Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang"

Transkripsi

1 Artikel Penelitian Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Dwi Febriana *), Yuliaji Siswanto **), Puji Pranowowati **) *) Mahasiswa PSKM STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen Pembimbing STIKES Ngudi Waluyo ABSTRACT Typhoid fever is an acute infection of the digestive tract caused by salmonella typhi. The disease is still become public health problem especially in development countries. In Indonesia, the incidence of typhoid fever at hospital in 2011 were cases and 274 died. The incidence of typhoid fever at the Lerep Public Health Center in 2013 were 917 cases. The purpose of this study is to determine the correlation between environmental sanitation with the typhoid fever at Lerep Public Health Center Working Area Semarang Regency. The study design used analytic with cross sectional approach. The population in this study were all patients at Lerep health center from January 1 st until June 17 th 2014 with sample of 64 respondents drawn by using purposive sampling. Data collection used questionnaires and observation sheets, analyzed by using univariate and bivariate with Chi-square test (α=0,05). The results show that there is correlation between source of clean water for drinking (p=0,033), there is correlation between source of clean water for cooking (p=0,014), and there is no correlation between excrate disposal device (p=0,364), there is no correlation between waste treatment (p=0,269) with the incidence of typhoid fever. Community is expected to maintain the cleanliness of latrines, improving wasting management well and maintain the quality of water comsumed. Key Words : Typhoid fever, Environmental Sanitation ABSTRAK Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini berhubungan erat dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Di Indonesia jumlah kejadian demam tifoid di rumah sakit pada tahun 2011 adalah kasus dan 274 meninggal. Angka kejadian demam tifoid di Puskesmas Lerep tahun 2013 sebanyak 917 kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian demam tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini semua pasien rawat inap di Puskesmas Lerep selama 1 Januari 17 Juni 2014 dengan sampel sebanyak 64 responden yang diambil secara purposive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar pengamatan, dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-square (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber air bersih untuk minum (p=0,033), ada hubungan sumber air bersih untuk masak (p=0,014), dan tidak ada hubungan antara sarana pembuangan tinja (p=0,364), tidak ada hubungan pengolahan sampah (p=0,269) dengan kejadian demam tifoid. Masyarakat diharapkan untuk menjaga kebersihan jamban, meningkatkan pengolahan sampah dengan baik dan menjaga kualitas air yang dikonsumsi. Kata Kunci : Demam tifoid, Sanitasi Lingkungan Lerep Kabupaten Semarang 1

2 PENDAHULUAN Penyakit demam tifoid di suatu daerah tergantung pada manusia yang peka terhadap kondisi lingkungan yang sesuai bagi kehidupan mikroorganisme penyebab penyakit. Kebersihan dan sanitasi lingkungan yang buruk merupakan faktor yang dapat meningkatkan penyebaran penyakit seperti, kurangnya sarana air bersih, sempitnya lahan tempat tinggal dan penggunaan tinja untuk pupuk sayuran dapat meningkatkan penyakit menular yang menyerang sistem pencernaan. 1 Demam tifoid masih merupakan masalah penyakit global, besarnya angka pasti demam tifoid sulit ditentukan, WHO memperkirakan jumlah kasus demam tifoid diseluruh dunia mencapai juta penderita, dengan hingga kematian setiap tahunnya. Kasus demam tifoid paling tinggi terdapat di kawasan Asia Tengah dan Asia Tenggara. 2 Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Propinsi Jawa Tengah tahun 2007, menjelaskan bahwa tifoid terutama ditemukan pada kelompok umur usia sekolah dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada perempuan. Sedangkan berdasarkan pengeluaran perkapita, tifoid cenderung lebih tinggi pada rumah tangga dengan tingkat pengeluaran perkapita rendah. 3 Demam tifoid dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karakteristik individu (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan), sanitasi lingkungan (sumber air bersih, sarana pembuangan tinja, pengolahan sampah rumah tangga) perilaku (perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, perilaku mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar), dan carier. 4 Menurut karakteristik umur, semua kelompok umur dapat tertular demam tifoid, tetapi paling banyak pada kelompok umur dewasa muda. 2 Berdasarkan uraian diatas yang dapat diketahui bahwa sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya penyakit demam tifoid, maka penulis tertarik untuk menganalisis hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian demam tifoid. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang selama 1 Januari 17 Juni 2014 yang berjumlah 64 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu sebanyak 43 sampel, dengan kriteria sebagai berikut: usia 15 tahun, alamat rumah berada di wilayah kerja Puskesmas Lerep dan bersedia menjadi responden. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (tentang sumber air bersih dan pengolahan sampah) dan lembar observasi untuk sarana pembuangan tinja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian demam tifoid. Penghitungan menggunakan program SPSS 16 dengan α = 0,05. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan p value dengan α, p value α maka hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian demam tifoid. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sumber air bersih Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan sumber air bersih Variabel Frekuensi (n=43) Persentase (%) Sumber Air Bersih Untuk Minum - Sumur gali 13 30,2 - Mata air - PDAM ,5 16,3 Sumber Air Bersih Untuk Masak - Sumur gali 12 27,9 - Mata air - Air isi ulang - PDAM ,5 4,6 14,0 Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian dari responden menggunakan sumber air bersih untuk minum dan masak berasal dari mata air yaitu 53,5% (23 orang). Hal ini disebabkan karena mayoritas dari responden tinggal di dataran tinggi, yang meliputi Desa Kalisidi, Keji, Nyatnyono dan sebagian Desa Lerep. Dimana pada tempat penelitian tersebut sudah ada program tersendiri seperti PAMSIMAS. Program tersebut dikelola oleh masyarakat dengan cara membuat bak Lerep Kabupaten Semarang 2

