Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Regulasi Kebijakan Umum

Buku Pegangan Sosialisasi dan Implementasi

Buku Pegangan Sosialisasi dan Implementasi

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009,

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Pedoman Pemantauan TKPK PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) DAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT (BLSM)

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH

BAHAN PAPARAN PERSIAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) DAN SOSIALISASINYA

Pedoman Pemantauan TKPK 1

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI

DAMPAK KOMPENSASI KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA. Akhmad

Solusi Masalah Kepesertaan & Pemutakhiran Data Penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS)

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

WALIKOTA BANJARMASIN

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

USULAN KOMPENSASI KENAIKAN HARGA BBM: PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK?

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

MEMBANGUN KELUARGA PRODUKTIF

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR : 16 TAHUN 2015 TANGGAL : 3 Maret BAB 1 PENDAHULUAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S)

Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016

PERAN DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Aplikasi Pemanfaatan Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

Perkembangan Perekonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi Program BLT

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN SPKD

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

UNIFIKASI SISTEM PENETAPAN SASARAN NASIONAL

LAPORAN TNP2K ATAS PELAKSANAAN UJI COBA MEKANISME BARU PENETAPAN DAN PENYALURAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)

SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU. Jakarta, 17 Juli 2012

OPTIMALISASI PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (P4S)

UPAYA KHUSUS PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN

PANDUAN TKSK Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) Tahun 2013

Materi Sosialisasi. Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) 2018

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2015

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI

BUPATI POLEWALI MANDAR

Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

RASKIN vs E-MONEY. Sebuah Kajian Ilmiah di Jawa Timur. Presented by: Suyatno & Wiyono

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR / /2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN R E N D A H DI KABUPATEN BATANG

pelaksanaan dan pengawasan dengan mengedepankan peran serta masyarakat;

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR / 5 TAHUN 2015

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV

SINERGI PUSAT-DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas)

Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

Transkripsi:

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 semula masih memberikan alokasi yang cukup besar terhadap subsidi energi, termasuk sebesar Rp 193,8 trilyun (atau 11,5% dari APBN 2013) untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Harga jual Premium dan Solar saat ini sebesar Rp. 4.500/liter, jauh lebih rendah dibandingkan harga pokoknya. Harga minyak dunia dan konsumsi dalam negeri yang semakin meningkat akan membuat subsidi untuk Premium dan Solar menjadi semakin besar. Tujuan pengurangan subsidi BBM bukanlah semata-mata untuk menghemat anggaran. Setidaknya ada 5 alasan penting penyesuaian subsidi BBM, yaitu: 1. Lebih berpihak kepada golongan masyarakat kecil. Keberadaan subsidi BBM saat ini tidak tepat sasaran dan kurang berkeadilan karena lebih menguntungkan bagi masyarakat menengah ke atas yang berkecukupan dan memiliki mobil pribadi. Data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa secara rata-rata Rumah Tangga (RT) kaya menikmati subsidi BBM 10 kali lipat dibandingkan RT miskin. Di sisi lain hanya 2% dari APBN yang dianggarkan bagi Program Bantuan Sosial, seperti Beras Miskin (Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Keluarga Harapan (PKH) dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Oleh karena itu kebijakan subsidi BBM perlu diubah dari subsidi harga komoditas menjadi subsidi yang tepat sasaran kepada kelompok yang membutuhkan. Pemotongan subsidi BBM merupakan pilihan yang lebih bijak dalam membelanjakan uang negara dan hasil pemotongan subsidi itu dapat dipakai untuk membiayai berbagai program pengentasan kemiskinan dan perlindungan sosial. 2. Lebih hemat dan ramah lingkungan karena pemangkasan subsidi akan membuat harga Premium dan Solar menjadi lebih wajar/mahal, sehingga akan mengurangi kecenderungan konsumsi secara berlebihan (boros dan ceroboh). Pemakaian BBM secara berlebihan juga berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup. Harga BBM yang lebih realistis akan mendorong penghematan dan konversi ke sumber energi lain yang lebih bersih, seperti gas. 3. Lebih bermanfaat karena dana subsidi dapat dialihkan untuk membiayai belanja lain yang lebih berguna bagi rakyat banyak, seperti berbagai program untuk memperbaiki kualitas hidup kelompok kurang mampu, seperti membangun infrastruktur maupun perbaikan layanan pendidikan dan kesehatan. 4. Lebih benar karena pemangkasan subsidi akan mengurangi dorongan untuk penyelewengan dan penyelundupan. Selisih harga BBM bersubsidi dengan BBM nonsubsidi yang terlalu besar (hampir 2 kali lipat) telah mendorong terjadinya penyelewengan penggunaan oleh pengguna yang tidak berhak (seperti pelaku industri dan pertambangan) dan penyelundupan penjualan ke luar negeri. 5. Lebih awet karena efek positif pengurangan subsidi Premium dan Solar akan terasa dalam jangka waktu cukup lama, bukan hanya bagi anggaran tahun 2013 saja namun akan meringankan beban negara pada tahun-tahun mendatang. Dana yang semula untuk subsidi BBM dapat dialihkan untuk membiayai investasi infrastruktur, perbaikan sumber daya manusia, serta penanggulangan kemiskinan, yang efek positifnya lebih bersifat jangka panjang dan permanen. 0

