III KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RISIKO PRODUKSI PADI METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA NAGRAK UTARA SUKABUMI

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TALAS (Colocasia giganteum (L.) Schott) DI KELURAHAN SITU GEDE KOTA BOGOR M RANDI JUNAID ASSAFA

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

IV METODOLOGI PENELITIAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditas Jagung Manis

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. BAHAN DAN METODE

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante )

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari

II. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

Transkripsi:

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi. Jumlah output yang dihasilkan dari kegiatan produksi akan dipengaruhi oleh penggunaan input produksi. Selain itu hasil output produksi tidak hanya ditentukan oleh penggunaan input tapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kondisi cuaca atau iklim, hama dan penyakit. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan faktor produksi dan pengaruh eksternal terhadap kegiatan produksi maka diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai teori produksi. Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan disebut sebagai fungsi produksi (Lipsey et al. 1995). Secara lebih jelas, Ellis (1993) menyebutkan bahwa fungsi produksi di dalam ekonomi dijelaskan sebagai hubungan fisik atau teknis antara output dengan satu atau lebih variabel input. Hal ini berarti, proses produksi untuk menghasilkan output tidak selalu tergantung pada satu input produksi tetapi bisa menggunakan lebih dari satu input produksi. Pengalokasian sumberdaya yang dimiliki petani untuk kegiatan produksi sangat menentukan berapa produksi yang akan dihasilkan (Soekartawi et al. 2011). Penggunaan input yang berbeda-beda akan menghasilkan output yang berbeda pula (Ellis 1993). Keputusan dalam kegiatan proses produksi terbagi dalam tiga kategori, yaitu jangka pendek, jangka panjang, dan jangka sangat panjang. Keputusan jangka pendek dilakukan dimana satu atau lebih faktor produksi adalah tetap. Keputusan jangka panjang dilakukan dimana seluruh faktor produksi bersifat variabel tetapi dengan kondisi teknologi tertentu. Keputusan jangka sangat panjang dilakukan dimana seluruh faktor bersifat variabel termasuk teknologi. Input tetap adalah input yang tidak berubah atau tidak dapat ditambah, dinamakan sebagai faktor tetap. Sedangkan input variabel adalah input yang dapat berubah dalam jangka waktu tertentu dinamakan sebagai faktor variabel (Lipsey et al. 1995). 25

Dalam fungsi produksi dikenal adanya istilah produk total, produk ratarata dan produk majinal. Ketiga istilah tersebut menunjukkan hubungan antara input dengan output. Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika semua input kecuali satu faktor produksi dijaga konstan, produk total akan berubah menurut banyak sedikitnya faktor produksi variabel yang digunakan. Produk rata-rata (AP) adalah produk total dibagi dengan jumlah unit faktor variabel yang digunakan untuk memproduksinya. Semakin banyak faktor produksi variabel yang digunakan, produk rata-rata pada awalnya akan meningkat dan kemudian menurun. Produk marjinal (MP) adalah perubahan dalam produk total sebagai akibat adanya satu unit tambahan penggunaan variabel (Lipsey et al. 1995). Soekartawi et al. (2011) dan Lipsey et al. (1995) menyebutkan bahwa hubungan masukkan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang berkurang (law of deminishing return). Hasil produksi dapat ditingkatkan dengan melakukan penambahan faktor produksi akan tetapi dalam kegiatan produksi akan tercipta kondisi dimana setiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibandingkan dengan unit tambahan masukan tersebut. Kemudian suatu ketika sejumlah unit tambahan masukkan akan menghasilkan produksi yang terus berkurang. Hubungan antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output) dapat dilihat pada Gambar 1. Kurva produksi pada Gambar 1 menunjukkan bagaimana pengaruh penggunaan faktor produksi sebagai input terhadap hasil produksi (output). Pada kurva tersebut membentuk tiga daerah produksi yang memberikan gambaran nilai elastisitas produksi dari suatu proses produksi. Daerah produksi I berada di sebelah kiri titik AP maksimum, daerah II berada diantara AP maksimum dan MP sama dengan nol, dan daerah III berada di sebelah kanan MP sama dengan nol. Daerah produksi I disebut daerah tidak rasional karena setiap tambahan satu satuan input variabel pada kondisi dimana input lain tetap, memberikan tambahan hasil (output) yang diperoleh lebih besar dari satu. Daerah I memiliki elastisitas produksi lebih besar dari satu (Ep > 1). Daerah produksi II disebut daerah rasional karena setiap tambahan satu satuan unit input variabel akan memperoleh 26