3 penampungan air di beberapa tempat kemudian disalurkan melalui selang atau pipa untuk sampai ke rumah rumah responden. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Indonesia dimulai pada tahun 2008, dimana sampai dengan tahun 2012 telah berhasil meningkatkan jumlah warga miskin pedesaan dan pinggiran kota yang dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi. Guna meningkatkan akses penduduk pedesaan dan pinggiran kota terhadap fasilitas air minum dan sanitasi, maka program Pamsimas dilanjutkan pada tahun 2013 sampai dengan tahun Namun, pada daerah penelitian program pamsimas sendiri dimulai sejak tahun Air sangat penting bagi kehidupan manusia, kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum dan masak. Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan, maka sumber air bersih yang berasal dari mata air dan sumur gali yang terlindungi dan tidak tercemar dapat diterima sebagai air yang sehat dan layak untuk dikonsumsi Sarana Pembuangan Tinja Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan sarana pembuangan tinja Sarana Pembuangan Frekue Persenta Tinja nsi se (%) Tidak memenuhi syarat 27 62,8 Memenuhi syarat 16 37,2 Total ,0 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden memiliki sarana pembuangan tinja tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu 62,8% (27 orang). Jamban sehat adalah jamban yang memenuhi syaratsyarat kesehatan sebagai berikut a) kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, b) tersedia air, sabun dan alat pembersih. 7 Hasil pengumpulan data diperoleh sarana pembuangan tinja responden tidak memenuhi 4 indikator syarat jamban sehat yang terdiri dari : a) tersedia air di ruangan jamban, b) tersedia sabun didekat jamban, c) lantai dan dinding jamban bebas dari tinja, dan d) tersedia alat pembersih di ruangan jamban. Didapatkan sebagian dari responden tidak tersedia alat pembersih kloset di ruangan jamban yaitu 55,8% (24 orang), adapula dari responden yang tidak tersedia sabun diruangan jamban yaitu 37,2% (16 orang) serta 11,6% (5 orang) dari responden mempunyai lantai dan dinding jamban tidak bebas dari tinja. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi kamar mandi yang juga digunakan sebagai tempat untuk mencuci perabotan rumah tangga, dimana limbah hasil cucian tersebut menyebabkan sumbatan pada aliran air dan dapat dijamah oleh serangga dan tikus. 3. Pengolahan Sampah Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan pengolahan sampah Pengolahan Sampah Frekuensi Persentase (%) Dibiarkan ditempat 2 4,7 terbuka Dibuang ke sungai Dibakar Dikumpulkan dan ,9 39,5 27,9 dibuang ke TPS Total ,0 Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian dari responden mengolah sampah secara dibakar dengan persentase 39,5% (17 orang). Hal ini disebabkan karena sebagian dari responden dalam penelitian ini bertempat tinggal di pedesaan dan masih mempunyai lahan yang cukup untuk mengolah sampah yang dihasilkan dari responden tersebut. Mengolah sampah dengan cara dibakar merupakan tradisi masyarakat di daerah penelitian dan kegiatan tersebut dilakukan setiap hari. Pengolahan sampah secara dibakar adalah cara yang paling mudah dan menghemat biaya. Selain itu, di Indonesia sendiri program pengolahan sampah dengan konsep 3R belum serentak. Secara nasional rata-rata baru mencapai 7%, hal ini disebabkan karena masyarakat di Indonesia memiliki rasa kepedulian yang rendah terhadap lingkungan. 8 Pada saat pengumpulan data tidak diketahui dimana tempat pengumpulan sampah yang dihasilkan oleh responden mungkin saja pengumpulan sampah dilakukan diluar atau didalam rumah serta tidak diketahui pula frekuensi pembuangan sampah yang telah dikumpulkan oleh responden. Padahal pengolahan sampah yang baik menurut Notoadmodjo (2007) 6, meliputi pengumpulan, pengangkutan sampah sampai Lerep Kabupaten Semarang 3

