BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN UBI KAYU

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. kopi Robusta. Faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi kopi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

BAB III METODE PENELITIAN. Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

BAB III METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Brondong dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong di Jalan Raya Brondong

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

BAB III METODEPENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. satu variable dengan variable yang lain atau dengan istilah lain adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian di tentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. digambarkan lewat angka simbol, kode dan lain-lain. Data itu perlu dikelompokkelompokkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PADA TANAMAN PADI SAWAH. (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI DAN OPTIMASI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN PUPUK KIMIA OLEH PETANI PADA TANAMAN CABAI MERAH

IV. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar kimia SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten.

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai ditentukan secara purposive (sengaja), sebab pada tabel 4. membuktikan bahwa Kabupaten Serdang Bedagai termasuk salah satu sentra produksi yang produktivitasnya tertinggi. Menurut Supriana (2016) purposive adalah metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu (disengaja). Tabel 4. Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Ubi kayu Menurut Kabupaten Sentra Tahun 2013-2015 URAIAN 2013 2014 2015 Produksi (Ton) Simalungun 387.944 380.701 680.653 Serdang Bedagai 466.103 474.990 532.886 Deli Serdang 253.301 178.790 143.247 Lainnya 401.863 348.865 262.709 Sumatera Utara 1.518.211 1.383.346 1.619.495 Luas Panen (Ha) Simalungun 13.009 12.315 20.247 Serdang Bedagai 12.445 13.150 13.407 Deli Serdang 7.128 4.985 4.443 Lainnya 14.559 11.612 9.740 Sumatera Utara 47.141 42.062 47.837 Produktivitas (Ton/ Ha) Simalungun 30,590 30,823 33,617 Serdang Bedagai 37,453 36,121 39,747 Deli Serdang 35,536 35,866 32,241 Lainnya 25,245 28,742 29,811 Sumatera Utara 32,206 32,888 33,854 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2016

Tabel 5. Luas Areal, Produksi Ubi kayu, dan Produktivitas Ubi Kayu, Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/ Ha) Kotarih 18 77 3,20 Silinda - - - Bintang Bayu 841 31.794 3,78 Dolok Masihul 8.179 338.759 4,16 Serbajadi 419 13.828 3,30 Sipispis 576 20.192 3,50 Dolok Merawan 105 3.678 3,50 Tebing Tinggi 79 2.693 3,40 Tebing 214 7.246 3,39 Syahbandar Bandar Khalipah 10 340 3,40 Tanjung Beringin 2 62 3,10 Sei Rampah 1.076 41.911 3,89 Sei Bamban 380 12.959 3,51 Teluk Mengkudu 5 155 3,10 Perbaungan 43 1.462 3,40 Pegajahan 1.475 56.060 3,80 Pantai Cermin 34 1156 3,40 Serdang Bedagai 13.456 532.873 186.863 Sumber : Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai, 2016 Kecamatan Pegajahan merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai setelah Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Pegajahan di pilih karena masih banyak petani ubi kayu di Kecamatan Pegajahan yang belum menggunakan pupuk sehingga produktivitas Kecamatan Pegajahan lebih kecil di banding Kecamatan Dolok Masihul. Desa Suka Sari merupakan salah satu desa di Kecamatan Pegajahan yang 80% kepala keluarga bermatapencaharian sebagai petani ubi kayu. 3.2 Metode Penetapan Sampel Berdasarkan hasil pra survey, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani ubi kayu yang berjumlah 920 orang di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk menentukan jumlah petani yang

akan dijadikan sampel maka metode penentuan sampel menggunakan Rumus Slovin, (Supriana, 2016), dengan persamaan sebagai berikut: Dimana: n : jumlah sampel N : jumlah populasi e : batas toleransi kesalahan (error tolerance) 10 % (0,10) Jumlah populasi petani ubi kayu adalah 920 petani dengan batas toleransi 10% (0,10), maka jumlah sampel petani ubi kayu yang diambil adalah: n = 920 = 90,196 petani 1+ 920 (0,10) 2 Penarikan sampel 91 dari 920 populasi dilakukan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), metode ini memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih dan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiono, 2008). 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari hasil wawancara dengan responden (petani) didaerah penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan penelitian

yang dilakukan, seperti Badan Pusat Statistik, Balai Penyuluhan Pertanian dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.4 Metode Analisis Data Hipotesis (1) dianalisis dengan model fungsi produksi frontier. Model ini digunakan untuk menghubungkan antara input dengan output dalam proses produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan suatu faktor produksi adalah fungsi produksi frontier seperti yang dipakai oleh Coelli, et al sebagai berikut : LnY = b0 + b1lnx1 + e Adapun pengertian dari setiap variabel fungsi produksi dalam usaha tani ubi kayu seperti Tabel 6. berikut ini : Tabel 6. Definisi Variabel Fungsi Produksi Usaha Tani Ubi kayu Variabel Kode Variabel Skala Pengukur Dependen Y Output Kg Independen X1 Pupuk Kg Bo Intersept Sumber : (Coelli, 1992) Efisiensi Teknis Penelitian ini menggunakan stochastic frontier dengan metode pendugaan Maximum Likelihood (MLE). Variabel independen penduga fungsi produksi ini yaitu: Pupuk (X1). Karakter uji efisiensi teknis berdasarkan alat uji frontier adalah, semakin mendekati 1 maka data dianggap semakin efisien secara teknik. Adapun formulasi nilai efisiensi teknis setiap petani dapat dicari dengan menggunakan perbandingan fungsi produksi aktual yang dicapai petani dengan fungsi produksi frontier (Coelli et. al. 2005) sebagai berikut TEi = yi

yi * Dimana : TEi yi yi * = Efisiensi teknis petani ke-i = Jumlah produksi aktual petani ke-i (Kg) = Jumlah produksi potensial petani ke-i (Kg) Nilai efisiensi teknis (TE) berkisar antara 0 sampai sama dengan 1 (0 < TE 1). Jika nilai TE yang mendekati 1 maka penggunaan pupuk semakin efisien, namun apabila nilai TE mendekati 0, maka penggunaan pupuk dikatakan semakin inefisien (tidak efisien) secara teknik ( Ningsih. dkk, 2014). Efisiensi Harga Menurut Soekartawi (1990) apabila fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas, maka: Y = AXb Atau Ln Y = Ln A + blnx Maka kondisi produksi marginal adalah: Y / X = b (Koefisien parameter elastisitas) Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut dengan koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian, maka nilai produksi marginal (NPM) faktor produksi X, dapat ditulis sebagai berikut:

NPM = bypy X Dimana: b Y Py X = elastisitas produksi (ubi kayu) = produksi (ubi kayu) = harga produksi (harga ubi kayu) = jumlah pupuk NPM = nilai produktivitas marginal Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input disebut X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan disebut B, sehingga dapat dituliskan : B = (Y. Py) (X. PX) Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol, dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol. dimana : db = Py. dy - PX dx dx Py. MP = PX VMP = PX VMP = 1 PX VMP Px Py X = Value Marginal Product = harga input = harga output = jumlah input

Y = jumlah output db, dx = turunan B dan X dy, dx = turunan Y dan X Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut: a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah. b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi. c. ((NPMx / Px) = 1 ; artinya penggunaan input X sudah efisien, dan diperoleh keuntungan maksimal (Soekartawi, 1990). Efisiensi Ekonomi Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknis dan efisiensi harga (Susantun, 2000). Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga/alokatif (Soekartawi, 1990). Jadi, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai, sehingga dapat dituliskan menjadi: EE = ET. EH Dimana: EE : Efisiensi Ekonomi ET : Efisiensi Teknis EH : Efisiensi Harga

Dengan kriteria penilaian yaitu, jika : 1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien 2. EE >1, maka penggunaan faktor produksi belum efisien 3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien (Soekartawi, 1990). Hipotesis (2) dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan model regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (biaya pupuk, harga ubi kayu, pengalaman petani, dan pendapatan) terhadap jumlah penggunaan pupuk. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 20. Setelah data diolah menggunakan spss 20, maka dilakukan interpretasi hasil. Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan maka fungsi Cobbdouglas yang bersifat non-linier diubah menjadi bentuk linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut (Soekartawi, 1990). Sehingga menjadi bentuk sebagai berikut: LnY = lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e Keterangan : Y b0 x1 x2 x3 x4 e Ln = jumlah pupuk = intercept = biaya pupuk = harga ubi = pengalaman petani = pendapatan = kesalahan pendugaan = logaritma natural

Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variable bebas (Xn) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). pengujian secara statistik adalah sebagai berikut: 1. Uji Determinan (R 2 ) Koefisien determinasi R 2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013). 2. Uji t-hitung Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011). Hipotesis: Ho : Tidak ada pengaruh yang nyata antara biaya pupuk (X1) terhadap variabel penggunaan pupuk (Y) H1 : Ada pengaruh yang nyata antara biaya pupuk (X1) terhadap variabel penggunaan pupuk (Y)

Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t t-hitung = bi-bi Sbi t-tabel = tα/2(n-p) Keterangan: bi Sbi Bi n p = koefisien regresi ke-i = standar deviasi koefisien regresi ke-i = parameter ke-i yang dihipotesiskan = banyaknya pasangan data = jumlah parameter regresi Kriteria uji : 1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel - t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka H0 diterima dan H1 ditolak. - t-hitung t-tabel α/2 (n-p), maka H0 ditolak dan H1 diterima. 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05) - Jika nilai signifikansi > α, maka H0 diterima dan H1 ditolak. -Jika nilai Signifikansi α, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika signifikansi > α maka parameter yang diuji atau faktor-faktor pengaruh biaya pupuk (X1) berpengaruh nyata terhadap jumlah pupuk (Y), sebaliknya jika signifikansi α, maka faktor-faktor pengaruh biaya pupuk (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pupuk (Y).

3. Uji F-hitung Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap veriabel tidak bebas (Supriana, 2013). Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut: Hipotesis : H0 : Tidak ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap jumlah pupuk. H1 : Ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap jumlah pupuk. Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu: Keterangan: R2 k n = koefisien determinan = jumlah variabel termasuk intersept = jumlah pengamatan Kriteria uji : 1. Berdasarkan Perbandingan Nilai F-hitung dan F-tabel - F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka H0 diterima dan H1 ditolak. - F-hitung F-tabel α/2 (n-p), maka H0 ditolak dan H1 diterima. 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima dan H1 ditolak. - Jika nilai Signifikansi α maka H0 ditolak dan H1 diterima. Apabila Signifikansi < α maka H0 ditolak maka ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap penggunaan pupuk. Dan sebaliknya bila Signifikansi H0 diterima maka tidak ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap jumlah pupuk. 4. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi. Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS 0,05 = Data tidak berdistribusi normal Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011). 2) Heteroskedastisitas Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homokedastisitas, dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heterokedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heterokedastisitas (Sunyoto, 2002).

Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi. Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas) Sig. 0,05 = Heterokedastisitas 3) Uji Multikolinieritas Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variable, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (R). Dikatakan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika kefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r 0,60) (Sunyoto, 2002). Atau dapat dilihat dari Kriteria nilai uji yang digunakan berikut ini, yaitu : Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami multikolinieritas. 3.5 Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut : 3.5.1 Definisi Adapun definisi dalam penelitian ini adalah :

1. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi. 2. Usahatani ubi kayu ialah kegiatan yang dilakukan seseorang di dalam pembudidayakan tanaman ubi kayu dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. 3. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output. Sehingga faktor produksi pupuk dapat diartikan sebagai faktor yang mempengaruhi total produksi. 4. Fungsi produksi linier adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel yang berpangkat satu, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). 5. Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan). 6. Efisiensi teknis merupakan proses pengubahan input menjadi output, kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit kegiatan ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari input dan teknologi. Efisiensi teknis dikatakan tercapai apabila Average Product berada di titik maksimum. 7. Efisiensi harga merupakan kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal (Marginal Value Product) sama dengan biaya marjinal (Marginal Cost).

8. Efisiensi ekonomi manakala petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. 9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk merupakan kemungkinan alasan petani menggunakan pupuk pada tanaman ubi kayu dan sesuai dengan teori fungsi permintaan. 10. Harga ubi kayu ialah harga jual ubi kayu yang berlaku di daerah penelitian dalam Rupiah. 11. Biaya pupuk ialah jumlah seluruh harga input pupuk yang dipakai petani ubi kayu di daerah penelitian dalam Rupiah. 12. Pengalaman petani ialah kejadian yang pernah dialami petani ubi kayu ketika dalam proses budidaya ubi kayu di daerah penelitian. 13. Pupuk pada penelitian ini ialah pupuk kimia dan pupuk organik yang digunakan petani ubi kayu. 15. Dosis (dose ; dosage) merupakan takaran obat, pupuk, pestisida, dsb; menyatakan banyaknya bahan (dalam kilogram) persatuan bobot badan atau satuan luas lahan, yang akan menghasilkan efek yang optimal. 16. Kesesuaian penggunaan pupuk merupakan ketika penggunaan pupuk seharusnya sama dengan penggunaan pupuk oleh petani ubi kayu. 3.5.2 Batasan Operasional Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Daerah penelitian di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. 2. Waktu penelitian tahun 2017.