Dalam jangka pendek kebijakan subsidi BBM akan diikuti dengan peningkatan harga (inflasi) yang akan menekan daya beli masyarakat, terutama RT miskin dan rentan. Namun pemangkasan anggaran subsidi BBM dapat direalokasikan untuk Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S), yang meliputi peningkatan kuantitas beras yang dapat dibeli oleh RT miskin melalui Program Raskin, peningkatan cakupan dan nilai manfaat bantuan tunai bersyarat PKH dan perluasan cakupan dan manfaat program BSM (Tabel I). Untuk mempertahankan daya beli kelompok RT miskin dan rentan maka akan diterapkan inisiatif kebijakan jangka pendek berupa Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Melalui program ini Pemerintah akan memberikan dana tunai secara langsung kepada RT miskin dan rentan dengan besaran bantuan senilai Rp. 150.000/bulan untuk jangka waktu 4 (empat) bulan. Relokasi anggaran dari pengurangan subsidi BBM juga digunakan untuk Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur (P4I), yang mencakup Infrastruktur Permukiman (P4-IP), Sistem Penyediaan Air Minum (P4-SPAM) dan Infrastruktur Sumber Daya Air (P4-ISDA). Untuk memperbaiki mekanisme penetapan sasaran agar P4S diterima oleh Rumah Tangga yang berhak, maka diterapkan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang dapat dipergunakan oleh Rumah Tangga Sasaran berdasarkan Basis Data Terpadu. Tabel 1. Anggaran Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) dan Program Kompensasi Khusus Tahun 2013 Program RASKIN PKH BSM BLSM P4I Usulan Kegiatan Tambahan 3 bulan alokasi beras bagi 15,5 juta RTS Pendistribusian bulan Juni, Juli & Sept Cakupan tetap 2,4 juta RTSM/KSM Bantuan ditingkatkan menjadi 1,8 juta per RTSM/tahun. 4x pembayaran bagi peserta lama. 1x pembayaran bagi peserta baru Perluasan menjadi 15,4 juta siswa (29% jumlah siswa) ditambah dengan buffer sebanyak 1,165 juta siswa, sehingga BSM tersedia bagi 16,6 juta siswa Bantuan tambahan manfaat Rp. 200 ribu/siswa bagi 15,4 juta siswa Program baru. Cakupan 15,5 juta RTS Bantuan Rp. 150 ribu/rts/bulan selama 4 bulan Pembayaran dilakukan 2 kali, Juni/Juli dan Sept Infrastruktur Permukiman (P4IP) : Rp. 2 T P4-SPAM : Rp. 2 T P4-ISDA : Rp. 2 T Anggaran APBN-P 2013 (Rp Trilyun) Tambahan Total Anggaran Anggaran 4.3 21.49 0.7 3.60 7.43 12.08 9.3 9.30 6.0 17.70 Total Anggaran Program P4S dan Kompensasi Khusus 27.73 64.17 Sumber : Hasil Rapat Paripurna DPR tanggal 17 Juni 2013 1. Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (RASKIN) Pengeluaran rumah tangga miskin dan rentan sebagian besar (65%) digunakan untuk membeli bahan makanan, dimana Beras merupakan komoditi utama dengan proporsi sekitar 29% dari total pengeluaran (tabel 2). Kenaikan harga beras memiliki bobot 5% dalam indeks harga konsumen (IHK/inflasi) sehingga dapat meningkatkan jumlah penduduk miskin. 1