4 dengan pemusnahan dan pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Pengumpulan sampah itu sendiri tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga yang menghasilkan sampah. 4. Kejadian Demam Tifoid Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kejadian Demam Tifoid Kejadian Demam Tifoid Freku ensi Persentase (%) Demam Tifoid 24 55,8 Tidak Demam Tifoid 19 44,2 Total ,0 Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh dari responden menderita demam tifoid dengan persentase 55,8% (24 orang). Seorang yang menderita demam tifoid dapat dipengaruhi oleh karakteristik responden yaitu umur dan jenis kelamin. Proporsi umur responden terbanyak yaitu antara umur tahun yaitu 25,6% (11 orang). Hal ini berbeda dengan kebanyakan kasus demam tifoid bahwa distribusi umur responden terbanyak pada kelompok umur 2-19 tahun. Menurut jenis kelamin responden, dengan jenis kelamin perempuan mempunyai proporsi lebih banyak yaitu 65,1% (28 orang). Hal tersebut berbeda dengan kebanyakan kasus demam tifoid bahwa laki-laki mempunyai risiko lebih banyak terpapar dengan kuman salmonella typhi karena aktivitas di luar rumah lebih banyak dibandingkan wanita. Tabel 5 Hasil analisis bivariat hubungan variabel bebas dengan kajdian demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Kejadian Demam Tifoid Variabel Demam Tifoid Tidak Total Demam Tifoid p PR f % f % f % Sumber air bersih untuk minum Berisiko 23 63, , ,0 0,033 4,472 Tidak berisiko 1 14,3 6 85, ,0 Sumber air bersih untuk masak Berisiko 23 65, , ,0 0,014 5,257 Tidak berisiko 1 12,5 7 87, ,0 Sarana pembuangan tinja Tidak memnuhi syarat 17 63, , ,0 0,364 1,439 Memenuhi syarat 7 43,8 9 56, ,0 Pengolahan sampah Berisiko 10 71,4 4 28, ,0 0,269 1,480 Tidak berisiko 14 48, , ,0 Hasil analisis terhadap variabel sumber air bersih untuk minum diperoleh bahwa responden yang mengalami demam tifoid lebih banyak pada sumber air bersih yang berisiko yaitu 63,9% (23 orang) daripada responden yang memiliki sumber air bersih untuk minum yang tidak berisiko dan menderita demam tifoid yaitu 14,3% (1 orang). Berdasarkan hasil analisis p-value 0,033 Didapatkan pula nilai PR (Prevalensi Ratio) sebesar 4,472 artinya responden dengan sumber air bersih untuk minum yang berisiko mempunyai risiko 4,47 kali terhadap kejadian demam tifoid dibanding responden yang sumber air bersih untuk minum tidak berisiko. Sedangkan hasil analisis terhadap variabel sumber air bersih untuk masak diketahui bahwa responden yang memiliki sumber air bersih untuk masak yang berisiko dan menderita demam tifoid mempunyai proporsi lebih banyak yaitu 65,7% (23 orang) daripada responden yang memiliki sumber air bersih untuk masak yang tidak berisiko dan menderita demam tifoid yaitu 12,5% (1 orang). Berdasarkan hasil analisis nilai p = 0,014. Didapatkan pula nilai PR (Prevalensi Ratio) sebesar 5,257 artinya responden dengan sumber air bersih untuk masak yang berisiko mempunyai risiko 5,25 kali terhadap kejadian demam tifoid dibanding responden yang sumber air bersih untuk masak tidak berisiko. Dimana sumber air bersih untuk minum dan masak responden berasal dari mata air dan sumur gali, alasan yang menjadi penyebab Lerep Kabupaten Semarang 4