3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani ubi kayu di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Suka Sari adalah salah satu desa dari 13 desa di Kecamatan Pegajahan. Desa Suka Sari merupakan salah satu desa tertinggi penghasil ubi kayu di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Suka Sari berada pada ketinggian antara 20-30m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 29 o C-30 o C. Luas wilayah Desa Suka Sari adalah sebesar 1.150 Ha dan berjarak ± 5 Km arah selatan dari Kantor Camat Pegajahan, 25 Km dari Kota Kabupaten, 50 Km dari Kota Provinsi. Adapun batas-batas wilayah Desa Suka Sari adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Sebelah Timur berbatasan dengan Rambung Sialang Kecamatan Sei Rampah Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bah Sidua-dua Kecamatan Serbajadi Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bingkat/ Desa T. Putus Kecamatan Pegajahan 4.1.2. Tata Guna Lahan Desa Suka Sari yang terdiri dari 9 (sembilan) dusun dengan luas wilayah ± 1.150 Ha dengan perincian pola penggunaan tanah sebagai berikut:

Tanah Pemukiman Tanah Ladang Tanah Perkebunan : 390 Ha : 358 Ha : 400 Ha Tanah Fasilitas Umum : 2 Ha 4.1.3. Keadaan Penduduk 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Desa Suka Sari berdasarkan data berjumlah 4.146 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 1.125 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Laki-Laki 2.022 48,8 2. Perempuan 2.122 51,2 Jumlah 4.144 100 Sumber: Data Monografi Desa Suka Sari, 2016 Tabel 7. menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 2.124 jiwa dengan persentase 51,2% sedangkan laki-laki sebanyak 2.022 jiwa dengan persentase 48,8%. 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Penduduk Desa Suka Sari pada umumnya menganut agama islam,dan hanya sebagian kecil yang menganut agama kristen dan budha. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Islam 3.989 96.1 2. Kristen 148 3,6 3. Budha 7 0,2 Jumlah 4.144 100 Sumber: Data Monografi Desa Suka Sari, 2016

Tabel 8. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di desa Suka Sari adalah Islam sebanyak 3.989 jiwa dengan persentase 96,1% sedangkan penduduk yang beragama Kristen sebanyak 148 jiwa dengan persentase 3,6% dan penduduk yang beragama Budha sebanyak 7 jiwa dengan persentase sebanyak 0,2%. 4.1.4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakasn salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemajuan dan perkembangan suatu desa. Semakin baik sarana dan prasarana yang tersedia maka akan semakin cepat laju perkembangan desa tersebut. Berikut adalah distribusi sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Suka Sari yang di jelaskan pada tabel 9. Tabel 9. Distribusi Sarana dan Prasarana No. Sarana dan Prasarana Jumlah 1. Paud 3 2. SD-Madrasah ibtidayah 3 3. SLTP 1 4. SLTA 1 5. SMK 1 6. Puskesmas 1 7. Posyandu 3 8. Mesjid 4 9. Musholla 9 10. Gereja 2 Jumlah 28 Sumber: Data Monografi Desa, 2016 Tabel 9. menunjukkan bahwa desa Suka Sari memiliki 9 unit sarana pendidikan yang terdiri dari 3 unit Paud, 3 unit SD-Madrasah ibtidayah, 1 unit SLTP, 1 unit SLTA dan 1 unit SMK. Desa Suka Sari memiliki 4 unit sarana kesehatan yang terdiri dari 1 unit Puskesmas dan 3 unit Posyandu. Desa Suka Sari juga memiliki 15 unit sarana tempat peribadatan yang terdiri dari 4 unit Mesjid, 9 unit Musholla dan 2 unit Gereja. 4.2. Karakteristik Petani Sampel

Petani sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani ubi kayu yang berdomisili di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah responden yang diambil yaitu sebanyak 92 Orang. Adapun karakteristik petani sampel adalah sebagai berikut : 4.2.1. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 10. berikut: Adapun jenis kelamin sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Laki-Laki 62 67,4 2. Perempuan 30 32,6 Jumlah 92 100 Sumber: Data Primer Tabel 10. menunjukkan bahwa secara umum dari 92 orang sampel di daerah penelitian, petani sampel yang berjenis kelamin yang paling dominan adalah laki-laki yaitu sebesar 62 orang dengan persentase 67,4%. Sedangkan petani sampel yang berjenis kelamin perempuan adalah sebesar 30 orang dengan persentase 32,6%. 4.2.2. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Umur berikut: Adapun umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Umur No. Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. 20-30 1 1,1 2. 3. 4. 5. 31-40 41-50 51-60 61-70 >70 12 32 29 17 1 13,0 34,8 31,5 18,5 1,1 Jumlah 92 100 Sumber: Data Primer

Tabel 11. menunjukkan bahwa bahwa secara umum dari 92 orang petani sampel di daerah penelitian, jumlah petani sampel terbesar berada pada interval umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 32 orang dengan persentase 34,8%, sedangkan yang terkecil berada pada interval 20-30 tahun dan >70 tahun yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase 1,1%. 4.2.3. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Adapun tingkat pendidikan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 12. berikut: Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Tidak Sekolah 8 8,7 2. 3. 4. SD SMP SMA 45 14 25 48,9 15,2,2 Jumlah 92 100 Sumber: Data Primer Tabel 12. menunjukkan bahwa bahwa secara umum dari 92 orang petani sampel di daerah penelitian, jumlah petani sampel terbesar berdasarkan tingkat pendidikan berada pada tingkat SD sebanyak 45 orang dengan persentase 48,9%, tingkat pendidikan SMA sebanyak 25 orang dengan persentase sebesar,2%, tingkat pendidikan SMP sebanyak 14 orang dengan persentase 15,2% dan jumlah terkecil berada pada tingkat pendidikan petani yang tidak bersekolah yaitu sebanayak 8 orang dengan persentase 8,7%.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, dan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu Efisiensi diartikan sebagai upaya untuk menggunakan input sekecilkecilnya untuk memperoleh produksi yang sebesar-besarnya. Penggunaan input secara optimal sangat dituntut dalam melakukan kegiatan usahatani, yakni dengan cara mengalokasikan sumber daya yang terbatas namun mampu memberikan hasil yang optimal. Ubi Kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani jika dikelola dengan baik. Agar memperoleh keuntungan maksimal maka perlu dilakukan penggunaan pupuk yang efisien sebagai penunjang pertumbuhannya. Untuk menghitung efisiensi penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu dibutuhkan data mengenai jumlah pupuk, biaya pupuk, produksi ubi kayu, dan harga ubi kayu per hektar dalam satu musim tanam. Pada tabel 13. disajikan data mengenai jumlah pupuk, biaya pupuk, produksi ubi kayu, dan harga ubi kayu berdasarkan informasi 91 sampel.