Untuk itu sangatlah penting untuk menjaga daya beli rumah tangga miskin dan rentan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pangan terutama beras. 2

Tabel 2. Distribusi Persentase Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen dan Garis Kemiskinan Proporsi/Bobot (%) Indeks Harga Konsumen Garis Kemiskinan Beras 5 29 Bahan Makanan Lain 15 28 Makanan Jadi dan Rokok 17 8 Perumahan 26 17 Pakaian 7 4 Kesehatan 4 3 Pendidikan 7 4 Transportasi 19 7 Total 100 100 Sumber: BPS, tahun 2011 Program Raskin merupakan subsidi pangan yang diperuntukan bagi rumah tangga miskin dan rentan sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan sosial. Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Program Raskin juga berguna untuk mengendalikan inflasi melalui intervensi Pemerintah, dengan menetapkan harga tebus beras bersubsidi sebesar Rp 1.600/kg dan menjaga stok pangan nasional. Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) yang berhak menerima Progam Raskin berjumlah 15,5 juta (25% rumah tangga dengan status sosial ekonomi terendah) yang tercatat dalam Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 dan Rumah Tangga hasil pemutakhiran Daftar Penerima Manfaat (DPM) oleh musyawarah desa/kelurahan/pemerintah setingkat. Jumlah beras Raskin yang dapat diperoleh RTS-PM untuk tahun 2013 sebanyak 15 kg/bulan dan penyaluran Raskin sebagai bagian dari P4S akan diberikan tambahan 3 bulan alokasi beras yang dibagikan pada bulan Juni, Juli dan September. 2. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) Program BSM adalah bantuan tunai yang diberikan secara langsung kepada anakanak usia sekolah/siswa di semua jenjang pendidikan (mulai SD hingga SMA/sederajat) yang berasal dari Rumah Tangga miskin dan rentan. Program BSM bertujuan meningkatkan akses terhadap pendidikan yang berkualitas, mencegah siswa putus sekolah, menarik anak usia sekolah dari Rumah Tangga miskin dan rentan untuk kembali bersekolah, serta mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, bahkan hingga tingkat Pendidikan Tinggi. Program BSM juga mendukung komitmen pemerintah untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan, terutama di kabupaten/kota miskin dan terpencil. Program BSM tahun ajaran 2013/2014 akan mencakup siswa dari 25% Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah secara nasional (sekitar 15,5 juta Rumah Tangga). Cakupan tersebut meliputi 16,6 juta siswa yang merupakan 29% dari total jumlah siswa secara nasional. Dana BSM akan disalurkan tepat pada awal tahun pelajaran, yaitu bulan Agustus/September untuk semester 1 dan bulan Maret/April untuk semester 2. Jumlah siswa dan besaran BSM dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut: 3