5 sumber air bersih yang berisiko dan dikonsumsi responden pada penelitian ini adalah tidak diketahui apakah sumber air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan atau belum baik syarat fisik maupun bakteriologis. Dilihat dari syarat fisik memang air bersih yang dikonsumsi responden sudah memenuhi syarat (tidak keruh, tidak berbau dan tidak berasa) akan tetapi untuk syarat secara bakteriologis belum diketahui. Hal yang mungkin terjadi pada sumber air bersih yang berasal dari mata air adalah sumber air yang digunakan mungkin bukan pada mata air tetapi pada saluran air yang berasal dari mata air yang kemungkinan dapat tercemar. Sedangkan untuk sumber air bersih yang berasal dari sumur gali didapatkan sumur milik responden tidak tertutup dan tidak diketahui berapa jarak antara sumber air bersih dengan sumber pencemar yaitu 6,9% (3 orang). Padahal bakteri yang ada pada sumber pencemar akan mudah mengkontaminasi sumber air bersih dari sumur gali pada jarak kurang dari 10 meter. Sumber air bersih yang tidak memenuhi kualitas kesehatan cenderung sebagai sarana penyebaran berbagai penyakit, diantaranya adalah penyakit demam tifoid. Untuk berbagai keperluan hidup, air bersih harus memenuhi beberapa syarat baik syarat fisik maupun syarat bakteriologis. Selain syarat air bersih, adapula yang harus diperhatikan yaitu jarak sumber air bersih dengan sumber pencemar. 9 Kuman salmonella typhi sering ditemukan di sumur-sumur yang telah terkontaminasi oleh feses manusia yang terinfeksi oleh kuman salmonella typhi. Hal ini dapat terjadi karena jarak lubang septik tank kurang dari 10 m dengan sumur gali. Sehingga kuman salmonella typhi yang berada dalam septik tank akan mengontaminasi air sumur yang digunakan untuk konsumsi keluarga. Bila air tersebut di minum oleh manusia maka salmonella typhi akan masuk lagi ke usus manusia dan berkembang hingga dapat menyebabkan demam tifoid. Jadi air merupakan salah satu media penularan yang paling penting terhadap penyakit demam tifoid. 10 Diketahui pula responden yang memiliki sumber air bersih untuk minum yang berisiko dan tidak menderita demam tifoid yaitu 36,1% (13 orang), sedangkan untuk sumber air bersih untuk masak yang berisiko dan tidak menderita demam tifoid yaitu 34,3% (12 orang). Hal ini dapat dipengaruhi oleh cara pengolahan air responden yang dikonsumsi, responden merebus air sebelum dikonsumsi sampai mendidih sehingga bakteri yang ada dalam air mati dan tidak dapat menularkan penyakit salah satunya penyakit demam tifoid. Pengolahan air yang baik dan benar dapat dilakukan dengan cara pasteurisasi atau memanaskan air pada temperatur 55 o C 60 o C selama 10 menit. Hal tersebut dapat mematikan sebagian besar patogen yang ada dalam air. Walaupun demikian cara ini tidak efektif, sebab kita hampir tidak mungkin setiap saat dapat memantau air yang kita panaskan. Akan tetapi ada cara yang lebih efektif yaitu memasak atau merebus air yang akan kita konsumsi hingga mendidih. Cara ini sangat efektif untuk mematikan semua patogen yang ada dalam air seperti virus, bakteri, protozoa, fungi dan spora. Lama waktu air mendidih yang dibutuhkan adalah sekitar 5 menit, namun lebih lama waktunya akan lebih baik, direkomendasikan selama 20 menit. 11 Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramitasari (2013) 14 menunjukkan adanya hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian demam tifoid dengan nilai p=0,045. Hasil analisis terhadap variabel sarana pembaungan tinja dengan kejadian demam tifoid dapat diketahui bahwa responden yang memiliki sarana pembuangan tinja tidak memenuhi syarat dan menderita demam tifoid mempunyai proporsi lebih banyak yaitu 63,0% (17 orang) daripada responden yang memiliki sarana pembuangan tinja memenuhi syarat dan menderita demam tifoid yaitu 43,8% (7 orang). Berdasarkan hasil analisis nilai p = 0,364. Walaupun dalam hasil analisis penelitian menunjukkan tidak ada hubungan, tetapi didapatkan nilai PR (Prevalensi Ratio) sebesar 1,439 artinya responden dengan sarana pembuangan tinja tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 1,43 kali terhadap kejadian demam tifoid dibanding responden yang sarana pembuangan tinja memenuhi syarat. Hal tersebut dapat diketahui dari responden yang tidak memiliki alat pembersih kloset sebesar 55,8% dan tidak memiliki sabun 37,2%, walaupun sarana jamban responden tidak memenuhi syarat akan tetapi jambannya terlihat bersih. Mungkin pada saat Lerep Kabupaten Semarang 5

