FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TYPOID PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TMC TASIKMALAYA TAHUN Heti Damayanti 1) Nur Lina dan Sri Maywati 2)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BUGANGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

Hubungan antara Faktor Risiko dengan Kejadian Demam Tifoid pada Pasien yang di Rawat di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Periode Februari - Juni 2015

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: demam tifoid, higiene perorangan, aspek sosial ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia

Skripsi ini untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Agung Triono J

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village

Lesy Lailatul Hikmati 1) Siti Novianti dan Andik Setiyono 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM TIFOID PADA MAHASISWA PREVENTION BEHAVIOR IN STUDENTS TYHPOID FEVER

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UPAI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

ANALISIS RISIKO KEJADIAN DEMAM TIFOID BERDASARKAN KEBERSIHAN DIRI DAN KEBIASAAN JAJAN DI RUMAH

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

Ririh Citra Kumalasari 1. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip *)Penulis korespondensi:

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

FAKTOR KEBIASAAN DAN SANITASI LINGKUNGAN HUBUNGANYA DENGAN KEJADIAN DEMAM THYPOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid pada Anak di RSUD Tugurejo Semarang

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG DEMAM THYPOID DENGAN KEBIASAAN JAJAN PADA SISWA SDN 3 CANDISARI GROBOGAN PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

KARYA TULIS ILMIAH. PENGETAHUAN PASIEN TYPHOID ABDOMINALIS TENTANG DIET TYPHOID ABDOMINALIS di Rumah sakit Kabupaten Ponorogo

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

PEMODELAN LAJU KESEMBUHAN PASIEN RAWAT INAP TYPHUS ABDOMINALIS

PERBEDAAN PENGETAHUAN MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM TIFOID

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang

ABSTRACT. Keywords: Food Handler s Hygiene Sanitation Practice, Escherichia coli RINGKASAN

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009).

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

STIKES NGUDI WALUYO ARTIKEL

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN KONSUMEN AIR MINUM ISI ULANG DENGAN PENYAKIT DIARE

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

Transkripsi:

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TYPOID PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TMC TASIKMALAYA TAHUN 2016 Heti Damayanti 1) Nur Lina dan Sri Maywati 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi 1) Universitas Siliwangi(heti.damayanti@gmail.com) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan 2) Universitas Siliwangi ABSTRAK Penyakit Demam Typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari dan gangguan pada saluran pencernaan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian demam typoid pada pasien rawat inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya. Berdasarkan laporan tahunan Rumah Sakit TMC selama dua tahun terakhir penyakit demam typoid merupakan peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap. Sampel kasus berjumlah 28 responden dengan teknik accidental sampling. Sampel kontrol sebanyak 28 responden. Instrumen penelitian ini yaitu kuesioner. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square dengan α = 0,05 dan CI:95%. Hasil penelitian menunjukan variabel yang berhubungan dengan demam typoid adalah umur (p=0.0.14;or=4.88), kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB (p=0.030;or=4.00),kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (p=0.003;or=7.1), kebiasaan jajan/ makan diluar rumah (p=0.000;or=9.1, kebiasaan mencuci makanan yang akan dimakan langsung (p=0.027;or=4.2). penelitian ini sebagai pengalaman untuk penelitian selanjutnya serta disarankan kepada petugas kesehatan dirumah sakit untuk memberikan edukasi kepada pasien tentang mencuci tangan yang baik serta membiasakan untuk hidup sehat. Kata kunci : demam typoid, faktor risiko ABSTRACT Typoid Fever is an acute infectious disease that usually affects the gastrointestinal tract with symptoms of fever of more than 7 days and disorders of the digestive tract. The disease is caused by the bacterium Salmonella thypi. This study aimed to determine the incidence of risk factors typoid fever in hospitalized patients at the Hospital of TMC Tasikmalaya. Based on annual reports TMC Hospital during the past two years fever typoid the first rank of the top ten diseases. This research method using a case-control approach. The population