Tabel 13. Jumlah Pupuk, Biaya Pupuk, Produksi Ubi Kayu, Harga Ubi Kayu, dan Penerimaan Usahatani Ubi Kayu / Ha / Musim Tanam Jumlah Biaya Produksi Harga No Penerimaan Pupuk Pupuk Ubi Kayu Ubi Kayu Sampel (Rp) (Kg) X (Rp) (Kg) Y (Rp) 1 300 1.012.500 30.000 500 15.000.000 2 875 962.500 37.500 450 16.875.000 3 500 1.100.000 37.500 500 18.750.000 4 500 1.250.000 20.000 650 13.000.000 5 375 962.500 25.000 600 15.000.000 6 250 550.000 20.000 500 10.000.000 7 750 1.950.000 25.000 650 16.250.000 8 486 1.194.444 37.500 600 22.500.000 9 250 1.900.000 30.000 450 13.500.000 10 1900 2.620.000 15.000 600 9.000.000 11 500 1.400.000 37.500 660 24.750.000 12 38 2.700.000 30.000 650 19.500.000 13 417 1.041.667 20.000 500 10.000.000 14 917 1.225.000 37.500 450 16.875.000 15 305 1.746.000 37.500 500 18.750.000 16 156 765.625 18.750 600 11.250.000 17 8 694.444 17.500 500 8.750.000 18 300 1.735.000 42.500 500 21.250.000 19 293 1.719.600 40.000 600 24.000.000 20 295 1.724.000 37.500 650 24.375.000 21 290 1.714.000 42.500 500 21.250.000 22 750 1.875.000 25.000 600 15.000.000 23 357 892.857 22.500 500 11.250.000 24 1022 1.372.059 30.000 500 15.000.000 25 545 2.533.036 45.000 660 29.700.000 26 350 1.684.375 42.500 500 21.250.000 268 1.875.000 32.500 550 17.875.000 28 545 2.819.000 45.000 500 22.500.000 29 333 725.000 37.500 500 18.750.000 30 347 1.763.889 42.500 600 25.500.000 31 250 700.000 25.000 600 15.000.000 32 1485 1.837.000 35.000 500 17.500.000 33 839 2.911.714 25.000 500 12.500.000 34 250 537.500 18.750 450 8.437.500 35 625 2.397.7 37.500 500 18.750.000 36 1571 2.257.143 25.000 550 13.750.000 37 400 1.444.000 45.000 600.000.000 38 1063 2.757.500 30.000 500 15.000.000 39 988 2.394.091 40.000 650 26.000.000 40 2167 1.750.000 42.500 650.625.000 41 1300 755.000 12.500 650 8.125.000

42 192 423.077 20.000 500 10.000.000 43 250 537.500 30.000 660 19.800.000 44 150 565.000 45.000 650 29.250.000 45 300 2.079.200 42.500 650.625.000 46 875 2.100.000 20.000 500 10.000.000 47 500 1.118.750 37.500 650 24.375.000 Tabel 13. Lanjutan 48 875 2.200.000 17.500 600 10.500.000 49 550 530.000 17.500 550 9.625.000 50 774 1.809.524 25.000 640 16.000.000 51 250 537.500 18.750 500 9.375.000 52 250 700.000 25.000 600 15.000.000 53 185 437.000 17.500 600 10.500.000 54 500 1.250.000 45.000 500 22.500.000 55 1115 2.903.000 37.500 600 22.500.000 56 375 962.500 25.000 600 15.000.000 57 500 1.100.000 37.500 500 18.750.000 58 500 1.250.000 20.000 650 13.000.000 59 825 2.055.000 40.000 650 26.000.000 60 1400 2.670.000 37.500 550 20.625.000 61 1000 2.600.000 25.000 650 16.250.000 62 1000 1.250.000 30.000 600 18.000.000 63 900 2.870.000 37.500 500 18.750.000 64 390 968.250 25.000 500 12.500.000 65 540 1.894.000 37.500 500 18.750.000 66 3600 2.400.000 40.000 600 24.000.000 67 4000 2.866.667 37.500 650 24.375.000 68 1475 1.090.000 25.000 550 13.750.000 69 800 605.000 37.500 500 18.750.000 70 288 623.600 12.500 650 8.125.000 71 7775 2.805.000 30.000 500 15.000.000 72 5043 1.823.000 17.500 550 9.625.000 73 775 1.815.000 25.000 600 15.000.000 74 375 1.118.750 37.500 650 24.375.000 75 150 565.000 40.000 600 24.000.000 76 338 1.702.500 42.500 650.625.000 77 350 2.120.000 35.000 500 17.500.000 78 500 2.116.300 40.000 500 20.000.000 79 375 2.625.000 32.500 450 14.625.000 80 650 2.590.000 42.500 500 21.250.000 81 530 2.093.500 37.500 650 24.375.000 82 125 875.000 30.000 650 19.500.000 83 367 1.796.667 15.000 600 9.000.000 84 250 537.500 20.000 500 10.000.000 85 312 1.528.800 18.750 600 11.250.000 86 300 1.012.500 30.000 550 16.500.000 87 300 1.735.000 42.500 500 21.250.000 88 542 2.313.400 37.500 650 24.375.000 89 708 1.487.500 20.000 450 9.000.000 90 900 2.220.000 30.000 600 18.000.000

91 250 537.500 30.000 650 19.500.000 Sumber: Data Primer, 2017 5.1.1 Efisiensi Teknis Nilai efisiensi teknis dapat diketahui dari pengolahan data dengan bantuan Software Frontier Version 4.1 dengan input data yang digunakan adalah jumlah produksi ubi kayu setiap sampel dan jumlah pupuk yang digunakan setiap sampel per hektar. Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu maka penggunaan pupuk sudah efisien dan jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu maka penggunaan pupuk tidak efisien. Tabel 14. berikut adalah adalah hasil olahan data efisiensi teknis setiap sampel:

Tabel 14. Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu No Efisiensi Sampel Teknis Keterangan 1 0.89687012 Tidak Efisien 2 0.91999507 Tidak Efisien 3 0.91999507 Tidak Efisien 4 0.97078238 Tidak Efisien 5 0.87777062 Tidak Efisien 6 0.97078238 Tidak Efisien 7 0.87777062 Tidak Efisien 8 0.91999507 Tidak Efisien 9 0.89687012 Tidak Efisien 10 0.71003760 Tidak Efisien 11 0.91999507 Tidak Efisien 12 0.89687012 Tidak Efisien 13 0.97078238 Tidak Efisien 14 0.91999507 Tidak Efisien 15 0.91999507 Tidak Efisien 16 0.92439294 Tidak Efisien 17 0.85303234 Tidak Efisien 18 0.93222905 Tidak Efisien 19 0.92640899 Tidak Efisien 20 0.91999507 Tidak Efisien 21 0.93222905 Tidak Efisien 22 0.87777062 Tidak Efisien 23 0.86685098 Tidak Efisien 24 0.89687012 Tidak Efisien 25 0.93748668 Tidak Efisien 26 0.93222905 Tidak Efisien 0.90525943 Tidak Efisien 28 0.93748668 Tidak Efisien 29 0.91999507 Tidak Efisien 30 0.93222905 Tidak Efisien 31 0.87777062 Tidak Efisien 32 0.91295429 Tidak Efisien 33 0.87777062 Tidak Efisien 34 0.92439294 Tidak Efisien 35 0.91999507 Tidak Efisien 36 0.87777062 Tidak Efisien 37 0.93748668 Tidak Efisien 38 0.89687012 Tidak Efisien 39 0.92640899 Tidak Efisien 40 0.93222905 Tidak Efisien 41 0.571524 Tidak Efisien 42 0.97078238 Tidak Efisien 43 0.89687012 Tidak Efisien