6 pengumpulan data yang dilakukan saat itu juga tanpa pemberitahuan terlebih dulu, kamar mandi atau jamban responden setelah dipakai atau setelah dibersihkan dan tidak ada bekas tinja di dinding jamban sehingga bakteri yang ada pada tinja tidak dapat diakses oleh vektor serta tidak dapat menularkan penyakit. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perilaku mencuci tangan setelah buang air besar dengan sabun dan dapat mengurangi risiko penularan penyakit yang ditularkan oleh tinja manusia. Menurut Soeparman dkk (2002) 13, tinja dapat menjadi perantara penyakit menular yang biasanya menyerang masyarakat. Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai media perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan serta sayuran. Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara saniter akan memutuskan rantai penularan penyakit. Hal itu salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku responden yaitu perilaku mencuci tangan dengan sabun, yang diketahui PR (Prevalensi Ratio) sebesar 2,333 yang artinya responden yang tidak mencuci tangan dengan sabun mempunyai risiko 2,33 kali terkena demam tifoid dibandingkan responden yang mencuci tangan dengan sabun. hal ini dapat diketahui pula dari nilai tingkat kemaknaan 95%CI = 1,646-3,309, tidak mencakup angka 1 hal ini berarti perilaku mencuci tangan dengan sabun merupakan faktor risiko untuk terjadinya demam tifoid. Menurut Fatonah (2005), 14 menyatakan tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Oleh karenanya kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas tinggi, walaupun hal tersebut sering tidak diperhatikan. Pencucian dengan sabun sebagai pembersih, penggosokkan dan pembilasan dengan cair mengalir akan menghanyutkan pertikel kotoran yang banyak mengandung mikroorganisme. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rakhman (2009) 15 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sarana pembuangan tinja dengan kejadian demam tifoid dengan nilai p=0,801. Hasil analisis variabel pengolahan sampah dengan kejadian demam tifoid dapat diketahui diketahui bahwa responden dengan pengolahan sampah yang berisiko dan menderita demam tifoid mempunyai proporsi lebih banyak yaitu 71,4% (10 orang). Berdasarkan hasil analisis nilai p = 0,269. Walaupun dalam hasil analisis penelitian menunjukkan tidak ada hubungan, tetapi didapatkan nilai PR (Prevalensi Ratio) sebesar 1,480 artinya responden dengan pengolahan sampah yang berisiko mempunyai risiko 1,48 kali terhadap kejadian demam tifoid dibanding responden yang pengolahan sampah tidak berisiko. Hal tersebut mungkin disebabkan responden sudah melakukan tahapan pengolahan sampah terlebih dahulu, seperti halnya responden melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah sesuai jenisnya (anorganik dan organik). Setelah sampah dipilah dan dikumpulkan kemudian diangkut untuk diproses lebih lanjut, seperti untuk sampah anorganik di jual ke pengepul sampah dan sampah organik dibuat pupuk selanjutnya dijual. Oleh sebab itu tidak ada tumpukan sampah di rumah responden dan terlihat bersih sehingga tidak ada vektor penyebab penyakit salah satunya penyakit demam tifoid. Selain itu, pada penelitian ini didapatkan pengolahan sampah responden paling banyak adalah dibakar dimana pemusnahan sampah dengan cara dibakar yang dilakukan responden menyebabkan bakteri salmonella typhi yang kemungkinan terdapat di tumpukan sampah ikut musnah karena proses pembakaran. Pengolahan sampah yang baik terdiri dari pengumpulan dan pengangkutan. Dimana pengolahan sampah dimulai pertama dari sumber penghasil sampah kemudian dikumpulkan dan diangkut serta diolah untuk pemanfaatan kembali. Penanganan sampah yang tidak hanya sampai di bak sampah saja tetapi lebih dari itu. Apabila sampah dibiarkan menumpuk akan menyebabkan masalah estetika (bau, kotor) dan menjadi sarang serangga pengganggu (lalat, nyamuk, lipas) dan tikus akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Lalat menyukai tempat yang basah dan lembab, tikus menyukai tempat yang kering dan hangat untuk sarangnya, semua itu tersedia pada timbunan sampah. Penyakit yang ditimbulkan oleh sampah berkaitan dengan serangga sebagai vektor penyakit demam tifoid. 16 Lerep Kabupaten Semarang 6