tambahan output yang lebih kecil dari satu. Daerah II memiliki nilai elastisitas produksi antara satu dan nol ( 0 Ep 1). Daerah III disebut daerah tidak rasional karena setiap penambahan satu satuan unit input variabel akan memberikan tambahan output yang negatif. Daerah III memiliki elastisitas produksi yang negatif (Ep < 0) (Suratiyah 2009; Hanafie 2010). Output TP II III 0 < Ep < 1 I Ep > 1 Ep < 0 Input Output AP MP Input Gambar 2. Kurva Produksi Sumber: Suratiyah (2009) Salah satu fungsi produksi yang dapat digunakan untuk mewakili kondisi yang sesungguhnya adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi (2002a) fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan salah satu model yang umum 27

dibahas dan digunakan oleh para peneliti. Fungsi ini menunjukkan hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Dalam kasus produksi pertanian, variabel independen mewakili faktor produksi sedangkan variabel dependen mewakili hasil produksi. Soekartawi (2002a) juga menyebutkan bahwa penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan tersebut antara lain: tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, tidak ada perbedaan teknologi, tiap variabel independen adalah perfect competition, dan perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada komponen kesalahan. Secara matematik, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut: Y = b 0 X 1 b1 X 2 b2 X 3 b3,...,x n bn e u Dimana: Y = variabel dependen (variabel yang dijelaskan) X = variabel independen (variabel yang menjelaskan) b n = besaran yang akan diduga u = kesalahan (distrubance term) e = logaritma natural (e=2,718) Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti yaitu (Soekartawi, 2002a) : (1) Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain dan dapat dibuat menjadi linier, (2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb- Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas, dan (3) Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale. 3.2 Risiko Produksi Pertanian Dunia usaha tidak terlepas dari adanya risiko. Kata risiko telah banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam dunia bisnis maupun usaha. Kegiatan bisnis bidang pertanian pun erat kaitannya dengan istilah 28

risiko ini. Pengusaha maupun petani umumnya menggunakan istilah risiko untuk menggambarkan suatu kejadian yang merugikan. Pemahaman setiap orang terhadap risiko bisa berbeda-beda tergantung pada sejauh mana orang tersebut mengerti konsep dan definisi risiko. Secara garis besar, situasi keputusan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu situasi keputusan yang pasti, dan situasi keputusan yang tidak pasti atau dalam kondisi risiko. Risiko secara umum didefinisikan sebagai peluang suatu kehilangan atau kerugian (Harwood, et al 1999). Vose (2008) mendefinisikan risiko sebagai kejadian acak yang mungkin terjadi dan jika terjadi akan berdampak negatif pada tujuan organisasi. Menurut Kountur (2006) terdapat tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap risiko yaitu (1) merupakan suatu kejadian, (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, yang berarti bisa saja terjadi atau bisa saja tidak terjadi, (3) jika sampai terjadi, ada akibat yang ditimbulkan berupa kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian. Bahkan istilah risiko sering disamakan dengan ketidakpastian, walaupun kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Robison dan Barry (1987) dan Ellis (1993) memberikan definisi berbeda antara risiko dengan ketidakpastian. Menurut Robison dan Barry (1987) risiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagi pembuat keputusan berdasarkan kejadian serupa yang pernah terjadi pada masa sebelumnya sehingga hasil dari keputusan terhadap kejadian sebelumnya dapat digunakan untuk mengestimasikan peluang kejadian berikutnya. Sedangkan ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya sehingga peluang terjadinya kerugian belum diketahui sebelumnya. Sementara itu, menurut Ellis (1993) risiko dibatasi pada situasi dimana suatu kejadian dapat dihubungkan dengan kemungkinan munculnya kejadian-kejadian tersebut yang dapat mempengaruhi hasil dalam proses pengambilan keputusan. Sedangkan ketidakpastian mengacu pada situasi dimana peluang terjadinya kejadian tersebut tidak dapat ditentukan. Kemungkinan terjadinya tidak diketahui oleh pembuat keputusan maupun orang lain. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan kejadian merugikan yang dapat dihitung 29

