem, kecamatan Malo, kecamatan Purwosari dan kecamatan Ngraho. Untuk menentukan lokasi sampling dalam penelitian ini di tentukan secara Multi Stage Random Sampling berdasarkan keberadaan dan tingkat keaktifan Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK). Pengambilan sampel menggunakan random sampling, dengan memilih secara acak dengan cara membuat undian dengan klasifikasi kecamatan mana yang berada di wilayah urban dan rural serta dengan mempertimbangkan keaktifan Mobil Pusat Layanan Internet kecamatan diwilayah tersebut. Kecamatan yang termasuk klasifikasi wilayah urban adalah kecamatan Kalitidu dan kecamatan Purwosari. Sedangkan kecamatan yag berada dalam klasifikasi rural adalah kecamatan Malo, kecamatan Ngasem dan Kecamatan Ngraho. Pengambilan sampel untuk kecamatan yang masuk dalam klasifikasi urban adalah satu kecamatan. Dalam pengundian yang menggunakan lotre di lakukan 3 kali penggundian dan hasil dari penggundian kecamatan Purwosari dua kali terpilih untuk menjadi sampel. Sedangkan untuk wilayah rural pengambilan 30

sampel adalah dua kecamatan. Hasil pengundian dengan cara menggunakan lotre yang di lakukan yang terpilih adalah kecamatan malo dan kecamatan Ngraho. b. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Penentuan sampel menggunakan pengembangan dari Isaac dan Michael (Sugiyono, 2008:87) dengan taraf kesalahan sebesar 10%. Jadi dari total populasi adalah 226.210 maka sampel yang di ambil peneliti dengan taraf kesalahan 10% adalah 270. Dari pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dengan memilih secara acak dan mengklasifikasikan wilayah-wilayah yang terpilih di dapatkan hasil sebagai berikut: Kecamatan Ngraho dengan jumlah penduduk 52.050 jiwa (Tingkat I) Kecamatan Malo dengan jumlah penduduk 35.973 jiwa (Tingkat II) Kecamatan Purwosari dengan jumlah penduduk 26.850 jiwa (Tingkat III) Jadi jumlah keseluruhan populasi adalah : Kecamatan Ngraho dengan jumlah penduduk = 52.050 Kecamatan Malo dengan jumlah penduduk = 35.973 Kecamatan Purwosari dengan jumlah penduduk = 26.850 + 114.873 Pembagian kelompok dapat di hitung dengan rumus persen= nilai: nilai pecahan x 100 sebagai berikut: Tingkat I = 52.050/114.873x100 = 45,31= 45% Tingkat II = 35.973/114.873x100 =31,31= 31% Tingkat III = 26.850/114.873x100 =23, 37= 24% 31

Setelah itu untuk mengetahui jumlah sampel perkelompok yang harus di ambil dari jumlah total sampel dapat di hitung dengan menggunakan rumus nilai persen= nilai persen : 100 x nilai pecahan, adalah sebagai berikut: Tingkat I = 45/100 x 226.210 = 101.794 Tingkat II = 31/100 x226.210 = 70.125 Tingkat III = 24/100 x 226.210= 54.290 Maka jumlah sampel yang diambil berdasarkan masing-masing tingkat ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas/jumlah populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang di tentukan. Tingkat I = 101.794/226.210 x 270 = 121 Tingkat II = 70.125/226.210 x 270 = 83,69 di bulatkan 84 Tingkat III = 54.290/226.210 x 270 = 64,79 di bulatkan 65 Sehingga jumlah keseluruhan sampel dari tingkat I, tingkat II, dan tingkat III adalah 121+84+65 = 270 sampel. Hasil dari perhitungan pengambilan sampel diatas yang dilakukan di wilayah masing-masing kecamatan, dapat dijelaskan bahwa sampel yang diambil untuk wilayah kecamatan Ngraho dengan melihat hasil perhitungan dari tingkat I berjumlah 121 sampel, selanjutnya untuk wilayah kecamatan Purwosari dengan melihat hasil dari perhitungan tingkat II berjumlah 84 sampel dan untuk wilayah kecamatan Malo dengan melihat hasil dari perhitungan tingkat III berjumlah 65 orang. Jadi total untuk semua wilayah yang menjadi sampel padapenelitian ini adalah 270 sampel. 32