7 Hasil pengumpulan data diperoleh pengolahan sampah responden yang berisiko dan menderita demam tifoid yaitu 71,4% (10 orang) yang terdiri dari dibiarkan di tempat terbuka dan dibuang ke sungai. Dimana pengolahan sampah yang dilakukan tidak sesuai dengan tahapan pengolahan sampah akan merusak kualitas lingkungan dan meyebabkan penyakit. Walaupun responden tidak mempunyai tumpukan sampah didalam rumahnya bisa saja dapat tertular penyakit dari luar rumah yang dibawa oleh vektor seperti lalat. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor perilaku responden, salah satunya yaitu kebiasaan menutup makanan yang diketahui PR (Prevalensi Ratio) sebesar 1,826 yang artinya responden yang tidak menutup makanan mempunyai risiko 1,82 kali terkena demam tifoid dibandingkan responden yang menutup makanan. Hal ini dapat diketahui pula dari nilai tingkat kemaknaan 95%CI = 1,367-2,404, tidak mencakup angka 1 hal ini berarti kebiasaan menutup makanan merupakan faktor risiko untuk terjadinya demam tifoid. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yonathan (2013) 17 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan sampah dengan kejadian demam tifoid dengan nilai p = 0,706. SIMPULAN DAN SARAN 1. Sumber air bersih untuk minum dan masak responden di wilayah kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang sebagian berasal dari mata air (53,5%). 2. Sarana pembuangan tinja sebagian besar dari responden tidak memenuhi syarat (62,8%). 3. Sebagian dari responden mengolah sampah dengan cara dibakar (39,5%) 4. Separuh dari responden menderita demam tifoid dengan persentase 55,8%. 5. Ada hubungan antara sumber air bersih untuk minum dan masak dengan kejadian demam tifoid. 6. Tidak ada hubungan antara sarana pembuangan tinja dan pengolahan sampah dengan kejadian demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang. 7. Diharapkan untuk mengembangkan penelitian dengan meneliti variabel lain yang berhubungan dengan kejadian demam tifoid seperti jarak sumber air bersih dengan sumber pencemar, kualitas air bersih, sumber dan cara pengolahan sampah. DAFTAR PUSTAKA 1. Soedarto Penyakit Menular di Indonesia. Surabaya : Sagung Seto. 2. WHO, Typhoid fever in the Democratic Republic of the Congo update. n/index.html diakses tanggal (18 Februari 2014) 3. Badan Litbangkes Departemen Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional Jakarta : Departemen Kesehatan 2008 (online) ( orannasional%20riskesdas pdf) diakses tanggal (10 Mei 2013). 4. KMK. No Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 5. Pedoman Umum Pengelolaan Program Pamsimas Jakarta : Sekretariat CPMU PAMSIMAS. 6. Notoadmodjo, S Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. 7. Depkes RI Pusat Promosi Kesehatan Seri Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. 8. Republika Pengelolaan Sampah Berkonsep 3R di Indonesia Baru 7 Persen. 25 Februari WIB. 9. Machfoed Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit. 10. Mulia, MR Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 11. Said, Idaman Nusa Desinfeksi untuk Pengolahan Air Minum. kuairminum/bab12disinfeksi.pdf. diakses tanggal 18 agustus Pramitasari, Okky Purnia Faktor Resiko Kejadian Demam Tifoid Pada Penderita Yang Di Rawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Jurnal Kesehatan Lerep Kabupaten Semarang 7

8 Masyarakat 2013 Volume 2 No 1 Tahun FKM UNDIP. 13. Soeparman, dkk Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta : EGC. 14. Fatonah, S Higiene dan Sanitasi Makanan. Semarang : UNNES Press. 15. Rakhman, Arief dkk Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Tifoid pada Orang Dewasa. Berita Kedokteran Masyarakat Vol 25, No 4. Yogyakarta : FK UGM. 16. Suyono Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan lingkungan. Jakarta : ECG. 17. Yonathan, Yerisa Daniel Hubungan Antara Kualitas Sarana & Prasarana Rumah dan Perilaku Sehat dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013 Volume 2 No 1 Tahun FKM UNDIP. Lerep Kabupaten Semarang 8

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 1

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 1 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Sa adhatun Nisak *), Yuliaji Siswanto **), Puji Pranowowati **) *) Mahasiswa PSKM STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen PSKM STIKES

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat Ridha Hidayat FAKTOR-FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BATITA USIA 12-23 BULAN DI DESA RANAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR TAHUN 2014 Ridha Hidayat Dosen S1 Keperawatan