peluang terjadinya sedangkan ketidakpastian merupakan peluang kejadian merugikan yang tidak dapat dihitung besarnya peluang kejadian tersebut terjadi. Terjadinya risiko pada kegiatan usaha dipengaruhi oleh adanya sumbersumber penyebab terjadinya risiko. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi penanganannya (Darmawi 2006). Menurut Harwood, et al (1999) terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani yaitu: 1. Risiko produksi Risiko produksi yang terjadi dalam bidang pertanian yang dapat menurunkan hasil dipengaruhi oleh banyak kejadian yang tidak dapat dikendalikan seperti cuaca, curah hujan, suhu ekstrem, serangan hama dan penyakit. 2. Risiko harga Risiko berhubungan dengan perubahan harga output atau input. 3. Risiko Institusional Risiko institusional disebabkan oleh perubahan kebijakan dan regulasi yang mempengaruhi pertanian seperti kebijakan harga input maupun output, kebijakan penggunaan input pertanian, kebijakan penggunaan lahan, pajak dan kredit. 4. Risiko Sumber Daya manusia Kejadian yang merugikan seperti meninggal, perceraian, kecelakaan, kondisi kesehatan yang menurun dari pelaku usaha dapat mempengaruhi hasil dari kegiatan usaha. Selain itu adanya pencurian dan kebakaran karena kelalaian pekerja juga dapat mempengaruhi hasil perusahaan. 5. Risiko finansial Petani mungkin menghadapi persoalan seperti besarnya tingkat suku bunga pinjaman, atau menghadapi kesulitan keuangan untuk membayar pinjaman. Analisis risiko melibatkan tidak hanya pada peluang terjadinya tetapi juga bagaimana cara mengikutsertakannya dalam keputusan ekonomi. Oleh karena itu, istilah risiko digunakan untuk menguraikan keseluruhan mekanisme tersebut dimana petani mengambil keputusan dengan mempertimbangkan kejadian yang tidak pasti (Ellis 1993). Terdapat hubungan antara penggunaan faktor produksi 30

terhadap risiko. Petani seringkali dihadapakan pada situasi pengambilan keputusan dengan mengakomodasi terjadinya risiko. Salah satu risiko yang sering dialami oleh petani adalah risiko produksi. Terjadinya risiko produksi dapat diidentifikasi dengan adanya fluktuasi pada produktivitas hasil. Produktivitas yang beragam sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya faktor produksi dan faktor eksternal. Menurut Asche dan Tveteras (1999), faktor produksi atau input produksi dapat bersifat meningkatkan risiko dan ada pula yang mengurangi risiko. Pengaruh faktor eksternal juga dapat meninimbulkan risiko diantaranya pengaruh musim dan serangan hama dan penyakit (Ellis 1993). Dalam menentukan risiko produksi dapat digunakan dengan berbagai pendekatan salah satunya dengan pendekatan fungsi produksi Just dan Pope (Robison dan Barry 1987). Dengan metode fungsi produksi Just dan Pope ini dapat diketahui pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi pada produktivitas output. Faktor produksi tersebut dibedakan menjadi dua yaitu faktor produksi yang mengurangi risiko (risk reducing factors) dan faktor produksi yang menyebabkan risiko (risk inducing factors). Menurut Robison dan Barry (1987) beberapa contoh yang termasuk dalam faktor produksi pengurang risiko adalah sistem irigasi, pestisida, biaya yang dikeluarkan untuk jasa informasi pasar, penggunaan konsultan profesional dan membeli peralatan baru. Sedangkan penggunaan benih dan pupuk dapat menyebabkan peningkatan risiko produksi. Secara matematis, persamaan model risiko fungsi produksi Just dan Pope dapat ditulis sebagai berikut (Robison dan Barry 1987): q = f(x) + h(x)e dimana: q f(x) h(x) x e = Hasil produksi yang dihasilkan (output) = Fungsi produksi rata-rata = Fungsi varian (fungsi risiko) = Input atau faktor produksi yang digunakan = Komponen error 31