Jenjang Pendidikan Jumlah Siswa Tabel 3. Anggaran Program BSM Tahun 2013 BSM Tahun Pelajaran 2012/2013 BSM Tahun Pelajaran 2013/2014 Jumlah Siswa Nilai BSM/ siswa APBN 2013 (Rp Trilyun) Jumlah Siswa Nilai BSM/ siswa R-APBN 2013 (Rp Trilyun) SD/MI 30.468.203 4.966.533 360.000 1.8078 10.167.040 450.000 3.9053 SMP/MTs 12.996.957 2.197.003 550.000 1.2536 4.125.860 750.000 1.9572 SMA/SMK/MA 9.823.227 1.577.443 1.000.000 1.5823 2.304.133 1.000.000 1.5700 Total 53.288.387 8.737.979 4.6437 16.597.033 7.4324 3. Program Keluarga Harapan (PKH) Program Keluarga Harapan adalah program perlindungan sosial melalui pemberian bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dengan status sosial ekonomi 7% terendah yang memiliki ibu hamil/nifas/menyusui, anak balita atau anak usia 5-18 tahun yang belum tamat pendidikan dasar. Keluarga PKH akan menerima bantuan tunai bersyarat (conditional cash transfers) apabila menyekolahkan anaknya dengan tingkat kehadiran tertentu, memeriksakan kesehatan dan atau memperhatikan kecukupan gizi dan pola hidup sehat bagi anak dan ibu hamil. Peserta PKH juga berhak memperoleh Program Raskin, BSM dan Jamkesmas. Dalam jangka panjang PKH berujuan memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perubahan perilaku yang memberikan perhatian lebih besar kepada pendidikan dan kesehatan anggota keluarganya. Secara khusus tujuan dari PKH adalah meningkatkan akses dan kualitas kesehatan peserta PKH serta akses dan taraf pendidikan anak-anak peserta PKH. Pada tahun 2013 PKH telah dilaksanakan di seluruh provinsi, 336 kabupaten/kota dan 3.216 kecamatan dengan cakupan 2,4 juta Rumah Tangga. Pada tahun 2014 cakupan PKH akan ditingkatkan menjadi 3,2 juta Rumah Tangga di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Tabel 4. Rincian Nilai Bantuan PKH Rincian Bantuan Nilai Bantuan/tahun (Rp) Tahun 2007-2012 RAPBN-P 2013 Bantuan tetap 200.000 300.000 Bantuan tambahan a. Anak usia balita 800.000 1.000.000 b. Ibu hamil/nifas/menyusui c. Anak/siswa setara SD/MI 400.000 500.000 d. Anak/siswa setara SMP/MTs 800.000 1.000.000 Rata-rata bantuan 1.390.000 1.800.000 Bantuan minimum 600.000 800.000 Bantuan maksimum 2.200.000 2.800.000 Catatan : Bantuan per peserta PKH dibatasi maksimum Rp. 2.800.000/tahun Nilai bantuan terkait pendidikan dihitung berdasarkan jumlah anak yang bersekolah. Jumlah anak yang ditanggung dibatasi oleh maksmimum bantuan per peserta PKH Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi peserta PKH dengan anak balita dan/atau ibu hamil/nifas/menyusui. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak. 4

4. Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) Program BLSM merupakan bantuan tunai langsung sementara untuk membantu mempertahankan daya beli Rumah Tangga (RT) miskin dan rentan agar terlindungi dari dampak kenaikan harga akibat penyesuaian harga BBM. BLSM disalurkan untuk membantu RT miskin dan rentan dalam memenuhi kebutuhan hidup, pembelian obat-obatan, biaya pendidikan, biaya transportasi dan keperluan-keperluan lainnya. BLSM bukan solusi jangka panjang untuk mengurangi kemiskinan, namun merupakan solusi jangka pendek untuk menghindarkan masyarakat miskin dari menjual aset, berhenti sekolah dan mengurangi konsumsi makanan yang bergizi. Sasaran Program BLSM adalah 15,5 juta RT dengan tingkat sosial ekonomi terendah yang terdapat dalam Basis Data Terpadu (BDT) hasil PPLS 2011. Besaran BLSM direncanakan sebesar Rp. 150.000/bulan selama 4 bulan. Penyaluran BLSM dibagi menjadi 2 kali penyaluran, yaitu pembayaran pertama pada bulan Juni/Juli 2013 sebesar Rp. 300.000 dan pembayaran kedua pada bulan September 2013 sebesar Rp. 300.000. Penerima BLSM diwajibkan membawa Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dan dokumen pendukung ke kantor pos terdekat untuk mengambil bantuan tunai. Untuk daerah terpencil yang tidak terdapat kantor pos, PT. Pos Indonesia akan membuka loket khusus di daerah tersebut. 5. Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur (P4I) Program P4I merupakan bagian dari Program Kompensasi Khusus yang berupa penyediaan infrastruktur pemukiman dengan pola pemberdayaan masyarakat, pembangunan sistem penyediaan air minum dan sumber daya air lainnya untuk desa nelayan, daerah rawan air, pemukiman kumuh, maupun wilayah miskin perkotaan. Program ini bertujuan untuk memberikan kemudahan akses masyarakat miskin terhadap infrastruktur dasar di pedesaan dan perkotaan, serta meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat, melalui keterlibatan masyarakat miskin dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut. Program P4I terdiri dari 3 program pengembangan infrastruktur dasar, yaitu: a. Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur Permukiman (P4-IP) yang merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan masayarakat (dalam skala lingkungan), seperti: jalan dan jembatan, titian perahu, sarana penyediaan air minum, sanitasi dan jaringan irigasi. Cakupan program ini meliputi: - 2.450 desa dengan tingkat kemiskinan di atas 50% (BLM Rp. 350 juta/desa); - 1.200 kelurahan dengan tingkat kemiskinan di atas 40% (BLM Rp. 350 juta/ kelurahan) - 6.040 desa penerima Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan reguler 2013 (penambahan BLM Rp. 100 juta/desa) - Penyerapan tenaga kerja konstruksi ± 9,6 juta orang/hari dan ± 7.350 orang Fasilitator Masyarakat. b. Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (P4-SPAM) yang bertujuan menyediaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) bagi 5