Lebih terperinci

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 Mahmudah FKM Uniska, Banjarmasin, Kalimantan Selatan E-mail: mahmudah936@gmail.com Abstrak Latar belakang: Diare

Lebih terperinci

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Summary Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Merliyanti Ismail 811 409 043 Jurusan kesehatan masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL OLEH: YUNIK SRI UTAMI 020112a031 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Salah satu penyakit yang berbasis pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BUGANGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BUGANGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015 FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BUGANGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015 Kukuh Wijaya *), dr. Zaenal Sugiyanto **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR Correlation between Basic Home Sanitation and Housewives Behavior with Diarrhea

Lebih terperinci

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu J Kesehat Lingkung Indones Vol.4 No.2 Oktober 2005 Analisis Sarana Dasar Kesehatan Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR WASTE HANDLING CORRELATION WITH THE OCCURRENCE OF DIARRHEA ON TODDLER WORKING AREA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi dan paratyphiditandai dengan keluhan dan gejala penyakit yang tidak khas, berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia mencapai 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam typhoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO Indra Anggriani Buka, Rany Hiola, Lia Amalia 1 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI Enda Silvia Putri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar, Meulaboh Email: endasilvia@utu.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TYPOID PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TMC TASIKMALAYA TAHUN Heti Damayanti 1) Nur Lina dan Sri Maywati 2)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TYPOID PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TMC TASIKMALAYA TAHUN Heti Damayanti 1) Nur Lina dan Sri Maywati 2) FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TYPOID PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TMC TASIKMALAYA TAHUN 2016 Heti Damayanti 1) Nur Lina dan Sri Maywati 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam thypoid biasanya mengenai saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. Rika Prastiwi Maulani,2012. Pembimbing I : Dani, dr., M.kes Pembimbing II

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: ) HUBUNGAN KUALITAS SANITASI LINGKUNGAN DAN BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Alifia Nugrahani Sidhi, Mursid Raharjo, Nikie

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN 2011 IDENTITAS RESPONDEN 1. Nomor Responden

Lebih terperinci

HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG

HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG Correlation between Basic House Sanitation and Diarrhea on Children Under Five Years Old at Ngunut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder sehingga memiliki keterbatasan dalam pengambilan variabel-variabelnya. Laik fisik penilaiannya berdasarkan ketentuan Kepmenkes No. 715 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI Ani Murtiana 1, Ari Setiyajati 2, Ahmad Syamsul Bahri 3 Latar Belakang : Penyakit diare sampai

Lebih terperinci

Skripsi ini untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Agung Triono J

Skripsi ini untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Agung Triono J HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, KONDISI JAMBAN KELUARGA DAN INFORMASI YANG DITERIMA DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOGOSARI BOYOLALI Skripsi ini untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR Hanifati Sharfina, Rudi Fakhriadi, Dian Rosadi Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di alam ini tidak dapat berlangsung, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Tubuh manusia sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Diarrhea, PHBS indicators

ABSTRACT. Keywords: Diarrhea, PHBS indicators HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI DESA KEDIREN KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA TAHUN 2015 Wiwin Widiya Wati*), Sigit Ambar Widyawati**),

Lebih terperinci

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Dinas Kesehatan Kota Palembang menyambut hangat Pesta Olah Raga SEA GAMES ke XXVI yang sebentar lagi akan diadakan di Kota Palembang. Salah satu bentuk apresiasi dari Dinas Kesehatan kota Palembang adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR Andrean Dikky Pradhana Putra, Mursid Rahardjo, Tri Joko Peminatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari spesimen-spesimen yang diperiksa. Petugas laboratorium merupakan orang

BAB I PENDAHULUAN. dari spesimen-spesimen yang diperiksa. Petugas laboratorium merupakan orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laboratorium kesehatan sangat potensial untuk dapat menularkan penyakit dari spesimen-spesimen yang diperiksa. Petugas laboratorium merupakan orang yang rentan terpajan

Lebih terperinci

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan : Lampiran 1 Observasi dan kusioner penelitian HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DIARE SERTA KUALITAS AIR SUNGAI PADA PENGGUNA AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN MEDAN

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR MINAHASA Trifena Manaroinsong*, Woodford B. S Joseph*,Dina V Rombot** *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropis di seluruh

Lebih terperinci

FAKTOR KEBIASAAN DAN SANITASI LINGKUNGAN HUBUNGANYA DENGAN KEJADIAN DEMAM THYPOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

