BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara

III KERANGKA PEMIKIRAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN. Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid ( )

Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan kebutuhaan bahan. pangan akan meningkat pula. Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tahun Bawang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. bentuk, yaitu segar dan olahan; yang meliputi olahan tradisional dan olahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi. Tujuan pembangunan sektor perikanan Indonesia sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan nelayan dan sumber proses hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk perikanan biasanya harus mengalami perpindahaan pemilikan dari nelayan atau petani ikan sebagai produsen kepada penduduk sebagai konsumen. Perpindahan pemilikan yang dimaksud terjadi karena adanya pasar. Sebab itu pemasaran adalah mata rantai yang penting dalam suatu pembangunan perikanan. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein ikan menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh manusia. Kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara 15-25%/100 g daging ikan. Kandungan lemak daging merah ikan lebih tinggi dibandingkan daging putih ikan. Jumlah mineral pada daging ikan hanya sedikit. Ikan juga dipandang sebagai sumber kalsium, besi, tembaga, dan yodium (Junianto, 2003). Ikan merupakan salah satu komoditas penting, untuk itu diperlukan pengelolaan yang lebih intensif agar sumber daya ikan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Nelayan sebagai pihak yang berjasa dalam menghasilkan ikan juga sudah seharusnya mendapat perhatian khusus dalam perbaikan taraf hidup

mereka. Terutama karena peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama pembangunan. Namun kenyataannya, kebanyakan penduduk Desa Percut masih berada dalam taraf hidup menengah ke bawah. Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut. Dengan demikian, pada suatu saat produksi ikan sangat melimpah, banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga menjadi busuk. Hal ini sangat merugikan bagi nelayan atau pengusaha yang berkecimpung dalam dunia bisnis perikanan (Rahardi dkk, 1993). Kegiatan produksi di bidang perikanan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: dengan cara penangkapan, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan yang dapat dilakukan di perairan darat maupun perikanan laut. Sumberdaya perikanan ini apabila dimanfaatkan akan memberikan keuntungan yang besar bagi Negara melalui ekspor non migas. Cara penangkapan yaitu dengan menangkap ikan di laut bebas dengan mempergunakan alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan. Cara budidaya yaitu dengan membudidayakan ikan baik di laut maupun di air tawar. Pengolahan hasil perikanan yaitu dengan mengolah hasil-hasil dari ikan hasil tangkapan, baik pengalengan,pengasinan, perebusan maupun mengolah menjadi tepung ikan (Dinas Perikanan, 1991). Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di kolam, di sungai, di danau, atau di laut melainkan usaha yang mencakup berbagai aspek organism (sumber hayati) di perairan secara keseluruhan. Semua organism seperti ikan, kerang, siput, rumput laut dan organisme lain termasuk objek usaha perikanan. Objek usaha perikanan adalah semua kegiatan yang ada hubungannya memanfaatkan sumber hayati perairan

(hewan dan tumbuhan) yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan ekonomi. Dengan demikian, usaha perikanan bertujuan untuk memanfaatkan hasil perairan air tawar dan perairan laut, baik dengan cara memeliharanya maupun dengan cara menangkap dan mengolahnya. Usaha perikanan laut meliputi penangkapan ikan, pengambilan kerang, pengambilan mutiara dan pengambilan rumput laut (Evi, 2001). Menurut Suhartini dan Nur (2000), ada beberapa faktor yang harus dihadapi oleh industri ikan tradisional yaitu: -Kualitas bahan baku yang rendah -Ketersediaan bahan baku yang rendah -Tidak ada infrastuktur yang mendukung -Rendahnya pengeluaran untuk peningkatan mutu dan proses produksi. -Rendahnya pengetahuan dalam proses produksi - Rendahnya informasi dan standar keamanan produk. Proses pembusukan pada ikan dapat disebabkan terutama oleh aktivitas enzim yang terdapat di dalam tubuh ikan itu sendiri, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidasi pada lemak tubuh oleh oksigen dari udara. Kelemahan yang dimiliki oleh ikan telah dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pasca panen melalui proses pengolahan maupun pengawetan (Afrianto dan Evi, 1991).