44 0.93748668 Tidak Efisien 45 0.93222905 Tidak Efisien 46 0.97078238 Tidak Efisien 47 0.91999507 Tidak Efisien Tabel 14. Lanjutan 48 0.85303234 Tidak Efisien 49 0.85303234 Tidak Efisien 50 0.87777062 Tidak Efisien 51 0.92439294 Tidak Efisien 52 0.87777062 Tidak Efisien 53 0.85303234 Tidak Efisien 54 0.93748668 Tidak Efisien 55 0.91999507 Tidak Efisien 56 0.87777062 Tidak Efisien 57 0.91999507 Tidak Efisien 58 0.97078238 Tidak Efisien 59 0.92640899 Tidak Efisien 60 0.91999507 Tidak Efisien 61 0.87777062 Tidak Efisien 62 0.89687012 Tidak Efisien 63 0.91999507 Tidak Efisien 64 0.87777062 Tidak Efisien 65 0.91999507 Tidak Efisien 66 0.92640899 Tidak Efisien 67 0.91999507 Tidak Efisien 68 0.87777062 Tidak Efisien 69 0.91999507 Tidak Efisien 70 0.571524 Tidak Efisien 71 0.89687012 Tidak Efisien 72 0.85303234 Tidak Efisien 73 0.87777062 Tidak Efisien 74 0.91999507 Tidak Efisien 75 0.92640899 Tidak Efisien 76 0.93222905 Tidak Efisien 77 0.91295429 Tidak Efisien 78 0.92640899 Tidak Efisien 79 0.90525943 Tidak Efisien 80 0.93222905 Tidak Efisien 81 0.91999507 Tidak Efisien 82 0.89687012 Tidak Efisien 83 0.71003760 Tidak Efisien 84 0.97078238 Tidak Efisien 85 0.92439294 Tidak Efisien 86 0.89687012 Tidak Efisien 87 0.93222905 Tidak Efisien 88 0.91999507 Tidak Efisien 89 0.97078238 Tidak Efisien 90 0.89687012 Tidak Efisien 91 0.89687012 Tidak Efisien Rata- 0.90115060 Tidak Efisien

Rata Sumber: Data Primer Diolah, 2017 Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Software Frontier 4.1 diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknis penggunaan pupuk sebesar 0,90. Nilai efisiensi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel dapat mencapai 90% dari produksi potensial yang diperoleh dengan penggunaan pupuknya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk oleh petani ubi kayu hampir mendekati efisien secara teknis. Hal ini dikarenakan 0,90 < 1 (mendekati 1) dan terdapat peluang sebesar 10% untuk mencapai efisiensi secara teknis. Meskipun secara teknis, hasil uji Frontier 0,90 hampir mendekati 1 (efisien). Namun hasil tersebut masih dibawah 1 dan masih termasuk daerah inefisien. Butuh 0,10 lagi untuk mencapai efisiensi secara teknis, maka penggunaan pupuk harus dikurangi. 5.1.2. Efisiensi Harga Nilai efisiensi harga dapat diketahui dari pengolahan data dengan bantuan Software Frontier Version 4.1 dengan input data yang digunakan adalah biaya pupuk setiap sampel dan penerimaan setiap sampel per hektar. Jika nilai efisiensi harga sama dengan satu maka penggunaan pupuk sudah efisien dan jika nilai efisiensi harga kurang dari satu maka penggunaan pupuk tidak efisien. Tabel 15. berikut adalah hasil olahan data efisiensi harga setiap sampel:

Tabel 15. Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu No Sampel Efisiensi Harga Keterangan 1 0.10913688 Tidak Efisien 2 0.10909696 Tidak Efisien 3 0.109202 Tidak Efisien 4 0.11049138 Tidak Efisien 5 0.10909696 Tidak Efisien 6 0.10867157 Tidak Efisien 7 0.11092542 Tidak Efisien 8 0.10926880 Tidak Efisien 9 0.11089944 Tidak Efisien 10 0.11122643 Tidak Efisien 11 0.11059985 Tidak Efisien 12 0.11125767 Tidak Efisien 13 0.10915936 Tidak Efisien 14 0.11047219 Tidak Efisien 15 0.11081544 Tidak Efisien 16 0.10891958 Tidak Efisien 17 0.10884540 Tidak Efisien 18 0.11080920 Tidak Efisien 19 0.11080039 Tidak Efisien 20 0.11080292 Tidak Efisien 21 0.11079717 Tidak Efisien 22 0.11088623 Tidak Efisien 23 0.10903821 Tidak Efisien 24 0.11058045 Tidak Efisien 25 0.11119150 Tidak Efisien 26 0.11077999 Tidak Efisien 0.11088623 Tidak Efisien 28 0.11130265 Tidak Efisien 29 0.10887803 Tidak Efisien 30 0.11082553 Tidak Efisien 31 0.10885143 Tidak Efisien 32 0.11086583 Tidak Efisien 33 0.11133655 Tidak Efisien 34 0.10865470 Tidak Efisien 35 0.11113499 Tidak Efisien 36 0.11107320 Tidak Efisien 37 0.11062973 Tidak Efisien 38 0.111962 Tidak Efisien 39 0.11113343 Tidak Efisien 40 0.11081771 Tidak Efisien 41 0.10890891 Tidak Efisien 42 0.10759317 Tidak Efisien 43 0.10865470 Tidak Efisien 44 0.10869139 Tidak Efisien 45 0.11098993 Tidak Efisien