3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan dengan judul dan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Kuisioner (Angket) Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya ( Sugiyono, 2008:142). Pemilihan instrument pengumpulan data ini berdasarkan beberapa faktor, diantaranya adalah kemampuan peneliti dalam hal waktu, dana, dan tenaga yang sangat terbatas. Pada metode ini peneliti memberikan sejumlah pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada obyek yang diteliti agar bersedia memberikan respon (responden) atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. b. Skala Pengukuran Skala penegukuran ini menggunakan skala likert. Dimana menurut Sugiyono (2008:93), Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun itemitem instrument yang dapat berupa paryataan atau pertanyaan. Dan instrument penelitian setiap jawaban pertanyaan, peneliti mengguanakan skala Likert dalam bentuk pilihan ganda. Pada Kuisioner bagian pertama untuk variabel X1 (Performance expectancy), variabel X2 (Effort expectancy), variabel X3 (Social influence) dan 33

variabel X4 (Facilitating Condition) jawaban setiap item-item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: 1. Sangat tidak setuju diberi skor =1 2. Tidak setuju diberi skor =2 3. Ragu-ragu/netral diberi skor =3 4. Setuju diberi skor =4 5. Sangat setuju diberi skor =5 Pada Kuisioner bagian kedua untuk variabel Y (Frekuensi Use Behavior) jawaban setiap item-item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif, yang dapat berupa katakata antara lain: 1) Tidak pernah sama sekali diberi skor =1 2) Pernah diberi skor =2 3) Kadang-kadang diberi skor =3 4) Sering diberi skor =4 5) Selalu diberi skor =5 Hasil perhitungan dan analisis dari jawaban responden selanjutnya akan di pakai untuk mengukur faktor-faktor yang memperngaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan fasilitas layanan internet pada Mobil-PLIK Distrik 13 di kabupaten Bojonegoro, dalam hal ini sasaranya adalah masyarakat yang memanfaatkan layanan tersebut berdasarkan pendekatan yang telah di jelaskan oleh peneliti. 34

c. Instrumen Penelitian Menurut Arikunto (2005:160), menyatakan instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitianya. Instrument dalam penelitian ini berdasarkan pada model penelitian yang diadobsi dari teori UTAUT. Kemudian dari variabel-variabel penelitian dikelola menjadi suatu item-item pertanyaan yang disebut sebagai kuisioner penelitian. Instrument penelitian ini antara lain: Tabel.1.2 Instrumen Penelitian Variabel Sub variabel Indikator No. Item Harapan terhadap Kinerja(Performance Expectation) - Penggunaan Menggunakan fasilitas 1 sistem akan menigkatkan kinerja. - Kemampuan sistem dalam meningkatkan kinerja. - Penggunaan inovasi (sistem baru)dianggap menguntungkan. Layanan Internet Pada MPLIK membantu saya dalam mengakses dan mencari informasi demi kebutuhan pekerjaan. 2 Menggunakan fasilitas layanan internet pada M-PLIK membantu meningkatkan penghasilan saya. 3 Menggunakan fasilitas layanan internet pada M-PLIK memberikan dampak keuntungan terhadap pekerjaan sehari-hari 35

Harapan terhadap - Persepsi Penggunaan fasilitas 4 Usaha (Effort kemudahan layanan internet pada Expectancy) dalam M-PLIK dirasa mudah. penggunaan Penggunaan Internet sistem melalui M-PLIK - Tingkat mudah dipelajari dan 5 pemahaman dipahami. dalam penggunaan sistem Pengaruh Sosial - Norma Saya menggunakan 6 (Social Influence) subyektif fasilitas layanan - Faktor sosial internet pada Mobil- - Tingkat PLIK atas motivasi keyakinan atau dorongan orang terhadap orang lain. 7 lain dalam Lingkungan sekitar penggunaan saya mempengaruhi suatu sistem. saya dalam menggunakan fasilitas layanan internet pada Mobil-PLIK 8 Orang yang menggunakan fasilitas layanan internet pada Mobil-PLIK dilingkungan saya dianggap lebih modern dari pada yang tidak menggunakan. 36