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain sebagai tempat pelelangan, tempat perbaikan jaring, tempat perbaikan mesin, dan lain sebagainya. Disamping itu TPI merupakan tempat berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka mengadakan transaksi jual beli ikan. Nelayan ingin menjual hasil tangkapan ikannya dengan harga sebaik mungkin, sedangkan pembeli ingin membeli dengan harga serendah mungkin. Untuk mempertemukan penawaran dan permintaan itu, diselenggarakan pelelangan ikan agar tercapai harga yang sesuai, sehingga masing- masing pihak tidak merasa dirugikan. Menurut Junianto (2003), TPI yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : - Mempunyai persediaan air bersih - Mempunyai tempat penyimpanan es - Mempunyai wadah atau keranjang untuk melelang ikan - Lantai pelelangan harus dibuat ubin yang halus dan mudah dibersihkan serta tidak terdapat genangan. Hambatan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005), hambat merupakan kata dasar dari penghambat berarti membuat sesuatu menjadi terhambat atau tidak lancar. Penghambat berarti orang yang menghambat, alat yang digunakan untuk menghambat.hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksaan terganggu.berdasarkan pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa penghambat adalah suatu keadaan yang selalu dalam keadaan tidak lancar mengalami gangguan.

Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan pedagang nelayan hasil laut meliputi umur,pendidikan formal, pengalaman, jumlah tanggungan keluarga serta modal. Dilihat dari segi umur mempunyai hubungan terhadap responsibilitas seseorang akan penawaran tenaga kerjanya. Semakin meningkat umur seseorang semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Selama masih dalam usiaproduktif, karena semakin tinggi usia seseorang semakin besar tanggung jawab yang harus ditanggung. Jumlah tanggungan keluarga responden dapat diartikan sebagai jumlah seluruh anggota keluarga yang harus ditanggung dalam satu keluarga. Setiap masing-masing keluarga memiliki jumlah tanggungan keluarga yang berbeda-beda. Asumsinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka kebutuhan dalam keluarga tersebut semakin banyak. Oleh karena itu, curahan jam kerja akan semakin tinggi agar pendapatan yang diperoleh responden semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan. Titik tertentu penawaran akan menurun seiring dengan usia yang makin bertambah.jumlah penduduk sekolah dipengaruhi tingkat penyediaan fasilitas pendidikan dan tingkat penghasilan keluarga. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pendapatan Menurut Sitohang (1996), memandang pendapatan dari sisi efektifitas penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan adalah nilai barang atau jasa tertentu pada akhir jangka tertentu yang mempunyai indikasi bahwa makna pendapatan bisa saja bergeser seiring dengan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat. Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan pedagang dinilai mulai dari umur, pendidikan formal yang sangat penting bagi pedagang untuk mengetahui

inovasi baru, jumlah tanggungan keluarga yang makin banyak maka pendapatan keluarga semakin berkurang, melalui pengalaman maka timbullah keahlian, kemampuan, keuletan serta pengetahuan. Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan yaitu: a) Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara. b) Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. c) Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun. Menurut Sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan. Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Pendapatan permanen dapat diartikan yaitu: a) Pertama, pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan gaji. b) Kedua, pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan

kekayaan seseorang. Pendapatan menekan pada perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorang dalam satu kegiatan produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor produksi atas nilai tambah (value added) pada tingkat output tertentu. Nilai tambah inilah yang merupakan pokok utama dari balas jasa yang selanjutnya disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut jangka waktu tertentu sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu bulan, dan lain sebagainya. Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut serta kan modal atau keterampilan mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar (Winardi, 1988). 2.2.2 Biaya Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988). Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Menurut Widjaja (1999), berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel).

a.biaya tetap (fixedcost) Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu seperti depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak, dan bunga modal termasuk kedalam biaya tetap. b.biaya variabel (variable cost) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan secara produksi (input) yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak dibeli, dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973). 2.2.3 Penerimaan Soekartawi, dkk (1986), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani. Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).