46 0.11099998 Tidak Efisien 47 0.10921623 Tidak Efisien Tabel 15. Lanjutan 48 0.11104711 Tidak Efisien 49 0.10864440 Tidak Efisien 50 0.11085086 Tidak Efisien 51 0.10865470 Tidak Efisien 52 0.10885143 Tidak Efisien 53 0.10761287 Tidak Efisien 54 0.11049138 Tidak Efisien 55 0.11133341 Tidak Efisien 56 0.10909696 Tidak Efisien 57 0.109202 Tidak Efisien 58 0.11049138 Tidak Efisien 59 0.11097812 Tidak Efisien 60 0.11124605 Tidak Efisien 61 0.11121849 Tidak Efisien 62 0.11049138 Tidak Efisien 63 0.11132142 Tidak Efisien 64 0.10910165 Tidak Efisien 65 0.11089629 Tidak Efisien 66 0.11113596 Tidak Efisien 67 0.11132020 Tidak Efisien 68 0.10919543 Tidak Efisien 69 0.10874204 Tidak Efisien 70 0.10876459 Tidak Efisien 71 0.11129745 Tidak Efisien 72 0.11085823 Tidak Efisien 73 0.11085386 Tidak Efisien 74 0.10921623 Tidak Efisien 75 0.10869139 Tidak Efisien 76 0.11079053 Tidak Efisien 77 0.11100956 Tidak Efisien 78 0.11100780 Tidak Efisien 79 0.11122840 Tidak Efisien 80 0.11121449 Tidak Efisien 81 0.11099685 Tidak Efisien 82 0.10902250 Tidak Efisien 83 0.11084378 Tidak Efisien 84 0.10865470 Tidak Efisien 85 0.11068510 Tidak Efisien 86 0.10913688 Tidak Efisien 87 0.11080920 Tidak Efisien 88 0.11109832 Tidak Efisien 89 0.11065848 Tidak Efisien 90 0.11105631 Tidak Efisien 91 0.10865470 Tidak Efisien Rata- Rata 0.11016450 Tidak Efisien Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Software Frontier 4.1 diperoleh nilai rata-rata efisiensi harga sebesar 0,11. Dimana 0,11 < 1 yang artinya penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu tidak efisien secara harga. Dilihat dari hasil penelitian sebanyak 91 sampel, semua sampel tidak mencapai efisiensi secara harga. Hal ini dikarenakan efisiensi harga dipengarui oleh harga pada waktu tertentu. Efisiensi harga akan tercapai jika harga mengalami peningkatan. Pada saat penelitian dilakukan, harga ubi kayu sedang mengalami penurunan. 5.1.3. Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai, sehingga dapat dituliskan menjadi: EE = ET. EH Dimana: EE : Efisiensi Ekonomi ET : Efisiensi Teknis EH : Efisiensi Harga Dengan kriteria penilaian yaitu, jika : 1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien 2. EE >1, maka penggunaan faktor produksi belum efisien 3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga. Dari perhitungan efisiensi ekonomi, maka diperoleh hasil efisiensi ekonomi penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu pada tabel 16. sebagai berikut:

Tabel 16. Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu No Efisiensi Efisiensi Efisiensi Sampel Teknis Harga Ekonomi Keterangan 1 0,896870120 0,109136880 0,097881607 Tidak Efisien 2 0,919995070 0,109096960 0,100368665 Tidak Efisien 3 0,919995070 0,1092020 0,100465964 Tidak Efisien 4 0,970782380 0,110491380 0,107263085 Tidak Efisien 5 0,877770620 0,109096960 0,095762106 Tidak Efisien 6 0,970782380 0,108671570 0,105496445 Tidak Efisien 7 0,877770620 0,110925420 0,097367075 Tidak Efisien 8 0,919995070 0,109268800 0,100526757 Tidak Efisien 9 0,896870120 0,110899440 0,099462394 Tidak Efisien 10 0,710037600 0,111226430 0,078974947 Tidak Efisien 11 0,919995070 0,110599850 0,101751317 Tidak Efisien 12 0,896870120 0,111257670 0,099783680 Tidak Efisien 13 0,970782380 0,109159360 0,105969983 Tidak Efisien 14 0,919995070 0,110472190 0,101633870 Tidak Efisien 15 0,919995070 0,110815440 0,101949658 Tidak Efisien 16 0,924392940 0,108919580 0,100684491 Tidak Efisien 17 0,853032340 0,108845400 0,092848646 Tidak Efisien 18 0,932229050 0,110809200 0,103299555 Tidak Efisien 19 0,926408990 0,110800390 0,102646477 Tidak Efisien 20 0,919995070 0,110802920 0,101938140 Tidak Efisien 21 0,932229050 0,110797170 0,103288341 Tidak Efisien 22 0,877770620 0,110886230 0,097332675 Tidak Efisien 23 0,866850980 0,109038210 0,094519879 Tidak Efisien 24 0,896870120 0,110580450 0,099176301 Tidak Efisien 25 0,937486680 0,111191500 0,104240550 Tidak Efisien 26 0,932229050 0,110779990 0,1032325 Tidak Efisien 0,905259430 0,110886230 0,100380805 Tidak Efisien 28 0,937486680 0,111302650 0,104344752 Tidak Efisien 29 0,919995070 0,108878030 0,100167251 Tidak Efisien 30 0,932229050 0,110825530 0,103314779 Tidak Efisien 31 0,877770620 0,108851430 0,095546587 Tidak Efisien 32 0,912954290 0,110865830 0,101215435 Tidak Efisien 33 0,877770620 0,111336550 0,0977953 Tidak Efisien 34 0,924392940 0,108654700 0,100439638 Tidak Efisien 35 0,919995070 0,111134990 0,102243643 Tidak Efisien 36 0,877770620 0,111073200 0,097496792 Tidak Efisien 37 0,937486680 0,110629730 0,103713898 Tidak Efisien 38 0,896870120 0,1119620 0,099803366 Tidak Efisien 39 0,926408990 0,111133430 0,102955009 Tidak Efisien 40 0,932229050 0,110817710 0,103307489 Tidak Efisien 41 0,5715240 0,108908910 0,062244085 Tidak Efisien 42 0,970782380 0,107593170 0,104449554 Tidak Efisien 43 0,896870120 0,108654700 0,097449154 Tidak Efisien 44 0,937486680 0,108691390 0,101896730 Tidak Efisien 45 0,932229050 0,110989930 0,103468037 Tidak Efisien 46 0,970782380 0,110999980 0,107756825 Tidak Efisien 47 0,919995070 0,109216230 0,100478393 Tidak Efisien