of this research is all inpatients. Sample cases amounted to 28 respondents with accidental sampling technique. The control samples were 28 respondents. The research instruments were questionnaires. The analysis done of univariate and bivariate analysis using Chi-square test with α = 0.05 and 95% CI. The results showed that the variables associated with fever typoid were age (p = 0.0.14; OR = 4.88), the habit of washing hands with soap after defecating (p = 0.030; OR = 4.00), the habit of washing hands before eating (p = 0.003; OR = 7.1), the habit of eating snacks / eating outside the home (p = 0.000; OR = 9.1, the habit of washing food that will be eaten immediately (p = 0.027; OR = 4.2). this research as experience for further studies and suggested to health workers at home hospital to provide patient education about good hand washing and getting used to a healthy life. Keywords: typoid fever, risk factors PENDAHULUAN Pada tahun 2014 diperkirakan 21 juta kasus demam typoid 200 ribu diantaranya meninggal dunia setiap bulan. Data World Health Organization (2013) memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam typoid diseluruh dunia dengan insidensi 600.00 kasus kematian setiap tahun. Berdasarkan survei pendahuluan data yang didapat dari rekam medik Rumah Sakit TMC jumlah kunjungan pasien demam typoid rawat inap selama 2014 sebanyak 1038 kasus yaitu sekitar 14,8 % dari total kunjungan pasien keseluruhan sebanyak 7.373 pasien. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan pasien demam typoid sebanyak 867 kasus yaitu sekitar 13,36 % dari total kunjungan pasien sebanyak 6.488 kasus. Dua tahun terakhir penyakit yang demam typoid ini menjadi peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit pada pasien rawat inap (Laporan Tahunan BOR RS TMC 2015).Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan higiene pribadi dan sanitasi lingkungan seperti higiene perorangan yang rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat umum (rumah makan, restoran) yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan akan menimbulkan peningkatan kasus-kasus penyakit menular, termasuk demam typoid (Depkes RI, 2006:1). Fenomena yang terjadi dimasyarakat, masih ada sekitar 58 % warga yang tidak menerapkan perilaku higiene perseorangan meskipun tingkat pengetahuan dan sikap mereka tentang kesehatan sudah cukup baik (Riskesdas, 2013) METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kasus kontrol. Studi kasus kontrol yaitu sekelompok kasus (pasien yang menderita penyakit demam typoid) dibandingkan dengan sekelompok kontrol (mereka yang tidak menderita demam typoid) dengan teknik accidental sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, kebiasaan mencuci tangan sebelum makann, kebiasaan jajan/makan diluar rumah, kebiasaan mencuci makanan mentah yang akan dimakan langsung seperti sayur dan buah. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan primer, dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis Univariat dengan tabel dan Bivariat dengan uji statistik Chi Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis univariat a. Kejadian Thypoid Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016 Kejadian Demam Tyopid F % Demam typoid (kasus) 28 50 Tidak demam typoid (Kontrol) 28 50 Data pada tabel 4.4 kasus demam typoid dengan rata-rata usia responden 30 tahun sebanyak 16 orang. Dengan jenis kelamin lakilaki sebanyak 18 orang (54,5%) dan perempuan sebanyak 10 orang (43,5%). b. Umur Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016 Umur F % 30 tahun 22 39.3 > 30 tahun 34 60.7 Data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi umur responden paling banyak termasuk pada kelompok umur > 30 tahun yaitu sebanyak 34 orang (60.7%) dan kelompok umur 30 tahun sebanyak 22 orang (39.3%). c. Jenis Kelamin Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016 Jenis kelamin F % Laki-laki 33 58.9 Perempuan 23 41.1 Data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa distribusi jenis kelamin responden paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33 orang (58.9%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (41.1%).

d. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah Buang Air Besar Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah Buang Air Besar pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016 Mencuci tangan sesudah BAB F % Kurang Baik ( skor < median) 23 41.1 Baik ( skor median ) 33 58.9 Data pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar (BAB) paling banyak termasuk kategori baik yaitu 33 orang (58.9%) dan termasuk kategori kurang sebanyak 23 orang (41.1%). e. Mencuci Tangan Sebelum Makan Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016 Mencuci tangan sebelum makan F % Kurang Baik ( skor < median ) 22 39.3 Baik ( skor median) 34 60.7 Data pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci tangan sebelum makan paling banyak termasuk kategori baik yaitu 34 orang (60.7%) dan termasuk kategori kurang sebanyak 22 orang (39.3%). f. Kebiasaan Jajan / Makan Diluar Rumah Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebiasaan Jajan / Makan Diluar Rumah Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016 Kebiasaan jajan/makan di luar F % Sering (> 3x dalam seminggu) 30 53.6 Jarang (< 3x dalam seminggu) 26 46.4 Data pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa kebiasaan jajan/ makan di luar paling banyak termasuk kategori sering yaitu 30 orang (53.6%) dan termasuk kategori jarang sebanyak 26 orang (46.4%).

B. Analisis Bivariat Tabel Uji Analisis Bivariat Variabel bebas kategori Demam typoid Tidak demam typoid n=28 % n=28 % 2n=5 6 Umur 30 tahun 16 57 6 21 22 39 > 30 tahun 12 43 22 79 34 61 Jenis Laki-laki 18 64 15 54 33 59 kelamin Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan Kebiasan jajan / makan diluar rumah Kebiasaan mencuci makanan mentah yang akan dimakan langsung seperti sayur dan buah perempuan 10 36 13 46 23 41 Kurang 16 57 7 25 23 41 Baik Baik 12 43 21 75 33 59 Kurang 17 61 5 18 22 39 Baik Baik 11 39 23 82 34 61 Sering > 3x 22 79 8 29 30 54 seminggu Jarang < 3x seminggu Kurang baik 6 21 20 71 26 46 15 54 6 21 21 37 Baik 13 46 22 79 33 63 Total p OR (95% CI) % 0.014 0.587 0.030 0.003 0.000 0.027 Berdasarkan data diatas bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian demam typoid adalah umur p value sebesar 0.014 (p < α 0.05) dengan nilai OR sebesar 4.88, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB p value sebesar 0.030 (p < α 0.05) dengan nilai OR sebesar 4.00, kebiasaan mencuci tangan setelah makan p value 0.003 (p < α 0.05) dengan nilai OR sebesar 7.1, kebiasaan jajan / makan diluar rumah p value 0.000 (p < α 0.05) dengan nilai OR sebesar 9.1, kebiasaan mencuci makanan mentah yang akan 4.88 1.5-15.7 4.00 1.2-12.4 7.1 2.08-24.2 9.1 2.7-31 4.2 1.3-13.6