2.3 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang 1. Umur Umur dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan.umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru.dengan kondisi tersebut petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga fisik yang tersedia (Anonimous,2008). 2. Pendidikan Formal Sebagai negara agraris tidak dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kita adalah petani hal ini terjadi karena upaya pendidikan petani seringkali tersisihkan.secara popular pendidikan pertanian untuk petani disebut sebagai penyuluhan pertanian. Dalam undang-undang sekarang ini pengertian tentang penyuluhan mencakup pengelolaan komoditas lain di luar tanaman pangan seperti kehutanan,perikanan,perkebunan,peternakan, dan nelayan (Puspita,2009). 3.Pengalaman Pengalaman dapat menambah wawasan dalam industri karena dapat menguji dan membandingkan pengetahuan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya, di samping itu, dapat membantu kesempatan untuk menambah pengetahuan dan teknologi yang baru sebanyak-banyaknya (Slameto,2003). 4.Jumlah Tanggungan Keluarga Ada hubungan yang searah antara koefisien petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga.keadaan demikian sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus hati-hati dalam bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang senantiasa beresiko

tinggi. Kegagalan petani dalam berusahatani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan meningkatkan pendapatan pedagang (Soekartawi dkk,1993). 5.Modal Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam melakukan usahataninya adalah terbatas sumber modal di pedesaan, terutama untuk tanaman saprodi, upah oleh tanah, upah tanam dan panen.penggunaan modal usahatani dapat dibedakan menjadi modal tetap atau modal investasi dan modal tidak tetap atau modal kerja (Prasetyo dkk, 2008). 2.4 Penelitian Terdahulu Zulfikar (2002), hasil penelitian tentang analisis bagi hasil terhadap pendapatan buruh nelayan di Kabupaten Deli Serdang, bahwa hasil analisis dapat diketahui untuk uji beda rata-rata nelayan melaut jaring dan melaut pancing diperoleh t- hitung 12,20 pada tingkat pengujian signifikan 5% maka t-tabel = 1,734. Karena t- hitung > t-tabel maka Ho ditolak. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan melaut jaring dan pancing. Untuk uji beda rata-rata melaut pancing dan melaut jaring diperole t-hitung 2,21 pada tingkat signifikan 5% maka t-tabel = 1,734. Karena t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara melaut pancing dan jaring. Sasmita (2006), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variabel

independent modal, jumlah tenaga kerja, jumlah perahu, dan waktu melaut yang dapat menerangkan variansi variabel dependent (pendapatan usaha nelayan) sebesar 60,7%. Dari variabel independent yang diteliti modal kerja dan melaut signifikan pada tingkat kepercayaan 5% sedangkan jumlah tenaga kerja signifikan pada tingkat kepercayaan 10%. 2.5 Kerangka Pemikiran Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali secara tanggung jawab dengan konsumen.pada pendapatan pedagang terdapat faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatannya.faktor sosial ekonomi antara lain adalah umur, pendidikan formal,pengalaman,jumlah tanggungan keluarga dan modal.dari nelayan hasil laut diperoleh produksi seminimal mungkin dan dijual kembali oleh pedagang untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga mendapatkn penerimaan yang besar.penerimaan pedagang dipengaruhi oleh harga jual hasil laut, semakin tinggi harga hasil laut maka penerimaan pedagang semakin tinggi.dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya produksi diperoleh pendapatan pedagang.untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan hasil laut maka dilakukan penelitian.adapun skema kerangka pemikiran dapat dilihat dari skema kerangka pemikiran berikut ini.

PEDAGANG PROSES PELELANGAN Proses Pelelangan IKAN Ikan FAKTOR-FAKTOR SOSIAL faktor-faktor EKONOMI sosial ekonomi: : Umur 1. Umur,Pendidikan Formal, 2. Pendidikan formal Pengalaman, 3. Pengalaman Jumlah tanggungan 4. Jumlah tanggungan keluarga keluarga 5. Modal,Modal BIAYA BIAYA PENERIMAAN PENERIMAAN PENDAPATAN PENDAPATAN Keterangan : : Hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.6 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh faktor sosial ekonomi umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah tanggungan keluarga, dan modal terhadap pendapatan pedagang hasil laut.