Tabel 16. Lanjutan 48 0,853032340 0,111047110 0,094726776 Tidak Efisien 49 0,853032340 0,108644400 0,092677187 Tidak Efisien 50 0,877770620 0,110850860 0,097301628 Tidak Efisien 51 0,924392940 0,108654700 0,100439638 Tidak Efisien 52 0,877770620 0,108851430 0,095546587 Tidak Efisien 53 0,853032340 0,107612870 0,091797258 Tidak Efisien 54 0,937486680 0,110491380 0,103584197 Tidak Efisien 55 0,919995070 0,111333410 0,102426188 Tidak Efisien 56 0,877770620 0,109096960 0,095762106 Tidak Efisien 57 0,919995070 0,1092020 0,100465964 Tidak Efisien 58 0,970782380 0,110491380 0,107263085 Tidak Efisien 59 0,926408990 0,110978120 0,102811128 Tidak Efisien 60 0,919995070 0,111246050 0,102345818 Tidak Efisien 61 0,877770620 0,111218490 0,097624323 Tidak Efisien 62 0,896870120 0,110491380 0,099096417 Tidak Efisien 63 0,919995070 0,111321420 0,102415158 Tidak Efisien 64 0,877770620 0,109101650 0,095766223 Tidak Efisien 65 0,919995070 0,110896290 0,102024040 Tidak Efisien 66 0,926408990 0,111135960 0,102957352 Tidak Efisien 67 0,919995070 0,111320200 0,102414035 Tidak Efisien 68 0,877770620 0,109195430 0,095848540 Tidak Efisien 69 0,919995070 0,108742040 0,100042141 Tidak Efisien 70 0,5715240 0,108764590 0,062161603 Tidak Efisien 71 0,896870120 0,111297450 0,099819357 Tidak Efisien 72 0,853032340 0,110858230 0,094565655 Tidak Efisien 73 0,877770620 0,110853860 0,097304261 Tidak Efisien 74 0,919995070 0,109216230 0,100478393 Tidak Efisien 75 0,926408990 0,108691390 0,100692681 Tidak Efisien 76 0,932229050 0,110790530 0,103282151 Tidak Efisien 77 0,912954290 0,111009560 0,101346654 Tidak Efisien 78 0,926408990 0,111007800 0,102838624 Tidak Efisien 79 0,905259430 0,111228400 0,100690558 Tidak Efisien 80 0,932229050 0,111214490 0,103677378 Tidak Efisien 81 0,919995070 0,110996850 0,102116555 Tidak Efisien 82 0,896870120 0,109022500 0,097779023 Tidak Efisien 83 0,710037600 0,110843780 0,078703252 Tidak Efisien 84 0,970782380 0,108654700 0,105480068 Tidak Efisien 85 0,924392940 0,110685100 0,102316525 Tidak Efisien 86 0,896870120 0,109136880 0,097881607 Tidak Efisien 87 0,932229050 0,110809200 0,103299555 Tidak Efisien 88 0,919995070 0,111098320 0,102209907 Tidak Efisien 89 0,970782380 0,110658480 0,107425303 Tidak Efisien 90 0,896870120 0,111056310 0,099603086 Tidak Efisien 91 0,896870120 0,108654700 0,097449154 Tidak Efisien Rata- Rata 0,901150600 0,110164500 0,099283102 Tidak Efisien Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Dari perhitungan yang telah dilakukan pada tabel 16. maka diperoleh ratarata nilai efisiensi ekonomi sebesar 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian tidak efisien secara ekonomi karena 0,09 < 1. Artinya, penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu harus dikurangi agar efisiensi secara ekonomi dapat tercapai. Dengan demikian, hipotesis (1) yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu tidak efisien baik secara teknis, harga, maupun ekonomi diterima kebenarannya. 5.1.4. Penggunaan Pupuk yang Optimal Berdasarkan Teori The Law Of Diminishing Returns (LDR) The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang), Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan. Petani ubi kayu meningkatkan penggunaan jumlah pupuk dengan harapan akan meningkatkan hasil produksi ubi kayunya. Sesuai dengan Teori The Low Of Diminishing Retuns, jika jumlah pupuk ditambahkan pada waktu tertentu produksi akan mengalami peningkatan. Namun jika penambahan jumlah pupuk dilakukan secara terus-menerus sampai batas maksimal maka produksi tidak akan bertambah, tetapi sebaliknya produksi yang dihasilkan akan semakin berkurang. Untuk mengetahui tingkat penggunaan pupuk yang optimal (EP=1) maka disajikan data jumlah pupuk, produksi ubi kayu, AP, MP pada tabel 17. sebagai berikut:

Tabel 17. Jumlah Pupuk, Produksi Ubi Kayu, AP, MP, dan EP penggunaan pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu/Ha Jumlah Pupuk (Kg) X Produksi Ubi Kayu (Kg) Y Ln X Ln Y AP MP EP 125 30.000 4,82831 10,30895 2,13510 0,00000 0,00 150 40.000 5,01064 10,59663 2,11483 1,57788 0,75 150 45.000 5,01064 10,71442 2,13834 0,00000 0,00 156 18.750 5,05146 9,83895 1,94774-21,44601-11,01 185 17.500 5,22036 9,76996 1,87151-0,40849-0,22 192 20.000 5,25910 9,90349 1,88312 3,44679 1,83 250 18.750 5,52146 9,83895 1,78195-0,24599-0,14 250 18.750 5,52146 9,83895 1,78195 0,00000 0,00 250 20.000 5,52146 9,90349 1,79364 0,00000 0,00 250 20.000 5,52146 9,90349 1,79364 0,00000 0,00 250 25.000 5,52146 10,12663 1,83405 0,00000 0,00 250 25.000 5,52146 10,12663 1,83405 0,00000 0,00 250 30.000 5,52146 10,30895 1,86707 0,00000 0,00 250 30.000 5,52146 10,30895 1,86707 0,00000 0,00 250 30.000 5,52146 10,30895 1,86707 0,00000 0,00 268 32.500 5,59045 10,38900 1,85835 1,16016 0,62 8 17.500 5,62682 9,76996 1,73632-17,02170-9,80 288 12.500 5,66122 9,43348 1,66633-9,78076-5,87 290 42.500 5,66988 10,65726 1,87963 141,34518 75,20 293 40.000 5,67846 10,59663 1,86611-7,063-3,78 295 37.500 5,68698 10,53210 1,85197-7,58323-4,09 300 30.000 5,70378 10,30895 1,80739-13,673-7,35 300 30.000 5,70378 10,30895 1,80739 0,00000 0,00 300 42.500 5,70378 10,65726 1,86845 0,00000 0,00 300 42.500 5,70378 10,65726 1,86845 0,00000 0,00 305 37.500 5,72031 10,53210 1,84118-7,57220-4,11 312 18.750 5,74300 9,83895 1,71321-30,54668-17,83 333 37.500 5,80914 10,53210 1,81302 10,48003 5,78 338 42.500 5,82157 10,65726 1,83065 10,07550 5,50 347 42.500 5,84996 10,65726 1,82176 0,00000 0,00 350 35.000 5,85793 10,46310 1,78614-24,36645-13,64 350 42.500 5,85793 10,65726 1,81929 0,00000 0,00 357 22.500 5,87814 10,021 1,70484-31,48037-18,47