dimakan langsung p value sebesar 0.027 dnilai OR sebesar 4.2. Sedangkan variabel yang tidak ada hubungan adalah jenis kelamin p value sebesar 0.587. PEMBAHASAN Hubungan Umur Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Ianp Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Usia 30 tahun lebih rentan untuk terserang berbagai macam bakteri atau bakteri Salmonella typhi sebagai akibat aktifitas yang tidak terkontrol atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang kurang higiene. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pada umur 30 yaitu kelompok umur 20-30 tahun merupakan kelompok pekerja dimana kelompok usia tersebut sering melakukan aktivitas diluar rumah, sehingga berisiko untuk terinfeksi Salmonella typhi, seperti mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi Salmonella typhi. Typoid dapat pula terjadi pada kelompok usia 3-19 tahun yaitu kelompok anak sekolah yang kemungkinkan besar diakibatkan sering jajan di sekolah atau tempat lain di luar rumah (Ishaliani H (2009: 55). Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa risiko penyakit demam typoid adalah karena aktivitas dan perilaku yang tidak sehat biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Sehingga dengan banyaknya aktifitas di luar rumah lebih mudah terpapar oleh bakteri salmonella typhi sebagai akibat aktifitas yang tidak terkontrol atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang kurang higienis. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit TMC Tasikmlaya Jenis kelamin laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki risiko terjangkitnya penyakit demam typoid. Karena jenis kelamin tidak menunjukkan adanya perbedaan sistem kekebalan dalam tubuh.hal tersebut diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0.587 (p > α 0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya. Walaupun demikian, dari hasil penelitian ini didapatkan jenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak mengalami typoid pada kelompok kasus dibandingkan laki-laki pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena aktivitas laki-laki lebih banyak dilakukan di luar rumah.hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hadisaputro, (1990: 14) yang mengatakan bahwa distribusi jenis kelamin antara penderita pria dan wanita pada demam tifoid tidak ada perbedaan, tetapi pria lebih banyak terpapar dengan kuman Salmonella typhi dibandingkan dengan wanita, karena aktivitas di luar rumah lebih banyak. Hal ini memungkinkan pria mendapat risiko lebih besar untuk menderita penyakit demam tyfoid dibandingkan dengan wanita.berdasarkan uraian tersebut penulis berpendapat bahwa walaupun dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, namun responden laki-laki sedikit lebih banyak mengalami demam typoid. Hal ini dikaitkan bahwa laki-laki lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah yang memungkinkan laki-laki berisiko lebih besar terinfeksi Salmonella typhi dibandingkan dengan perempuan, misalnya mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh Salmonella typhi.

Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Dengan Sabun Setelah Buang Air Besar Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Peningkatan higiene perorangan adalah salah satu dari program pencegahan yakni perlindungan diri terhadap penularan demam typoid (Depkes RI 2006:49). Kebiasaan yang kurang baik dalam mencuci tangan misalnya tidak menggunakan air mengalir, tidak menggunakan sabun atau menggosok bagian punggung tangan dan lain-lain memiliki risiko menderita penyakit demam typoid karena belum hilangnya bakteri Salmonella typhi.( Fathonah 2005: 12).Hal ini diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0.030 ( p < α 0.05), artinya terdapat hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya dengan nilai OR sebesar 4,00, dengan demikian responden yang memiliki kebiasaan cuci tangan kurang baik beresiko 4,00 kali lipat mengalami demam typoid dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB termasuk kategori baik.menurut teori yang dikeluarkan oleh Depkes RI (2006: 49) menyatakan bahwa higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Hasil penelitian diperoleh data responden yang memiliki kebiasaan cuci tangan sebelum makan termasuk kategori kurang sebanyak 17 orang (77.3%) mengalami demam typoid, sedangkan responden yang memiliki kebiasaan cuci setelah makan termasuk kategori baik sebanyak 23 orang (67,6%) tidak mengalami demam typoid. Hal ini diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0.003 (p < α 0.05), artinya terdapat hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya dengan nilai OR sebesar 7,10, dengan demikian responden yang memiliki kebiasaan cuci tangan kurang baik berisiko 7,10 kali lipat mengalami demam typoid dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiaaan cuci tangan setelah makan termasuk kategori baik.berdasarkan uraian pembahasan tersebut, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yang tidak benar atau tidak sesuai dengan tahapan dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit termasuk demam typoid. Hal ini disebabkan karena kotoran atau bakteri yang menempel pada tangan akan berpindah kepada makanan yang dikonsumsi sehingga penyakit demam tifoid akan timbul sebagai akibat penularan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella thyposa, (food and water borne disease) selanjutnya orang sehat akan menjadi sakit. ( Zulkoni, 2010 : 43 Hubungan Kebiasaan Jajan / Makan Diluar Rumah Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit TMC Tasikmlaya Sebagian besar responden jajan atau makan di kaki lima dan pedagang keliling, dalam penyajian bahan makanan tersebut, kurang memperhatikan higienis. Artinya makanan tersebut rentan akan terkena debu atau lalat pembawa kuman Salmonella Typhi.Hal ini diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0.000 (p < α 0.05), artinya terdapat hubungan antara kebiasaan jajan/makan di luar rumah dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat

inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya dengan nilai OR sebesar 9,10, dengan demikian responden yang memiliki kebiasaan jajan/makan di luar rumah berisiko 9,10 kali lipat mengalami demam typoid dibandingkan dengan responden yang jarang jajan/makan di luar rumah. Berdasarkan uraian tersebut, sebagai dasar upaya untuk menghindari tercemar Salmonella thyphi, maka setiap responden harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Seseorang dapat membawa bakteri demam typoid dalam saluran pencernaannya tanpa sakit, ini yang disebut dengan penderita laten. Penderita ini dapat menularkan penyakit demam typoid ini ke banyak orang, apalagi jika dia bekerja dalam menyajikan makanan bagi banyak orang seperti tukang masak warung nasi terlebih lagi pedagang keliling dan pedagang kaki lima. Hubungan Kebiasaan Mencuci Makanan Mentah Yang Akan Dimakan Langsung Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Dilihat dari data tersebut bahwa kebiasaan mencuci makanan yang langsung dimakan seperti buah-buahan, sayuran, lalab-lalaban yang tidak dicuci dengan bersih cenderung bisa menimbulkan risiko penyakit demam typoid ( Anies, 2006: 97). Hal ini diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0.027 (p < α 0.05), artinya terdapat hubungan antara kebiasaan mencuci bahan sayuran dan buah dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya dengan nilai OR sebesar 4,2, dengan demikian responden yang memiliki kebiasaan mencuci bahan sayuran dan buah kurang baik berisiko 4,2 kali lipat mengalami demam typoid dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasaan mencuci bahan sayuran dan buah termasuk kategori baik. Menurut analisis peneliti, makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan), makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum yang tidak masak, dan sebagainya merupakan penjamu yang menyebabkan penularan penyakit demam typoid. Hal ini sesuai dengan Anies (2006: 97) mengatakan bahwa bahan mentah yang hendak dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu misalnya sayuran untuk lalapan, hendaknya dicuci bersih dibawah air mengalir untuk mencegah bahaya pencemaran oleh bakteri, telur bahkan pestisida. Berdasarkan uraian tersebut, responden yang kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella thypi masuk ke tubuh melalui makanan yang dikonsumsinya maka responden akan menjadi sakit. Artinya, higiene makanan dan minuman yang rendah berperan pada penularan demam typoid. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian mengenai faktor risiko kejadian demam typoid pada pasien rawat inap di Rumah sakit TMC Tasikmalaya 2016 diantaranya : ada hubungan antara umur, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, mencuci tangan setelah makan, kebiasaan jajan/ mkan diluar rumah, kebiasaan mencuci makanan mentah yang akan dimakan langsung seperti sayur dan buah dengan kejadian demam typoid. Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian demam typoid.

SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam typoid dengan menggunakan variabel lain yang berbeda untuk lebih mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian demam typoid. Serta kepada petugas kesehatan supaya memberikan edukasi kepada pasien tentang mencuci tangan dan berperilaku hidup bersih dan sehat. DAFTAR PUSTAKA ---------, Laporan Penyakit Terbanyak Rawat Inap Rumah Sakit TMC Tahun 2015, Tasikmalaya ---------, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. 2006. Pedoman Pengaendalian Demam Typoid. Jakarta: Direktorat J Jendral PP dan PL. Fathonah Siti. 2005, Higiene dan Sanitasi Makanan. Semarang: UNNES Pesr Hadisaputro Soeharyo. 2010. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh terhadap Kejadian Perdarahan dan atau Perforasi Usus Pada Demam Tipoid. Yogyakarta: UGM Pres World Health Organitation. 2013. Background Document : The Diagnosis Treatment And Prevention Of Typoid Fever, WHO/V & B/ 03.07, Geneva: World Health Organization, 2013:7-18.