Menurut Asche dan Tveteras (1999), model risiko produksi Just and Pope terdiri atas fungsi produksi rata-rata dan fungsi varian. Fungsi produksi rata-rata ditunjukkan oleh E[q] = f(x), sementara itu fungsi varian ditunjukkan oleh var(q) = [h(x)] 2 σ 2 ε. Format fungsional yang paling umum digunakan dalam kerangka model risiko produksi Just and Pope adalah fungsi Cobb-Douglas. Model Just and Pope menyediakan uji untuk risiko produksi dan melakukan estimasi terhadap parameter dari fungsi produksi rata-rata dan fungsi risiko dalam langkah yang berbeda. Fungsi varian pada model Just and Pope mewakili fungsi risiko karena fungsi tersebut dapat diintrepretasikan sebagai gangguan heteroskedastisitas (Asche dan Tveteras 1999). Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variance error memiliki nilai yang berbeda-beda pada setiap observasi (Gujarati 2007). Indikasi adanya risiko produksi dapat dilihat dari adanya fluktuasi produktivitas. Fluktuasi produktivitas ini menyebabkan data produksi sangat bervariasi sehingga dalam pengukuran risiko produksi diggunakan pendekatan nilai variance error. Pengukuran risiko dengan menggunakan variance error produksi dapat menggunakan pendekatan Uji Park untuk mengetahui pengaruh variabel penjelas terhadap variance error. Secara umum model Uji Park untuk mengetahui pengaruh variabel penjelas terhadap variance error dapat dirumuskan sebagai berikut (Gujarati 2007): 2 ln e i 0+ i ln i +v i dimana: 2 e i i v i i i ariabel penjelas Faktor residu Koefisien parameter 1,2,3, n 3.3 Teori Pendapatan Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan usahatani juga didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak 32

dijual. Semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar (Soekartawi et al. 2011). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 2002b): TR = dimana: TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani. Py = Harga Y n = Jumlah jenis produk/komoditas yang diusahakan Kegiatan produksi tidak terlepas dari penggunaan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output dari kegiatan produksi tersebut. Menurut Lipsey et al. (1995), biaya untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu disebut dengan biaya total (TC atau total cost). Biaya total terdiri dari dua bagian yaitu biaya tetap total (TFC atau total fixed cost) dan biaya variabel total (TVC atau total variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun jumlah output berubah. Biaya seperti ini disebut biaya overhead atau biaya yang tidak dapat dihindari. Biaya yang berkaitan lagsung dengan output, yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya variabel. Menurut Soekartawi (2002b) dalam kegiatan pertanian biaya tetap dapat berupa biaya sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi, sedangkan yang termasuk biaya variabel adalah biaya untuk sarana produksi. Secara matematis biaya total dapat dituliskan sebagai berikut (Lipsey et al. 1995): TC = TFC + TVC Dimana : TC = Biaya total (Rp) TFC = Biaya tetap total (Rp) TVC = Biaya variabel total (Rp) Hubungan antara besarnya jumlah produksi dengan biaya yang dikeluarkan disebut dengan fungsi biaya. Grafik fungsi biaya dapat dilihat pada Gambar 3. 33