masyarakat di desa nelayan, daerah rawan air, serta masyarakat miskin di kawasan perkotaan dan kumuh. Cakupan program ini meliputi: - Pembangunan SPAM di 159 kawasan desa nelayan di 28 Provinsi. Target pelayanan mencakup sekitar 159 ribu orang; - Pembangunan SPAM di 260 desa rawan air di 29 Provinsi dan 35 ibukota kecamatan di 10 Provinsi. Target pelayanan mencakup sekitar 491 ribu orang; - Pembangunan SPAM bagi masyarakat berpenghasilan rendah di 341 kawasan perkotaan di 31 Provinsi. Target pelayanan mencakup sekitar 940 ribu orang. c. Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air (P4-ISDA) yang bertujuan meningkatkan kapasitas sumber daya air di daerah tertinggal, mengurangi potensi krisis air di daerah kantong kekeringan dan menurunkan tingkat kerawanan banjir dan abrasi pantai di kawasan pemukiman nelayan. Cakupan program ini meliputi: - Pembangunan sarana dan prasarana penyedia air baku untuk daerah rawan air di 27 Provinsi. Target pelayanan mencakup sekitar 3,1 juta orang; - Dukungan layanan irigasi dan rawa seluas 140.803 hektar serta pembangunan 111 embung untuk daerah pedesaan di 26 Provinsi; - Pembangunan 19 km pengaman pantai dan normalisasi sungai di kampung nelayan di 2 Provinsi. Portal Informasi dan Mekanisme Pengaduan Dalam rangka meningkatkan pelayanan pelaksanaan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S), PT Pos Indonesia akan memberikan layanan portal informasi mengenai pelaksanaan BLSM, seperti: ketentuan pembayaran, skenario distribusi pembayaran, jadwal pembayaran, jumlah Rumah Tangga Penerima, rekapitulasi realisasi nasional dan rekapitulasi realisasi provinsi. Sedangkan pengaduan pelaksanaan P4S dan BLSM baik yang berkaitan dengan pengaduan pelaksanaan program maupun pengaduan kepesertaan disediakan sarana pengaduan, yaitu: 1. LAPOR! UK4 (www.lapor.ukp.go.id), 2. Layanan pesan singkat (SMS) ke Nomor 1708, 3. Posko Pengaduan Tingkat Desa/Kelurahan dan Kecamatan. Sedangkan untuk menilai proses pelaksanaan P4S, mulai dari distribusi kartu KPS hingga pelaksanaan masing-masing program termasuk kesesuaian prosedur dan kualitas pelaksanaan, TNP2K mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dengan mengikutsertakan pemangku kepentingan, baik Kementerian/Lembaga di Tingkat Pusat, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Daerah, lembaga penelitian dan Universitas. Kegiatan pemantauan akan menggunakan berbagai pendekatan, seperti penilaian cepat (rapid appraisal), pemanfaatan data administrasi program, pemanfataan data sekunder hasil survei BPS, pemantauan media massa dan pengumpulan data primer lapangan. Dengan pemantauan secara berkesinambungan tersebut diharapkan pelaksanaan P4S dan BLSM dapat berjalan dengan baik sesuai sasaran program dan target sasaran penerima. (Penyunting: Chairil/Hamidi/Adyawarman) ** disarikan dari Buku Pegangan Sosialisasi dan Implementasi Program-Program Kompensasi Kebijakan Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013, Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak. 6

7