Tabel 17. Lanjutan 367 15.000 5,90445 9,61581 1,62857-15,40678-9,46 375 25.000 5,92693 10,12663 1,70858 22,73078 13,30 375 25.000 5,92693 10,12663 1,70858 0,00000 0,00 375 32.500 5,92693 10,38900 1,75285 0,00000 0,00 375 37.500 5,92693 10,53210 1,77699 0,00000 0,00 375 37.500 5,92693 10,53210 1,77699 0,00000 0,00 390 25.000 5,96615 10,12663 1,69735-10,33804-6,09 400 45.000 5,99146 10,71442 1,78828 23,21633 12,98 417 20.000 6,03229 9,90349 1,64175-19,86503-12,10 482 42.500 6,17824 10,65726 1,72497 5,16445 2,99 486 37.500 6,18644 10,53210 1,70245-15,26982-8,97 500 20.000 6,21461 9,90349 1,59358-22,31413-14,00 500 20.000 6,21461 9,90349 1,59358 0,00000 0,00 500 37.500 6,21461 10,53210 1,69473 0,00000 0,00 500 37.500 6,21461 10,53210 1,69473 0,00000 0,00 500 37.500 6,21461 10,53210 1,69473 0,00000 0,00 500 40.000 6,21461 10,59663 1,70512 0,00000 0,00 500 45.000 6,21461 10,71442 1,72407 0,00000 0,00 530 37.500 6,288 10,53210 1,67899-3,12897-1,86 540 37.500 6,29157 10,53210 1,67400 0,00000 0,00 542 37.500 6,29465 10,53210 1,67318 0,00000 0,00 545 45.000 6,30013 10,71442 1,70067 33,360 19,57 545 45.000 6,30079 10,71442 1,70049 0,00000 0,00 550 17.500 6,30992 9,76996 1,54835-103,41783-66,79 625 37.500 6,43775 10,53210 1,63599 5,96198 3,64 650 42.500 6,47697 10,65726 1,64541 3,19125 1,94 708 20.000 6,56291 9,90349 1,50901-8,77066-5,81 750 25.000 6,62007 10,12663 1,52969 3,90395 2,55 750 25.000 6,62007 10,12663 1,52969 0,00000 0,00 774 25.000 6,65133 10,12663 1,52250 0,00000 0,00 775 25.000 6,65286 10,12663 1,52215 0,00000 0,00 800 37.500 6,68461 10,53210 1,57557 12,77108 8,11 825 40.000 6,71538 10,59663 1,57796 2,09734 1,33 839 25.000 6,73255 10,12663 1,50413 -,37704-18,20 875 17.500 6,77422 9,76996 1,44223-8,55896-5,93 875 37.500 6,77422 10,53210 1,55473 0,00000 0,00 900 30.000 6,80239 10,30895 1,51549-7,92107-5,23 900 37.500 6,80239 10,53210 1,54829 0,00000 0,00

Tabel 17. Lanjutan 917 37.500 6,82074 10,53210 1,54413 0,00000 0,00 988 40.000 6,89518 10,59663 1,53682 0,86707 0,56 1000 20.000 6,90776 9,90349 1,43368-55,10447-38,44 1000 25.000 6,90776 10,12663 1,46598 0,00000 0,00 1000 30.000 6,90776 10,30895 1,49237 0,00000 0,00 1022 30.000 6,92957 10,30895 1,48767 0,00000 0,00 1063 30.000 6,96838 10,30895 1,47939 0,00000 0,00 1115 37.500 7,01661 10,53210 1,50102 4,62668 3,08 1300 12.500 7,17012 9,43348 1,31567-7,15662-5,44 1400 37.500 7,24423 10,53210 1,45386 14,82448 10,20 1475 25.000 7,29641 10,12663 1,38789-7,76965-5,60 1485 35.000 7,30317 10,46310 1,43268 49,79770 34,76 1571 25.000 7,35974 10,12663 1,37595-5,94785-4,32 1900 15.000 7,54961 9,61581 1,368-2,69041-2,11 2167 42.500 7,68095 10,65726 1,38749 7,92969 5,72 38 30.000 7,91480 10,30895 1,30249-1,48941-1,14 3600 40.000 8,18869 10,59663 1,29406 1,05036 0,81 4000 37.500 8,29405 10,53210 1,26984-0,61255-0,48 5043 15.000 8,52566 9,61581 1,187-3,95622-3,51 7775 30.000 8,95867 10,30895 1,15072 1,60076 1,39 Sumber : Data Primer Diolah, 2017

125 185 250 250 8 295 300 338 357 375 400 500 500 540 550 750 800 875 988 1022 1400 1900 4000 50.000 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0 Produksi Ubi Kayu (Kg/Ha) Produksi Ubi Kayu 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 MP AP -50,00-100,00-150,00 Gambar 4. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Ubi Kayu Produksi ubi kayu tertinggi adalah ketika jumlah pupuk yang digunakan 150 Kg/Ha, namun pada jumlah pupuk 156 Kg/Ha produksi kembali menurun.

Pada saat jumlah pupuk 192 Kg/Ha produksi ubi kayu meningkat kembali, dan kembali menurun pada saat jumlah pupuk 250 Kg/Ha. Sebagian besar petani ubi kayu yang diteliti, tidak menggunakan pupuk secara optimal sehingga penggunaan jumlah pupuk harus dikurangi. Dari tabel 17 dapat kita lihat bahwa hanya 2 orang sampel yang menggunakan pupuk secara optimal sedangkan 1 sampel menggunakan pupuk di bawah optimal yaitu 125kg/ha dan 88 orsng sampel menggunakan pupuk di atas jumlah pupuk optimal. Hal ini berarti, penambahan jumlah pupuk yang dilakukan oleh petani ubi kayu tidak mempengaruhi peningkatan jumlah produksi yang diperoleh atau penambahan output produksi kecil. Pengurangan jumlah pupuk yang berlebihan tersebut merupakan salah satu alternatif untuk menekan biaya (cost) yang dianggap tidak terlalu memberikan dampak besar bagi peningkatan jumlah produksi. Sehingga dana yang diperoleh dari pengoptimalan pupuk dapat dialokasikan untuk biaya pengadaan faktor produksi lain. Penggunaan pupuk secara optimal berdasarkan data tersebut dapat dilihat ketika Avarage Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP) atau ketika AP bersinggungan dengan MP. Salah satu cara untuk melihat titik optimal ialah dengan melihat dan membandingkan nilai Elastisitas Produksinya (EP). Dimana, apabila nilai EP hampir mendekati 1 (0 Ep <1), maka nilai tersebut berada pada daerah efisien. Pada tabel 17. dapat kita lihat bahwa titik optimal penggunaan jumlah pupuk berada pada saat penggunaan jumlah pupuk sebesar 150 kg/ha dengan produksi sebesar 40.000 Kg/ha. Artinya jika penggunaan pupuk diatas 150 Kg/Ha, maka penggunaan pupuk tidak optimal serta perlu dilakukan