Biaya TC TVC TFC 0 Output Gambar 3. Hubungan antara Output dengan Biaya Dari kurva biaya pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa kurva biaya tetap total (TFC) bernilai konstan atau tidak berubah pada setiap jumlah output tertentu. Sedangkan biaya variabel total (TVC) akan berubah seiring dengan perubahan jumlah output. Kurva TVC berawal dari titik nol dan semakin meningkat seiring dengan peningkatan output. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat tidak melakukan produksi maka TVC = 0, dan semakin besar produksi maka semakin besar biaya variabel total (TVC). Kurva TC merupakan hasil penjumlahan dari kurva TFC dan TVC yang menunjukkan besarnya biaya total yang dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi 2002b). Pendapatan usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani (Soekartawi et al. 2011). Secara matematis penerimaan usahatani dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 2002b): Pd = TR TC dimana: Pd = pendapatan usahatani TR = total penerimaan TC = total biaya 34

3.4 Kerangka Pemikiran Operasional Usaha budidaya jagung manis mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Salah satu daerah di Kabupaten Bogor yang megusahakan tanaman jagung manis ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya. Menurut data BPS Kabupaten Bogor, Desa Gunung Malang merupakan salah satu desa di Kecamatan Tenjolaya yang menghasilkan produksi jagung manis terbesar. Budidaya jagung manis yang dilakukan oleh petani di Desa Gunung Malang sudah berlangsung lama. Akan tetapi, budidaya jagung manis ini tidak dibudidayakan selama satu tahun penuh. Kebanyakan petani mengusahakan tanaman jagung manis dengan pergiliran tanaman atau tumpangsari. Dalam kegiatan budidaya, petani tidak terlepas dari permasalahan risiko. Risiko yang sering dihadapi oleh petani jagung manis adalah risiko produksi. Hal ini terlihat dari adanya fluktuasi produktivitas jagung manis yang ditanam petani. Fluktuasi produksi ini dipengaruhi oleh faktor ekternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mengakibatkan produksi berfluktuasi adalah faktor cuaca yang tidak menentu, dan faktor serangan hama dan penyakit. Sumber risiko tidak hanya berasal dari faktor eksternal, penggunaan input yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman juga menyebabkan hasil penen yang bervariasi. Penggunaan input produksi dapat mengakibatkan peningkatan risiko dan ada pula yang dapat menurunkan risiko produksi. Faktor penggunaan input ini termasuk dalam faktor internal. Fluktuasi produktivitas mengakibatkan produksi yang dihasilkan petani bervariasi pada musim tanam tertentu. Hal ini menyebabkan pendapatan petani juga akan bervariasi tergantung jumlah produksi yang dihasilkan dan tingkat harga pada musim tersebut. Adanya risiko produksi dapat mempengaruhi terhadap penerimaan petani dalam kegiatan usahatani jagung manis. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui indikasi adanya risiko produksi yang dihadapi oleh petani. Petani yang mengalami risiko dilihat dari adanya fluktuasi produksi. Setelah mengetahui adanya indikasi risiko ini maka langkah selanjutnya mengkaji faktor penyebab risiko yang terjadi pada kegiatan produksi. Faktor penyebab risiko ini diduga dipengaruhi oleh faktor input (faktor produksi) dan faktor eksternal seperti musim dan hama dan penyakit. 35

Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan model risiko produksi Just and Pope dengan pendekatan fungsi produksi rata-rata dan fungsi variance error. Dengan model ini dapat dilihat pengaruh penggunaan input terhadap risiko produksi dan mengetahui pengaruh musim sebagai faktor eksternal terhadap risiko produksi. Sementara itu, untuk mengetahui gambaran pendapatan usahatani jagung manis dalam kondisi risiko produksi maka digunakan analisis pendapatan usahatani. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. 36

Kegiatan produksi jagung manis yang dilakukan petani di Desa Gunung Malang Adanya fluktuasi produktivitas jagung manis petani di Desa Gunung Malang Risiko produksi Sumber Risiko Ekternal: - Musim Sumber Risiko Internal: Penggunaan input produksi Benih Pupuk Kandang Pupuk urea Pupuk Phonska Pupuk TSP Pestisida Cair Furadan Tenagakerja Varietas Benih Harga Input Harga Output Produksi jagung manis Penerimaan Usahatani Pengeluaran Usahatani Pendapatan Usahatani Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharatta) di Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor 37