FAKTOR KEBIASAAN DAN SANITASI LINGKUNGAN HUBUNGANYA DENGAN KEJADIAN DEMAM THYPOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI FAKTOR KEBIASAAN DAN SANITASI LINGKUNGAN HUBUNGANYA DENGAN KEJADIAN DEMAM THYPOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan BAB 5 : PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separoh responden (59,1%) mengalami kejadian diare. Beberapa penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai meninggal, hal ini karena manusia memerlukan

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG Insani Nashiroh*), M. Sakundarno Adi**), Lintang Dian Saraswati**) *)Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 13-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit diare adalah penyebab utama kedua kematian

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIARE DI PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIARE DI PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012 Jurnal Kesehatan Masyarakat FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIARE DI PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012 Intisari MUHZIADIˡ ˡMahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh Diare didefinisikan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAHUNA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Meityn D. Kasaluhe*, Ricky C. Sondakh*, Nancy S.H. Malonda** *Fakultas

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU KEPALA KELUARGA DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA PINTADIA KECAMATAN BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Suharto S. Bunsal*, A. J. M. Rattu*, Chreisye K.F.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Word Health Organization, 2009). Gejala ini manifestasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA 1 Budiman, 2

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016 HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016 Karina AS 1) Nurlina dan Siti Novianti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN TOSURAYA BARAT KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Jefin K. Saerang*, Woodford B.S. Joseph*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Faktor penyebab diare yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN KUNINGAN KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2016 (STUDI KASUS DI RT 01 RW III KELURAHAN KUNINGAN) Zulfrianingtias Cahyani Putri*), Supriyono Asfawi**)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

Correlation Between Bacteriology Quality of Well and Health Behavior with Waterborne Disease Incidence in Tambak Sumur Village, Waru, Sidoarjo

Correlation Between Bacteriology Quality of Well and Health Behavior with Waterborne Disease Incidence in Tambak Sumur Village, Waru, Sidoarjo HUBUNGAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR DAN PERILAKU SEHAT DENGAN KEJADIAN WATERBORNE DISEASE DI DESA TAMBAK SUMUR, KECAMATAN WARU, KABUPATEN SIDOARJO Correlation Between Bacteriology Quality of Well

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga HUBUNGAN SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN JENIS JAMBAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Septian Bumulo

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 Klemens Waromi 1), Rahayu H. Akili 1), Paul A.T.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi adalah usaha usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit 3. Sedangkan

Lebih terperinci

STUDI SANITASI DASAR PADA PENDERITA DIARE DI PULAU KODINGARENG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

STUDI SANITASI DASAR PADA PENDERITA DIARE DI PULAU KODINGARENG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR STUDI SANITASI DASAR PADA PENDERITA DIARE DI PULAU KODINGARENG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR Study of Based Sanitation Diarrhea Sufferers in Kodingareng Island Ujung Tanah Distric Makassar City Andriyani,

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG Hilda Irianty, Norsita Agustina, Adma Pratiwi Safitri Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015 Ns. Apriza, M.Kep EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015 Ns. Apriza, M.Kep Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Lebih terperinci

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: demam tifoid, higiene perorangan, aspek sosial ekonomi

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: demam tifoid, higiene perorangan, aspek sosial ekonomi HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN ASPEK SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT TK.III R.W. MONGISIDI MANADO Divana Batubuaya*, Budi T. Ratag*, Windy Wariki* * Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

GAMBARAN SANITASI JAMBAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH KECAMATAN KIKIM TIMUR TAHUN 2016

GAMBARAN SANITASI JAMBAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH KECAMATAN KIKIM TIMUR TAHUN 2016 GAMBARAN SANITASI JAMBAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH KECAMATAN KIKIM TIMUR TAHUN 2016 Ulfah Program Studi Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang Email: ulfah.maria449@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/ DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2008. Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari 2011. http:// jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/ Azwar,Azrul, 1995. Pengantar Kesehatan Lingkungan, PT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/bulan. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah. Lampiran 1 Lembar Observasi Penelitian Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014 Nama : Umur : Jenis

Lebih terperinci

Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Tahun 2014

Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Tahun 2014 Halaman Pengesahan Artikel Ilmiah Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Tahun 2014 Telah diperiksa dan disetujui

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Persentase Analisis Univariat Masing-masing Variabel Berdasarkan Kepmenkes No.715 Tahun 2008 Penelitian di Universitas X (n=100)... 38 Tabel 5.2.1 Hubungan Sanitasi Kantin Dengan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan ABSTRAK

Lebih terperinci